Sabtu, 31 Desember 2011

Cover Depan Edisi Desember 2011


Redaksi Menulis


Natal telah tiba….. Hari penuh suka cita yang dinanti  banyak  umat manusia. Di hari bahagia ini Allah Bapa telah mengutus putera-Nya Yesus Kristus sebagai tempat kita semua beriman dan mohon rahmat damai  kepada-Nya. Karena hanya Dialah Sang Raja Damai. “Kemuliaan bagi Allah ditempat yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara  umat manusia yang berkenan kepada-Nya”.
( Luk. 2:14)
 Kedatangan-Nya telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Melalui Dialah kita akan memperoleh kedamaian melalui masa pertobatan.  Pada masa ini kita semua diberi kesempatan untuk mempersiapkan hati agar kita lebih pantas menyambut kedatangan-Nya. Karena sebagai umat beriman kita semua mengakui bahwa segala harapan kita terpenuhi dalam Kristus. Dialah yang mengubah hidup kita, menjadi manusia baru yang siap menyongsong hari depan yang lebih cerah. 
Semoga Semangat Natal tahun ini membawa harapan baru bagi kita semua khususnya kaum muda sebagai tunas-tunas harapan gereja agar siap menyambut kedatangan Sang Juru Selamat,  menyediakan diri menjadi pribadi yang terbuka dan berguna bagi  pelayanan  gereja di dalam keluarga, lingkungan, wilayah, paroki dan masyarakat umum di sekitarnya.Tuhan Yesus selalu hadir dalam diri kita, maka  Jangan khawatir, bersukacitalah!

Sambutan Pastor Paroki


Saudara saudari terkasih , pertama-tama saya ucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru. 

