Rabu, 01 September 2010

Cover Depan September 2010

Redaksi Menulis

Hidup Serba kecukupan, materi berlimpah, punya jabatan, disegani banyak orang, siapa yang tak mau ? Tak dapat dipungkiri, semua orang pasti lebih suka dan lebih banyak memilih hidup nyaman menyenangkan, dihargai, dihormati daripada hidup susah dan serba kekurangan. Kita tak pernah terpikir bila semua itu secara tiba-tiba diambil Tuhan. Apa yang dapat kita lakukan ?
Menyadari akan hal itu, seharusnya kita sebagai manusia beriman tahu bahwa apa yang kita miliki di dunia ini hanya bersifat sementara saja. Dan semua yang telah Tuhan berikan pada kita hendaklah hanya sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan. Ada pepatah yang mengatakan “ Makan untuk hidup bukan hidup untuk makan “ Berarti ada nilai atau tujuan yang lebih tinggi yang harus dicapai manusia daripada harta kekayaan yang bersifat sementara, yakni harta surgawi yang bersifat kekal.
Pada edisi kali ini kita diajak agar bisa mempergunakan harta yang bersifat sementara itu untuk bisa dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Sehingga disaat apa yang kita banggakan semua telah sirna kita tetap kuat dan tabah menerima semuanya. Semoga………………….

Sajian Utama 1

KETIKA YANG DIBANGGAKAN SIRNA

Alangkah baiknya bila kita diingatkan selalu bahwa segala sesuatu yang dapat kita nikmati, rasakan, alami, kuasai, ketika hidup di dunia ini sifatnya hanya untuk sementara, tidak kekal. Sehingga kita masih mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan dan memperbaiki tujuan hidup kita, yang pada saatnya nanti pasti akan menjadi kenyataan, dan pilihan kita tidak lain hanya hidup kekal agar dapat berkumpul bersama para kudus di surga. Dan kita diingatkan untuk tidak melekat pada segala sesuatu yang bersifat duniawi, yang dapat menghanyutkan dan membawa kita melawan arus ke arah yang berlawanan dari tujuan hidup ini dan semakin jauh dari Tuhan yang bertakhta dengan mulia di dalam Kerajaan Surga.
Segala hasil jerih payah: prestasi, kekuasaan, harta kekayaan oleh banyak orang dikejar untuk menjadi tujuan hidupnya, bila berhasil maka akan sangat membanggakannya karena dianggap tidak sia-sia perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukannya demi tercapainya cita-citanya itu. Memang untuk hidup di dunia ini hal tersebut dibutuhkan supaya melengkapi apa yang diperlukan dalam memelihara hidup jasmani dan rohani agar boleh mendapat kebahagiaan. Tetapi sebagai orang beriman pada Yesus, maka tujuan sebenarnya yang hendak dicapai adalah hidup kekal di dalam Kerajaan Surga, bukan hidup sementara di dunia ini. Sedangkan segala fasilitas yang Tuhan berikan kepada kita untuk hidup di dunia fana ini hanyalah sebagai sarana pendukung saja dan bukan tujuan. Memang walaupun berupa sarana, tetapi tetap dibutuhkan agar tujuan yang sesungguhnya dapat tercapai dengan dukungan dan bantuan sarana tersebut. Hanya yang perlu menjadi perhatian yaitu agar sarana tersebut tidak menjadi batu sandungan yang dapat membuat kita terlena, jatuh dan tidak dapat bangkit lagi, sehingga tujuan hidup yang sebenarnya tidak dapat tercapai.
Menurut Santo Yohanes, dunia bertentangan dengan ajaran iman: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (bdk 1 Yoh 2:12-17). Setan itu selalu menggodai di dunia, lewat nafsu daging, keinginan akan hal-hal yang nampak menarik di mata, dan keangkuhan yang timbul karena kekayaan duniawi. Unsur-unsur duniawi yang disebutkan Yohanes ini menjelaskan pemikirannya tentang dunia sebagai musuh Kristus, karena dikuasai oleh Si Jahat atau Setan dengan unsur-unsur semu, yang tampaknya menarik, untuk menggodai manusia. Ini bertentangan dengan harta sejati, harta surgawi, yang tidak nampak. Yang kelihatan di mata itu sementara sifatnya, sedang yang kekal itu tidak nampak di mata, namun hakiki dan kekal sifatnya, dan hanya dikenal melalui iman. Orang tua, muda, anak, semua dipesan berulang-ulang dalam tulisan, agar mempererat hubungannya dengan Tuhan lewat iman: mengenal Dia, yang ada dari semula, dan dengan berpaut pada iman mengalahkan Si Jahat, kuat karena Sabda, yang diam di dalam hati dan mengalahkan godaan dunia.
Orang yang membiarkan diri tertangkap dan dikuasai oleh dunia dengan nafsu dagingnya, oleh barang-barang semu, fana, yang akan lenyap bersama hidupnya di dunia, masih angkuh dan sombong lagi karena harta dan kesenangan fana itu, sudah menjadi gelap budinya. Terang iman tidak dapat memasukinya, hingga unsur-unsur keabadian yang kekal, yang ilahi dan surgawi, karena tidak kelihatan (bukan materiil), tidak berbicara apa-apa pada orang dunia itu. Hati dan jiwanya menjadi tumpul, karena hanya “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1). Hanya hidup lewat materi yang tertangkap mata, rasa, indera; itu tidak bisa menerima bukti iman dan mengharapkan sesuatu yang tak kelihatan. Orang itu bisa merasa paling jaya di dunia, namun kejayaan itu lenyap dengan hidupnya, dan lalu …? Sedang iman seperti iman kristiani dan iman Musa itu, bertahan sama seperti ia melihat yang tidak kelihatan (Ibr 11:27).
Kita juga diingatkan oleh Rasul Petrus: “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia” (2 Ptr 3:10-14).
Dunia yang akan datang itu benihnya sudah ditaburkan oleh perbuatan orang pada masa kini dan di dunia ini. Dan yang bersiap-siap dengan perbuatan baik, agar “kedapatan tak bercacat, tak bernoda di hadapanNya” (2 Ptr 3:14) sekarang juga sudah ikut membangun dunia baru itu, yang akan merupakan kelanjutan, seka-ligus juga pembaharuan, langit dan bumi: namun tidak sama, karena unsur-unsur kebangkitan akan nampak nyata. Dan orang, yang ikut serta dalam kebangkitan Kristus, akan menghuni bumi baru dan langit baru itu dalam kemuliaan tubuh kebangkitan.
Kita tidak perlu digentarkan oleh kedatangan hari Tuhan, dan juga sirnanya kebanggaan duniawi yang tidak kekal, kalau dengan perbuatan kita tak bercacat, tak bercela, sudah menuju kepada dunia baru, di mana Tuhan menjadi segala dalam segala, kepenuhan total, yang dicapai oleh sekalian makhluk di alam penebusan purna.

(St. S T)

Sajian Utama 2

KEBANGGAAN SEMU

Tidak dapat diingkari, setiap saat, dalam kehidupan, kita menghadapi banyak pilihan yang harus diputuskan. Berbagai kemungkinan dan jalan terbentang di hadapan manusia. Tentu saja setiap kemungkinan atau jalan yang kita pilih membawa konsekuensi yang berbeda-beda. Pilihan yang harus kita putuskan sering kali lebih kita rasakan seperti sebuah tawaran, bujukan, godaan, iming-iming, atau panggilan yang harus kita hadapi. Konsekuensi dari keputusan kita mungkin adalah sesuatu yang membuat hidup kita lebih nyaman, menyenangkan, membuat bangga, membuat kita merasa lebih dari orang lain. Atau mungkin konsekuensi dari pilihan kita akan membuat hidup kita menjadi terbebani, sulit, kurang dihargai, harus meninggalkan orang-orang yang kita sayangi atau bahkan dimusuhi orang lain.
Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalannya. Seringkali kita merasa bahwa jalan yang kita pilih adalah yang terbaik. Ternyata itu hanya terbaik bagi manusia, bukan bagi Tuhan. Sebaliknya, jalan yang terbaik yang disiapkan Tuhan bagi kita, kadang kita rasakan sulit dan berliku-liku sehingga kita tidak mau memilihnya. Ya, bahkan kita sering harus melalui jalan yang terasa sulit dan berliku, dan setelah tiba saatnya baru kita menyadari, betapa baik rencana yang disiapkan Tuhan bagi kita. Menghadapi hari esok yang penuh ketidakpastian, kita sering kali ragu-ragu dalam menentukan jalan kita yang penuh kemungkinan. Bagaimana kita harus memilih ke arah mana kita melangkah? Hanya dengan rahmat Tuhan kita bisa menentukan jalan yang terbaik. Dengan selalu mengandalkan rahmat belas kasih Tuhan, Tuhan akan menempa iman kita, Seperti seorang ahli yang menapis emas, dan akhirnya terwujud emas yang murni dan indah.
Begitulah, Tuhan akan mengasihi orang-orang pilihannya, merajut kehidupan dan menempa iman mereka. Melalui peristiwa gembira, sedih, suka, duka, bahagia dan derita Tuhan menempa iman kita. Tentu saja diwarnai dengan perasaan-perasaan bangga, sedih, kecewa, penuh syukur yang silih berganti menghiasi kehidupan kita. Hanya dengan rahmat Tuhan kita akan ditunjukkan jalan yang terbaik bagi kita, yang sesuai dengan kehendakNya.
Kebahagiaan, kakuasaan dan wewenangnya, harta/materi, kejayaan, nama yang terkenal/ketenaran, kebanggaan, jabatan dan lain-lain adalah anugerah yang sepantasnya kita jadikan sarana untuk lebih mencintai Tuhan dan sesama. Jadi, semua itu tidak seharusnya kita jadikan tujuan utama. Banyak orang yang terkecoh imannya karena semua kenikmatan dan kebanggaan yang ditawarkan dunia tadi, sehingga lupa kepada tujuan mulianya. Kalau kita sudah mabok karena kenikmatan yang ditawarkan dunia, maka kita sulit untuk melepaskan keterikatan pada hal-hal tadi. Keterikatan pada hal-hal tadi bisa membentuk diri kita menjadi pribadi yang ambisius, serakah, egois, dan mau menguasai orang lain demi kepentingan kita. Padahal harta di bumi bersifat sementara, bisa dirusakkan oleh ngengat dan karat, juga bisa hilang diluar kehendak kita. Kalau sudah begini hidup kita akan terasa hancur, karena segala sesuatu yang membanggakan kita sirna. Kita bisa merasa putus asa dan kehilangan segala-galanya.
Yesus memberikan teladan bagi kita, bagaimana menghadapi tawaran-tawaran yang harus dipilih dan dijalani dalam kehidupan kita. Peristiwa Percobaan di Padang Gurun pada saat Yesus selesai berpuasa 40 hari lamanya, mengingatkan kepada kita, betapa pentingnya untuk selalu mengandalkan rahmat Tuhan, sehingga kita mampu menjadikan iman adalah prioritas utama yang harus menuntun kita dalam menghadapi cobaan dan pilihan. Dalam peristiwa itu, Yesus digoda dengan materi duniawi, kekuasaan, kehormatan dan imannya. Namun Roh Kudus menuntunnya untuk memutuskan pilihan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering dihadapkan pada banyak pilihan. Mana yang akan Kita pilih? Tuhan memberi kebebasan kepada kita untuk memilih. Dengan tekun berdoa, mengandalkan rahmat-Nya, Tuhan akan menuntun kita untuk menunjukkan jalan mana yang akan kita lalui.
Tuhan memberkati !

