Senin, 06 Desember 2010

Cever Depan Desember 2010

Stop Press

Pernahkah kita terlintas pikiran, dari manakah anak-anak jalanan dan para gelandangan bisa makan? Kenapa mereka tidak sakit dan bisa bertahan hidup sementara makan dan tempat tinggal saja serba tidak menentu? Juga para korban bencana alam yang begitu beruntun akhir-akhir ini, mereka bisa bertahan dan kuat menghadapi cobaan ? Ya….Tuhan Allah memang sangat peduli pada umat-Nya. Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kekuatan yang dimiliki manusia.
Allah juga meneladankan pada kita manusia, bahwa pada saat Tuhan hadir di dunia tidak dilahirkan ditempat yang mewah tapi sebaliknya ditempat yang sangat tidak layak. Di tempat itulah orang-orang yang terabaikan atau terpinggirkan seperti para gembala justru yang didatangi dan disapa Tuhan. Nah, sekarang tinggal bagaimana kita menanggapi sapaan dan teladan Allah tersebut ? Sudahkah kita peduli dengan orang-orang yang ada disekitar kita, juga sesama kita yang membutuhkan uluran tangan kita ?. Sudahkah kita peduli dengan lingkungan yang ada di sekitar kita ?
Dalam edisi kali ini kita diajak menumbuhkan dan memupuk rasa kepedulian kita kepada sesama kita, dan lingkungan disekitar kita. Seperti yang telah dicontohkan Allah pada kita bahwa bahwa Allah selalu peduli pada umat-Nya. Semoga Tuhan selalu memberkati niat dan karya kita. Amin.

Sajian Utama

Allah Peduli Pada UmatNya

Sejak awal penciptaan Tuhan sudah memerhatikan dan mengasihi umatNya. Pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, Allah menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Allah serta diberi kuasa atas ciptaan lainnya. Sungguh manusia harus bersyukur karena Allah telah menjadikannya sebagai ciptaanNya yang paling luhur, secitra dengan gambar Allah sendiri.
Di dalam kesesakan dan penganiayaan di dunia, pandangan orang beriman diarahkan pada masa depan, dan diminta supaya menggantungkan dirinya pada yang pasti saja, meskipun tak kelihatan, namun justru karena itu tak akan berubah. Penciptaan disebutkan, karena di situ hal-hal yang tidak kelihatan, hanya sudah ada seluruhnya dalam rencana dan pemikiran Tuhan, akhirnya pada waktu yang sudah ditentukan menjadi kelihatan. Seperti dialami Abraham, yang tidak melihat, namun percaya, mengalami semua janji Tuhan terlaksana. Orang beriman tidak pernah dikecewakan, karena iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibr 11:1).
Ketika umat Israel mengalami masa perbudakan di Mesir, Tuhan tetap memerhatikan penderitaan umatNya, kemudian Tuhan membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir. 
Allah sangat peduli pada umat-Nya, itu dinyatakan oleh Allah sendiri dengan ucapanNya sebagai pewahyuan sifat PribadiNya terhadap Israel umatNya: Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan peng-asih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa”. (Kel 34:6-7a). Itu merupakan gambaran Allah yang diberikan oleh Allah sendiri.
Manusia dan umat dibentuk oleh gambaran Allah yang mereka miliki. Orang Israel mempunyai gambaran Tuhan sebagai Pembebas yang kuasa dari perbudakan di Mesir; sebagai Penyelenggara hidup, yang menanggung makan minum umat selama perjalanan di padang gurun; Tuhan Allah yang dahsyat, yang menghukum para penyembah berhala. Tetapi akhirnya, kalau Tuhan mewahyukan diri dengan kepedulianNya, Ia memilih menunjukkan sifat-sifat kemurahan, kesabaran dan kasih setia. Hal ini yang ditekankan, Ia ingin dikenal, disembah dan disebut sebagai Allah pengasih dan penyayang. Namun agar jangan ada anggapan keliru dan dugaan, bahwa Allah dengan demikian dapat dipermainkan, Ia juga menunjukkan sifat keadilanNya: Ia meneguhkan, Ia mengampuni, tetapi tidaklah membebaskan orang yang bersalah dari hukuman (Kel 34:7b). Hanya dalam hal ini Allah lebih cenderung untuk bersikap murah hati, daripada menghukum.
Kemudian Allah mengutus PuteraNya, Yesus datang ke dunia. Untuk orang sakit, Dia sebagai Penyembuh; untuk orang berdosa Dia membawa pengampunan. Yesus menuntun orang buta untuk dapat melihat. Pekerjaan-pekerjaan Allah, penyembuhan, penyelamatan, pengampunan dosa, pengusiran roh-roh jahat, mukjizat dilakukan Yesus demi untuk menyatakan kemuliaanNya dan kasihNya kepada umatNya: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yoh 3:14-18). Menurut Injil Yohanes ini jelas kepedulian Allah untuk menyelamatkan umatNya agar beroleh hidup yang kekal (ay. 15) yaitu dengan tindakan kasih Allah dalam pemberian AnakNya yang tunggal (ay. 16). Pemberian Anak itu dapat dilihat dari dua sudut, baik dari sudut penyerahan di salib (ay. 14), maupun dari sudut pengutusan Anak ke dalam dunia dan tidak menghakimi (ay. 17). Tetapi bila orang tidak percaya kepada Anak, sekarang juga sudah mengalami hukuman (ay. 18).
Bila ada penghakiman jatuh, itu seakan-akan karena Ia dipaksa, karena orang menolak tidak mau melihat kebenaran. Manusia, jadi juga termasuk kita, dapat berbuat begitu, karena “keras tengkuk”, “membelakangi Allah”, menolak terang, memilih kegelapan. Itu terjadi karena kesombongan manusia, orang mau menempatkan diri sama tinggi dengan Tuhan, merendahkan diri dia tidak biasa, terhadap Tuhan pun dia tidak mau, tidak bisa.
Adanya dosa dan pelanggaran tidak pernah boleh mengurangi atau menutupi kenyataan, yang Ia wahyukan sendiri: bahwa Ia Tuhan, Allah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan penuh kasih setia: ini akhirnya pegangan, jaminan, peneguhan dalam hidup kita. (Stefan Surya)

Sajian Utama

Kembang Ilalang
(Allah Peduli Pada UmatNya)

Ratri berbisik dalam hati, “Tuhan, kenapa aku gelisah begini setiap kali mau bertemu dengannya…” Mungkin sebuah kebetulan bagi Ratri dan Basuki, bahwa di setiap akhir pekan mereka berjumpa dan ngobrol. Tapi, lama-kelamaan sesuatu yang kebetulan itu dinikmatinya, sehingga seolah-olah diinginkannya. Keinginan untuk bertemu dan berbagi cerita dengan Basuki, meski terkadang pembicaraannya biasa-biasa saja. Tentang tugas-tugas mereka sehari-hari, yang terkadang diselingi dengan cerita mereka semasa kecil, saat harus berpanas-panas menggembalakan kambing atau bebeknya. Juga tentang kelucuan yang tidak disengaja terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
 Berpuluh tahun yang lalu mereka masih tinggal di desa, tempat mereka dilahirkan. Mereka akrab dengan bau kambing, kerbau, sapi, lumpur, juga wanginya nasi urap yang dibagi-bagikan oleh mbok Tani saat panen padi. Nasi urap, dengan potongan tempe goreng atau telor rebus yang sangat kecil akan dibagi-bagikan kepada anak-anak dengan tempat yang disebut pincuk dari daun pisang sudah membuat anak-anak semacam Ratri dan Basuki sangat senang. Anak-anak desa akan menyusuri pematang sawah dan duduk di pinggiran desa lalu ramai-ramai menikmati nasi urap yang masih hangat tadi. Mereka bersendau gurau seakan ikut bergembira dan bersyukur atas hasil panen padi yang membawa harapan dalam kehidupan mereka.
 Tapi kini Ratri dan Basuki berada di kota, jauh dari kultur desa tempat mereka menghirup segarnya udara dan segarnya air sumur yang disimpan di genthong di halaman depan. Keadaan merekapun sudah sangat berbeda. Ratri seorang pekerja biasa sedangkan Basuki seorang majikan, di tempat Ratri bekerja. Keadaan inilah yang membuat Ratri sering merasa grogi, tidak pede dan merasa sangat kecil di hadapan Basuki, meski Basuki selalu menunjukkan sikapnya yang selalu baik sebagai teman masa kecil dari desa yang sama. Di mata Ratri, tentu saja Basuki yang sekarang terlihat jauh lebih bersih, rapi dan terpelajar. 
 Perjumpaan di akhir pekan ini tetap saja membuat Ratri berdebar-debar, dia mendengar dengan tulus setiap cerita Basuki. Rasa itu masih menggayutinya. Perasaan bahwa dia jauh lebih rendah statusnya, perasaan bahwa dia kini di suatu ting-katan yang tidak lagi sama dengan Basuki. Itu semua terkadang membuatnya terbata setiap kali menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Basuki. Pertanyaan seorang petinggi kepada pegawai biasa seperti Ratri.
 Namun, di sisi lain tawa dan canda mereka yang masih seperti dulu membuat Ratri menyimpan sebuah harapan, entahlah… dia sering merenungkannya, mungkin itu cuma sebuah harapan semu? Ataukah Allah berkenan memakai mereka untuk menunjukkan kehendakNya, bahwa cinta kasih yang berasal dari-Nya bisa mengatasi segala perbedaan? Cinta yang mempersatukan manusia ,ditaburkan Allah dalam hati umat-Nya, tanpa pandang bulu.
 “Ratri, aku punya kue-kue kecil, ayolah kita minum dan ngobrol dulu, sebelum malam tiba”. Ajakan Basuki menyentakkan lamunan Ratri tentang pemuda di depannya itu. Belasan tahun yang lalu, saat mereka masih sering bertemu dalam sekolah yang sama, Ratri sadar bahwa dia begitu menyayangi Basuki, meski secara diam-diam. Pada saat Basuki memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di kota yang berbeda dengannya, dia sangat sedih. Separuh hatinya sangat kehilangan, namun separuh hatinya menyimpan suatu harapan, bahwa kelak dia akan bisa bertemu kembali dengan Basuki. Waktu itu feelingnya menyatakan pasti Basuki akan menjadi seseorang yang berhasil. Ternyata benar, kini mereka berjumpa lagi. Basuki sudah menjadi orang hebat. Ratri ikut bangga karena keberhasilan teman desanya itu. Ternyata Allah begitu peduli kepada umatNya. Basuki yang tekun, ulet, gigih dan pekerja keras kini menjadi orang terpandang dalam sebuah perusahaan.
 Ketika mereka mulai menikmati kue kecil di depan mereka, Basuki bertanya “Ratri, apakah kamu tidak bosan mendengar ceritaku di desa dengan kambing-kambingku waktu kecil dulu?” Ratri kaget mendengar pertanyaan seperti itu. Meski tersenyum dia kelihatan gugup untuk menjawabnya, “Ya, tidaklah…masa aku bosen sih, aku…” Pernyataan Ratri terputus karena didera perasaan sukacita yang perlahan menjalar dalam jiwanya. Jauh dari dasar hatinya Ratri ingin sekali mengungkapkan “Basuki, aku selalu kangen untuk mendengar cerita-ceritamu.  Bagaimana pengalamanmu saat menggembalakan kambing-kambingmu di perbukitan itu. Dan aku akan selalu menjadi Kembang Ilalang yang dengan sabar menunggu saat kamu lewat menggiring kambing-kambingmu. Terkadang kamu istirahat sejenak di dekatku untuk melepas lelah. “Tapi ungkapan itu tidak pernah terucapkan oleh Ratri. Dia cuma bisa bilang, “Aku tetap senang mendengar ceritamu Bas”. Pertemuan di sore yang indah itu lebih menyadarkan Ratri, betapa Allah mempedulikan umatNya, termasuk dia. Allah mendengar doa dan harapannya, bahwa suatu saat mereka boleh dipertemukan kembali. Bahwa suatu saat mereka bisa bersama lagi, seperti seorang penggembala dengan kembang ilalang yang sering dijumpainya saat menggembalakan kambing-kambingnya. 
(elis)