Kita semua bergembira menyambut Hari Raya Natal. Tuhan Yesus hadir di tengah kita dan kita sambut dengan penuh sukacita. Kehadiran-Nya di dunia ini tidak hanya menunjukkan jalan keselamatan kepada kita tetapi juga member teladan bagaimana kita mengisi hidup kita untuk memperoleh keselamatan. Kelahiran-Nya di kandang hewan melalui keluarga Santo Yusuf dan Bunda Maria, menunjukkan kehidupan yang sederhana sehingga bisa disambut oleh semua orang. Kandang hewan mengandaikan suatu tempat yang kotor dan bau dan pada umumnya dijauhi oleh manusia. Tetapi ternyata tempat itu menjadi tempat Tuhan Yesus, Juru Selamat manusia, hadir di dunia. Hal ini menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus mau hadir dalam kekotoran dosa manusia dan menjadi tempat yang harum karena persembahan orang-orang yang mencari Tuhan, seperti persembahan para majus. Sambutan para gembala terhadap pemberitaan malaikat untuk segera ke kandang tempat Tuhan Yesus lahir merupakan suatu ajakan bagi kita semua untuk antusias menyambut kedatangan Tuhan Yesus.
Menyambut kedatangan Tuhan Yesus saat ini bagi kita bukan hanya dengan liturgi/doa  tetapi juga dengan sikap dan tindakan. Tahun ini Bapak Uskup mengajak kita untuk menyambut Tuhan Yesus bersama kaum muda. Dengan menyambut Tuhan Yesus bersama kaum muda kita disadarkan kembali akan tanggungjawab kita terhadap hidup mereka dan betapa pentingnya pendampingan bagi mereka serta  perlunya  pemberian kesempatan dan tempat untuk mereka. Bapak Uskup mengajak kita semua untuk memperhatikan kaum muda  supaya hidup mereka tidak terlena oleh berbagai tawaran duniawi yang sering menjerumuskan mereka menjauhkan diri dari Tuhan. Kita diajak untuk mengembangkan iman dengan memperhatikan hidup rohani mereka supaya senantiasa siap menyambut Tuhan Yesus dalam hidup dan karya mereka. Kita juga diajak untuk mempersiapkan mereka menuju kedewasaan pribadi untuk berani mengambil keputusan serta langkah-langkah yang positif untuk masa depan mereka. Memang mereka sedang menghadapi banyak tantangan dan bisa jatuh bila tanpa pembinaan dan pendampingan. Kini kita semua ditantang untuk kreatif memberikan dorongan agar mereka mampu menemukan berbagai solusi atas permasalahan mereka saat ini dan yang akan datang. Kita pun kini ditantang untuk mengantarkan orang muda untuk berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Perjumpaan yang akan mengubah pandangan/cara hidup, sikap dan tindakan dalam mengarungi/menanggapi panggilan mereka. Belajar dari pengalaman orang muda yang kaya ketika berjumpa dengan Yesus. Matius 19: 16-22:
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Bacaan ini bisa menjadi cermin bagi kita semua, bahwa ada seorang muda yang hartanya banyak dan hidupnya baik karena telah melaksanakan apa yang dipahami dan diajarkan sesuai dengan apa yang telah diterimanya. Tetapi dirasa masih kurang dalam hidupnya kalau hanya melaksanakan sepuluh perintah Allah, maka ketika berjumpa dengan Tuhan Yesus, ia bertanya apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Orang muda ini sungguh hebat karena tidak hanya memikirkan kehidupan di dunia ini tetapi memikirkan untuk kehidupan kekal. Pada umumnya orang muda tidak memikirkan akan kehidupan kekal dan masih tentang hal-hal duniawi, mengejar kesenangan duniawi. Bagi orang yang sudah cukup harta pada umumnya akan hidup foya-foya dan tidak memikirkan tentang kehidupan kekal. Orang muda ini memang memikirkan untuk kehidupan kekal tetapi hidupnya masih melekat pada harta duniawi. Ketika harta duniawi/kesenangan duniawi diusik maka cita-cita untuk memperoleh hidup yang kekal ditinggalkan, tidak berani meninggalkan kenikmatan duniawi. Perjumpaan dengan Yesus mengharuskan pada suatu pilihan hidup, yakni mengikuti Yesus dengan berani meninggalkan segala kenyamanan dan menggantungkan seluruh hidup pada karya Allah atau mempertahankan kenyamanan dan meninggalkan Yesus. Situasi sulit seperti ini yang sering dihadapi oleh orang muda kita dan mereka membutuhkan bimbingan supaya tidak meninggalkan Yesus sebab banyaklah kesenangan duniawi yang ditawarkan. Kita semua diajak untuk mendampingi orang muda dalam perjalanan hidup mereka dan tidak membiarkan mereka melangkah di jalan kesenangan duniawi tanpa mempedulikan kehidupan kekal yakni melalui iman yang terus diisi dan dikembangkan. Kita orangtua sering menuntut  anak-anak supaya sukses dalam kehidupan duniawi dengan menyediakan berbagai fasilitas supaya mereka berhasil tetapi dalam hal iman kita sering kurang peduli dan kurang memberi fasilitas agar imannya semakin mendalam dan berkembang. Kita perlu memperbaiki sikap dan tindakan yang masih kurang dalam membimbing orang muda. Bagi orang muda, saya mengajak kalian semua supaya tidak takut/menghindar untuk bercermin pada pribadi dan sabda Tuhan Yesus. Kita mengimani Tuhan Yesus bukan untuk mencari kesenangan atau pujian tetapi mencari keselamatan. Dalam mencari keselamatan tersebut kita sering mengalami dikritik oleh sikap, tindakan dan sabda Tuhan Yesus. Kritikan itu harus kita tanggapi secara positif supaya kita bisa maju dalam kepribadian, kedewasaan dan iman.
Di sisi lain orang muda memang mempunyai pemikiran sendiri atas hidup mereka dan sering tidak dipahami oleh orangtua. Banyak orangtua memaksakan kehendaknya agar dituruti tetapi sering tanpa berusaha memahami situasi atau pun keinginan orang muda. Belajar dari pengalaman Keluarga Kudus di Nazaret ketika Tuhan Yesus diketemukan di Bait Allah, Lukas 2: 41- 52: 
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Kecemasan Santo Yusuf dan Bunda Maria mencari keberadaan Tuhan Yesus yang masih remaja, menggambarkan kecemasan orangtua terhadap anaknya. Orangtua sering menganggap apa yang dicemaskan itu menyusahkan mereka seperti dalam bacaan tersebut ketika Bunda Maria menemukan Tuhan Yesus di Bait Allah, Bunda Maria bertanya dan mungkin dengan nada agak kesal tetapi penuh kasih: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Kita bisa membayangkan kecemasan mereka tetapi kalau kita renungkan lebih lanjut akan jawaban Tuhan Yesus, kita pun memahami apa yang menjadi minat atau pun alasan keberadaan-Nya di Bait Allah. Hal ini sulit dipahami oleh Bunda Maria. Situasi ini tidak menjadikan mereka jatuh dalam emosi tetapi berusaha saling memahami situasi masing-masing. Oleh karena itu Bunda Maria menyimpan semua perkara itu dalam hatinya. Dan Tuhan Yesus pulang bersama mereka ke Nazaret dan tetap hidup dalam asuhan mereka.
Dalam kehidupan kita sering kita sebagai orangtua kurang mengerti apa yang dikehendaki oleh anak. Demikian pula anak sering tidak paham apa yang dikehendaki oleh orangtua dan  dianggap terlalu memaksakan kehendak untuk hidup mereka, sehingga bisa menimbulkan gesekan dalam hubungan antara anak dan orangtua. Belajar dari sikap dan tindakan Bunda Maria dan Santo Yusuf, kita sebagai orangtua supaya juga mampu menyimpan segala perkara dalam keluarga kita dan terus berusaha memahami gejolak jiwa anak-anak muda kita dan supaya tetap dalam asuhan/bimbingan orangtua. Bagi orang muda pun hendaknya perikop ini menjadi suatu pembelajaran bahwa bagaimana pun dalam kehidupan bersama sering terjadi perbedaan pendapat tetapi jangan sampai menjauhkan diri dari asuhan orangtua. Dengan kata lain tetap kembali dalam “asuhan keluarga kudus Nazaret” dan tidak jatuh dalam emosi sesaat yang menghancurkan kehidupan keluarga.
Akhirnya saya mengajak anda sekalian baik orangtua maupun orang muda, marilah kita bersama menyambut kedatangan Tuhan Yesus dengan saling belajar memahami dan saling mendukung untuk menggapai masa depan bersama. Kita sembuhkan luka-luka batin yang telah terjadi dengan siraman kasih yang nyata supaya hidup kita bisa menjadi tanda kehadiran dan kasih Tuhan Yesus. Sekali lagi saya ucapkan SELAMAT NATAL 2011 DAN TAHUN BARU 2012. Tuhan memberkati.