( E.Sri Hartati)

Catatan Kecil

KEBANGGAAN?

Banyak cara bagi orang untuk bisa menjadi terkenal. Orang bisa terkenal melalui apa yang dia lakukan dan bisa juga melalui apa yang dia punya atau seribu satu cara lain yang dapat dilakukan orang baik dengan jalan yang lurus atau dengan tipu muslihat yang pasti tujuannya tercapai. Banyak orang di sekitar kita yang mendadak terkenal karena memiliki jabatan yang membuat hidupnya berubah atau memiliki mobil mewah dan rumah yang indah di tempat bergengsi, mereka bisa memamerkannya dengan leluasa di depan kita dengan gaya selebritis. Ternyata beberapa bulan kemudian apa yang dimiliki dan dibanggakannya disita oleh bank yang memberikan pinjaman, menggunakan kartu kredit berlebihan sehingga tidak bisa bayar kembali.
Menjadi terkenal atau bergengsi di hadapan dunia membuat mereka terlempar jauh dari harapannya. Sungguh memprihatinkan tetapi sekaligus mengingatkan kita akan kefanaan dari segala sesuatu yang dimiliki manusia. Dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena pengenalan Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku lebih mulia daripada semuanya.”
Di dalam kasus yang berbeda tetapi dengan pengertian yang sama kitapun pernah mengalami kehilangan apa yang kita banggakan tetapi kita tetap terus bersyukur dan berterimakasih karena kita tidak pernah ditinggalkannya, jangan sampai kebanggaan dunia yang kita miliki berubah menjadi penderitaan dan kehinaan.
Setiap orang boleh memamerkan hal yang dibanggakannya, so pasti kebanggaan yang membuat orang lain sukacita. Kita bangga menjadi penyemangat kitab suci, kita bangga menjadi penggerak bakti sosial bagi orang miskin, kita bangga menjadi paduan suara memuji Tuhan, kita boleh bangga menjadi pendamping orangtua usia lanjut. Semua ini akan membuat kita terkenal bukan karena dunia tetapi karena kita bersekutu dengan Yesus yang kita imani.
Marilah kita meneladani Rasul Paulus di dalam menyikapi hal-hal yang membuat kita bangga, yaitu dengan sikap yang rela akan kehilangan hal-hal duniawi karena pengenalan akan Kristus yang lebih indah dari semuanya.

(diar sanjaya – MS 609 

Orang Kudus

Santa Rosa dari Viterbo, Pengaku Iman

Rosa lahir pada tahun 1235 di Viterbo, Italia Tengah. Kisah hidupnya tidak banyak diketahui dengan jelas. Oleh karena itu cerita legenda yang beredar tentang dirinya merupakan sumber untuk melukiskan riwayat hidupnya.
Frederik II, Kaisar Romawi Suci, karena suatu pertikaian sengit dengan Paus Gregorius IX (1227-1241), menyerang negara kepausan dan berhasil menaklukkan kota Viterbo pada tahun 1240. Rosa dengan berani mempersatukan seluruh rakyat untuk menghalau Frederik II dari Viterbo. Karena semangat kepahlawanannya itu, ia bersama orangtuanya dibuang keluar dari Viterbo. Mereka baru bisa kembali ke Viterbo ketika Frederik II meninggal dunia pada bulan Desember 1250.
Konon Rosa kemudian mengajukan permohonan untuk masuk biara Santa Maria yang ada di Viterbo. Permohonannya itu tidak dikabulkan oleh pimpinan biara itu. Lalu ia berusaha sendiri mendirikan sebuah komunitas religius baru. Usahanya ini pun tidak direstui oleh Paus Inno­sensius IV (1243-1254). Karena kegagalannya itu ia lalu memilih tetap tinggal di rumah sambil, tetap menjalani suatu kehidupan bakti kepada Allah hingga kematiannya pada tanggal 6 Maret 1252. Kesalehan hidup­nya diakui oleh Gereja sehingga jenazahnya dimakamkan di dalam gere­ja Viterbo. Pada tahun 1357 gereja itu terbakar. Ketika makamnya dibuka, tubuh Rosa masih tetap awet seperti sediakala. Oleh karena itu umat Viterbo menaruh devosi yang besar kepadanya. Setiap tahun jenazahnya diarak melalui jalan-jalan kota Viterbo. Pada tahun 1457, Rosa dinyatakan ‘kudus’ oleh Paus Kalistus III (1455-1458).
 

Santo Laurensius Giustiniani, Uskup dan Pengaku Iman

Sejak masa remajanya Laurensius bercita-cita melayani Tuhan. Kesucian hidup sudah menjadi cita-cita yang terus membakar hatinya. Sekali peristiwa ia mendengar suatu suara ajaib berkata: “Ketentraman batin yang engkau dambakan hanya ada di dalam Aku, Tuhanmu.” Suara ini semakin memacu dia untuk lebih dekat pada Tuhan. Sejak itu segala hal duniawi tidak berarti lagi baginya. Tuhanlah satu-satunya yang mengisi relung-relung hatinya. Desakan orangtuanya untuk mengawinkan dia tidak lagi digubrisnya. Satu-satunya pilihan bagi dia adalah mengikuti Kristus yang tersalib. Kepada Yesus, ia berdoa: “Engkaulah ya Tuhan satu-satunya cita-citaku.”
Laurensius masuk biara kanonik dari Santo Joris di pulau Alga. Di sanalah ia hidup lebih dekat dengan Tuhan dalam matiraga, doa dan pekerjaan harian. Hanyalah sekali ia pulang ke kampung halamannya ketika ibunya meninggal dunia. Pekerjaan yang ditugaskan kepadanya ialah mengemis-ngemis makanan di kota untuk seluruh penghuni biara. Tugas ini dilaksanakannya dengan penuh kegembiraan dan kesabaran demi Yesus yang tersalib.
Pada tahun 1406 ia ditahbiskan menjadi imam dan 27 tahun kemudian diangkat menjadi Uskup di Kastello. Administrasi keuskupan di­percayakan kepada orang lain dengan maksud agar dia dapat mencurah­kan seluruh perhatiannya pada pelayanan dan pemeliharaan umatnya. Laurensius yang saleh ini kemudian diangkat menjadi Patrik pertama di Venesia.
Di dalam kebesarannya ia tetap seorang Uskup yang sederhana dan rendah hati. Ia terus menolong orang-orang miskin meskipun hal itu kadang-kadang membuat dia harus berhutang pada orang lain. Ia perca­ya penuh pada penyelenggaraan ilahi: “Tuhan yang maha agung yang akan melunaskan utang-utangku”.
Ketika ajalnya mendekat, Laurensius tidak mau berbaring di atas tempat tidur yang empuk. Ia menyuruh pembantu-pembantunya agar membaringkan dia di aatas papan yang biasa digunakannya. Ketika ia meninggal dunia, jenazahnya disemayamkan selama dua bulan lamanya di dalam kapel biara. Badannya tidak rusak bahkan menyemburkan bau harum yang semerbak bagi setiap pengunjungnya. Laurensius wafat pada tahun 1455.

Ruang Kitab Suci

ORANG KAYA DAN ORANG MISKIN
(Oleh : Stefan Surya)

LUK 16:19-31
19 “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
30 Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.


Susunan
Suatu kisah bertahap dua disusul oleh suatu dialog yang bertahap dua. Tahap pertama kisah tentang seorang kaya yang selama di dunia ini selalu hidup tanpa belaskasihan, dan Lazarus yang miskin (ay 19 dab). Dikontraskan dengan tahap kedua tentang perubahan keadaan nasib mereka setelah kematian (ay 22 dab). Kemudian dialog orang kaya dengan Bapak Abraham pada tahap pertama mengenai pembalikan nasib hidup yang tidak dapat diubah lagi (ay 24 dab), sedangkan tahap kedua dialog menyangkut hal memberi peringatan kepada saudara-saudara si kaya yang masih tinggal di dunia ini untuk bertobat (ay 27-31).
Orang kaya dan orang miskin: Kebahagiaan ataupun sengsara manusia di alam baka memang tidak tergantung dari kekayaan ataupun kemiskinan selama hidup di bumi. Keselamatan tergantung dari perbuatan-perbuatan manusia, dan sekaligus merupakan karunia Allah semata-mata. Namun bahaya yang ditimbulkan oleh kekayaan dalam mencapai keselamatan, jangan diremehkan. Sebab orang kaya, karena merasa terjamin, sering kali buta dan tuli terhadap Allah, sesama dan dunia sekelilingnya. Orang miskin, justru karena hidupnya tidak pernah terjamin, sering kali mengandalkan Allah semata-mata.
Perubahan nasib di alam maut: Si miskin dibawa oleh para malaikat ke pangkuan Abraham, sedangkan si kaya cuma dikuburkan. Ia menderita kesakitan sementara melihat Lazarus dalam pangkuan Abraham.
Dialog pertama: Orang kaya dua kali menyapa Bapak Abraham (ay 24 dan 27), sedangkan Lazarus tidak disapanya, karena dia melihat Lazarus hanya sebagai orang suruhan saja. Ia minta Lazarus disuruh ke rumah ayahnya agar 5 orang saudaranya bertobat, meringankan penderitaan orang miskin dan tidak membuat ‘jurang’ antara orang kaya dan miskin di dunia yang dapat menjadi jurang tak terseberangi pada kehidupan yang akan datang.
Dialog kedua: Pembicaraan kedua kembali mengenai masalah hidup di dunia yakni bagaimana agar saudara-saudaranya yang masih hidup di dunia ini dapat diselamatkan dari penderitaan dalam alam maut? Menurut Abraham mereka tidak akan diyakinkan oleh seorang yang bangkit dari alam maut, kalau mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para Nabi.

Konteks
Lukas bab 16 berbicara tentang penggunaan harta kekayaan. Ayat 1 – 13 ditujukan kepada murid-murid, sedangkan ay 14 – 31 ditujukan kepada orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu (ay 14). Nasihat dan janji untuk murid-murid agar menggunakan harta untuk menjalin persahabatan dengan orang miskin sehingga kemudian diterima bersama mereka di surga (ay 9), tetapi hal ini tidak ditanggapi oleh orang kaya; sehingga janji pun tidak dipenuhi baginya. Karena perihal penggunaan harta kekayaan tersebut berkaitan dengan hidup di akhirat, yang membuat orang ingin mengetahui apa saja tentang alam baka itu. Untuk memahami tentang teks tersebut perlu diperhatikan apa yang dikatakan dalam beberapa ayat yang mendahuluinya.