Catatan Kecil

Allah Peduli

2011, adalah tahun yang diberikan untuk kaum muda, khususnya di Keuskupan Bogor. Kaum muda juga punya masalah sendiri yang cukup kompleks. Kaum muda pada usia produktif betul-betul harus ditangani dengan lebih serius. Sebagai umat gereja kita pun harus bertanggung jawab dengan kondisi kaum muda yang cukup serius. Sering kita hadapi kaum muda dengan masalah keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pribadi yang sedang bergejolak. Gereja sebagai komunitas umat beriman juga berusaha peduli melalui karya-karya yang di sekitarnya untuk mengangkat kaum muda agar bisa menghadapi tantangan-tantangan dunia global.
Seseorang pernah menuliskan demikian “The will of God will never lead you where the grace of God cannot keep you” artinya kehendak Allah tidak akan pernah menuntunmu ke tempat dimana anugerah-Nya tidak dapat memeliharamu. Kalimat di atas merupakan surat yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan umatnya dicobai melampaui kekuatan mereka. 
Terkadang kita mengalami pencobaan, sebagian orang percaya mulai menyalahkan Allah, orang lain atau keadaan yang membuat mereka seperti itu. Ada yang menganggap bahwa Allah tidak mendengar doanya dan tidak adil sehingga ia hidup dalam kepahitan kepada Allah. Tetapi ada sebagian orang yang bertekun meskipun mereka mengalami berbagai macam pencobaan. Seorang pemuda yang menderita penyakit kanker, bagaimana ia tetap tegar menjalani hidupnnya meskipun seolah-olah Allah sudah melupakannya. Dalam kesaksiannya, pemuda ini tidak menceritakan sukacitanya karena mengalami mujizat, tetapi menceritakan penderitaannya selama bertahun-tahun dan ketegaran hatinya untuk bertahan dan tetap percaya pada kesetiaan Allah. Ia mengatakan bahwa tidak lagi menggenggam erat hidupnya. Ia selalu siap sedia untuk apapun yang Allah ingin lakukan di dalam hidupnya. Bahkan jika Allah menginginkan nyawanya. Meskipun kesembuhan yang ia inginkan tidak kunjung datang, tetapi ia selalu bersyukur dan menghadapi kenyataan hidup dengan tegar.
Memang sudah seharusnya kita menghadapi setiap kenyataan hidup dengan lapang dada dan menganggap pencobaan yang ada sebagai sesuatu yang wajar. Dalam kondisi bagaimanapun kita mempercayai Allah sepenuhnya termasuk kebijakan-kebijakan-Nya. Jangan lupa bahwa Allah tetap mengasihi dan menginginkan yang baik bagi anak-anaknya, meskipun kita tidak sepenuhnya memahami cara kerja-Nya. Ingatlah bahwa kemanapun Allah membawa kita, di situ tersedia karunia yang cukup karena Dia tidak pernah membiarkan kita sendirian.
(diar-sanjaya – MS 609)

Ruang Bina Iman

Menceritakan Tentang Allah kepada Anak-anak V
ALLAH ITU PENTING!

4. Mencari Allah

Benamkan diri Anda sendiri di dalam Allah. Carilah hubungan yang intim denganNya. Benamkan diri Anda di dalam Alkitab dan selidikilah isinya. Carilah harta karun di dalamnya dengan seksama. Janganlah pernah berhenti untuk mengenal Allah lebih dalam. Tunjukkanlah rasa lapar dan haus Anda akan Dia. “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu.” (Matius 22:37) Bagaimanapun hubungan Anda dengan Allah, itulah yang akan Anda bagikan kepada anak-anak Anda. “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” (Matius 12:34)

5. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

Jangan takut bertanya mengenai Allah. Doronglah semua anak-anak Anda untuk mengajukan pertanyaan tentang Allah. Jangan malu mengatakan “Aku tidak tahu jawabannya, Aku juga bertanya-tanya.” Akuilah bahwa Anda juga mungkin tidak sepenuhnya mengerti. Apapun yang kita ketahui dan pahami kemungkinan besar dapat dikendalikan. Jika kita mengetahui dan memahami segala sesuatu tentang Allah, maka ia bukanlah Allah. Salomo berkata, “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.” (Amsal 25:2)

6. Menghubungkan hiburan dengan Allah.

Pilihlah dengan cermat apa yang akan Anda tonton dan tontonan macam apa yang Anda mau untuk ditonton oleh anak Anda. Berikanlah penjelasan secara tidak formal setelah menonton sebuah tayangan dan hubungkan temanya dengan Allah, atau hubungkan sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam tayangan tersebut dengan Allah. Diskusikan bagaimana nilai-nilai yang diekspresikan dalam tayangan itu. Merefleksikan atau bertentangan dengan sifat atau jalan-jalan Allah. Cobalah untuk mencari sebuah cerita Alkitab dengan tema yang mirip atau berlawanan dengan tayangan itu. Dengarkan apa yang anak-anak Anda katakan mengenai tayangan itu. Semakin tidak formal dan semakin pendek komentar-komentar yang Anda buat, hal itu semakin baik, kecuali kalau tayangan itu memerlukan pembahasan yang lebih mendalam dan anak-anak Anda terbuka untuk mensharingkan hal tersebut.

(diar sanjaya-KH)

Ruang Kitab Suci

MISTERI ILAHI
Oleh : Peter Suriadi

Teks
Mat 1:18-25
18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Konteks
Dalam Perjanjian Baru, Kisah Masa Kanak-kanak Yesus hanya terdapat dalam 4 bab (Matius bab 1-2 dan Lukas bab 1-2). Ke-4 bab tersebut menjadi sangat berharga karena memuat satu-satunya kisah tentang kelahiran Yesus. Bahkan Kisah Masa Kanak-kanak ini menjadi begitu terkenal karena Pesta Natal sudah begitu mendunia. Bahkan orang-orang bukan Kristen menjadi tahu walaupun mungkin mereka tidak pernah membaca Injil. Tidaklah mengherankan timbul kesan bagi kebanyakan orang bahwa Kisah Masa Kanak-kanak adalah kisah kronologis ke-lahiran Yesus dan sebagai Natal Pertama. Apakah memang fakta seperti itu?
Matius dan Lukas menulis Kisah Masa Kanak-kanak dengan tujuan sebagai pengantar Injil-injil mereka. Matius dan Lukas tidak bermaksud menulis Kisah Masa Kanak-kanak untuk sebuah pesta yang pada waktu mereka menulis Injil belum dikenal. Pesta Natal belum ada sampai abad ke-3 atau malah mungkin sampai abad ke-4 (kata Natal/Christmas, yang berasal dari kata Anglosakson, baru mulai dikenal pada abad ke-7), sedangkan Matius dan Lukas menulis Injil sekitar tahun 80-an. Oleh karena itu sudah semestinya kita memahami Kisah Masa Kanak-kanak sesuai tujuan Matius dan Lukas menulis Injil sehingga dapat memperteguh iman kita karena kita semakin memahami Kristologi yang hendak diwartakan oleh para penginjil. Kisah Masa Kanak-kanak adalah bab pembuka yang membantu kita untuk mengarahkan perhatian pada hidup dan pelayanan publik Yesus yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya. Marilah kita merenungkan teks Kitab Suci kali dengan terang seperti yang diharapkan oleh para penginjil.

