Sabtu, 31 Desember 2011

Ruang Kitab Suci

Orang Israel Ditindas di Mesir

Oleh : Peter Suriadi


Kel 1:1-22
  1. Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing:
  2. Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda;
  3. Isakhar, Zebulon dan Benyamin;
  4. Dan serta Naftali, Gad dan Asyer.
  5. Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir.
  6. Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia.
  7. Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.
  8. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf.
  9. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.
  10. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan – jika terjadi peperangan – jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”
  11. Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota pembekalan, yakni Pitom dan Raamses.
  12. Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.
  13. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,
  14. dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.
  15. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya:
  16. “Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan bolehlah ia hidup.”
  17. Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
  18. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: “Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan bayi-bayi itu?”
  19. Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: “Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin.”
  20. Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda.
  21. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.
  22. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: “Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.”
Konteks
Kitab Kejadian berakhir dengan kematian Yusuf (dan Yakub) dan dengan demikian mengakhiri periode Bapa Bangsa, cikal bakal bangsa Israel. Kata-kata terakhir Yusuf : "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub” (Kej 50:24) membuka perspektif masa depan dan sekaligus menunjukkan kisah yang sedang diceritakan tidak selesai pada kitab Kejadian. Masih ada kelanjutannya! Dengan kata lain, kitab-kitab selanjutnya, termasuk kitab Keluaran, bisa ditempatkan dalam kerangka pemenuhan kata-kata Yusuf ini.
Kisah Yusuf dalam Kej 37-50 membawa bangsa Israel ke Mesir sekaligus menempatkan setting kitab Keluaran. Singkat cerita, berkat Yusuf yang menjadi seorang pejabat tinggi di Mesir, keturunan Yakub yang terancam bahaya kelaparan berpindah dan menetap di Mesir. Bagian awal kitab Keluaran (1:1-7) sebenarnya merupakan pengulangan dari Kej 46:8 dst. Dengan begitu pencerita mengajak pembaca menghubungkan “kisah para Bapa Bangsa” dengan “kisah bangsa Israel”. Demi menunjukkan pertalian keluarga antara keturunan para Bapa Bangsa dan orang-orang Israel yang dibebaskan dari Mesir maka kitab Kejadian dan Keluaran dibuat menjadi satu alur kisah.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 2 bagian, yakni :
- ayat 1-7 : Keluarga Yakub di Mesir
- ayat 8-22 : Kerja paksa dan penindasan terhadap
  Keluarga Yakub

Keterangan Teks
- ayat 1-7
Bencana kelaparan sering menimpa tanah Palestina. Keluarga Yakub pun pernah mengalami bencana kelaparan. Mengapa akhirnya mereka mengungsi ke Mesir ? Selain karena Mesir adalah negeri yang subur dan memiliki sumber makanan yang melimpah, ternyata Yusuf, anak Yakub sudah menjadi pejabat tinggi di Mesir. Mesir menjadi tempat tinggal baru bagi keluarga Yakub.
Disebutkan pula daftar 11 anak laki-laki Yakub yang datang ke Mesir. Apa maksudnya ? Daftar itu dimaksud untuk menghubungkan kisah Keluaran yang sebenarnya berdiri sendiri, dengan sejarah para Bapa Bangsa. Daftar urutan anak-anak laki-laki Yakub tersebut dibuat menurut ibu mereka, sama seperti yang terdapat dalam Kej 35:23-26. Daftar dimulai dengan keenam anak Lea (Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, dan Zebulon), seorang anak Rahel (Benyamin), dua orang anak Bilha, budak perempuan Rahel (Dan dan Naftali), serta dua orang anak Zilpa, budak perempuan Lea (Gad dan Asyer). Yusuf, anak Yakub-Rahel tidak disebutkan karena ia sudah ada di Mesir. Keluarga Yakub yang pindah ke Mesir berjumlah 70 jiwa (nefesy, bdk Kej 46:27). Dalam tradisi Israel : bangsa-bangsa di dunia berjumlah 70 (Kej 10), keturunan Nuh berjumlah 70, dan anak-anak Gideon-Yerubaal berjumlah 70. Jadi, angka 70 harus dimaknai secara simbolis, yang berarti angka ini menunjukkan kesempurnaan sebuah keluarga Yakub yang diberkati dengan keturunan sebagai cikal bakal bangsa Israel. Tetapi Kis 7:14 menyebutkan 75 orang karena mengacu pada Kel 1:5 dan Kej 46:27 teks Yunani (LXX). Jumlah ini diperoleh dengan menambahkan ketiga cucu dan dua cicit Yusuf (bdk Bil 26:35-36).
Dalam perjalanan waktu Yusuf dan semua saudaranya serta semua orang yang seangkatan dengannya mati. Pada mulanya oleh Yusuf, keluarga Yakub (orang-orang Israel) yang datang ke Mesir ditempatkan di Gosyen, tanah terbaik di bagian timur delta Sungai Nil (bdk Kej 46:28). Tetapi kemudian keluarga Yakub beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga Mesir dipenuhi mereka. Orang-orang Israel berkembang biak dengan pesat. Hal ini penggenapan nubuat kepada Abraham (Kej 13:16 15:5 22:17), kepada Ishak (Kej 26:3-4), dan kepada Yakub (Kej 46:3-4).