Keterangan
Jubah ungu dan kain halus (ay 19): Pada Ams 31:22 dikatakan “lenan halus dan kain ungu” adalah pakaian isteri yang cakap. Yesus pun dikenakan jubah ungu (Mrk 15:17). Jubah ungu biasanya dikenakan oleh raja dan para bangsawan yang kaya raya (1 Mak 8:14). Kain halus digunakan sebagai bahan pakaian dalam.
Lazarus (ay 20): Sebuah nama Ibrani, suatu nama “kampung” yang cukup umum digunakan (= El’azar = Eleazar = Allah itu penolong).
Berbaring dekat pintu rumah (ay 20): Orang kaya dan orang miskin itu di dunia ini mereka hidup berdampingan.
Ingin menghilangkan laparnya (ay 21): Orang kaya itu lalai menolong Lazarus yang terus berada di depan pintunya mengharapkan “apa yang jatuh dari meja makan si kaya”.
Anjing-anjing menjilat boroknya (ay 21): Dalam konteks Perjanjaian Lama, anjing-anjing dikatakan sebagai binatang najis dan berbahaya (Mzm 22:17,21 ; Ams 26:11). Dengan menjilat boroknya, lidah anjing itu bukannya meringankan penderitaan, malah menambah infeksi luka-luka, dan menajiskan orang miskin itu menurut pandangan orang Yahudi yang saleh.
Ke pangkuan Abraham (ay 22): Menunjuk pada tempat berbaring yang paling terhormat di sebelah/berhadapan dengan Abraham (seperti Yohanes bersandar dekat dengan Yesus, Yoh 13:23) dalam perjamuan pesta yang menjadi lambang kebahagiaan abadi (Luk 13:28).
Menderita sengsara di alam maut (ay 23, 28): Alam maut (Ibr. ‘syeol’, Yun. ‘hades’) menurut Alkitab Israel adalah suatu tempat di bawah bumi. Di situ orang-orang mati diturunkan dan diletakkan dalam kekelaman dan terpisah dari Allah (bdk Yes 14:11,15). Pada perkembangannya menjelang zaman Yesus, orang-orang Yahudi sudah membedakan antara suatu bagian yang penuh berkat bagi orang-orang benar dan suatu bagian di mana orang-orang jahat menderita kesakitan dalam api yang menyala (Sir 21:9-10).
Menyejukkan lidahku (ay 24): Lidah berperan penting dalam pesta-pesta yang diadakan orang kaya. Kehausan merupakan suatu siksaan berat – menurut keyakinan masyarakat zaman itu – yang dialami orang-orang mati di alam maut.
Segala yang baik … segala yang buruk (ay 25): Kedua ungkapan (Yunani) ini searti dengan “nasib baik” dan berkat serta “nasib buruk” dan kemalangan (6:20, 24).
Terbentang jurang yang tak terseberangi (ay 26): Nasib orang kaya dan orang miskin itu tidak akan diubah lagi. Jurang/celah raksasa mengacu kepada dua keadaan yang tak terjembatani, yaitu hidup dalam berkat dan hidup dalam siksaan.
Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa (ay 27): Orang kaya menerima kenyataan yang harus dihadapinya. Tetapi ia memikirkan keluarganya yang masih meneruskan gaya hidupnya sendiri. Bahwa orang yang sudah dihukum begini, masih berhati sebaik itu, sulit dibayangkan. Ini menunjukkan bahwa perumpamaan ini tidak menyajikan ajaran tentang keadaan di alam baka!
Supaya ia memperingati mereka (ay 28): untuk menginsafkan mereka bahwa manusia harus bertobat selama hidupnya, bukan hanya memberitahukan bahwa ada hidup sesudah kematian!
Musa dan para nabi (ay 29): Sabda Allah yang disampaikan melalui Taurat Musa dan kitab-kitab para Nabi sering memperingatkan orang kaya akan kebutuhan orang miskin. Kata-kata para Nabi tersebut tetap berlaku (ay 17) dan harus dilakukan dalam hidup orang kaya kalau mau diselamatkan dari sengsara kekal.
Tidak, bapa Abraham (ay 30): Orang kaya itu mengulangi permintaannya, karena ia tahu saudara-saudaranya yang kaya itu akan mengabaikan Taurat Musa dan kitab para Nabi, ia meminta sesuatu yang lebih ajaib, yaitu seorang yang akan kembali dari alam maut untuk memberi mereka suatu peringatan.
Mereka akan bertobat (ay 30): Lukas menyoroti perlunya tobat individual, moral dan setiap hari (3:8, 10-14 ; 5:32 ; 15:7, 10 ; 7:3-4). Dan seruan untuk bertobat sering dikemukakannya pula sebagai peringatan menjelang penghakiman yang akan datang (3:3 ; 10:13 ; 11:32 ; 13:3, 5).
Seorang yang bangkit (ay 31): Kepercayaan bahwa seorang dari dunia orang mati datang untuk membawa pesan khusus (ay 27, 30), ditemukan pada orang Yahudi maupun Yunani pada zaman itu. Akan tetapi rumusan dalam ay. 31 adalah lebih khusus: seorang yang bangkit dari antara orang mati (seperti pada Luk 24:46 dan Kis 17:3). Rumusan Lukas itu mengacu kepada kebangkitan Yesus yang sudah terjadi dan diberitakan ketika Injil Lukas dikarang. Tetapi berita kebangkitan Yesus dari antara orang mati tidak dipercayai oleh orang-orang Yahudi yang mapan, justru karena mereka tidak percaya akan apa yang ditulis dalam Taurat Musa dan para Nabi (bdk Luk 24:25-27, 44-45).

Amanat
Injil ini menggambarkan jurang yang amat dalam yang ada antara orang kaya dan miskin. Betapa jurang itu tampaknya tak terseberangi. Pembaca diingatkan bagaimana orang yang lemah dan bersengsara dibiarkan dalam kesusahannya oleh orang kaya yang terus hidup bersenang-senang di hadapan orang yang susah itu. Barangkali orang kaya itu seorang saleh yang menilai dan mensyukuri hartanya sebagai tanda berkat Allah, dan memandang orang miskin itu sebagai orang najis yang terkutuk karena dosanya sendiri. Orang kaya itu tidak menindas si miskin, tetapi juga tidak pernah keluar untuk menolongnya. Mungkin dari jauh pun ia tidak pernah memandangnya. Jijik iihhh! Dia sama sekali tidak mengenal penderitaannya. Dia tidak pernah mengenal belas kasihan. Orang kaya itu hidup dalam dunianya sendiri dan untuk dirinya sendiri.
Tetapi menurut cerita ini, Tuhan menilainya sama sekali lain. Ia ada di pihak orang miskin. Orang yang sekarang lapar dan menderita, akan mengalami pertolongan Allah. Ia akan mendapat tempat paling terhormat dalam pesta abadi, tempat ia akan bersukaria dan dipuaskan.
Sebaliknya, orang kaya yang sekarang senang sendiri, tanpa mempedulikan nasib sesamanya yang bersusah, akan bersusah selamanya (6:20-26). Nasib itu menimpa dia bukan karena kaya, melainkan karena ia dalam kekayaannya bersenang sendiri, tanpa berbagi dengan orang miskin.
Perlu diperhatikan bahwa cerita Lazarus memuncak dalam bagian kedua dialog yang kembali mempersoalkan perilaku orang-orang kaya di dunia ini. Bagaimana orang-orang kaya dapat disadarkan dan berubah sebelum terlambat? Bukankah untuk itu diperlukan suatu peringatan khusus melalui tanda yang istimewa? Misalnya, seorang yang datang kembali dari dunia orang mati untuk memberi teguran?
Tetapi apa dayanya tanda-tanda ajaib serupa itu? Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, tetapi banyak orang kaya belum diyakinkan juga; dan belum berubah juga. Tanda-tanda istimewa, bahkan kebangkitan Yesus sendiri, tidak akan meyakinkan kalau orang kaya tidak mau mendengarkan sabda Allah dan Kitab Suci. Dalam kitab itu sudah terdapat petunjuk bagaimana harus memakai harta kekayaannya di tengah masyarakat miskin, lalu mendapat bagian dalam keselamatan.
Hanya rahmat dapat menyentuh hati orang. Rahmat asalnya dari Tuhan, namun kita umat dapat memohon dan mendoakan. Dan ini tugas kita dalam doa per-mohonan, dalam berpuasa, agar dunia si kaya mendapatkan terang, memperoleh kesadaran, bahwa dalam hatinya ada jurang menganga…Hanya sejauh ia menutup jurang pemisah dengan Lazarus si miskin itu, jurang tak terseberangi dapat dijembatani.

Penulis dan seluruh staf redaksi Berita Paroki mengucapkan: Selamat Ulang Tahun ke 50 menjadi Dokter, kepada DR. C. LOKA TJAHJANA
semoga Tuhan melimpahkan berkat dan rahmatNya pada Bapak dalam pengabdian melayani orang-orang kecil dan miskin.

Seputar Paroki 1

MISA HARI ULANG TAHUN PERKAWINAN
(KHUSUK, SEDERHANA, MERIAH)

Sabtu tanggal 14 Agustus 2010 Gereja Fransiskus Sukasari mengadakan peringatan bagi Hari Ulang Tahun Perkawinan bagi umat pada periode Januari hingga Agustus. Diawali pengisian daftar hadir oleh peserta di Ruang Santo Antonius pada pukul 18.00 hingga 18.30 WIB. Kemudian dilanjutkan pengarahan oleh romo Heru sebagai pastur tentang paroki tata cara ritual pelaksanaan HUP.
Pendaftar peserta HUP sejumlah 79 pasang dan yang hadir sebanyak 51 pasang, 28 pasang tidak hadir. Hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan rencana Misa yang semula direncanakan tanggal 15 Agustus 2010 jam 11.00 di ubah menjadi tanggal 14 jam 19.00. Peserta dari 6 wilayah yaitu wilayah Tajur pendaftar 31 ps hadir 15 ps, Stephanus pendaftar 9 ps hadir 8 ps , St. Mikael pendaftar 11 ps hadir 10, Siliwangi 1 pendaftar 2 ps hadir 2, Bondongan pendaftar 20 hadir 13, Suryakencana pendaftar 3 ps hadir 1ps. Hal ini terlaksana berkat kerjasama antara SKK, ME dan para ketua wilayah.
Misa dipimpin oleh Romo Heru yang didampingi oleh Romo Eeng dan Romo Garbito. Dimulai perarakan dari ruang santo Antonius, terdepan dua misdinar di ikuti oleh peserta secara berpasangan dilanjutkan dua misdinar, lektor, dua prodiakon dan para konselebran.
Ketika memasuki ruang gereja dalam suasana gelap, hanya diterangi lilin yang dibawa peserta perpasangan yang saling berpegang tangan diiringi instrumentalia syahdu dan menggetarkan jiwa.
Dalam pesan homili pastor menekankan pada kesetiaaan para pasangan akan pilihan hidup dan untuk saling melengkapi dalam kasih tetang hidup berkeluarga. Mengembangkan komunikasi yang intensif dan saling pengertian sesuai dengan janji perkawinan yang saat itu menjadi inti dasar perayaan ulang tahun perkawinan sebagai pembaharuan. Demikian juga yang dicontohkan oleh pasutri dari Jakarta yang sengaja diundang untuk saling berbagai dalam membina kehidupan rumah tangga yang harmonis penuh dengan keteladanan Kristus.
Selesai misa diakhiri dengan ramah tamah sederhana dengan hidangan tradisional yang dikemas sedemikian rupa dan diiringi dengan lagu-lagu nostalgia. Yang terasa adalah suasana riang, akrab dan peraudaraan.