Keterangan Teks
· Ayat 18-19 : Perkawinan orang-orang Yahudi kuno dapat digambarkan sebagai berikut : awalnya, pasangan sepakat untuk menikah atau bertunangan. Pihak laki-laki telah memiliki hak legal atas pihak perempuan sehingga wanita itu sudah dapat disebut sebagai istrinya (bdk Mat 1:20,24). Dengan demikian segala bentuk hubungan seksual antara perempuan tersebut dengan dengan laki-laki lain dapat dianggap sebagai perzinahan. Tetapi setelah pertunangan itu, pasangan masih hidup terpisah. Selama 1 tahun mereka tinggal di rumah orangtuanya masing-masing. Setelah itu barulah pihak laki-laki membawa pihak perempuan ke rumahnya, menyediakan baginya segala kebutuhan yang diperlukan, dan juga perlindungan dari berbagai ancaman.
Maria dan Yusuf sudah bertunangan walaupun belum hidup bersama. Tetapi ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus sehingga Yusuf merasa bahwa ia harus memutuskan pertunangan tersebut atas dasar perzinahan. Yusuf begitu taat pada ketetapan Hukum Taurat sehingga ia dikatakan sebagai orang yang tulus (= benar/dikaios dalam bahasa Yunani). Meskipun demikian Yusuf tetap menjaga nama baik Maria dan tidak ingin membuat malu Maria. Bahkan dapat membuat Maria tidak dapat menikah lagi dan terancam hukuman rajam sampai mati (bdk Yoh 8:1-11). Jadi langkah Yusuf untuk menceraikan Maria secara diam-diam adalah suatu langkah bijak yang diambil seorang laki-laki yang telah yakin bahwa tunangannya telah mengkhianatinya.
· Ayat 20-21 : Seorang malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi. Mimpi kepada Yusuf ini adalah mimpi pertama dari 5 mimpi dalam Kisah Kanak-kanak dalam Injil Matius (1:20; 2:12; 2:13; 2:19; 2:22). Mengapa malaikat Tuhan menampakkan diri lewat mimpi ? Dalam dunia kuno dewa-dewi rutin berkomunikasi dengan manusia di dalam mimpi. Demikian juga Allah sering kali berkomunikasi dengan umat-Nya melalui mimpi. Misahnya : melalui mimpi, Allah berbicara kepada Abraham (Kej 20:3), kepada Yakub (Kej 28:12), dan kepada Salomo (1 Raj 3:5). Allah juga membantu hamba-hamba-Nya untuk menafsirkan mimpi Nebukadnezar, Raja Babilonia (Dan 2). Yusuf, anak Yakub dan seorang bapa bangsa Israel, juga seorang penafsir mimpi Firaun ketika ia di penjara di Mesir (Kej 39-41).
Tema Allah yang berbicara melalui utusan-Nya begitu dominan dalam Perjanjian Lama. Sebagai contoh ketika Musa sedang menggiring kambing domba milik Yitro, mertuanya, ke seberang padang gurun sampai ke Gunung Horeb, malaikat (bahasa Yunani : anggelos = utusan) Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri (Kel 3:1-2). Seorang malaikat seringkali menjadi pernyataan diri Allah dalam peristiwa penting bangsa Israel.
Malaikat memberitahu Yusuf bahwa Maria telah mengandung dari Roh Kudus walaupun malaikat itu tidak memberitahu bagaimana hal itu terjadi. Secara tidak langsung, malaikat menyatakan bahwa Yusuf dapat menikahi Maria karena Maria tidak berzinah. Dari kehamilannya ini akan lahir seorang anak laki-laki yang oleh Yusuf harus dinamai Yesus (Yunani), dan nama lain dari nama Ibrani Yesyua (bentuk singkat dari Yehosyua), yang berarti penyelamat. Yesus akan menyelamatkan umat-Nya (= orang-orang Kristen Yahudi dan bukan Yahudi yang merupakan jemaat yang dituju Matius dalam menuliskan Injilnya) dari dosa-dosa mereka.
· Ayat 22-23 : Kisah Yesus yang dikandung dari Roh Kudus untuk menggenapi nubuat Nabi Yesaya. Matius mengutip Yes 7:14 yang dalam teks Ibrani berbunyi : “Sesungguhnya, seorang perempuan muda (almah) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. Yesaya menulis “ia” (= ibu sang anak yang menamai Imanuel), tetapi Matius menulis “mereka”. Siapakah “mereka” ? Di sini Matius memasukkan sebuah pemahaman teologis dengan mengganti kata “ia” menjadi kata “mereka”. Artinya, “mereka” itu bisa diidentikkan dengan orang-orang yang akan diselamatkan oleh Yesus, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi yang bertobat. Meskipun kutipan dari Kitab Yesaya ini mengundang kontroversi, Matius tetap mengutipnya karena ia menganggap penting kutipan tersebut karena Yesaya memiliki peran penting bagi orang-orang Kristen awal. Sebagai contoh, Paulus menulis 37 kutipan dari nabi-nabi Israel dalam surat-suratnya dan 27 di antaranya berasal dari Kitab Yesaya.  Dalam Kisah Masa Kanak-kanak, Matius mengutip Yesaya untuk kedua kalinya dalam 2:11 yang mengutip Yes 60:6. Kutipan Yesaya juga sering muncul di dalam Injil Matius di luar Kisah Masa Kanak-kanak.
· Ayat 24-25 : Akhirnya Yusuf bangun dari tidurnya dan mengikuti perintah malaikat untuk mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki, dan Yusuf menamai Dia, Yesus. Yang menjadi perdebatan hingga saat ini di antara orang-orang Kristen adalah frasa : “tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki”. Jika kita kembali ke teks asli dalam bahasa Yunani, frasa ini harus ditafsirkan bahwa Yusuf dan Maria tidak bersetubuh sebelum kelahiran Yesus. Frasa ini tidak mengatakan apa pun, baik mengenai keperawanan kekal maupun persetubuhan setelah kelahiran Yesus yang dalam perkembangan sejarah menjadi perdebatan doktrinal tentang Maria. Yang harus diingat, Gereja dapat mengembangkan doktrin dari teks Kitab Suci. Dan Gereja Katolik mengembangkan doktrin tersebut menjadi dogma Maria Tetap Perawan.

Amanat
Perempuan mengandung adalah hal biasa. Perempuan melahirkan anak juga hal biasa. Tetapi, kalau perawan mengandung dan melahirkan, maka hal itu mustahil atau suatu misteri yang tak terpahami. Membuka diri pada berbagai kemungkinan dalam hidup ini, khususnya dalam hal-hal yang menyangkut Tuhan, merupakan suatu sikap penuh kerendahan hati.
Dari teks yang kita renungkan kali ini diketahui bahwa Maria adalah perawan yang mengandung tanpa adanya andil laki-laki. Maria tentu tahu bahwa sebagai perawan ia tidak bisa mengandung dan ia tentunya mengalami pergumulan ketika ia harus mengandung dari Roh Kudus. Yusuf pun mengalami pergumulan, menghadapi masalah berat : ada apa sehingga Maria hamil? Siapa yang menghamili Maria? Bisa dibayangkan bahwa Yusuf merenungkan peristiwa itu siang dan malam, berhari-hari. Ia menjadi tegang. Ia sedih sekali sebab ia sangat mencintai Maria, tunangannya yang resmi. Namun, karena masalah “diciptakan oleh Tuhan”, maka Tuhan turun tangan melalui malaikat-Nya. “Yusuf, anak Daud, jangan engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu. Sebab anak dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” Nah, ini berita resmi, walaupun sangat tidak jelas. Sebab bagaimana dalam rahim gadis tiba-tiba bisa ada anak dari Roh Kudus? Semua orang yang beriman, pasti akan mengatakan : Bisa, dong! Namun biarpun percaya sedalam-dalamnya, tidak seorang pun dapat menjelaskannya secara tuntas. Lalu, bagaimana?
Misteri iman menyangkut hal-hal ilahi. Seandainya semua yang berurusan dengan Allah bisa dipahami, tidak akan ada iman dan harapan pula. Padahal, adakah sesuatu yang lebih indah dari iman dan pengharapan? Hidup beriman dan berharap adalah hidup dalam naungan Tuhan. Hidup yang demikian bisa disebut “digendong Tuhan”. Hidup tanpa iman adalah kegelapan neraka. Sebab ke mana lajunya “perahu” hidup manusia kalau tidak pernah menuju pelabuhan yang bernama Allah? Dari Allah bisa diharapkan segala sesuatu. Maka berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan dan menyerahkan hidupnya kepada-Nya sama seperti itu dilakukan Maria dan Yusuf. Mereka itu beriman, namun mereka tak pernah bebas dari masalah. Sebab Tuhan senang kalau manusia memecahkan masalah bersama dengan Dia dalam iman.

