Tunas-Tunas Harapan
Pagi yang cerah, suatu hari di bulan Agustus. Sekumpulan anak remaja bertepuk tangan riuh di lapangan sebelah gereja. Wow… rupanya hari ini OMK paroki kami lagi mengadakan pertandingan antar wilayah. Putriku ada di antara mereka. Aku bersyukur, hari ini kulihat wajah putriku berseri. Yah, di tengah kegiatan seperti ini, tidak ada sisa kemurungan sedikitpun di wajahnya. Biasanya, bayangan mendung itu kutangkap di wajah anak-anakku, ketika malam Minggu tiba. Malam Minggu yag sepi tanpa ayah… itu yang mereka keluhkan sejak ayah mereka meninggal. Lalu mereka mengajakku jalan-jalan keluar, untuk menghabiskan malam Minggu kemana saja, sesuai dengan kesepakatan. Biasanya kami sering kalah dengan keinginan putriku, maklum dia paling muda. Kakaknya dan aku sangat menyayanginya. Putriku mondar-mandir kesana kemari, ikut sibuk bersama anggota OMK lainnya. Meski paling muda umurnya, dia sudah nampak seperti anggota OMK yang lainnya, karena badannya yang tinggi dan berisi.
Masa yang penuh daya
Sejumlah anak muda main olah raga, bertanding mewakili wilayahnya, yang lain sibuk dengan minuman, makanan kecil, sebagian lagi sibuk menjadi juri dan pencatat score, supporter yang penuh semangat. Meskipun makin siang, makin panas, sorak sorai mereka semakin riuh. Wah, rupanya ada yang istimewa hari ini. Ada seseorang berdiri dii lapangan. Wajahnya ceria dan tampan, membingkai senyumnya yang selalu mengembang, orangnya halus dan santun, potongan rambutnya cepak seperti ABRI. Ternyata dia orang yang sudah kukenal beberapa tahun lalu. Seorang Frater yang kebetulan dalam perjalanan hidupku pernah menjadi muridku. Penampilannya agak berbeda dengan dulu. Secara fisik kelihatan jauh berbeda. Dulu dia masih lebih mirip murid SMA : masih kecil dan imut. Sekarang sudah berpostur sebagai orang dewasa. Yang lainnya, sepertinya masih melekat di pribadinya. Ramah, sopan, sabar, cerdas, tulus dan bisa memimpin. Frater sedang dalam masa tugas di paroki. Selain mengunjungi orang-orang sakit, dan kegiatan-kegiatan wilayah, Frater sering terlibat langsung dalam kegiatan koor OMK. Meski sedikit jumlahnya, koor OMK selalu menyanyi dengan merdu dan penuh semangat.
Semangat menggelora
Realita tentang aktivitas di atas, sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang diwarnai semangat, kerja keras, persaingan untuk menunjukkan kemampuan, kerja sama, dan kemandirian, itulah warnanya. Bahkan dalam perjalanan sejarah bangsa kita, kaum muda telah menunjukkan kakuatannya dalam perannya mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka. Dalam moment Kebangkitan Nasional dan peristiwa Sumpah Pemuda, kaum muda memegang peranan yang begitu menentukan, sehingga akhirnya bangsa Indonesia meraih kemerdekaan. Di perbagai kegiatan kaum muda mampu menunjukkan potensinya. Jadi tidaklah tepat bila kita bersikap selalu mencemaskan kaum muda. Kiranya tidak salah kalau kita belajar dari semangat kawula muda. Bukan saja terlihat dari fisiknya yang masih gagah dan kuat, namun juga pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan yang menghadang langkah mereka.
Mandiri dan Peduli
Masyarakat pada umumnya atau orang tua menginginkan anaknya cepat mandiri. Mandiri disini bermakna dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dapat mengatur hidupnya sendiri, dan tidak lagi suka meminta bantuan/merepotkan orang tua dan orang. Bisa juga diartikan sebagai pribadi yang dewasa, yang mampu memenuhi dan mengatur kebutuhannya, juga mampu mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya.
Di kalangan kawula muda gereja Katolik kegiatan-kegiatan pengembangan diri yang mendukung ke arah pribadi yang dewasa dan mandiri sangatlah penting. Selain kemandirian, latihan membiasakan diri untuk menawarkan sikap murah hati kepada orang tua, saudara dan orang-orang di sekitarnya juga akan membantu pembentukan kepribadian yang peduli dan tanggap terhadap lingkungannya.
“Ada yang bisa saya bantu ?” atau “Bolehkah saya membantu?” atau suatu saat mangatakan, ”Bolehkah saya mohon bantuan?”
Meski sederhana, kata-kata tadi bermakna sebagai sikap terbuka di dalam interaksi sosial. Sikap terbuka akan memungkinkan kita untuk melibatkan diri sendiri dan juga melibatkan orang lain dalam kerangka interaksi sosial. Sikap mandiri dan peduli ini bisa dilatih dan dilaksanakan di lingkungan keluarga, kelompok Rukun, Lingkungan, Wilayah,Paroki juga masyarakat umum.
Natal telah tiba. Kehadiran Kristus di dunia membawa sukacita bagi umatNya si dunia .Semoga semangat Natal ini juga bermakna bagi Kawula Muda untuk membuka diri di lingkungan keluarga, Rukun, Lingkungan, Wilayah, Paroki dan masyarakat umum di sekitarnya. Dengan demikian Kawula Muda memiliki kesempatan untuk melakukan tugas-tugas pelayanan di manapun berada. Kristus memilih kita untuk membawa kabar sukacita itu. Selamat berkarya Frater David, Selamat berkarya rekan-rekan Pemuda, Tuhan memberkati kita semua !
(E. Sri Hartati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^