( A-SAR )

Seputar Paroki 2

REKOLEKSI WILAYAH ST. MICHAEL

Wilayah ini lahir dari hasil pemekaran wilayah Siliwangi II / Stefanus pada hari Minggu, 24 Agustus 2008, karena baru seperti bayi kemudian merangkak serta jalannya masih tertatih-tatih kemudian memberanikan diri mengadakan rekoleksi pada tanggal 25 Juli 2010. Rekoleksi ini sebagai upaya untuk menjaring umat guna mengambil bagian dalam tugas di Rukun, Lingkungan serta wilayah menjadi pengurus. Rekoleksi terbagi menjadi dua sesi yaitu Spiritualitas yang dibawakan oleh Romo Garbito serta sesi kedua mengenai Evaluasi Kerja.
Sebelum masuk ke sesi pertama pembawa acara mengompori agar peserta berani untuk secara terbuka tugas mana yang tertidur pulas dibangunkan lalu bersama-sama mencari solusi agar aktif lagi. Ditekankan jangan sampai ada perasaan tersinggung di antara pengurus karena rekoleksi ini adalah awal pembelajaran berorganisasi yang baik yaitu bekerja lalu dikoreksi atau dievaluasi kemudian mendapat jalan keluar yang baik.
Paparan spiritualitas cukup di cerna peserta. Pengurus jangan bekerja sendiri akan tetapi mengarahkan umat mengambil bagian mulai awal evangelisasi. Karena apabila pengurus bekerja sendiri maka re-generasi pun tidak berjalan lalu terjadi 4-L yaitu, Loe Lagi, Loe Lagi Pengurus yang sedang tekun bekerja, agar di promosikan ke bidang lain sesuai profesinya agar regenerasi berjalan tetapi dari awal merupakan program Wilayah. Pada waktu menjalankan tugas perlu ada tim supaya lancar dan saling mengingatkan agar berhasil. Sebab Paroki berkembang sangat bergantung pada keaktifan Rukun dan Lingkungan dalam masyarakat agar Gereja dikenal bukan megahnya gedung tapi Gereja rohani (umat).
Sesi kedua tentang Evaluasi tugas ada lima bidang yaitu Liturgi, Pewartaan, Karitatif dan Pembinaan serta pelayanan masyarakat. Ada tiga bidang fokus utama di evaluasi yaitu :

1. Pewartaan 
Kitab Suci masuk Rukun - Lingkungan, pembinaan menjadi calon pemandu berjalan. Mutu pewartaan meski dirasakan kurang, tapi kegiatan Kitab Suci berjalan dan bekerja sama dengan Seksi Kitab Suci untuk pembinaan.

2. Pembinaan 
Terungkap semua Ketua Rukun - Lingkungan dapat memimpin doa, memang pelatihan dirasakan perlu dari Seksi Liturgi termasuk latihan kepemimpinan umat.

3. Pelayanan Masyarakat 
Umat aktif dalam kegiatan RT/RW bahkan menjadi pengurus tapi sebagai Lembaga Gereja belum ada pembinaan maupun penggembalaan dari DPP. Harusnya seksi HAK DPP mendata ulang para umat yang aktif di ruang publik untuk memudahkan tugas Paroki di ruang publik, ada satu agama yang memutus hubungan pertemanan dengan Paroki Sukasari, maka urusan lebih lanjut dapat diserahkan kepada Paroki yang menyelesaikan lebih lanjut.

(J.D. Lehera)

Evangelisasi

YESUS JALAN, KEBENARAN DAN HIDUP
 
Tuhan kita Yesus Kristus berbicara tentang diriNya: “Akulah jalan kebenaran dan hidup” ( Yoh 14:6). Kristus adalah Jalan berarti hanya di dalam Dia lah terdapatnya Kebenaran dan Hidup, dan bahwa tak seorangpun dapat pergi kepada Bapa tanpa melalui Yesus Kristus, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kis 4:12). Karena Yesus adalah Jalan, Kristus membangun kembali hubungan kepada Bapa di sorga yang dihancurkan oleh dosa manusia. Yesus menjadi Pengantara tunggal antara sorga dan bumi, Dia memimpin kita kembali ke jalan keselamatan dengan cuma-cuma tanpa kita harus bayar, tetapi telah dibayar oleh Yesus dengan kematianNya. Sebagai Jalan, Tuhan kita Yesus Kristus tidak hanya sekadar menunjukkan arah saja kepada kita. Dia mengundang kita semua: “Mari, Aku sendiri akan menghantar kamu ke sana!”. Kemudian Dia memegang tangan kita dan secara pribadi menuntun kita.
Yesus adalah Inkarnasi atau penjelmaan dari Kebijaksanaan Bapa yang tak terciptakan, yang menciptakan langit dan bumi dari permulaan. Kebenaran adalah Firman yang menjadi daging, menjadi manusia: Anak Maria (Yoh 1:14). Melalui KemanusiaanNya yang Kudus, Yesus Kristus dapat menyampaikan kepada kita semua kekayaan dan kebijaksanaan Bapa yang kekal. Dalam Penjelmaan, Allah Bapa mengucapkan Kebenaran yang akan membebaskan semua manusia. Sebagaimana tertulis dalam Yoh 8:31-32 : “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”. Ketika Tuhan Yesus bertanya apakah para Rasul juga mau meninggalkan Dia, Petrus menjawab: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah. (Yoh 6:67-69).
Yesus adalah Pesan Injil dan Sang Utusan yang mewartakan Pesan Injil. Yesus adalah Firman sekaligus Pewarta Firman. Dengan kata lain, Yesus adalah Kebenaran dan Guru yang hadir dalam Gereja. Kita mengetahui Kebenaran, wahyu adikodrati, sebab Allah mewahyukan diriNya melalui AnakNya. Dan pewahyuan ini terdapat dalam Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium.
Kitab Suci adalah Sabda Allah yang tertulis yang diserahkan atau dipercayakan kepada Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus. Tujuannya yang utama untuk mengajar dan menguduskan murid-murid-Nya. Tradisi Suci adalah seluruh pewahyuan di luar Kitab Suci, baik yang disampaikan secara lisan maupun secara tertulis. Tradisi Suci itu diteruskan atau disampaikan dari zaman ke zaman di bawah bimbingan Roh Kudus dan tuntunan Magisterium atau Kuasa Mengajar Gereja. Akhirnya Magisterium adalah kuasa mengajar yang dipercayakan oleh Yesus Sendiri kepada Paus di Roma atau kepada Gereja. Semua Uskup dan semua Imam dalam persatuan dengan Paus di Roma mempunyai kuasa ilahi untuk mengajarkan kebenaran keselamatan kepada semua orang beriman. Magisterium mempunyai tiga fungsi yaitu: menjaga atau melindungi simpanan wahyu ilahi, memahami kebenaran ini secara lebih mendalam serta semakin mendapatkan inspirasi dari kebenaran ini dan mewartakan kebenaran ini dengan setia.
Karena adanya Kitab Suci, Tradisi dan Magisterium dalam Gereja, kita mendapatkan jaminan bahwa Injil yang kita percayai dan kita imani adalah benar. Demikianlah, Tuhan Yesus sendiri berkata tentang diriNya: “Aku adalah Kebenaran”.
Kebenaran dalam situasi tertentu dapat memerdekakan kita, tetapi kebenaran tanpa perbuatan itu omong kosong, tidak ada gunanya. Ada sesuatu yang lebih unggul daripada kebenaran, yaitu kehidupan Kristiani. Sebab, teori tanpa pelaksanaannya atau aktualisasinya tidak masuk hitungan. Mempelajari teologi dan Kitab Suci tanpa menghayati hidup Kristiani adalah mati. Orang-orang lain mungkin mengatakan telah membaca Kitab Suci dari halaman ke halaman sampai tamat, bahkan sudah berulang kali. Mereka mungkin telah menghadiri macam-macam seminar sehingga kepalanya penuh dengan pengetahuan baru. Mungkin mereka berkata bahwa mereka lebih dekat pada Gereja karena mereka menjalin persahabatan dengan biarawan, biarawati, imam-imam dan uskup-uskup. Tetapi kenyataannya tetap, yaitu: mungkin saja mereka jauh dari “Kerajaan Allah”, sebab Tuhan kita mengingatkan kita bahwa tidak setiap orang yang berseru kepadaNya, “Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 7:21). Kesan bahwa orang-orang lain sering nampak saleh dan rajin berdoa kenyataannya dapat saja lain sama sekali. Kata-kata yang manis dan indah bahkan praktek-praktek keagamaan tidak dapat menggantikan perbuatan-perbuatan baik dan hidup Kristiani yang jujur dan sejati.
Sama seperti orang-orang Israel zaman dulu, mungkin kita setiap hari mengakui Allah dengan bibir kita, tetapi menyangkal Dia dalam kehidupan kita. Yes 29:13 mengatakan: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku”. Tidaklah sulit mengucapkan syahadat para Rasul, tetapi sulitlah menghayati kebenaran Kristianitas. Dengan demikian Yesus berkata tentang diriNya: “Akulah Kehidupan”.