Seputar Paroki

Memberi Sesama Untuk Saudara Yang Lapar

Terima kasih banyak atas uluran tangan saudara-saudara tua, muda dan kecil yang telah berbagi dengan kami dalam rangka “Hari Pangan Sedunia”. HPS dirayakan dengan Ekaristi di dua tempat. Sabtu, 16 Oktober di Kapel St. Maria Fatima dan Minggu, di Gereja St. Fransiskus Asisi. Kesempatan yang baik ini digunakan untuk menggalang dana bagi sesama kita yang lapar. Memang HPS adalah hari untuk berbagi. Berkaitan dengan “Membangun dan Memelihara Sumber pangan”, kita diingatkan agar makanan yang kita santap tidak hanya dari beras tetapi dari berbagai sumber pangan lain sebagai penggantinya. Selain itu kita juga diingatkan untuk berbagi-bagi saudara-saudara kita yang belum bisa menikmati hasil pangan dengan cukup.
Hasil penggalangan dana tersebut disetorkan para keuskupan melalui komisi PSE keuskupan dan akan disampaikan untuk memperbaiki sumber pangan dunia. Terima kasih sekali lagi atas bantuan yang saudara-saudari berikan, semoga HPS ini tidak hanya sekali dalam satu tahun, tapi HPS ada di setiap hari pada saat hati kita berbagi untuk saudara-saudara yang lapar. (diar sanjaya)

Orang Kudus 1

Santo Sabas, Abbas dan Pengaku Iman

Sabas lahir di Mutalaska, dekat Kaisarea, Kapadokia pada tahun 439. Semasa remajanya ia masuk biara Basilian yang dipimpin oleh Santo Eutimos Agung. Setelah ia menjadi seorang pertapa yang dewasa dan mempunyai banyak pengalaman, ia mendirikan Laura (semacam tempat pertapaan) Mar Saba yang terletak antara Yerusalem dan Laut Mati. Sebuah Laura dihuni oleh sekelompok rahib yang menjalani hidup pertapaan secara terpisah-pisah di sekitar gereja.
Karena beberapa dari rekan rahibnya menentang aturan-aturannya dan menuntut kehadiran seorang imam sebagai abbas mereka, maka ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 491. Ia sangat bijak dalam memimpin para rahib, sehingga pada tahun 494 ia diangkat sebagai pemimpin tertinggi dari semua biara yang ada di Palestina. Sabas dengan gigih membela ajaran Konsili Kalsedon dan berani menegur kaisar sehubungan dengan berbagai ajaran sesat yang berkembang di Kekaisaran Konstantinopel. Dua kali ia menghadap kaisar di istana kekaisaran untuk menentang ajaran-ajaran sesat itu.
Pertapaan Mar Saba yang didirikannya sampai kini dihuni oleh rahib-rahib dari Gereja Ortodoks Timur yang menghayati suatu cara hidup tapa Yang keras dan sederhana. Konon biara itu pernah diperbaiki oleh pemerintah Rusia pada tahun 1840. Sabas meninggal dunia dalam usia 94 tahun pada tanggal 5 Desember 532.

Orang Kudus 2

Santo Reinardus, Uskup dan Pengaku Iman

Suatu ketika orang melihat seorang peziarah selama tiga hari penuh tanpa tidur, makan dan minum - berdoa menyusuri jalan salib Yesus, kebun Zaitun dan bukit Golgota di Yerusalem. Peziarah itu berjubah kotor dan lusuh, tanpa sepatu dan sepanjang jalan menangis terus. Dialah Uskup Luttich, Belgia, yang berjalan kaki ke Kota Suci sebagai tanda pertobatannya dari dosa: membeli jabatan uskup menuruti ambisinya. Ketika paus mendengar perbuatan tobat sejati ini, ia menyuruh Reinardus untuk tetap mengemban jabatannya. Reinardus dengan rajin mengunjungi semua paroki keuskupannya, berkotbah, membangun jembatan dan irigasi, membagi makanan dan membela mereka yang tertindas.

Seputar Paroki

BERBAGI DENGAN ORANG SAKIT 
DAN MENDERITA
(BAKSOS PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL)

Menyembuhkan dan menghibur adalah tugas pelayanan murid-murid Yesus. Karena itu kesempatan yang terindah adalah ketika dapat membantu saudara-saudara kita yang sakit jasmani dan rohani dan menghibur yang sedang mendapat bencana.
Kesempatan ini dimanfaatkan bersama-sama pada hari Minggu, 31 Oktober 2010 dengan pelayanan kesehatan dan penggalangan dana buat saudara-saudara kita di Wasior, Merapi dan Mentawai. Kegiatan ini disemangati oleh semangat santo pelindung paroki kita, St. Fransiskus Asisi. Biarlah semangat ini selalu tertanam di hati kita sehingga kita mudah tersentuh untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Segala sesuatu yang kita kerjakan tidak terlepas dari bantuan para relawan, dokter dan donatur yang mau berbagi waktu, harta dan semangat sehingga kegiatan bakti sosial ini dapat berjalan lancar.
Mengikuti Kristus berarti kita mau berkurban, menderita dan mau memikul salibnya. Dengan bekerja untuk orang banyak yang mungkin saja tidak kita kenal, miskin, tersingkir maka disitu Yesus hadir melihat pekerjaan kita.
Terima kasih banyak atas bantuan saudara-saudara yang telah melibatkan dirinya, dengan semangat Fransiskus kita wujudkan kesejatian Kristen kita diantara orang-orang yang papa. (diar sanjaya)

Seputar Paroki

Krisma 2010

Tiga bulan berturut-turut, Agustus, September dan Oktober 2010 panitia pembinaan calon krisma betul-betul dapat berjalan lancar. Meskipun dikelilingi jadwal yang padat dengan kegiatan paroki yang penuh. Syukur puji Tuhan, kami diberi kesempatan untuk berbagi dalam sharing iman untuk lebih dekat dengan Yesus.
Dengan waktu belajar yang cukup ketat kita bisa menyaring 104 orang calon krisma. 17 Oktober 2010 mereka, calon krisma, mendapatkan Sakramen Krisma langsung dari Bapak Uskup Mikael Cosmas Angkur, OFM. Terlihat dari wajah-wajah krismawan yang gembira dan lega karena telah melalui proses yang cukup panjang karena mereka harus terus hadir terus selama 3 bulan.
Terima kasih atas bantuan dan kerja keras para pembina yang terus menerus mendampingi. Proficiat bagi para krismawan dan terima kasih banyak buat Romo Heru dan Romo Garbito yang terus menerus mendukung sehingga acara ini berhasil, sekali lagi proficiat! (diar sanjaya)

Seputar Paroki

52 Tahun Kapel St. Maria Fatima Bondongan

Pada tanggal 13 Oktober 2010,  Kapel St. Maria Fatima merayakan harinya yang ke-52. Pada hari tersebut, pengurus telah mempersiapkan untuk melaksanakan misa khusus dengan mengundang umat yang ada di Paroki St. Fransiskus Assisi Bogor, untuk dapat berdoa (berdevosi)  kepada Santa Maria  dengan melakukan Perarakan Ibadat Rosario bersama umat dimulai dari TK Mardi Waluya. Ibadat Rosario dimulai pada pukul 18:00 dibuka oleh Romo Garbito, dan dilanjutkan oleh para Pengurus Lingkungan (I s.d. VIII) yang telah ditugaskan.   
Ibadat berlangsung dengan cukup hening dan khidmat dan pada setiap peristiwa, umat berhenti pada tempat yang telah ditetapkan, diiringi dengan nyanyian oleh umat yang yang hadir.
Pada peristiwa terakhir di depan Plaza Maria  Ibadat Rosario ditutup dengan Litani. Selesai Ibadat, umat mengikuti misa  yang dibawakan oleh Romo Garbito. Adapun intensi misa secara khusus adalah ucapan syukur atas perjalanan Kapel selama 52 tahun. Semoga umat yang berada disekitar Kapel dan yang selalu berdoa di Kapel mendapat berkat yang berlimpah. Misa yang berlangsung khidmat dengan homili yang dibawakan Romo Garbito berlangsung dengan sangat menarik, sungguh merupakan  tanda kehadiran Allah ditengah-tengah umatNya. Pada penghujung misa, Ketua Wilayah St. Maria Fatima menyampaikan pengumuman bahwa menjelang tanggal 13 Oktober tahun 2011 (tahun depan) direncanakan untuk dilangsungkan Novena St. Maria. Untuk persiapan Novena supaya lebih mantap, Umat diundang untuk selalu berdoa/ ibadat Rosario pada tanggal 13 setiap bulannya. Tak lupa Ketua Wilayah mengucapkan terima kasih pada Romo dan umat paroki yang hadir terutama umat Wilayah Suryakencana serta umat Wilayah Bondongan yang dengan  setia selalu berdoa bagi keluarga dan masa depan Gereja.  Umat juga diundang untuk beramah tamah setelah misa ditutup oleh Romo Garbito. Sampai jumpa pada tanggal 13 bulannya dalam ibadat Rosario dan Misa Kudus. (swara WilBond)

Seputar Paroki

Wilayah St. Maria Fatima Semakin Berkembang

Berdasarkan hasil rapat kerja Wilayah St. Maria Fatima Bondongan yang telah berlangsung sejak tanggal 28 Agustus yang lalu,  diusulkan pemekaran 2 Lingkungan kepada Pastor Paroki St. Fransiskus Assisi Bogor. Pada tanggal 13 November 2010 beberapa hari yang lalu, pada misa Sabtu sore di Kapel St. Maria Fatima Bondongan telah dilantik  para pengurus Lingkungan hasil pemekaran tersebut  yakni Lingkungan St. Vincentius menjadi Lingkungan St. Vincentius dan St. Laurentia, serta Lingkungan St. Silvester menjadi Lingkungan St. Silvester dan lingkungan St. Florentinus oleh Pastor Paroki RD Ignatius Heru Wihardono berdasarkan surat keputusan  penetapan pemekaran Lingkungan St. Vincentius  no 01/SK-PSFA/11/10 dan pemekaran Lingkungan St. Silvester no 02/SK-PSFA/11/10 yang dikeluarkan oleh Paroki St. Fransiskus Assisi Bogor.
Misa Pelantikan yang didahului  Ibadat Rosario (setiap tanggal 13 setiap bulannya)  pada pukul 16:00 berlangsung dengan suasana gelap sehubungan padamnya aliran listrik PLN.  Namun menjelang misa dimulai listrik sudah kembali menyala, menandakan bahwa pelantikan para pengurus akan berlangsung  dalam terang iman Kristiani. Hal ini sesuai dengan keseriusan janji dan kesediaan para pengurus untuk selalu melayani umat  yang ditanyakan oleh Pastor Paroki sebelum pengukuhan. Dengan doa dan berkat dari Pastor Paroki, para pengurus diajak mengembangkan dan menghadirkan kerajaan Allah ditengah kehidupan  warga masyarakat. Semoga semangat dan tekad pelayanan para pengurus tidak pernah padam, bahwa kita selalu diberkati dan dibimbing oleh kasih dan Roh KudusNya. Proficiat! (swara WilBond)