RD Ignatius Heru Wihardono

Sajian Utama 1

KedatanganNya Sumber Pengharapan Baru


Perutusan Tuhan Yesus dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis. Seluruh perutusan tersebut dapat dirangkum dalam satu kata ini yaitu pertobatan. Umat harus berbalik kepada Allah karena “Kerajaan Surga sudah dekat”. Tanpa pertobatan tidak ada sesuatu pun yang dapat diharapkan pada saat kedatanganNya, dan Kerajaan Tuhan tidak menjadi dekat, tetapi kerajaan ini makin jauh karena kita tidak cukup hidup dekat dengan Yesus. Kita tidak merindukan Dia yang dua ribu tahun yang lalu sudah mendekatkan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, dalam masa Adven ini kita perlu merindukan kembali kedatanganNya dan berbalik kembali kepadaNya, melalui pertobatan dan doa, agar pada kedatanganNya kita boleh mendapatkan pengharapan baru karena Yesus adalah harapan kita. 
Sebagai umat Katolik kita mengakui bahwa segala harapan kita terpenuhi dalam Kristus. Dialah yang meringankan penderitaan kita, Dialah yang mengubah hidup kita. Menjadi orang kristiani memberi arti baru pada hidup kita, Dia menjadikan kita manusia baru.
Yesus adalah Pemberi Hukum baru, menurut istilah Yahudi hukum lama dianggap “beban hukum”nya berat. Bila Yesus datang, maka beban itu akan menjadi ringan. Hukum lama, seperti hukum Sabat, hukum halal dan hukum haram, berbagai macam pembasuhan dan larangan, semua itu memberatkan hidup. Hukum lama didasarkan pada takut akan melakukan pelanggaran, Yesus datang untuk membebaskan manusia dari hukum dalam arti: Sabat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Yesus menyempurnakan hukum, yang didasarkan pada hukum cinta kasih. Cinta menghalau rasa takut, dan dalam cinta yang berat akan menjadi ringan, seperti dalam cinta kasih suami-isteri, cinta kasih orang tua terhadap anak; banyak yang berat, tetapi menjadi ringan karena cinta kasih. Yesus menampilkan kemanusiaan dan kebaikan dalam penjelmaanNya, Ia mengajarkan sikap “lemah lembut dan rendah hati”. (Mat 11:29).
Sepanjang penampilan-Nya di muka umum, Yesus menunjuk pada pekerjaan-Nya, yang diberikan Bapa untuk dilaksanakan-Nya. Di situ yang diramalkan oleh para nabi digenapi, hingga umat dapat memeriksa dan memahami sendiri: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Bagi orang yang mencari dengan hati ikhlas dan jujur, tidak akan dikecewakan, akan menemukan sendiri dan merasakan jamahan tangan kasih Tuhan.  
Yesus lebih tahu akan isi hati manusia. Dia tahu bahwa bangsa Yahudi akan kecewa hatinya karena mereka mengharapkan Mesias memimpin pasukan, dan mengusir orang Romawi! Kecewa orang yang ingin melihat Mesias turun dari surga dan meraja dengan jaya di dunia ini. Yesus bukanlah Mesias menurut gambaran manusia Yahudi yang haus akan pembebasan dari kaisar di Roma. Bapa mengutus Mesias yang membebaskan manusia dari kuasa setan dan dosa, dan segala akibatnya. Mesias ini menuntut pertobatan, untuk mampu melihat dan bisa masuk dalam Kerajaan Surga. Harapan kita pada masa Natal juga tidak boleh terlepas dari pentobatan, metanoia, yang membalikkan pikiran manusia dari kerajaan dunia kepada Kerajaan Surga.
Setelah membicarakan kedatangan dan penampilan Yesus di muka umum dan segala pekerjaan yang dilakukan dalam karya penyelamatan manusia, maka kini kita akan melihat hal penting lainnya yang diajarkan Yesus dan menyangkut dengan tujuan harapan iman kita, yaitu hidup kekal bersama-Nya di Surga. Inilah harapan baru yang hanya dapat dialami dan diperoleh satu kali saja selama hidup ini, tidak dapat diulang atau diralat, sehingga kesempatan untuk memperoleh pengharapan tersebut tidak sampai gagal dan bila tidak terwujud akan menjadi sia-sia perjuangan iman yang telah dilakukan.
Inilah tentang kedatangan Yesus pada akhir zaman, di mana Ia akan datang dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya (Luk 21:25-28). Kapan Anak Manusia itu akan datang kembali dalam segala kekuasaan dan kemuliaanNya, tidak ada yang tahu, hanya Bapa sendiri yang tahu (Mat 24:36). Lalu apa yang harus kita lakukan agar kita selalu siap setiap saat menyongsong kedatangan-Nya yang tidak kita ketahui kapan akan terjadi, karena hari Tuhan itu akan datang secara tiba-tiba? Tidak lain daripada hidup dengan senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa (Luk 21:34-36), yang berarti hidup dalam Tuhan, dengan keyakinan dan pengharapan bahwa kedatangan-Nya berarti kedatangan Kerajaan Allah dan pembebasan kita dari kuasa dosa dan maut, agar kita berkenan untuk bersatu bersama para Kudus di Surga di mana Tuhan Yesus bertakhta menjadi Raja secara sebenar-benarnya nyata dan kelihatan.