YESUS ORANG BIASA
Orang-orang Yahudi menolak untuk menerima Yesus sebab Dia sedemikian biasa. Penolakan mereka terletak pada kenyataan bahwa mereka mengetahui asal-usul dari Tuhan Yesus. Mereka mengetahui sungguh-sungguh bahwa Dia dibesarkan di Nazaret dan bahwa Dia “anak seorang tukang kayu”. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh 1:46).
Injil Matius mencatat kekaguman orang-orang Yahudi ketika mereka menemukan Yesus sedang mengajar di sinagoga. Dengan penuh rasa kagum mereka berkata satu sama lain: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”. Tidak ada sesuastu yang luar biasa atau istimewa mengenai sejarah keluarga Yesus. permulaanNya yang sederhana bertentangan dengan harapan-harapan orang-orang Yahudi bahwa Mesias yang dijanjikan akan menggoncangkan dunia secara misterius dan penuh kuasa. Mesias yang dinanti-nantikan, yang dipandang sebagai pembebas politis dan sosial, diramalkan sebagai Raja yang dahsyat, Penakluk yang akan menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka.
Karena mereka mencari manifestasi-manifestasi yang dikerjakan dengan seksama dan terperinci oleh tangan Allah dan mencari kehadiranNya dalam hal yang tidak umum dan istimewa, mereka tidak dapat diyakinkan untuk melihat Allah dalam hal-hal yang biasa. Bagi orang-orang Yahudi tidak ada sesuatu yang istimewa dan unik dalam diri Yesus. Di hadapan sejumlah besar orang-orang Yahudi, sulitlah bagi Tuhan Yesus untuk menyatakan diriNya sebagai Mesias.
Ajaran iman Katolik kita justru sebaliknya. Bagi kita, Allah bukanlah Allah yang jarang masuk ke dalam hidup kita. Bagi kita, Allah adalah omnipresent, selalu hadir – dalam hal-hal yang nampaknya tidak berarti, dalam kejadian hidup kita sehari-hari. Kita percaya bahwa Pribadi Yang luar biasa, Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, menjadi Anak Manusia yang biasa. Sabda telah menjadi daging, verbum caro factum est (Yoh 1:14). Sejak itu, Allah hadir atas cara yang sangat istimewa dan penuh kasih.
Allah hadir bila dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaNya (Mat 18:20). Dia hadir bila keluarga dipimpin oleh sang ayah mengucapkan doa sebelum dan sesudah makan. Tuhan kita hadir dalam diri orang yang lapar, haus, telanjang, di penjara, terlantar, sakit. Yesus meyakinkan kita akan kehadiranNya yang unik dalam diri mereka itu ketika Dia bersabda: “Sesunguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Allah juga hadir dalam kumpulan umat beriman biasa dan juga dalam diri hamba-hambaNya yang ditahbiskan. Akhirnya Dia pasti hadir dalam kuasa pengampunan melalui sakramen tobat, dalam sakramen Baptis, dalam sakramen perkawinan dan paling istimewa dalam Ekaristi Kudus, dalam Sakramen Mahakudus. Karena itu jika Anda ingin bertemu dengan Allah, untuk merasakan KehadiranNya dan bercakap-cakap dengan Dia atas cara yang paling mesra, pergilah menghadap Sakramen Mahakudus, sebab Dia di sana selalu menunggu. Demikianlah iman murid akan kehadiran Sang Guru dalam hal-hal yang biasa.
Karena itu bagi kita orang-orang Katolik, Allah hadir dalam hal yang biasa – dalam minyak, air dan anggur, roti. Dalam persaudaraan, dalam diri kaum miskin, dalam peristiwa-peristiwa sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam tanda-tanda manusiawi (Sakramen-sakramen dan sakramentali-sakramentali).
Ketika Tuhan Yesus memulai pelayananNya di hadapan umum Dia memilih dua belas orang biasa sebagai pengiring dan sahabat, tanpa gelar, tanpa pengaruh, tanpa pakaian kerajaan, tanpa kekayaan karena mereka itu hanya nelayan-nelayan sederhana saja. Dalam memilih dua belas orang biasa, Yesus seolah-olah berkata kepada dunia: Berilah Aku beberapa orang biasa dan Aku akan mengubah wajah bumi, Aku telah memilih orang-orang lemah untuk memalukan yang kuat, Aku telah memilih yang tidak terpandang dan hina untuk memalukan yang terpandang (1 Kor 1:27-28).
Ada orang-orang yang menghayati kehidupan yang sederhana di tengah-tengah kebesaran, yang tetap bersikap low profile di tengah-tengah kekuasaan. Sekarang ini, hidup yang biasa merupakan suatu keputusan, suatu pilihan untuk makan makanan yang sederhana, ingat akan jutaan orang yang pergi tidur dengan perut kosong. Hidup yang biasa berarti memilih mengenakan pakaian yang sederhana, karena ingat akan orang-orang telanjang dan anak-anak jalanan. Hidup yang biasa berarti usaha untuk merayakan kesempatan-kesempatan penting misalnya hari ulang tahun, pesta perkawinan tanpa pamer dan cenderung menghambur-hamburkan uang. Bagi orang kaya hidup yang biasa dapat menunjukkan keberanian dan kemauan menghadapi dan mengerjakan pekerjaan yang hanya patut dikerjakan oleh pembantu, pekerjaan tangan atau pekerjaan berat seperti Yesus yang dikenal sebagai “anak tukang kayu”.
Kuasa dan karya Yesus yang diuji, dicintai dan disembah seluruh dunia sampai akhir jaman, Kerajaan-Nya di dunia ini dapat ditaklukkan dengan kelemah-lembutan, kesederhanaan, kerendahan hati dan dengan penuh cinta-kasih. Ternyata hidup yang biasa itu menaklukkan.

(St. S T)

Sebaiknya Anda Tahu 1

Kitab Suci Warta Keselamatan
Oleh : J.D. Lehera

“Kitab Suci dimengerti umat apabila Pemandu paham metoda.”


Dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional 2010, Paroki pasti mengadakan renungan kitab suci berdasar tema yang diberikan dari Paroki.
Sebelum melangkah lebih dalam mari kita menoleh dan mengkritisi hasil rekoleksi wilayah St. Michael pada 25 Juli 2010. Dalam rekoleksi ini secara terang benderang terungkap umat dalam Kombas tidak segan dan bosan membaca Kitab Suci karena selalu dibimbing pemandu setempat. tidak ada kecolongan karena program kerja disusun setahun oleh pemandu.
Ungkapan yang jujur tanpa takut dan malu hanya menggelitik terutama para pengurus kitab suci baik di wilayah terlebih di paroki serta umat yang digelari pemandu dianggap kurang peka atau kurang jeli terhadap pembinaan maupun penggembalaan terhadap para pemandu supaya tidak tidur enak. Para pemandu jika ada pembekalan selalu alasan inilah pokok masalahnya.
Dibalik umat segan dan bosan membaca kitab suci tergantung dari pemandu. Apakah memakai metoda mengajar atau metoda pendalaman. Kedua metoda ini dari sono-nya sudah berbeda sehingga ketika membentangkan kitab suci ke dalam konteksnya berbeda jauh. Disinilah sumber pemicu sehingga kejadian diatas muncul dan di bawa ke dalam rekoleksi supaya ada perbaikan.
Solusi kedepan perlu perbaikan yaitu cara pertama Seksi Kitab Suci wilayah terutama paroki perlu mendata ulang semua pemandu dalam wilayah. Cara kedua Seksi Kitab Suci harus jelas program pelatihan secara berkala dan berlanjut. Cara ketiga Seksi Kitab Suci wilayah terutama paroki mengadakan rekatekisasi agar pemandu yang berbeda metoda ada kesamaan supaya umat tidak lagi digurui terus menerus.
Pemandu dengan metoda mengajar disebut pewarta atau katekis atau pengajar agama di sekolah atau dalam paroki. Mereka ini sebagai pembicara dalam seminar atau persekutuan doa mengedepankan cara seperti mengajar. Contoh Injil Matius 17:1-13 selalu berfokus pada pengajaran dihadapan para peserta atau umat yang hadir di aula atau hotel dan sebagainya.
Pemandu dengan metoda pemahaman atau pendalaman sebelum melayani mempelajari situasi terkini di daerah tersebut dengan moto : “Belajar tiada henti. Mendengar tiada bosan. Bertanya tiada malu atau gengsi. Di kritik selalu membaca diri sendiri ada kelebihan dan ada kekurangan maka perlu di kritik supaya berkembang baik belajar maupun cara membentangkan kitab suci supaya pas dengan konteksnya”. Contoh Injil Matius 17:1-13. Metoda pendalaman. Mengapa Yesus melarang supaya mengadakan gerakan tutup mulut. Setelah umat menjawab sejauh yang dipahami maka pemandu memberikan rangkuman agar umat paham Injil Matius 17:1-13 tersebut.
Menuju pemandu terampil perlu mengetahui para penulis Injil. Latar belakang mereka. Injil itu dikirim kepada siapa dan dimana. Bahwa Injil Matius jika membentangkan ke dalam konteksnya sangat berbeda dengan Injil Markus dan Lukas. Matius orang Yahudi selalu mengutip kitab suci Perjanjian Lama.
Contoh berzinah-bercabul. Orang Yahudi setiap jam 6 pagi dan jam 12 siang dan jam 6 sore tidak boleh meninggalkan kemah. Mengapa? Kalau bayangan laki atau perempuan mengena kemah laki atau perempuan itulah yang disebut berzinah-bercabul. Contoh puasa. Bukan makan atau minum fokus utama bukan itu tetapi puasa tidak boleh menghujat Allah tidak, boleh menyembah illah atau dewa (bdk Yes 1:15-17, 58:3-9) Contoh sunat. Itu Perjanjian Allah dengan nabi Abraham dan semua keturunannya. Bukan fisik yang selalu ada debat kusir atau adu argumen. Sunat terdapat dalam Kitab Kejadian 17:1-27. Dalam kitab suci Perjanjian Baru Paulus mengajarkan bahwa sunat itu Materi Kebenaran Berdasar Iman (bdk Rom 4:14 dan Gal 3:11).
Markus dan Lukas bukan orang Yahudi. Itulah sebabnya injil mereka disebut injil segala bangsa karena injil itu dikirim kepada semua umat kristen dimanapun mereka berada. Maka mengenai berzinah-bercabul dan puasa serta sunat tidak dipahami para pembaca injil mereka. Pemahaman terhadap kutipan injil mereka dibentangkan dalam konteks zaman ini tentang berzinah-bercabul adalah : Datang ke gereja telat dan pulang sesudah komuni. Mengobrol sembarangan saat misa dan tertidur serta sms. Tidak doa angelus jam 6 pagi dan jam 12 siang serta jam 6 sore. Minum alkohol seperti merokok dan mengunyah permen sebelum misa terutama tidak menerima berkat imam sesudah misa. Mengenai puasa selalu berdasar surat gembala bapak uskup jadi bukan asumsi pribadi Senin dan Kamis puasanya. Mengenai sunat sulit dipahami para pembaca injil Markus dan Lukas maka para pemandu sering adu argumen dengan umat padahal keduanya belum paham hanya berdasar asumsi pribadi.
Gereja katolik tempo dulu melarang umat membaca kitab suci. Adalah benar karena khawatir membentangkan ke dalam konteksnya keliru akibatnya iman umat goyah dan saat itu ajaran aliran sesat merajalela seperti dialami rasul Paulus. Di zaman ini pun masih terjadi akibat para pemandu bentangkan kutipan injil ke dalam konteks belum pas. Maka itulah mengapa gereja katolik tempo dulu melarang umat katolik membaca kitab suci.
Metode pendalaman pernah diajarkan seksi kitab suci paroki 2003-2006 yaitu Lectio Devina berdasar ajaran St. Benediktus dan St. Agustinus dan St. Ignatius Loyola yaitu metoda M-4 bagi para awam. Yaitu Membaca, Merenungkan, Mengolah dan Melaksanakan sedang M-5 bagi para imam ditambah “Menghayati”, karena imam hidup dalam biara/pastoran.
Injil Yohanes terkenal Injil teologi tinggi. Dikirimkan kepada umat kristen di Asia Kecil dan tradisi Yahudi diterangkan dan ungkapan bahasa Aram diterjemahkan. Injil Yohanes ditulis dari bahasa Yunani itulah sebabnya teologinya tinggi contoh Yoh. 2:1-11 dan Yoh. 8:2-11 maka para pemandu belajarlah dahulu sebelum membentangkan kepada umat. Hindarilah asumsi pribadi dalam melayani umat sebab kitab suci itu adalah Suara Allah dalam tulisan agar disampaikan secara benar, jujur dan adil serta pas dicerna umat. (bdk 2 Ptr 1:20-21, 2 Ptr 2:1-3).
Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati!!!

Sebaiknya Anda Tahu 2

YESUS KORBAN REKAYASA KASUS

Kalau disimak berita di mass media akhir-akhir ini penuh dengan liputan tentang korupsi, penyuapan, rekayasa kasus. Banyak komentar para pengamat, hiruk pikuk argumentasi para advokat, unjuk rasa yang menuntut penyelesaian kasus, dan banyak komentar lainnya baik dari kalangan penegak hukum maupun masyarakat awam.