Cermin OMK

MERAWAT PERSAHABATAN (1)
(Cermin Kecil Untuk OMK)

Seyogyanya kaum muda katolik yang punya sebutan kerennya OMK (Orang Muda Katolik) mempunyai kebiasaan-kebiasaan berkomunikasi yang berkualitas dan beraktifitas yang dapat memperkaya kehidupan mudanya, terutama melatih akal budi untuk terus mencintai kebenaran. Mereka harus dibiasakan dengan waktu berkumpulnya yang berjam-jam untuk saling memperkaya cakrawala lewat perbincangan seputar masalah kehidupan pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan hidup bermasyarakat dan sebagainya. Lewat kegiatan-kegiatan demikian mereka akan terpanggil untuk merawat kehidupan bersama dalam semangat persahabatan dan didorong oleh cinta akan kebenaran.
Amicitiae (kata persahabatan) berasal dari kita Amicus (sahabat). kata ini sangat popular dalam kehidupan manusia mulai dari anak-anak hingga orang tua. Popular karena persahabatan itu indah dan mempesona. Keindahan persahabatan diperankan oleh pribadi-pribadi yang terlihat dalam persahabatan. Disana ada keterbukaan, pengorbanan, kejujuran, kepercayaan dan sebagainya. Sementara itu persahabatan merupakan sesuatu yang mempesona ketika pribadi-pribadi yang berlainan karakter dan latar belakan sosial, ekonomi, budaya dan agama bertekad untuk berjalan bersama dalam tarian kehidupan yang terkadang paradoks. Dalam persahabatan yang mempesona tersebut, mereka saling mengembangkan diri, mencintai, menghormati, terbuka dan menerima sesama apa adanya. Karena persahabatan begitu indah dan mempesona maka Aristoteles berkata : “Tak seorangpun akan memilih hidup tanpa sahabat, bahkan walaupun ia memiliki kekayaan-kekayaan lain”.
“Keindahan sebuah persahabatan tidak hanya diwakilkan oleh adanya rasa senang dan damai, tetapi juga dihiasi dengan pertentangan dan konflik. Oleh karena itu penting untuk mempromosikan budaya “merawat persahabatan”, yaitu dengan menata hal-hal baik yang membuat persahabatan langgeng dan dinamis serta membersihkan hal-hal yang menghambat proses bertumbuhnya benih-benih persahabatan. Persahabatan itu ibarat bunga ditanam di kebun rumah Anda, agar bunga selalu segar dan tidak layu perlu dirawat dengan seksama. Relasi persahabatan yang sehat, bersih, tulus dan menyegarkan perlu dirawat dan dipelihara dengan seksama. Itulah yang membuat “taman kehidupan” Anda semakin berseri. Tugas mulia Anda adalah menyebarkan keharuman persahabatan itu kepada sesama. 

(diar sanjaya – Ex Latina Claritas)

Cermin OMK

SAHABAT YANG SEJATI
DIKENAL DISAAT-SAAT SULIT (2)
(Cermin Kecil Untuk OMK)

Cicero seorang negarawan Bangsa Romawi Kuno berkata : “Amicus certus in reincerta cernitur.” Lewat ungkapan ini ia menekankan pentingnya kesetiaan dalam persahabatan, ia menampilkan nasihat-nasihat praktis untuk melanggengkan persahabatan. Baginya persahabatan sejati mengandalkan keterbukaan hati untuk setia baik dalam suka maupun duka, dalam untung dan malang, dan dalam kegagalan maupun keberhasilan.
Kehadiran seorang sahabat di saat-saat sulit sangat berarti dan biasanya menimbulkan kesan yang mendalam di hati sahabatnya. Kehadiran dan kata-kata yang menghibur memberi kekuatan dan dukungan yang tiada taranya. Maka persahabatan demi posisi yang baik, demi kekuasaan, atau demi kekayaan perlu dihindari karena itu merupakan salah satu bentuk korupsi persahabatan. Dalam menjalin persahabatan, terkadang kita memperlakukan sesama sebagai objek. Sesama menjadi sahabatku sejauh ber-uang banyak, memiliki kekuasaan, pandai, cantik, ganteng. Kalau semuanya habis, tak terbukti, pudar, maka kita diam-diam meninggalkannya. Seperti pepatah “habis manis sepah dibuang.” Persahabatan model ini merupakan pengingkaran terhadap makna persahabatan sejati.
Ada ungkapan yang menarik “Hati-hatilah, jangan mempercayai seorang teman, kecuali engkau telah mengujinya.”, “Selama periuk masih panas, persahabatan tetap hidup.” Dua ungkapan ini menekankan bahwa saat-saat Anda mengalami kejayaan, banyak sahabat datang mendekat, tetapi ketika mengalami kesulitan mereka menjauhi Anda. Disaat-saat sulit tersebut, kita merasa kecewa dan tak berdaya, karena itu kita membutuhkan seorang sahabat sejati. Namun apakah kita yakin mereka akan selalu hadir disaat-saat sulit dalam kehidupan Anda? Dalam saat-saat indah, para sahabat mengenal kita, namun disaat-saat sulit kita mengenal para sahabat kita. Karena itu ungkapan kata bijak berikut ada benarnya, “banyak orang akan datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya sahabat-sahabat sejati yang akan meninggalkan bekas di dalam hatimu.” Itulah saat terbaik Anda mengenali mereka! 

(diar sanjaya – Ex Latina Claritas)

Cerita Mini

Hadiah Natal Dari Surga

“Bruuk..!!” Sintia membanting tas sekolahnya ke meja dengan wajah cemberut. Mama yang sedang menggoreng ayam di dapur seketika menoleh.
“Pulang sekolah kok marah-marah, sih? Kenapa? Dimarahi guru?”
Sintia tidak menjawab. Malah dia bergegas menukar sepatunya dengan sandal rumah, lalu masuk kamar untuk mengganti baju seragamnya. Mama berpikir sejenak, lalu diam-diam tersenyum. Pasti gara-gara Adri lagi, teman sebangkunya. Selama hampir sebulan ini Sintia memang selalu mengeluh soal Adri. Yang nakallah, yang menjengkelkanlah, yang meng-ganggulah, dan lain-lain.
“Sin...” Mama membuka pintu kamar pelan-pelan, “Ada apa?”
“Ma, Sintia sudah enggak tahan. Lebih baik Sintia pindah kelas atau pindah sekolah sekalian! Masa tadi, waktu pelajaran menggambar, Adri menarik kertas gambarku dengan paksa. Katanya sih mau lihat. Tapi karena aku tidak mau kasih lihat, aku dan Adri jadi tarik-tarikan. Dan akhirnya kertas gambarku robek...” Sintia berlinangan air mata. Wajah dan hidungnya merah. Kuncir dua di kepalanya sudah berantakan.
“Lalu?”
“Adri dihukum berdiri di depan kelas oleh Bu Guru. Sedang Sintia mesti buat gambar lagi di rumah. Besok dikumpulkan. Ma, aku sih enggak keberatan menggambar ulang, tapi aku kesal. Kenapa Adri selalu menggangguku?”
Mama menggelenggelengkan kepala. Adri memang terkenal sebagai anak yang nakal di sekolah. Selama ini hampir tidak ada anak yang mau duduk sebangku dengannya. Akhirnya Ibu Guru memutuskan Sintia duduk sebangku dengan Adri. Maksudnya, supaya Adri bisa mencontoh sifat Sintia sebagai anak yang baik dan ramah. Tapi yang terjadi malah Adri selalu menjahili Sintia. Seperti memasukkan kecoak ke dalam tas, menumpahkan kuah baso ke seragam sekolah, dan banyak lagi.
Menurut Ibu Guru, Adri menjadi nakal karena kurang perhatian dari orang tua. Sehari-hari Adri memang cuma ditemani oleh bi Sumi, pembantunya. Ibunya sudah meninggal ketika Adri masih umur empat tahun, dan ayahnya pulang kerja malam hari. Jadi sudah lumrah kalau Adri menumpahkan kesepiannya dengan mengganggu teman-temannya di sekolah.
“Baiklah, Sin,” Mama segera memutuskan, “Besok Mama akan bicara sama Ibu Guru di sekolah supaya Adri tidak duduk sebangku lagi denganmu. Sudah, makan sana! Mama sudah buatkan ayam goreng kesukaanmu..”