(Stefan Surya)

Sajian Utama 2

KehadiranNya Membriku Pengharapan


“32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, 33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama- lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.” 
(Luk 1: 32-33)
“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8: 12)


Sejak usiaku 4 tahun, inilah rumahku, tempat dimana aku telah dirawat dan dibesarkan, Panti Asuhan Kasih Bunda. 4 tahun memang usia yang terlalu dini untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi dan terlalu rumit untuk memahami masalah orang tuaku, hingga aku harus terpisah dari mereka dan menjadi warga panti.
Saat itu, aku hanyalah seorang anak yang belum paham apa arti hidup, tak tahu akan seperti apa dan bagaimana hidupku kelak. Hanya tawa bahagia, kegemaranku bermain dan kepolosan yang tampak. Dokter, itulah cita- citaku kala itu, berangan dan bermimpi tanpa tahu bagaimana meraihnya.
Tiga tahun berlalu, ku lalui dengan gembira. Kegemaranku bermain dengan kawan yang juga saudara baruku rasanya tercukupi di sana. Di tempat itu, kurasa lengkap sudah hidupku dan segalanya tercukupi untukku. Seminggu menjelang Natal, kami semua selalu diajak berlibur bersama. Bila pengeluaran panti dalam satu tahun tidak terlalu banyak, kami akan pergi ke Kebun Raya, namun bila pengeluaran cukup besar, kami akan diajak berkemah di halaman panti. Yang lebih menggembirakan untukku, ketika kami menghias pohon natal bersama. Aku pernah mendapat kesempatan meletakkan bintang terang diatasnya. Menyenangkan sekali.
Pengalaman yang tak kalah menggembirakan, ketika hari itu, keluarga kecil datang untuk merayakan ulang tahun anak mereka, Dina yang berusia 3 tahun. Berderet makanan lezat tersaji di meja makan, bingkisan besar pun berjajar menunggu dibagikan kepada kami. Namun hari itu pula yang membuatku menyadari satu hal. Kami berbeda dari anak lainnya. Sosok anak kecil yang begitu polos kini telah menjadi sosok yang ingin tahu banyak tentang jati dirinya. Siapa ayah dan ibuku, kenapa aku tidak pernah melihat mereka, kenapa kami semua tinggal di panti bukan di rumah, seperti Dina. Ulang tahun Dina membuatku merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupku.
'Aku ingin punya orang tua', itulah yang kerap terlontar dariku. Rupanya kebosanan mulai menjalar dalam diriku. Inginku tingal bersama ayah dan ibu, bukan lagi dengan saudara- saudaraku yang cukup banyak di panti itu. Ingin sekali rasanya ada keluarga yang mengangkatku menjadi anak mereka. Ingin sekali. Mungkin pertambahan usia membuatku berpikir lebih kritis.
Beberapa bulan setelah itu, aku melihat Ayu, teman dekatku, sahabat karibku bahkan seseorang yang telah kuanggap saudara, diangkat oleh pasangan suami istri yang telah 10 tahun menikah, namun mereka belum juga dikaruniai anak. Kala itulah, aku menjadi semakin tak mengerti apa yang tengah kurasa. Ketika aku ingin sekali orang tua angkat, yang aku dapat adalah kehilangan saudara terbaikku. Entah kapan aku dapat berjumpa dengannya lagi. Ayu tinggal berpindah- pindah karena pekerjaan dinas ayah angkatnya yang memaksa ia berpindah- pindah alamat.
Sejak itu, aku yang dulu terkenal ceria, periang, lantas berubah menjadi pendiam dan penyendiri. Beberapa kali ibu panti mencoba berbicara denganku, namun tak banyak komentar terlontar dari bibirku. Namun aku tahu, tanpa aku harus banyak bercakap, ibu panti paham apa yang aku inginkan. Teringat jelas ketika usiaku 8 tahun, ibu panti menghampiriku dan bertanya,
“ Shinta, ada keluarga yang ingin kamu menjadi anak angkat mereka. Kamu mau?”
Jelas saja, itu yang kumau, itu yang kunanti. Aku dibantu kakak- kakak untuk merapihkan barang- barangku.
Namun, tak kan terlupa olehku, keesokkan harinya, ketika calon orang tua angkatku akan menjemput, Arin yang sudah kuanggap adik kandungku terjatuh di kamar mandi. Hingga ia dilarikan ke rumah sakit. Aku sebagai orang yang telah dianggap kakak olehnya, takkan rela meningalkannya dalam kondisi seperti itu. Itulah saat terberat bagiku. Pupuslah harapanku untuk memiliki orang tua angkat. Aku memang tak cukup mengerti, bagaimana aku kala itu. Satu sisi impianku memiliki orang tua angkat terasa dekat dimata. Namun di sisi lain, masih ada perasaan sangat berat untuk meninggalkan panti dan saudara- saudaraku.
Mungkin itulah jalan terbaik yang disuratkan Bapa untukku. 9 tahun usiaku saat itu, aku diangkat menjadi anak keluarga Kusuma. Orang tua angkatku begitu baik padaku. Tak hanya mereka, aku pun memiliki saudara perempuan, Laura namanya dan dia seumuran denganku. Kata orang tua angkatku, waktu itu, ketika Laura menginginkan memiliki saudara, ibu angkatku tak boleh mengandung lagi. Sehingga mereka mengangkatku yang seumuran dengan Laura. Laura, ia saudara, sahabat, teman terbaik untukku. Tak perlu waktu lama, kami sudah seperti keluarga yang harmonis.
Sekarang, aku dan Laura sudah tumbuh menjadi gadis remaja. Tahun depan, kami akan masuk perguruan tinggi. Fakultas kedokteran, itulah tujuan kami, dan kami telah diterima disalah satu perguruan tinggi swasta ternama di Indonesia. Sungguh, kegembiraanku tak dapat terbendung lagi. Aku berjanji, kelak akan aku tunjukkan kepada orang tua angkatku bahwa mereka tak salah memilih aku menjadi anak angkat dan aku akan berusaha untuk membalas semua kebaikan yang mereka beri.
Mungkin bagiku, hidup ini penuh dengan tanda tanya. Tanda tanya besar sekali. Aku tak pernah mengerti bagaimana Bapa merajut hidupku. Yang aku tahu, Ia telah datang dalam hidupku, menopang dikala aku jatuh, merangkul dikala aku merasa sendiri dan selalu bersamaku kemanapun aku melangkah. Hingga Ia datang dan juga berencana di tengah keluarga angkatku dan dengan cara ajaib, Tuhan mempertemukanku dengan mereka dan memberiku secercah harapan baru untuk hidup dalam keluarga yang aku impikan.