Penyakit Masyarakat Sepanjang Masa
Skandal korupsi, penyuapan, pemerasan dan rekayasa kasus terjadi sepanyang masa peradaban umat manusia, sejak puluhan abad lalu sampai dengan masa kini. Dalam Kitab Suci dijumpai kisah kasus korupsi dan manipulasi yang dilakukan oleh seorang bendahara, kasus main hakim sendiri oleh masa terhadap seorang perempuan. Terdapat pula praktek-praktek pemerasan terhadap orang-orang yang mau mempersembahkan korban di Bait Allah, dimana mereka dipaksa untuk membeli korban dari para pedagang kaki lima di Bait Allah. Skandal penyuapan, pengkhianatan dan rekayasa kasus yang paling besar sepanyang masa ialah ketika Yudas Iskariot menerima sogokan dari para Imam Agung dan kemudian menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi. Yesus dihadapkan di pengadilan yang tidak jujur dan kemudian dijatuhi hukuman mati!

Koalisi untuk Membunuh Yesus
Pada waktu Yesus berkarya sebagai Anak Allah yang menjelma menjadi manusia banyak orang Yahudi tidak mau menerimaNya dan menentang ajaran-ajaranNya. Terdapat tiga kelompok besar yang menentang Yesus dan mereka selalu berupaya untuk menjebak Yesus dan menghukum Dia. Kelompok-kelompok itu adalah: (1) Kaum Saduki yang merupakan suatu golongan pemimpin agama Yahudi yang fundamentalis dan sangat fanatik dalam hukum Musa. Mereka tidak senang dengan ajaran-ajaran Yesus dan merasa terancam karena Yesus sudah mempunyai banyak pengikut. Golongan Saduki memdapat hak otonomi penuh dari penguasa Romawi untuk mengurus Bait Allah. Puncak kemarahan mereka terhadap Yesus ialah ketika Yesus mengusir para pedagang hewan korban dan penukar uang dari pelataran bait Allah. Kaum pedagang itu yang nota bene adalah sanak keluarga kaum Saduki selalu memberikan setoran keuntungan kepada para Imam Agung. Tokoh yang terkenal dari golongan ini ialah Anas dan menantunya Kayafas. (2) Golongan Farisi yang terdiri dari para rabi dan ahli Taurat. Mereka sangat fanatik dengan hari Sabbath dan mengharuskan orang Yahudi mengikuti Hukum Taurat secara legalistik dan kaku. Yesus menyebut para ahli Taurat dan kaum Farisi munafik karena mereka hanya mengajarkan namun tidak menjalankan. Mereka sendiri hidupnya jauh dari cinta kasih dan serba gila hormat (bdk Matius 23). Yesus menolak cara-cara mereka yang menerapkan seribu satu macam aturan sebagai jalan menuju Allah. Oleh karena itu golongan Farisi menuduh Yesus telah melanggar hukum Taurat dan menghujat Allah. (3) Kelompok Herodian yang merupakan keturunan Herodes Agung yang ingin memerintah orang Yahudi menggantikan Gubernur Romawi. Mereka menganggap Yesus sebagai saingan politik karena mengira Yesus adalah calon Raja orang Yahudi. Padahal Yesus tidak pernah mencita-citakan kekuasaan duniawi (bdk Yoh 6:15)

Pengadilan yang Tidak Jujur.
Imam Agung dan kaum Farisi serta ahli Taurat melakukan upaya untuk menangkap Yesus. Dalam Mat 26:3-4 dikatakan, “Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia” Konspirasi ini berhasil ketika Yudas Iskariot menerima uang sogokan sebanyak 30 keping uang perak untuk mengkhianati Yesus (bdk. Mat. 26:14-16) Meskipun Yudas Iskariot pada malam Perjamuan Terakhir di cuci kakinya oleh Yesus dan menerima pembagian roti dan anggur dari tangan Yesus namun ia tetap tega mengkhianati Yesus dengan ciuman maut dan menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi di Taman Getsemani. Yesus dibawa ke tempat imam agung untuk diadili dengan tuduhan menghujat Allah. Sulit dikatakan bahwa pengadilan ini jujur karena tidak lazim sebuah pengadilan digelar pada tengah malam dan tidak di gedung pengadilan melainkan di tempat Imam Agung, yaitu dihadapan Anas dan Kayafas dengan saksi-saksi palsu. Pengadilan dilakukan secara kilat dan Yesus di vonis bersalah. Namun mereka tidak berani menghukum mati Yesus karena orang-orang Yahudi tidak mempunyai wewenang untuk membunuh orang (bdk Yoh 18:31) Yesus kemudian di bawa ke Pontius Pilatus yang pada waktu itu menjadi Gubernur Romawi namun dengan tuduhan yang berbeda, yaitu Yesus ingin memberontak terhadap otoritas penguasa Romawi.
Pengadilan yang dipimpin Pontius Pilatus berlangsung di bawah tekanan dan intimidasi. Orang-orang Yahudi yang dihasut oleh imam-imam kepala melakukan demo menuntut agar Yesus di hukum mati dan disalibkan walaupun Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun pada diri Yesus. Pokoknya skenario mereka agar Yesus dibunuh harus terlaksana! Karena takut akan orang banyak dan takut kehilangan pangkat maka Pilatus tidak berani membebaskan Yesus. Demi ambisi pribadi dan kedudukan ia rela mengorbankan Yesus yang tak bersalah!
Karena desakan orang-orang Yahudi dan imam kepala, maka sambil mencuci tangan Pilatus menyerahkan Yesus untuk di salibkan.

Pertanggungan jawab
Timbul pertanyaan, siapa yang bertanggung atas pembunuhan Yesus? Kayafas Imam Agung dan para pemimpin Yahudi tidak bisa menghukum Yesus maka mereka membawaNya kepada Pilatus dengan memfitnah perbuatan-perbuatanNya dan mengatakan Ia ingin menjadi raja. Meskipun membenci Kekaisaran Romawi imam-imam kepala berteriak: “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar” (Yoh 19:15) Pada waktu Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan seluruh rakyat berkata “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat. 27:25)
Beberapa tahun yang lalu ada film “The Passion of the Christ” yang memvisualisasikan kisah sengsara Yesus secara detail seperti yang diceritakan di Kitab Suci. Konon film tersebut diprotes komunitas Yahudi. Orang-orang Yahudi tidak mau dipersalahkan atas kematian Yesus. Injil tidak ingin mengatakan bahwa seluruh bangsa Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus. Para penulis Injil hanya ingin memberi kesaksian bahwa kebanyakan dari mereka dan bukan hanya pemimpin telah menolak Yesus.
Para Imam-imam kepala terus berkampanye mendeskreditkan Yesus. Ketika Yesus bangkit mereka menyogok para prajurit penjaga makam untuk mengatakan bahwa makam itu kosong karena jenazah Yesus dicuri oleh murid-muridNya. Dan cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini (bdk Mat 28:11-15)
Bagaimana dengan Pilatus? Orang ini merupakan sosok yang oportunis, culas dan kejam terhadap orang Yahudi. Demi ambisi pribadi ia terpaksa mengabaikan kebenaran dan menghukum Yesus. Karena ia telah memeras dan melakukan korupsi, ia takut nanti orang Yahudi mengadukan dia kepada Kaisar mengenai seluruh perbuatannya. Yesus berkata kepada Pilatus “... orang yang menyerahkan Aku kepadamu lebih besar kesalahannya”(Yoh. 19:11) Kamus “Dictionary of the Bible” menyebut Pilatus sebagai”insignificant and unworthy man” (Orang yang tidak berarti dan tak berguna). Namun, namanya selalu disebut setiap kali kita ucapkan Syahadat Para Rasul atau Credo :”Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus ...”

Arti Kematian Yesus
Dari sudut sejarah, wafat Yesus harus disebut pembunuhan. Tetapi dilihat dari sudut karya Allah, artinya dengan pandangan iman, Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia (bdk 1Kor 15:5). Karena cintaNya yang sempurna Putera Allah telah menjadi manusia. Ia rela menderita dan wafat di salib untuk menyelamatkan manusia dari kuasa kegelapan. Ia dengan bebas menerima penderitaan yang menimpaNya. Kebebasan Yesus memilih menderita disampaikanNya pada saat Perjamuan Terakhir bersama para muridNya. Pada waktu memberikan pecahan roti Ia berkata :”Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu” (Luk 22:19). Dan setelah bersantap Ia memberikan piala sambil berkata:”Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu” (1Kor 11:25), sementara Injil menambahkan “darah perjanjian baru yang ditumpahkan bagi banyak orang demi pengampunan dosa”(Mat 26:28)
Yesus tidak membalas kekerasan dengan kekerasan. Ia mohon kepada BapaNya untuk mengampuni orang-orang yang telah menyalibkanNya dengan berkata: “Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34)

Setelah Duapuluh Abad
Hampir duapuluh abad telah berlalu sejak pengadilan dan penyaliban Yesus. Sosok-sosok seperti Yudas Iskariot, Anas, Kayafas dan Pontius Pilatus secara fisik sudah mati. Namun, setan-setan masih terus berkeliaran mencari mangsa. Kita mungkin seperti Yudas apabila iman kita lemah. Kita sudah dibersihkan dan menjadi murid Yesus melalui pembaptisan dan perjamuan Ekaristi. Namun, kita tetap diberi kebebasan untuk memilih tetap setia kepadaNya atau meninggalkan Dia. Tetap setia kepada Yesus berarti kita selalu menjalankan firmanNya. Inti firman Yesus ialah cinta kasih kepada sesama.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyakiti bahkan mengkhianati sahabat atau saudara kita. Apabila menjadi pemimpin atau pejabat melakukan korupsi, gila hormat dan egois mementingkan ambisi pribadi dengan mengorbankan rakyat kecil. Kita sering jatuh dalam dosa dan menyangkal Yesus yang telah memanggil dan mencintai kita. Yesus bersabda: “Sesunguhnya Aku berkata kepadamu, “setiap kali kamu melakukan ini kepada salah seorang yang paling kecil dari saudara-saudara-Ku, kamu melakukannya kepada-Ku” (Mat 25:40)

Gerakan Tobat
Dalam masa prapaskah kita mengenang kembali kisah sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus dan sekaligus melakukan refleksi perjalanan hidup kita dan membangun gerakan tobat. Masa prapaskah telah lewat dan penanggalan liturgi Geraja Katolik sekarang memasuki masa biasa. Hendaknya semangat refleksi dan gerakan tobat jangan hanya dilakukan dalam masa prapaskah saja, namun tetap dijalankan setiap saat dalam hidup kita.
Sebagai manusia kita menghadapi berbagai macam persoalan dari yang ringan sampai berat Hal ini merupakan tantangan terhadap ketabahan dan kekuatan iman kita. Marilah kita tetap setia dalam mencintai Yesus walaupun kita mengalami berbagai cobaan hidup. Kita berusaha untuk belajar memikul salib seperti Simon Kirene yang berjalan beriringan dengan Yesus dan ikut memikul salib. Kita memikul penderitaan dengan sabar dan tabah seperti Yesus. Kita juga ikut membantu sesama kita tanpa pandang suku, agama ataupun ras!