*****
Sintia berdiri meluruskan kakinya yang pegal lalu tersenyum puas memandang pohon natal di pojok ruangan yang sudah selesai dihiasnya. Pohon natal itu tingginya kira-kira 1 meter. Ada hiasan Sinterklas, ada bola berwarna warni yang bisa berkelap-kelip, dan ada juga hiasan malaikat-malaikat kecil. Di pucuk pohon, Sintia meletakkan sebuah bintang besar berwarna merah terang. Pohon natal itu kelihatan cantik dan meriah. Natal memang sudah dekat. Tinggal sepuluh hari lagi.
“Pa.. ayo, dong, cerita soal kelahiran bayi Yesus. Sintia kepingin dengar lagi..” Sintia merangkul bahu Papanya dengan manja. Pak Daud, papa Sintia tersenyum.
“Apa kamu enggak bosan?”
“Enggak, Ayo dong!!”
“Oke. Ceritanya. Tuhan di surga sangat mencintai kita. Tapi ternyata di dunia ini penuh dengan orang-orang jahat dan berdosa. Nah, Tuhan tidak ingin orang-orang itu bertambah jahat. Tuhan ingin mereka kembali menjadi baik. Maka Tuhan Allah mengirim Yesus turun ke dunia melalui seorang gadis bernama Maria yang waktu itu sudah bertunangan dengan Yoseph. Maksudnya, supaya Yesus dapat mengajarkan kebaikan di dunia ini.”
“Apa Maria dan Yoseph tahu Yesus dikirim dari surga?”
“Ya. Seorang malaikat memberitahu sebelumnya. Dan Maria menerima Yesus dengan suka cita. Begitu pula Yoseph. Mereka bahagia karena sudah dipilih oleh Allah menjadi orangtua bagi Yesus di dunia ini. Mereka merawat dan membesarkan Yesus, sampai Yesus cukup dewasa untuk menjalankan tugasnya di dunia.”
“Sintia mengangguk-angguk. Lalu berdiri, “Sintia juga senang Yesus lahir ke dunia ini. Sintia mau menyiapkan kado juga buat bayi Yesus.”
Mama dan Papa Sintia tersenyum mendengarnya.
Siang itu, Sintia pulang sekolah lebih awal. Mama merasa heran, “Kok jam segini sudah pulang, Sin?”
“Ma, tadi ada berita bahwa ayah Adri meninggal karena sakit. Guruguru melayat semua. Jadi anak-anak disuruh pulang lebih awal.”
“Apa?” Mama mengerutkan keningnya, “Kok bisa meninggal? Kayanya Mama enggak pernah dengar dia sakit. Kamu tahu dia sakit apa?”
“Sintia juga enggak tahu, Ma. Katanya sih mendadak.”
Sintia termenung sejenak, lalu berbisik pelan, “Kasihan Adri ya, Ma. Sekarang dia sudah tidak punya ayah dan ibu lagi.”
Mama mengangguk sedih. Betul kata Sintia. Malang sekali nasib Adri. Sekarang dia sebatang kara di dunia, tanpa ayah dan ibu. Sekecil itu....
“Nanti sore mama juga akan melayat ya, Sin. Kita tunggu papa pulang kerja.”

*****
Malam itu, sesudah pulang dari rumah duka, Sintia duduk melamun di ruang tengah ditemani mama dan papanya. Di matanya masih terbayang-bayang wajah Adri yang lesu dengan mata memerah bekas menangis.
“Ma, kasihan Adri. Sekarang dia sendirian..”
“Iya, Sin,” Mama mengelus rambut Sintia, “Tadi Mama sudah ketemu dengan paman Adri yang datang dari Surabaya. Mungkin nanti Adri akan tinggal bersama pamannya itu. Tapi jauh juga, ya. Di Surabaya.”
Tiba-tiba Papa mendekat dan berbisik di telinga Mama. Keduanya lalu berpandangan, dan mengangguk.
“Sin,” Mama menarik tangan Sintia lebih dekat, “Sini. Ada yang mau mama bicarakan. Dan kamu harus dengar.”
“Ada apa, Ma?” Sintia terheran-heran.
“Mama dan Papa sepakat untuk merawat dan mengasuh Adri di rumah kita. Rasanya rumah ini masih cukup besar untuk kita tempati bersama-sama. Tapi tentu kita harus minta ijin kepada Paman Adri. Bagaimana kalau habis pemakaman ini Papa dan Mama menghadap Paman Adri?”
Sintia membelalakkan matanya. Anak nakal itu? Tinggal bersamanya?
“Enggak ah, Ma..” Sintia menggelengkan kepalanya, “Di sekolah saja Adri nakalnya minta ampun, apalagi kalau dirumah. Aku enggak mau tinggal satu rumah sama dia.”
“Sintia, ingat cerita Papa soal Maria dan Yoseph?” Papa memegang tangan Sintia, “Mereka menerima Yesus dalam hidup mereka dengan gembira. Mereka senang karena sudah dipilih Allah untuk merawat Yesus. Nah, Papa yakin, Tuhan juga sudah memilih Adri sebagai bagian dari keluarga kita. Dan lagi, tidak usah takut Adri akan nakal. Adri akan menjadi anak yang baik kalau kita bimbing dengan kasih sayang, seperti yang Yesus perbuat untuk orang-orang berdosa itu. Mau kan, Sintia?”
Sintia berpikir sejenak. Iya juga, sih. Sekarang memang saatnya dia menunjukkan kasihnya dengan mau menerima Adri di rumah ini, sebagai saudaranya. Pasti Tuhan juga di surga akan senang, karena Adri tidak sendiri lagi.
“Dan lagi, anggaplah Adri sebagai hadiah natal dari surga buat kamu, Sintia. Kami mau kan menerimanya?”
Sintia mengangguk kuat-kuat.
“Besok kita pergi ke paman Adri untuk minta ijin mengasuh Adri.”
Sintia tersenyum gembira. Ya, natal tahun ini dia mendapat hadiah sangat istimewa dari surga.
Tamat

Cerita Mini

Hidup Yang Indah dan Kematian Yang Indah

“Linda” artinya indah. Bagaimana orangtuanya tahu bahwa ia akan memiliki esensi yang begitu indah?
Hari ini aku memulai pagi dengan berkata, “Jangan mengkhawatirkan aku, sayang,” kemudian tertawa terbahak-bahak bersamanya. Betapa bodohnya membayangkan Linda tidak akan mengkhawatirkan aku, anak-anak yang ditinggalkannya, cucu-cucunya yang tidak akan ia kenal atau jutaan bayi yang bahkan belum lahir. Untuk pertama kalinya aku mengerti sifat dari kekhawatirannya. Khawatir adalah cara Linda mengungkapkan cinta tanpa pamrih, cinta yang mencapai kita dan setiap makhluk hidup untuk saat ini dan di masa depan. Jika Anda mengenal Linda, Anda akan merasakannya. Ia tidak bisa membayangkan bahwa orang bisa menyakiti orang lain, atau bahkan berbohong atau mencuri—itu bukan caranya.
Dalam hidup kita bertemu banyak orang, tetapi hanya sedikit yang meninggalkan jejak di hati kita. Linda mengenakan jubah spiritual dengan benang beludru. Ia meninggalkan jejak di hati kita dengan cara yang begitu samar. Yang dampaknya tidak kita kenali selama bertahun-tahun.
Delapan belas bulan yang lalu, sebuah melanoma yang telah diambil dari sebuah bintik kecil di punggung bawahnya enam tahun sebelumnya, kembali tumbuh di dalam kelenjar getah bening. Kami telah berusaha sekuat mungkin mendapatkan perawatan yang terbaik, tetapi tidak berhasil. Daripada menolak, kami mulai menyiapkan diri secara praktis dan emosional untuk kemungkinan kematiannya dalam waktu yang tidak lama lagi. Pada bulan Januari 2001, kami tahu bahwa masa hidupnya tinggal beberapa bulan. Daripada menyia-nyiakan waktu untuk menyesali, kami menggunakan sisa waktu yang sangat berharga untuk menikmati cinta kami dan mengucapkan salam perpisahan—satu gambar terakhir yang aku ingat adalah anak-anak kami yang sudah dewasa meringkuk seakan-akan mereka masih mengenakan piama, di kedua sisi Linda, memeluk dalam diam untuk mereguk kontak fisik sepanjang hidup.
Di hari-hari terakhir ia mulai kehilangan kesadaran di rumah, di bawah bimbingan petugas kesehatan. Meskipun tidak merasa nyeri, ia hanya bicara dalam usaha yang sangat keras dan kesadarannya hilang-timbul. Aku dan saudarinya duduk tenang di dekatnya, mengingatkan  dia akan cinta yang telah ia bagikan dan kepenuhan dari sumbangan hidupnya. Kami menemukan tumpukan puisi dan surat cintaku selam lebih dari 30 tahun, dan aku membacakan semuanya untuknya. Kami duduk diam berjam-jam dan hanya berpegangan tangan. Di malam hari kami menikmati cahaya dan kehangatan api di ruang tengah.
Pada hari terakhir ia tidur sampai siang, kemudian memasuki koma, matanya tidak terfokus dan berawan, tetapi ia tenang. Selanjutnya datanglah kematian melalui nafas mengorok. Kami menelepon petugas kesehatan dan kami disuruh untuk melihat dahi dan wajahnya—apakah ia tampak menyeringai, berjuang? Tidak, sama sekali tidak. Kami terus menenangkannya, menggenggam tangannya, memasang musik yang damai, membaca puisi, memberi izin untuk meninggalkan kami, karena pekerjaannya di dunia sudah ia laksanakan dengan baik.
Pada malam hari, dengan kekuatan kemauannya, ia berhasil melarikan diri sebentar dari komanya. Ia sedikit memalingkan  wajahnya, memusatkan mata padaku, menggerakan bibir mungkin untuk berkata “Selamat berpisah, Sayang.” Aku menciumnya, ia membalas ciumanku. Ia berpaling pada saudarinya dan “mengucapkan” salam perpisahan yang sama, kemudian kembali koma. Saat yang luar biasa dan mengharukan itu akan selalu tinggal dalam kenangan perasaanku. Beberapa jam kemudian, setelah diteguhkan oleh petugas kesehatan bahwa kami telah melakukan sebisa kami, kami menyiapkan diri untuk tidur. Aku menciumnya untuk mengucapkan selamat malam dan meyakinkannya bahwa aku akan berada di sisinya kembali jika ia membutuhkan aku. Lalu, aku tertidur.
Hanya beberapa menit kemudian, aku benar-benar terbangun, memandang Linda, dan merasa bahwa ia sudah pergi—napasnya telah berhenti dan bibirnya pucat. Aku memanggil saudarinya dan kami mengucapkan salam perpisahan terakhir untuk menghormati aura yang tersisa di tubuhnya yang telah membawa kehidupannya yang luar biasa. Dengan damai aku duduk di sisinya. Ia begitu damai, ditopang oleh begitu banyak hati pada bantal rajutan cinta.
Linda telah mengajari aku untuk hidup sepenuhnya di dalam mosaik semua saat-saat kehidupan—saat-saat yang tidak terbatas oleh waktu, ruang di sini, atau di sana; sekarang, kemarin, hidup atau mati—saat-saat bermakna yang dijalani dengan penuh kesadaran, yang sisi-sisinya akan merumuskan diri kita.
Kematian yang indah adalah konsep yang aneh, tetapi aku merasakan artinya. Aku sungguh beruntung menjadi suami Linda selama tiga puluh tahun dan berada di sisinya ketika ia meninggal. Aku masih belajar darinya. Meskipun kehadiran fisiknya telah berlalu, Lindaku yang indah akan membimbingku di sepanjang hidup. (Galih – Bruce Hanna)