“13Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara- saudara yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. 14Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita. 15Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran- ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. 16Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karuniaNya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, 17kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.” (II Tes 2: 13-17). 

(LKH)


Sajian Utama 3

Tunas-Tunas Harapan


Pagi yang cerah, suatu hari di bulan Agustus. Sekumpulan anak remaja bertepuk tangan riuh di lapangan sebelah gereja. Wow… rupanya hari ini OMK paroki kami lagi mengadakan pertandingan antar wilayah. Putriku ada di antara mereka. Aku bersyukur, hari ini kulihat wajah putriku berseri. Yah, di tengah kegiatan seperti ini, tidak ada sisa kemurungan sedikitpun di wajahnya. Biasanya, bayangan mendung itu kutangkap di wajah anak-anakku, ketika malam Minggu tiba. Malam Minggu yag sepi tanpa ayah… itu yang mereka keluhkan sejak ayah mereka meninggal. Lalu mereka mengajakku jalan-jalan keluar, untuk menghabiskan malam Minggu kemana saja, sesuai dengan kesepakatan. Biasanya kami sering kalah dengan keinginan putriku, maklum dia paling muda. Kakaknya dan aku sangat menyayanginya. Putriku mondar-mandir kesana kemari, ikut sibuk bersama anggota OMK lainnya. Meski paling muda umurnya, dia sudah nampak seperti anggota  OMK yang lainnya, karena badannya yang tinggi dan berisi.