- ayat 8-22
Beberapa generasi kemudian, bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir. Siapakah raja baru itu ? Dia adalah firaun (= “rumah besar” atau “istana”; gelar raja Mesir) penindas dan berdasarkan Kel 2:23;4:19, dia adalah pendahulu firaun yang berkuasa pada waktu Keluaran. Yang dimaksud firaun penindas barangkali adalah Seti I (1303-1290 SM) atau Rameses II (1290-1224 SM).  Dikatakan juga raja baru itu tidak mengenal Yusuf. Artinya, raja baru itu pasti pernah mendengar sepak terjang Yusuf tetapi ia tidak menghargai peran Yusuf dalam sejarah Mesir. Dan kemungkinan besar ia bukan berasal dari dinasti raja yang mengangkat Yusuf menjadi pejabat tinggi di Mesir. Sangatlah wajar jika ia tidak menaruh perhatian pada keluarga Yusuf.
Ketika bangsa Israel berkembang pesat dan lebih besar jumlahnya dari pada bangsa Mesir, maka raja baru itu melihat bangsa Israel berpotensi menebar ancaman. Jika sewaktu-waktu terjadi peperangan atau penyerbuan terhadap Mesir, mereka bisa saja bersekutu dengan musuh dan malah memerangi Mesir. Maka firaun berusaha meminimumkan potensi ancaman tersebut. Harus diusahakan agar mereka jangan bertambah banyak lagi dan jika terjadi peperangan jangan bersekutu dengan musuh dan melawan Mesir.
Ada 4 langkah yang diambil firaun untuk menghambat laju pertumbuhan orang Israel, yaitu :
  1. Firaun menempatkan pengawas-pengawas rodi untuk menindas orang Israel dengan kerja paksa. Mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota pembekalan, yakni Pitom (=kediaman/daerah Tum, salah satu dewa Mesir) dan Raamses (= Pi-Raameses adalah nama kota di daerah delta Sungai Nil yang dibangun Raameses II). Tetapi makin ditindas, orang Israel makin bertambah banyak dan berkembang, sehingga orang Mesir merasa takut kepada orang Israel itu.
  2. Karena langkah 1 tidak berhasil, maka dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang.
  3. Langkah 2 pun tidak berhasil. Lalu raka Mesir memerintahkan kepada Sifra (berarti “kecantikan”) dan Pua (berarti “semarak”), dua orang bidan yang biasa menolong perempuan Ibrani (Israel) melahirkan, untuk membunuh setiap bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir. Perintah firaun ini melatarbelakangi kisah kelahiran Musa (kel 2) dan hukuman yang kemudian dijatuhkan Tuhan atas anak-anak sulung bangsa Mesir (Kel 13). Tetapi bidan-bidan itu “takut akan Allah” sehingga mereka tidak melaksanakan perintah firaun. Rupanya firaun mengetahuinya dan memanggil keduanya. Firaun menanyakan mengapa mereka berbuat demikian dengan membiarkan hidup bayi-bayi itu. Kedua bidan itu mengemukakan argumentasi yang masuk akal menurut ilmu kebidanan pada masa itu : sebab perempuan Ibrani lebih kuat dibandingkan perempuan Mesir sehingga sebelum bidan datang, mereka telah bersalin. Kembali orang Israel makin bertambah banyak, bukan menyusut. Tindakan kedua bidan itu mendapat ganjaran dari Allah karena mereka membantu menyelamatkan umat Allah dari kekejaman firaun. Allah membuat mereka berumah tangga.