Sebaiknya Kita Tahu

Mengapa Umat Katolik Tidak Membawa Kitab Suci Ke Gereja

Gereja-gereja Protestan menyediakan Kitab Suci di bangku-bangku mereka serta mendorong umatnya untuk membawa Kitab Suci mereka sendiri. Gereja-gereja Katolik menyediakan Lembaran Misa di bangku-bangku mereka yang berisi bacaan-bacaan dari Kitab Suci yang akan diwartakan pada hari itu. Setiap umat Katolik dianjurkan untuk membawa Kitab Suci pribadi mereka untuk digunakan pada waktu doa dan renungan sebelum dan sesudah Misa. Yang sering terjadi adalah umat Katolik ke gereja membawa Puji Syukur saja, tanpa Kitab Suci. Gejala ini menimbulkan kesan bahwa Gereja Katolik tidak akrab dengan Kitab Suci.
Sebagian besar orang non-Katolik tidak paham bahwa Gereja Katolik menyelenggarakan pelayanan liturgi setiap hari sepanjang tahun. Mereka juga tidak paham bahwa Gereja Katolik mempunyai kalender liturgi yang menentukan bacaan-bacaan mana dari Kitab Suci yang harus diwartakan setiap hari sepanjang tahun. Bacaan-bacaan hari Minggu dibagi dalam tiga Lingkaran Tahun Gereja (Tahun A, Tahun B dan Tahun C). setiap lingkaran tahunan dipusatkan pada salah satu dari ketiga Injil sinoptik (Tahun A : Matius, Tahun B : Markus atau Tahun C : Lukas). Injil Yohanes digunakan pada setiap lingkaran tahunan pada masa Paskah dan ada tahun B karena Injil Markus lebih pendek dibandingkan Injil sinoptik lainnya.
Tahun Baru Gereja dimulai pada hari Minggu Pertama Masa Adven dan berakhir pada Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Bacaan dari Perjanjian Lama dan Mazmur Tanggapan dipilih yang sesuai dengan bacaan Injil. Bacaan kedua diambil dari Surat-surat para Rasul dari Perjanjian Baru dan diwartakan mulai dari awal hingga akhir.
Selama Masa Paskah, bacaan dari Kisah Para Rasul menggantikan bacaan dari Perjanjian Lama. Kalender Liturgi dan lingkaran tahun gereja telah dipergunakan, dengan sedikit perubahan baik oleh gereja-gereja Lutheran maupun Episcopal. Misa harian mempunyai satu lingkaran pewartaan Injil. Keempat Injil digunakan dalam Misa harian sepanjang tahun. Bacaan pertama dalam Misa harian menggunakan Tahun I (untuk tahun ganjil) atau Tahun II (untuk tahun genap).
Bacaan Misa harian pada Masa Adven dan Masa Paskah selalu sama setiap tahun. Kapan saja kalian dapat pergi ke sebuah Gereja Katolik di mana saja di seluruh dunia dan kalian akan mendengarkan bacaan-bacaan yang sama diwartakan pada hari yang sama. Jika seseorang ambil bagian dalam Misa harian setiap hari selama tiga tahun, maka ia akan mendengarkan kurang lebih 98% Perjanjian Baru dan lebih dari 85% Perjanjian Lama diwartakan dari ambo (= tempat pewartaan). Di samping itu, Perayaan Misa bak sekali menggunakan kutipan-kutipan yang diambil dari Kitab Suci.
Jika saja seseorang mempergunakan stopwatch untuk menghitung banyak waktu yang dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci selama Perayaan Ekaristi berlangsung, ia akan mendapati bahwa mulai dari Salam hingga Pengutusan, lebih dari 25% waktu yang dipergunakan untuk merayakan Misa dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci, bukan membicarakannya, tetapi mewartakannya.
Tidak satu pun kebaktian Kristen non-Katolik yang bahkan mendekati banyak waktu tersebut dalam mewartakan Injil. Beberapa contoh :

2 Kor 13:31 : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus beserta kita.
Mzm 123:3, Yes 33:2 : Tuhan, kasihanilah kami.
Mat 20:30-31, Luk 17:13 : Kristus, Kasihanilah kami.
Luk 2:14 : Kemuliaan kepada Allah di surga, dan damai di bumi bagi orang yang berkenan kepadaNya.
Why 4:8 : Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa.
Luk 22:19 : Inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu.
Mat 26:28 : Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa.
Mat 6:9-13 : Bapa kami yang ada di surga...
1 Pet 5:14 : Damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita.
Yoh 1:29 : Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Why 19:9 : Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuanNya.
Mat 8:8 : Ya, Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.
Kor 9:15 : Syukur kepada Allah.    
Ika - Pontianak

Sebaiknya Kita Tahu

Aktivitas Harian
Lingkungan I (St. Bernadette)
Wilayah St. Michael
Oleh : J.D. Lehera

1. Tahap Awal
Lingkungan I lahir saat dikeluarkannya Keputusan Dewan Paroki Keuskupan Bogor tahun 1982 yang membolehkan setiap Wilayah dalam Paroki mengadakan pemekaran tetapi harus memenuhi persyaratan dan diterima umat setempat.

2. Kegiatan Harian
Ketua Lingkungan yang pertama adalah Bp. Ign. Isgiarto dengan moto pelayanan “Cepat berbuat tapi tepat”, mengadakan doa rosario antar Rukun dan pendalaman kitab suci umat yang lulus kursus kitab suci tingkat Paroki. Bahan renungan dari Paroki apabila tidak ada renungan disusun sendiri. Ada dua umat yang melayani kitab suci.

3. Regenerasi Pengurus
Bapak Ign. Isgiarto pindah kemudian umat memilih Ketua Lingkungan yang kedua yaitu Ibu Sumiyati Ifle dengan moto pelayanan “Pelan-pelan dan pelihara relasi supaya sukses”, meneruskan pelayanan dari ketua lama. Ketua Lingkungan kedua meninggal, umat memilih Ketua Lingkungan ke tiga (sekarang) ibu Y.C. Kamirah dengan moto pelayanan “Yo wes podo ngerti kabeh” (Ya sudah umat mengerti).

4. Daerah Pelayanan
Sebelum pemekaran Lingkungan ada 7 (tujuh) Rukun tersebar mulai Lawang Gintung dan Sekup sampai Pamoyanan Sari untuk Cipaku saat itu hanya beberapa kepala keluarga bergabung dengan Pamoyanan Sari.

5. Hubungan Dengan Masyarakat
“Seperti ikan dengan air”, itulah filosofi masyarakat Sunda. Umat aktif di posyandu lansia dan balita dalam RW. Ada umat aktif sebagai ketua RT dan koordinator agama katolik dalam RW setempat. Umat aktif arisan uang antar dua RW. Bezuk warga RW yang sakit di rumah atau rumah sakit. Jika warga meninggal, umat membaur dengan warga RW. Umat aktif dalam iuran RW dan kegiatan RW lainnya baik internal maupun dengan sesama warga kota Bogor pada acara tertentu.

6. Hubungan Antar Agama dan Pemerintah Kota Bogor
Umat aktif urusan antar agama karena kedekatan dengan tokoh agama di Bogor Selatan termasuk dengan Ketua MUI dan kantor urusan agama. Umat diminta calon haji berdoa bersama di masjid setempat pada musim haji 2008 sebelum berangkat ke Tanah Suci di Mekah. Hubungan dengan DPRD kota Bogor dan dengan Bapak Walikota Bogor lancar dalam acara tertentu. Dengan DPRD ada umat Tim Sukses pemilu caleg.

7. Pelayanan Abadi
Setiap Malam Natal dan Tri Hari Suci umat diminta tugas keamanan namun sayang saran dan nasihat mereka kurang direspon panitia. Kalau ada kejadian seperti Paroki Parung dalam Paskah kelabu 2008 tentu umat itulah nomor satu disalahkan oleh aparat keamanan. “Waspada dan kepekaan”, itulah moto seorang petugas keamanan. Namun sayang itu mahal harganya di mata aparat keamanan.