Masa yang penuh daya
Sejumlah anak muda main olah raga, bertanding mewakili wilayahnya, yang lain sibuk dengan minuman, makanan kecil, sebagian lagi sibuk menjadi juri dan pencatat score, supporter yang penuh semangat. Meskipun makin siang, makin panas, sorak sorai mereka semakin riuh. Wah, rupanya ada yang istimewa hari ini. Ada seseorang berdiri dii lapangan. Wajahnya ceria  dan tampan, membingkai senyumnya yang selalu mengembang, orangnya halus dan santun, potongan rambutnya cepak seperti ABRI. Ternyata dia orang yang sudah kukenal beberapa tahun lalu. Seorang Frater yang kebetulan dalam perjalanan hidupku pernah menjadi muridku. Penampilannya agak berbeda dengan dulu. Secara fisik kelihatan jauh berbeda. Dulu dia masih lebih mirip murid SMA : masih kecil dan imut. Sekarang sudah berpostur sebagai orang dewasa. Yang lainnya, sepertinya masih melekat di pribadinya. Ramah, sopan, sabar, cerdas, tulus dan bisa memimpin. Frater sedang dalam masa tugas di paroki. Selain mengunjungi orang-orang sakit, dan kegiatan-kegiatan wilayah, Frater sering terlibat langsung dalam kegiatan koor OMK. Meski sedikit jumlahnya, koor OMK selalu menyanyi dengan merdu dan penuh semangat.

Semangat menggelora
Realita tentang aktivitas di atas, sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang diwarnai semangat, kerja keras, persaingan untuk menunjukkan kemampuan, kerja sama, dan kemandirian, itulah warnanya. Bahkan dalam perjalanan sejarah bangsa kita, kaum muda telah menunjukkan kakuatannya dalam perannya mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka. Dalam moment Kebangkitan Nasional dan peristiwa Sumpah Pemuda, kaum muda memegang peranan yang begitu menentukan, sehingga akhirnya bangsa Indonesia meraih kemerdekaan. Di perbagai kegiatan kaum muda mampu menunjukkan potensinya. Jadi tidaklah tepat bila kita bersikap selalu mencemaskan kaum muda. Kiranya tidak salah kalau kita belajar dari semangat kawula muda. Bukan saja terlihat dari fisiknya yang masih gagah dan kuat, namun juga pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan yang menghadang langkah  mereka.

Mandiri dan Peduli
Masyarakat pada umumnya atau orang tua menginginkan anaknya cepat mandiri. Mandiri disini bermakna dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dapat mengatur hidupnya sendiri, dan tidak lagi suka meminta bantuan/merepotkan orang tua  dan orang. Bisa juga diartikan sebagai pribadi yang dewasa, yang mampu memenuhi dan mengatur kebutuhannya, juga mampu mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya.
Di kalangan kawula muda gereja Katolik kegiatan-kegiatan  pengembangan diri yang mendukung  ke arah pribadi yang dewasa dan mandiri sangatlah penting. Selain kemandirian, latihan membiasakan diri untuk menawarkan sikap murah hati kepada orang tua, saudara dan orang-orang di sekitarnya juga akan membantu pembentukan kepribadian yang peduli dan tanggap terhadap lingkungannya.
“Ada yang bisa saya bantu ?” atau “Bolehkah saya membantu?” atau suatu saat mangatakan, ”Bolehkah saya mohon bantuan?”
Meski sederhana, kata-kata tadi bermakna sebagai sikap terbuka di dalam interaksi sosial. Sikap terbuka akan memungkinkan kita untuk melibatkan diri sendiri dan juga melibatkan orang lain dalam kerangka interaksi sosial. Sikap mandiri dan peduli ini bisa dilatih dan dilaksanakan di lingkungan keluarga, kelompok Rukun, Lingkungan, Wilayah,Paroki juga masyarakat umum.
Natal telah tiba. Kehadiran Kristus di dunia membawa sukacita bagi umatNya si dunia .Semoga semangat Natal ini juga bermakna bagi Kawula Muda untuk membuka diri di lingkungan keluarga, Rukun, Lingkungan, Wilayah, Paroki dan masyarakat umum di sekitarnya. Dengan demikian Kawula Muda memiliki kesempatan untuk melakukan tugas-tugas pelayanan di manapun berada. Kristus memilih kita untuk membawa kabar sukacita itu. Selamat berkarya Frater  David, Selamat berkarya rekan-rekan Pemuda, Tuhan memberkati kita semua !

(E. Sri Hartati)

Sajian Utama 4

Jangan Khawatir, Bersukacitalah!