(FJP)

Daftar Pustaka:
- IMAN Katolik, Buku Informasi dan Referensi, Konferensi Waligereja Indonesia (1996)
- A CATHOLIC GUIDE TO THE BIBLE, Father Oscar Lukefhar, C.M. Obor (2007)

Yang Ringan-ringan

BAGAIMANAPUN AKU MENCINTAIMU

Saat itu jumat pagi, dan seorang pebisnis muda akhirnya memutuskan meminta kenaikan jabatan pada pimpinannya. Sebelum berangkat kerja, ia telah mengatakan apa yang akan ia lakukan pada istrinya. Sepanjang hari ia merasa gugup dan ragu. Akhirnya, di sore hari, ia mengumpulkan keberanian untuk mendekati pimpinannya, dan di luar dugaan, pimpinan menyetujui permintaannya.
Suami yang gembira ini pulang ke rumah menemukan meja makan yang telah ditata dengan indah serta lilin menyala. Mencium aroma makanan pesta, ia menduga seseorang dari kantor telah menelpon istrinya dan membocorkan rahasia! Ia menemukan istrinya di dapur, dan dengan penuh semangat menceritakan rincian dari kabar gembiranya. Mereka berpelukan dan menari keliling ruangan sebelum duduk menghadap makanan lezat yang telah disiapkan oleh istrinya. Di sebelah piringnya, ia menemukan catatan yang ditulis dengan artistik: “Selamat, Sayang! Aku tahu kau akan mendapatkannya! Makan malam ini untuk menunjukkan betapa aku mencintaimu.”
Kemudian, dalam perjalanan ke dapur untuk membantu istrinya menyiapkan makanan penutup, ia melihat kartu kedua terjatuh dari kantong istrinya. Ia memungut dan membacanya, “Jangan khawatir karena tidak mendapat kenaikan jabatan! Bagaimanapun juga kau sebenarnya pantas mendapatkannya! Makan malam ini untuk menunjukkan betapa aku mencintaimu.

(galih-Joe Harding)

Renungan 1

MASIHKAH ADA KEBANGGAAN?

“Nina, kamu cantik sekali seperti ibumu, pintar seperti ayahmu, lemah lembut, baik hati…”. Begitulah pujian yang sering dilontarkan orang terhadapku, sampai–sampai aku hafal kata–kata pujian yang akan ditujukan kepadaku bila bertemu dengan mereka. Kata-kata pujian yang selayaknya menyenangkan dan membuat bangga orang yang mendapat pujian itu, bahkan bisa membuat bangga juga orangtuanya. Tapi lontaran pujian itu, sungguhkah membuatku atau kedua orang tuaku bangga? atau justru menjadi kepedihan hatiku?
Banyak orangtua akan bangga bila memiliki anak yang cantik, pintar, baik hati, tidak pernah membuat ulah, atau memiliki segala hal positif dalam diri anak-anaknya. Namun bagaimana denganku? Setidaknya dengan perasaanku sendiri? Apakah orangtuaku juga merasa bangga terhadap keberadaanku? Apakah aku juga merasa bangga terhadap diriku sendiri yang banyak dinilai positif oleh banyak orang? Bagaimana aku bisa tahu apakah orangtuaku merasa bangga dengan semuanya ini dan bagaimana aku juga bisa merasa bangga dengan lontaran pujian banyak orang mengenai ibuku yang cantik dan ayahku yang pandai bila sampai hari ini saja aku belum pernah bertemu dengan kedua orangtuaku atau salah satu dari mereka.
Menurut ibu panti, ibu kandungku telah meninggalkan aku di sebuah rumah sakit semenjak aku berumur tujuh hari. Oleh rumah sakit itu aku dititipkan di panti asuhan tempatku tinggal sampai sekarang. Di panti ini memang ada ketentuan untuk tidak mengadopsi kami (anak-anak panti asuhan) dan kami bisa meninggalkan panti, keluar dari panti di saat kami sudah bisa hidup mandiri. Maka jangan heran, walau aku sudah dewasa, tapi aku masih jadi penghuni panti.
Saat ini aku sedang menekuni bidang profesi, setelah beberapa waktu yang lalu aku telah menyelesaikan skripsiku. Kuliahku dibiayai oleh seorang dermawan. Sayangnya hubungan kami hanya sebatas penerima biaya dan pemberi biaya, karena sang dermawan tidak bisa kudekati untuk lebih mengenalnya dan mungkin juga tidak mau kukenal. Hubungan kami sangat berjarak. Banyak yang mengatakan kalau anak-anak beliau memiliki raut wajah yang mirip denganku, walau beliau bukanlah ayah kandungku.Mungkin sebenarnya beliau masih ada hubungan keluarga denganku, mungkin beliau adalah pamanku, atau keluarga dari ayah kandungku, entahlah… semua tutup mulut bila aku mulai menggali, mencari-cari untuk mengetahui keberadaan orangtuaku. Selain itu,aku juga kerap bertemu seseorang yang menurut informasi, beliau adalah adik perempuan ibuku. Tapi hubungan kami pun berjarak, karena aku merasakan, wanita itu selalu menghindar bila bertemu denganku, sehingga kami tidak bisa bertegur sapa walaupun kami ada di tempat tugas yang sama.
Mengenai ibuku yang cantik dan ayahku yang pandai, bagaimana orang-orang bisa mengatakan demikian? Bagaimana mereka bisa mengenal kedua orang tuaku? Sementara aku saja yang menjadi anaknya tidak pernah bertemu bahkan tidak mengenal kedua orangtuaku. Aku memang beruntung bisa mendapat sebagian informasi mengenai kedua orang-tuaku, karena kebetulan kami memiliki minat yang sama, sehingga akupun menggeluti profesi dan bidang yang sama dengan orang tuaku, sehingga aku banyak dikelilingi oleh orang-orang yang mengenal kedua orangtuaku dan mengetahui keberadaan kami.
Suatu hari, ada yang berbaik hati ingin mempertemukan aku dengan kedua orangtuaku. Waktu dan tempat pertemuan sudah diatur dengan baik agar semua bisa hadir saat itu, namun pada saat yang sudah direncanakan, semua hanyalah mimpi yang menunggu menjadi kenyataan, karena baik ayah atau ibuku, tak satupun dari beliau yang datang untuk menemuiku.
Sedih, kecewa…, segala perasaan dan pertanyaan berkecamuk jadi satu dalam diri dan pikiranku. Aku merasa sebagai anak yang sungguh terbuang, sung-guhkah kehadiranku di dunia ini tidak diharapkan oleh beliau? apakah karena beliau dari keluarga terhormat dan terpandang sehingga tidak boleh dan tidak bisa mengakui keberadaanku? Atau ada masalah lain yang sungguh-sungguh membuat ayah atau ibuku tidak bisa menerima, mengasuh dan memeliharaku sehingga keadaan menjadi seperti ini, hingga aku harus menjadi penghuni panti? Ya Tuhanku, mengapa aku harus mengalami kepedihan seperti ini? Apakah aku terlalu berharap padahal sudah bertahun-tahun aku terbiasa tinggal di panti.
Aku bergumul dengan perasaanku sendiri, sampai akhirnya aku merasakan keadaanku membaik. Aku percaya semua ini pasti karena campur tangan Tuhan yang luar biasa dalam kehidupanku. Aku mulai bisa meninggalkan perasaan-perasaan pahit dan kegetiran hidupku. Tuhan telah mengangkat aku. Aku percaya Tuhan tidak pernah meninggalkan aku, sekalipun ayah dan ibuku meninggalkan aku. Aku menyadari betapa besar kasih setia Tuhan atas diriku, karena selama ini aku telah dikelilingi banyak orang yang mencintai dan mengasihiku dengan tulus, orangtuaku di panti, orang tua asuh,saudara-saudaraku di panti, teman-teman dan masih banyak lagi.
“Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu, kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”(Mazmur 56:4-5).
Aku mensyukuri penyertaan Tuhan dalam setiap langkah kakiku, dalam setiap kehidupanku.Aku mengerti dan bisa memaklumi kemungkinan yang terjadi apabila saat itu aku jadi bertemu dengan ibuku atau (dan) dengan ayahku. Aku tidak boleh egois. Aku juga harus memikirkan keadaan ayah dan ibuku.Aku menghormati keputusan beliau untuk tidak menemuiku karena kehadiranku ditengah mereka bisa saja tidak menjadikan mereka bahagia, tapi malah membuat petaka. Bisa saja keluarga baru ibu atau keluarga baru ayah tidak mengetahui masa lalu beliau, atau bila sampai tahu, bisa saja keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini. Aku juga menghargai sikap orang-orang yang telah memberi informasi mengenai kedua orang-tuaku walau aku tidak mendapat informasi secara penuh, aku tidak ingin membebani mereka dengan menanggung resiko yang mungkin bisa terjadi bila aku mendapat informasi penuh dan keseluruhan mengenai kedua orangtuaku.
“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggungmu terus, Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu” (Yesaya 46:4)
Aku berdoa bagi kebahagiaan ayah dan ibu kandungku.Aku tidak pernah lagi berfikir apakah hati kecil beliau masih memiliki kebanggaan atas hidup yang kujalani sekarang. Aku terus akan mengabdikan hidupku pada Tuhan. Sesuai dengan profesiku, aku akan terus merawat orang-orang sakit dan terlantar dengan penuh cinta dan kasih yang tulus. Aku percaya dan bersyukur atas penyertaan Tuhan sepanjang hidupku, hingga aku selalu dipelihara dan dikuatkan.

(eestee)

Renungan 2

HIDUP BAGI ALLAH

Filipi 1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Mengambil keputusan. Hal ini sering kali manjadi momok bagi kita. Namun mau tidak mau kita harus melakukannya. Pilihan yang kita ambil akan mempengarui hidup kita di masa yang akan datang. Mungkin kita bertanya, “Apakah yang harus kita lakukan?” Jawabannya mudah: Saudara harus melakukan apa yang Allah mau untuk saudara lakukan. Kita tidak boleh hidup menurut kemauan kita sendiri, apalagi menurut kemauan orang lain. Pada akhir hidup kita, yang ada hanyalah antara kita dan Allah (Matius10:39). Yakinlah bahwa apa yang yang Tuhan sediakan bagi Saudara, pasti jauh lebih baik di banding dengan apa yang Saudara rencanakan sendiri.
Bagaimana kita mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak-Nya??? Kemampuan untuk mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan di bangun dari pengalaman pribadi bersama Dia. Pengalaman pribadi ini dapat berupa doa yang intim bersama Tuhan, membaca, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan. Bila firman itu sudah tertanam di dalam hati kita, dan kita memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan, maka Tuhan akan menolong dan menuntun kita agar keputusan yang kita ambil tetap berada dan sesuai dengan rencana-Nya. Oleh karena Dia adalah penasihat ajaib bagi kita.
Mengambil keputusan yang sesuai dengan rencana Allah tidak harus memuasakn semua pihak. Mungkin saja ada orang yang dikecewakan karena keputusan Saudara ambil. Itulah sebabnya mengapa Saudara membutuhkan pertolongan dan tuntunan dari Tuhan. Tujuan hidup kita adalah menyenangkan hati Tuhan, bukan hati manusia saja!
Carilah kehendak-Nya, Keputusan yang Saudara ambil pasti menyenangkan hati-Nya
 
Our decision today can not change our past dark, but our decisions in the Lord will determine our future hopeful.