  4. Langkah 3 pun gagal. Selanjutnya firaun tetap menyuruh membunuh anak laki-laki Ibrani, tetapi perintah ini sekarang disampaikan kepada seluruh rakyat Mesir, bukan lagi kepada kedua bidan. Seluruh rakyat Mesir mendapat perintah langsung dari firaun untuk melemparkan semua bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir ke dalam Sungai Nil, tetapi membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Amanat Teks
Firaun mengajak orang Mesir bertindak dengan bijaksana. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan duniawi. Kebijaksanaan yang bersifat dosa karena mementingkan egonya sendiri. Firaun sengaja melebih-lebihkan untuk membenarkan tindakannya. Kalau ia betul-betul bijaksana, ia akan mempelajari mengapa Israel lebih diberkati dari Mesir, lalu meniru hal-hal yang menyebabkan Israel diberkati, atau membuang hal-hal yang menyebabkan Mesir kurang diberkati! Penguasa yang baik seharusnya melindungi setiap warganya, termasuk warga asing dan minoritas sehingga setiap warganya mendapat berkat Tuhan.
Jika kita melihat orang lain lebih diberkati Tuhan, janganlah menjadi iri hati, lalu membenci/memusuhi/ menganiaya/menindas mereka, tetapi pelajari dan tirulah rahasia kesuksesan mereka! Memang kadang-kadang kita tidak bisa meniru, karena memang tidak mempunyai kemampuan/bakat/karunia untuk itu. Dalam hal ini kita tetap tidak boleh iri hati, dan percaya bahwa sebagai manusia yang unik, kita mempunyai kegunaan tersendiri bagi Tuhan dan sesama kita.
Firaun melakukan tindakan yang ia anggap bijaksana dengan menindas bangsa Israel dengan berbagai cara. Hal seperti ini sering terjadi pada umat Allah. Karena itu kalau kita ditindas, bahkan kalau kita ditindas tanpa alasan, itu bukanlah sesuatu yang aneh! Ketaatan kepada Allah selalu mengandung resiko. Apakah kita juga mau taat kalau ketaatan itu mengandung resiko? Atau kita hanya mau melakukan ketaatan murahan saja? Tetapi ada suatu paradoks yang terjadi. Makin ditindas, orang Israel makin bertambah banyak. Karena di balik penindasan itu, Allah berbuat baik melalui berbagai cara. Seperti halnya anak laki-laki Israel yang baru lahir terselamatkan karena perbuatan baik bidan-bidan yang tidak melaksanakan perintah Firaun. Memang perbuatan baik kepada umat Allah selalu ada upahnya. 
Firaun jatuh dalam dosa makin lama makin dalam. Mula-mula hanya memberi kerja paksa, lalu menyuruh bidan-bidan untuk membunuh bayi laki-laki (secara diam-diam), lalu menyuruh rakyat membunuh bayi laki-laki (secara terang-terangan). Memang dosa yang satu selalu menarik kita ke dalam dosa yang lain. Maka janganlah membiarkan dosa semakin melingkupi hidup kita.
Firaun menghalangi penggenapan nubuat/rencana Allah karena ia ingin menekan pertumbuhan Israel di Mesir dan menahan Israel di Mesir. Ini tidak mungkin bisa berhasil, karena Allah merencanakan bahwa Israel harus berkembang biak, dan kembali ke tanah terjanji Kanaan. Rencana Allah tidak bisa gagal.  Demikian juga dengan kita. Apapun yang kita alami, percayalah bahwa Allah mengerjakan semua itu untuk kebaikan kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^