Selamat Berevangelisasi Tanpa Menghitung Untung-Rugi 
Moto St. Ignasius Loyola

Evangelisasi

Keselamatan Untuk Semua Orang

Tujuan utama keberadaan umat manusia dan seluruh ciptaan di muka bumi ini adalah untuk mewartakan kemuliaan Allah. Tujuan yang kedua, semua orang Kristiani khususnya dipanggil untuk menghayati dan mempraktekkan iman Kristiani untuk memperoleh keselamatan, bukan hanya untuk diri mereka sendiri tetapi juga untuk orang-orang lain. keselamatan itu tidak bersifat eksklusif dan tidak terbatas hanya untuk orang-orang tertentu saja: orang-orang yang rajin ke gereja atau orang-orang Kristiani yang sudah diinjili. Sebaliknya, Allah menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:4). Harus diketahui dengan jelas oleh semua orang bahwa keselamatan itu bersifat universal, diperuntukkan bagi semua orang, tidak pandang suku, warna kulit atau status sosial. Keselamatan abadi itulah yang harus dirindukan oleh setiap orang Kristiani. Dimasa yang silam idealisme yang luhur menggerakkan para misionaris sedemikian rupa sehingga semangat mereka dan jiwa misinya membuat mereka mampu melupakan segala-galanya: meninggalkan orang-orang yang dikasihinya, meninggalkan tanah airnya untuk menanggapi panggilan dari Tuhan kita Yesus Kristus mewartakan keselamatan sampai ke ujung-ujung bumi. Mat. 28:18-20 : “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Orang-orang lain menggambarkan keselamatan sebagai kebahagiaan terakhir yang dialami orang sewaktu dia masuk ke surga. Dengan demikian keselamatan kadang-kadang disebut “kehidupan kekal”, “hidup bersama Allah selama-lamanya” atau penglihatan yang penuh kebahagiaan. Walaupun nampaknya sulit, kita harus menghadapi kenyataan bahwa di manapun di muka bumi ini kita tidak dapat menemukan kebahagiaan yang sempurna. Kalau kita menyanyikan lagu Salve Regina untuk menghormati Bunda Maria, kita mengatakan bahwa kita ini berada di lembah air mata, bahwa kita berada dalam waktu percobaan dan malam perjalanan ziarah. Kita tidak boleh menipu atau membohongi diri kita sendiri. Kebahagiaan yang sempurna dapat kita capai hanya di dalam kehidupan sesudah kematian, dalam kehidupan yang akan datang. Satu-satunya jalan menuju kehidupan yang kekal adalah kematian, kecuali kalau Allah berbuat lain seperti yang Dia lakukan terhadap Henokh: Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah (Ibr 11:5). Santo Paulus sendiri mengalami kerinduan yang mendalam terhadap sorga ketika dia menulis: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus — itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu” (Flp 1:21-24).
Santa Teresa de Avila pernah berkata: “Saya ingin melihat Allah dan agar dapat melihat Dia saya harus mati”. Lebih dini lagi Santo Agustinus menulis ayat yang terkenal: “Hati kami tidak tenang sebelum beristirahat dalam Dikau”. 
Dalam kematian, roh manusia terpisah dari badan dan segera diadili oleh Allah. Sementara itu badan membusuk dan terlepas-lepas. Kita pasti pernah menghadiri penguburan seorang teman atau anggota keluarga dan menyaksikan jenazah yang kaku dan tidak bernafas. Ketika masih hidup, badan tersebut mungkin cantik, ganteng dan gagah. Tetapi setelah mati, kita hanya melihat kekosongan dan kevakuuman.
Tetapi badan atau tubuh dimaksudkan untuk bangkit kembali bila Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Sebagaimana setiap hari kita mendaraskan syahadat para rasul, dengan teguh kita mengatakan: “Aku percaya….akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal”. Badan akan dipersatukan dengan roh dalam pengadilan umum. Badan akan diberi ganjaran selama-lamanya di sorga atau dihukum dalam api abadi, sesuai dengan perbuatannya di dunia. Seperti yang dikatakan Santo Paulus : “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman”.(Rm 2:6-8).
Sangatlah normal bahwa sementara masih hidup sehat,. Kecenderungan manusia adalah lebih menyukai kekayaan daripada kemiskinan, kesehatan daripada berpenyakitan, kehormatan daripada ketidak hormatan, hidup yang panjang daripada hidup yang pendek. Tetapi sementara orang tidak dapat melihat jauh, menjalani hidup ini seolah-olah tidak ada kematian. Bagi mereka mendapatkan kekayaan dan kekuasaan adalah yang paling penting dalam hidup ini. Pekerjaan mereka, jenjang karir atau mobil baru merupakan segala-galanya bagi mereka. Mereka pasti salah. Tuhan Yesus Kristus sangat tegas ketika Dia mengatakan kepada murid-muridNya: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Mat 6:19-21).
Memang kita ini hanya peziarah-peziarah sementara saja di dunia ini. Akhirnya kita dipanggil menjadi warga negara sorga. Baru sukacita kita menjadi sempurna. Dan sukacita itu tidak pernah akan diambil dari kita (Yoh 16:16-24). Murid-murid Kristus sungguh harus kerja keras untuk mendapatkan keselamatan baik bagi diri sendiri maupun bagi orang-orang lain.
Refleksi singkat mengenai waktu dan keabadian 
Kitab Pengkhotbah bab 3 berbunyi: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai” (Pkh 3:1-8).
Sungguh, waktu itu terbatas. Waktu itu ada awalnya dan akhirnya. Sebaliknya keabadian itu tidak ada batasnya. Keabadian itu ada permulaannya tetapi tidak ada akhirnya. Keabadian itu berlangsung selama-lamanya, tidak pernah berakhir.
Kita murid-murid Kristus percaya adanya hukuman kekal. Ungkapan yang berbunyi: “Aku percaya akan kehidupan kekal” dalam syahadat para rasul menunjukkan kehidupan yang akan datang dalam surga maupun dalam neraka. Jika janji kebahagiaan abadi di sorga disediakan sebagai ganjaran bagi orang-orang yang tekun dalam menghayati iman, juga disediakan kesengsaraan kekal di dalam neraka bagi para pendosa yang tidak bertobat. Di neraka yang ada hanya penderitaan yang dahsyat dari api neraka yang kekal abadi.
Bagi kebanyakan orang, terutama para pebisnis, pengusaha besar, waktu adalah uang, waktu adalah emas. Dalam bisnis mereka tidak boleh kehilangan waktu. Bahkan sementara tengah makan, mereka tetap bekerja, berurusan dengan bisnis. Padahal bagi kita, waktu bukanlah yang paling hakiki dalam hidup di dunia ini. Waktu bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Yang penting adalah keabadian. Kita mengarahkan pandangan kepada yang tak kelihatan karena pada suatu hari, kita akan mendengar Seseorang berbicara dari tempatNya yang Kudus, ‘Cukup, cukup. Waktumu sudah habis dan mulailah keabadian’.
Di tengah-tengah semua jerih payah dan kerjanya di dunia, orang yang sungguh-sungguh terpelajar dan bijaksana harus selalu ingat bahwa ada waktu dan pengadilan bagi segala sesuatu (Pkh 8:6). Jika dia tidak sungguh-sungguh waspada, kodrat manusiawinya dengan mudah dapat menjerat dia dan dipikat oleh hasutan-hasutan dunia untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan dengan cara yang tidak terpuji. Kekuatan pendorong di belakang ini semua adalah keinginan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya yang tak terpuaskan. 
Dalam abad ke 18, seorang uskup agung yang terpelajar dan sangat terkenal dari keuskupan Seveli di Spanyol, yang bernama Ceferino Gonzales, seorang imam Dominikan, berada dalam kantornya sedang mengobrol dengan sahabat-sahabat karibnya. Di antara sahabat-sahabat yang hadir, terdapat seorang bangsawan tinggi yang kaya dan suka bermain cinta, yang selalu melucu tentang keutamaan-keutamaan yang dihayati oleh uskup agung itu. Karena hari itu hari Jumat dimasa Prapaskah, uskup agung itu tidak makan apa-apa kecuali roti dan air.
Bangsawan itu berkata kepada uskup agung: “Paduka yang mulia, kehidupan seorang yang kudus seperti hidupmu tidak ada yang menaruh iri hati. Hidupmu tidak normal. Engkau memilih hidup yang penuh dengan matiraga, tidur di atas papan yang keras, berjalan tanpa alas kaki, dibalik jubahmu engkau mengenakan kain goni. Engkau selalu mengurangi makan dan sebagainya. Siksaan yang tak tertahankan bagi orang yang normal! Jika sesudah semua pengorbanan ini, kebetulan anda dikutuk dan dihukum masuk neraka, itu merupakan lelucon yang sangat lucu. Ha-ha-ha-!”
Uskup agung yang suci itu menjawab: “Anda dilahirkan dari golongan ningrat, menikmati kedudukan yang terbaik, dan mendapatkan perkenaan raja. Saya telah pernah berada di istanamu yang luar biasa indahnya dan memperhatikan bahwa hidupmu memiliki semua perhiasan-perhiasan kekayaan duniawi. Setiap hari meja makanmu penuh belimpah makanan yang aduhai nikmatnya! Engkau dikelilingi oleh pelayan-pelayan yang cukup banyak jumlahnya yang selalu siap sedia melayani anda. Di kandang kuda tersedia kuda-kuda yang terbagus dan agung dan juga kereta yang indah. Engkau berkubang dalam segala macam kemewahan dan hiburan: tari-tarian, wanita, adu banteng, berburu dan banyak lagi. Jika sesudah semuanya ini, anda diselamatkan dan diberi tempat di sorga, itu juga merupakan lelucon yang maha lucu”.
Karena waktu mencapai batasnya dan awal keabadian sudah dekat, hanya ada dua kemungkinan dapat diperoleh bagi setiap jiwa manusia. Kemungkinan pertama memandang wajah Tuhan kita Yesus Kristus yang penuh kemuliaan dan kemungkinan kedua ialah memandang wajah Setan yang mengerikan. Masing-masing dari kita akan mendengar suara yang simpatik dari Hakim yang penuh belas kasih: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Mat 25:34). Atau kita akan mendengar keputusan yang keras: “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat 25:41).
Murid-murid Kristus mengetahui dengan baik bahwa dalam keabadian tidak ada yang tersembunyi. Dalam keabadian tidak pernah ada kesempatan yang kedua.  (Stefan Surya)