Ika - Pontianak

Renungan 3

KACAMATA IMAN

Kejadian 13:12-13 Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.
Apabila kita memakai kacamata dengan warna berbeda-beda, maka segala sesuatu yang kita lihat pasti akan memiliki unsur warna yang seperti warna itu. Namun apabila kita memakai kacamata yang lensanya kemi, maka segala sesuatu yang kita lihat adalah sesuai dengan warna aslinya.
Dalam kisah pembacaan kita hari ini kita melihat dia kacamata berbeda, yang dipakai Abram dan Lot. Abram memandang kebutuhannya saat itu dari kacamata “IMAN”, sehingga ia memberikan kesempatan kepada Lot untuk memilih wilayah terlebih dahulu. Sebaliknya, Lot yang menggunakan kacamata “KEMAKMURAN” menggunakan kesempatan itu untuk melihat wilayah yang harus dipilihnya. Dengan kacamata itu Lot tidak dapat tempat seperti itu di taman Tuhan (Ay. 10), sedangkan penduduknya sangat jahat dan berdosa. Sayangnya hal ini diabaikan begitu saja oleh Lot karena ia terobsesi dengan keadaan alam yang menguntungkannya. Namun konsekwensi yang diterima Lot di kemudian hati, yaitu segalanya musnah.
Bagaimana anda memandang proses Allah dalam kehidupan anda saat ini? Waspadalah agar anda dapat melihat segala sesuatu dengan benar sesuai dengan apa yang di lihat Allah. Jangan terkecoh oleh gemerlap duniawi yang kelihatan menyenangkan namun berujung kebinasaan. Ada kalanya Allah mengijinkan kesukaran hidup dan berbagai masalah hadir dalam kehidupan kita, namun itu bukanlah tujuan Allah bagi anak-anakNya. Jika kita melihat keadaan itu dari kacamata duniawi, maka Allah akan kelihatan “mengecewakan”. Oleh karenanya, milikilah kacamata Allah yang jernih sehingga kita melihat segala sesuatu itu transparan seperti aslinya.

Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini, amatilah dengan kacamata iman.

Ika – Pontianak

Terminal Puisi

AKU DIUTUS

Banyak hamba Tuhan diutus tanpa putus-putus
Wartakan agama dan Firman-Nya Yang Kudus
Usahakan orang kembali ke jalan Dia yang lurus
Di jalan terang-Nya kita tidak mudah terjerumus

Banyak yang diutus wartakan Injil dengan lantang
Tapi seringkali jadikan Firman Tuhan bercabang
Bagaimana wartakan kasih-Nya dengan hati lapang
Bila hati bak buah masam karena belum matang

Jangan anggap kita paling benar dan lainnya salah
Rubah keyakinan seketika dapat timbulkan masalah
Biarkan dia dan kita hidup sebelah-menyebelah
Selama ada cinta-kasih tak mungkin mereka salah
Bila diutus wartakan Firman-Nya dimana-mana
Jangan harapkan imbalan dari Tuhan diatas sana
Bukan pula “agamakan” orang lain dengan paksa
Karena kita tidak pegang kunci surga dan neraka

Kita diutus bukan mendapatkan sejuta pendengar
Tapi jadi pelaksana Firman Tuhan dengan benar
Tanam bunga cinta-kasih ke satu hati dan mekar
Daripada sejuta bunga jadi kering atau memudar

Kita diutus bukan untuk dia bisa doa Bapak kami
Tapi bagaimana rubah hati jadi ikhlas dan peduli
Dan tebarkan cinta kasih keseluruh muka bumi
Karena cinta-kasih sebenarnya Tuhan itu sendiri
 
Arsian Wirawan

Yang Ringan-ringan

Percikan Pengalaman 1

PERJALANAN PULANG YANG PANJANG
Aku tumbuh di Spanyol Selatan di lingkungan masyarakat kecil bernama estepona. Usiaku 16 tahun saat suatu pagi ayahku memberitahuku bahwa aku dapat mengantarnya ke desa terpencil bernama Mijas, sekitar 30 km jaraknya, dengan syarat aku membawa mobil ke bengkel untuk diservis. Karena aku baru saja belajar mengemudi, dan jarang mendapat kesempatan memakai mobil, aku langsung setuju. Aku mengantar ayah ke Mijas dan berjanji menjemputnya pada jam 4 sore, lalu aku mengantar mobil ke bengkel. Karena punya waktu luang beberapa jam, aku memutuskan menonton film di bioskop dekat bengkel. Namun, aku keasyikan nonton sehingga lupa waktu. Waktu film terakhir selesai, aku melihat jam. Sudah jam enam! Aku terlambat dua jam!
Aku tahu ayah akan marah kalau ia tahu aku nonton film. Ia tak akan mengijinkanku memakai mobil lagi. Aku memutuskan memberi tahu bahwa mobilnya memerlukan perbaikan dan mereka memerlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Aku pergi ke tempat kami janji untuk bertemu dan melihat papa menunggu dengan sabar di ujung tikungan. Aku minta maaf karena terlambat dan mengatakan bahwa aku berusaha menjemputnya secepat mungkin, tapi mobilnya perlu diperbaiki. Aku tak pernah lupa pandangannya padaku.
“Aku kecewa karena kamu merasa perlu berbohong padaku, Jason”.
“Apa maksud Ayah? Aku tidak berbohong”.
Ayah memandangku lagi. “Waktu kamu tidak muncul, aku menelpon bengkel, menanyakan apakah ada masalah, dan mereka mengatakan kamu belum mengambil mobil. Jadi aku tahu mobilnya tak ada masalah”. Aku merasa bersalah, lalu aku mengaku bahwa aku menonton film dan itulah sebabnya aku terlambat. Ayah mendengarkan sungguh-sungguh sambil merasa sedih.
Aku marah bukan padamu, tapi pada diri sendiri. Begini, aku merasa telah gagal menjadi seorang ayah kalau setelah bertahun-tahun kamu masih merasa perlu berbohong padaku. Aku gagal karena membesarkan anak yang bahkan tak dapat berkata terus terang pada ayahnya sendiri. Ayah akan berjalan pulang sekarang dan merenungkan kesalahan apa yang ayah perbuat selama ini”.
“Tapi yah, perjalanan ke rumah itu 30 km. sekarang sudah gelap ayah jangan berjalan pulang.”
Protes dariku, permintaan maafku, dan perkataanku yang lain sia-sia. Aku telah mengecewakan ayahku, dan aku akan belajar mengenai pelajaran yang paling menyakitkan dalam hidupku. Ayah mulai berjalan di sisi jalan berdebu. Aku memohon sepanjang jalan, mengatakan sangat menyesal, tapi ia tak mempedulikanku, terus berjalan diam, berpikir dan menderita. Sepanjang 8 km aku mengemudi di belakangnya, kira-kira 8 km per jam.
Melihat ayahku menderita fisik maupun emosional adalah pengalaman yang paling menyakitkan dan menyedihkan. Namun, kejadian itu juga pelajaran yang paling sukses. Aku tak pernah berbohong lagi kepadanya sejak itu.

(diar sanjaya – Jason Bocarro)

Percikan Pengalaman 2

IMPOSSIBLE IS NOTHING

Pesawat dengan tujuan Denpasar segera akan berangkat, harap para penumpang yang akan berangkat menuju Denpasar untuk bersiap siap. Demikian suara yang terdengar dari pengeras suara memecah hiruk pikuk bandar udara. Labuan Bajo adalah kota ujung Barat Pulau frores yang saat ini terus bebenah dalam kualitas dan pelayanan dalam melayani Turis yang terus berdatangan untuk wisata ke komodo, wisata Rohani (Ruteng – Larantuka).
Dalam pesawat dengan tujuan Denpasar saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang sudah cukup berumur (kurang lebih 67 thn).Saya pun ingin sekali untuk mengajaknya ngobrol. Sepuluh menit setelah lepas landas beliau mengeluarkan Rosarionya dan melakukan tanda salib untuk berdoa.
 Sayapun menlanjutkan lamunan dan menikmati perjalanan sambil menunggu selesainya berdoa. Saya akhirnya memberanikan diri untuk memperkenalkan diri. Dalam rautan wajah yang menua Ibu Maria tersenyum dan memberikan tangannya (khas keramahan orang Ruteng).
Ibu maria mau ke Denpasar juga ? Saya memberanikan diri untuk bertanya.
Ooh ia nak saya akan ke Denpasar, kemudian saya transit untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura (dengan SIA).
Dengan semangatnya ibu Maria berceritera “ bahwa tiga (3) hari kedepan Anaknya yang nomor 2 (dua) akan diwisuda disana, jadi saya diminta dengan sangat oleh anak untuk hadir melengkapi kebahagiaanya”.
Luar biasa ya Bu dan tentunya ibu sangat bahagia untuk hadir di sana. Kalau anak-anak yang lain tidak diajak untuk hadir ?
Ibu maria berceritera bahwa anaknya yang ke-3 sekarang jadi dokter dan bertugas dipedalaman Papua jadi agak sulit untuk hadir. Anak yang nomor 4 seorang Dosen yang sibuk mengajar dan tidak dapat meninggalkan siswanya “maklum seorang guru “ dan anak yang ke-5 sekarang bertugas di Bank Pemerintah, jadi belum boleh cuti.
Dalam ceritera yang panjang ibu Maria mengeluarkan dan membuka bekal kue kompiang (roti khas ruteng) dan saya dipersilahkan untuk sama sama menikmati bersama. (dalam hati saya) Luar biasa ibu ini “anak-anaknya semua berhasil dan akan menuju ke singapura tetap membawa bekal kue khas kampungnya”.
Saya pun semakin penasaran dengan Ibu Maria, karena dalam ceritanya, rasanya belum semua diceritakan .
Bu Maria maaf ‘tadi ibu udah ceritakan semuanya , namun ibu belum menceritakan tentang anak ibu yang pertama (1), anak yang pertama sekarang dimana ya bu ?.
Anak saya yang pertama (1) sekarang masih di kampung sedang mempersiapkan panenan sawahnya. “maaf ya nak” kebetulan anak ibu yang pertama (1) adalah seorang Petani.
“Tentunya ibu kecewa dengan anak pertama “ Karena hanya tinggal di Kampung dan hanya menjadi seorang Petani.Dibandingkan dengan adik-adiknya semuanya berhasil dan memiliki prestasi masing-masing. Dengan mata yang berkaca-kaca ibu Maria berujar “saya tidak kecewa dengan anak yang pertama, kami sangat bangga dengannya karena dengan sawah peninggalan mendiang Ayahnya dia bertekat dan bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan adik-adiknya, dan terbukalah jalan sampai seperti mereka sekarang ini.
Ibu Maria pun mengeluarkan saputanganya untuk menyeka air mata sambil berujar “maaf ya nak, ibu sampai menangis, ibu sangat berterima kasih padanya dan anak pertama ibu sangat membanggakan. Namun ada hal penting dari semua itu, yakni sepanjang hidup, Saya terus memanjatkan doa Novena kepada Bunda Maria “dengan Novena saya menjadi berserah kepada penyelenggaraan ILLAHI, biarkan rencana Tuhan yang terjadi. Dan yang terjadi sekarang adalah seperti yang saya ceriterakan tadi.
Saya terdiam “terima kasih Tuhan saya telah bertemu, berkenalan dengan beliau”. Saya berterima kasih padanya dan menutup pembicaraan. “DEUS PROVI DEBIT”….Tabe…..

(Medi Mutis)

Info Paroki

Kalender Liturgi Oktober 2010

Jadwal Petugas

Refleksi Bung Francis

Klik gambar untuk memperbesar gambar

Cover Belakang September 2010