Kekhawatiran telah menjadi sesuatu yang lazim dialami manusia dalam perjalanan hidup di dunia ini. Berbagai peristiwa dan masalah datang silih berganti dalam kehidupan manusia, yang mengakibatkan munculnya berbagai macam kekhawatiran seperti masalah ekonomi, masalah rumah tangga, masalah karier dan pekerjaan, khawatir akan kesehatan, khawatir ditolak orang lain, dan banyak kekhawatiran lainnya.
Apalagi perasaan khawatir kita akan semakin bertambah dengan munculnya peristiwa-peristiwa lain di dunia ini seperti bencana alam, pemanasan global, tindak kejahatan yang kian biadab, wabah penyakit dan kelaparan, bahkan belakangan ini kebebasan beragama dan beribadahpun sedang menghadapi berbagai kendala. Situasi dan kondisi seperti ini telah membuat kita semua khawatir dalam memandang masa depan. Lantas bagaimana caranya agar kita bisa keluar dari situasi sulir yang sedang melanda kehidupan ini?? Apakah suatu kesalahan ketika kita sebagai umat beriman dihinggapi perasaan khawatir??
Melalui FirmanNya dalam Matius 6:25-33, Yesus bermaksud untuk membebaskan para muridNya dari kekhawatiran berlebihan mengenai makanan dan pakaian. Yesus mengatakan bahwa manusia tidak boleh khawatir, Dia tidak berkata “kalau bisa jangan khawatir” atau Dia tidak berkata “usahakanlah untuk tidak khawatir”, melainkan dengan jelas dan tegas Yesus berkata “JANGANLAH KHAWATIR!!” Jadi hal ini merupakan suatu perintah, bukan pilihan, yang harus dilaksanakan kita yang beriman padaNya.
Mengapa Yesus melarang kita untuk khawatir?? Karena kekhawatiran sama dengan ketidakpercayaan kepada Allah. Pada saat kita khawatir, berarti kita tidak percaya bahwa Allah sanggup mengatasi segala perkara, kita tidak sungguh-sungguh percaya bahwa Allah adalah penyelamat kita. Hal ini juga berarti bahwa tidak mungkin kita percaya kepada Allah, tetapi sekaligus khawatir akan keadaan kita. Yesus menegaskan kepada para muridNya bahwa kekhawatiran sebagai tanda kurangnya iman (Ay. 30).
Namun perlu dibedakan antara kekhawatiran dengan kewaspadaan. Kita memang perlu waspada terhadap serangan si jahat yang dapat mengganggu kehidupan kita. Tetapi kita tidak perlu khawatir karena Yesus telah berjanji akan selalu menyertai kita sampai akhir jaman. Manusia adalah ciptaanNya yang paling sempurna yang dianugerahkan akal budi. Oleh karena itu dalam menjalani hidup ini, kita harus cerdik seperti ular, artinya kita memiliki hikmat dan kebijaksanaan yang berasal dari Allah agar kita dapat menghadapi berbagai macam masalah kehidupan ini.
Pada bagian awal periskop ini, Yesus berkata kepada para muridNya : “Karena itu Aku berkata kepadamu...” Kata “karena itu” menunjuk kepada pesan Yesus dalam ayat-ayat sebelumnya, yaitu perihal mamon/harta (Ay 19:24). Yesus menegaskan bahwa tidak mungkin seseorang mengabdi kepada mammon dan kepada Allah sekaligus. Mamon berbicara perihal uang/harta, pada kenyataannya hal inilah yang sering menjadi kekhawatiran terbesar dari manusia.
Yesus menasehati kita untuk tidak terikat pada mammon/harta, tidak perlu merasa khawatir karena Dia berjanji 1000% akan menjamin dan memelihara kita. Bukan harta yang akan menjamin, memelihara dan menyelamatkan kita (Ay 32). Jika burung-burung di udara Tuhan pelihara dan bunga-bunga di padang Tuhan hiasi dengan indahnya, apalagi manusia sebagai ciptaanNya yang paling sempurna, dalam pandangan Allah tentu manusia jauh lebih penting. Dia akan selalu memberikan berkatNya dan Dia menghendaki manusia untuk hidup bahagia dan hidup seterusnya dalam kerajaanNya.
Nasehat Yesus tersebut bukan berarti bahwa kita mengisi hidup ini dengan berpangku tangan saja dan bermalas-malasan. Kita tetap harus bekerja tetapi yang Yesus inginkan, dalam segala hal, tetap yang harus menjadi pusat perhatian kita adalah mencari Kerajaan Allah (Ay 33).
Mencari Kerajaan Allah berarti “mencari Allah dan kehendakNya”. Orang yang hidupnya mencari Kerajaan Allah tidak akan hidup dalam kekhawatiran. Kita percaya bahwa Allah yang kita sapa dalam doa-doa, mengetahui semua yang kita perlukan, karena Dia adalah Bapa yang memelihara hidup manusia. Sangatlah bodoh membiarkan hidup ini disibukkan dengan membangun kekayaan yang akan lenyap, sedangkan Allah Bapa yang memberikan KerajaanNya yang kekal kepada manusia.
Kekhawatiran yang terus menerus dan semakin mendalam, tidak akan membuat masalah-masalah kita selesai. Malahan akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh, jiwa dan rohani kita. Ketika kita khawatir, kita menjadi emosional, mudah berprasangka buruk, mudah marah, sukar tidur, tubuh terasa lelah dan patah semangat. Pikiran kitapun tidak akan bekerja maksimal, sering salah mengambil keputusan-keputusan, sehingga akibatnya hidup kita tidak mengalami kemajuan. Maka tepat seperti yang Yesus katakan “Siapakah diantara kamu yang karena kekhawatirannya, dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Ay 27).
Tuhan adalah Bapa kita yang terlebih dahulu mengetahui segala kebutuhan kita. Namun seringkali kita mengatur Tuhan dengan meminta hal-hal yang kita inginkan. Padahal Tuhan yang telah menciptakan kita pasti akan menyediakan hal-hal yang kita butuhkan. Tuhan tidak akan pernah merencanakan hal-hal yang buruk dalam kehidupan kita, justru sebaliknya, rancangan yang menyelamatkan; damai sejahtera dan penuh sukacita.
Lantas bagaimana caranya kita menghilangkan kekhawatiran kita dan memperoleh sukacita?? Seperti yang sudah dibahas di bagian awal tulisan ini, bahwa kekhawatiran adalah lawan dari iman. Oleh karena itu supaya tidak khawatir, kita perlu bertumbuh dalam iman, agar iman kita menjadi lebih dewasa. Bagaimana iman kita dapat bertumbuh? Dengan membaca, merenungkan dan melaksanakan Firman Tuhan (Rm. 10:17; Flp. 1:27).
Jika setiap hari kita meluangkan waktu untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan, maka kita akan mendapatkan janji-janji Tuhan yang luar biasa yang disediakan bagi anak-anakNya dan pada saat kita melaksanakan Firman Tuhan, kita akan mengalami kedamaian batin dan sukacita. Jika kita percaya bajwa ucapan dan perintahNya adalah Firman Allah yang hidup (Rhema), maka semua kekhawatiran akan lenyap, janji Tuhan akan digenapi dalam kehidupan kita dan kita menjalani kehidupan yang lebih baik, optimis melangkah menuju masa depan dengan penuh sukacita.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Jadi, JANGANLAH KHAWATIR, BERSUKACITALAH SENANTIASA DALAM TUHAN!!

PV Selviana Waty

Seputar Paroki 1


BERSYUKURLAH KEPADA TUHAN, KARENA BAIKLAH DIA
(Ziarah Rohani Wilayah St. Thomas Aquino)


Dimulai dengan sebuah tutur diantara  pengurus wilayah St. Thomas Aquino di bulan Mei 2011, akan kerinduan untuk mengadakan Ziarah rohani yang didedikasikan pada Bunda Maria. Tutur tersebut disambut dengan antusias oleh para pengurus wilayah yang lain. Mulailah dibentuk panitia inti untuk mengkongkretkan acara tersebut. Tidak mudah, diantara berbagai kesibukan dan aktivitas masing-masing pengurus ditambah lagi dengan banyaknya kegiatan di paroki. Para pengurus wilayah bahu-membahu untuk bisa mewujudkan kegiatan rohani tersebut. Juni mulailah rencana Ziarah di sosialisasikan lebih luas kepada umat wilayah, pendaftaran peserta Ziarah mulai dibuka, panitia kecil mulai mencari peserta dan juga dana. Pengurus wilayah, lingkungan dan rukun mengumpulkan pakaian layak pakai untuk di jual, pengurus wilayah bahu-membahu berjualan di kantin paroki, demi terkumpulnya dana. Pencarian dana memang dilakukan, demi terwujudnya keputusan rapat wilayah yang menginginkan agar biaya Ziarah rohani tidak mahal dan bisa terjangkau umat. Kurangnya dana menjadi tanggungjawab bersama pengurus wilayah..
Usaha  dan kerja keras dilakukan, doa di panjatkan, minggu demi minggu panitia memantau jumlah peserta yang tidak hanya di buka untuk umat wilayah tetapi juga untuk umat di luar wilayah St. Thomas Aquino. Tiga Minggu sebelum keberangkatan jumlah peserta baru sekita 60 orang, masih di bawah target yang diharapkan panitia. Namun Tuhan sungguh baik, seminggu kemudian tepat dua minggu sebelum berangkat jumlah peserta ziarah sudah melonjak menjadi 74 orang termasuk Romo pendamping. 
Semakin dekat waktu keberangkatan panitia kebanjiran jumlah calon peserta Ziarah berulang kali kami harus menolak karena kapasitas memang kami batasi 75 orang.
Minggu, 9 Oktober 2011, dua bus White Horse jam 18.00 sudah menanti di seberang Gereja St. Fransiskus Asisi. Beberapa peserta sudah duduk didalam bus. Pk. 19.30 seluruh peserta sudah siap di bus masing-masing dan  panitia membagikan kartu tanda peserta ziarah. Pk. 19.45, peserta diminta untuk turun dari bus, panitia memberikan beberapa arahan dan jadwal acara serta lembaran lagu dan lembaran liturgi yang akan dijalani selama kegiatan Ziarah. Tepat Jam 19.50 Romo Ign. Heru Wihardono berkenan membuka peziarahan dengan wejangan singkat dan doa keberangkatan. 
Tepat jam 20.00 rombongan meninggalkan paroki Sukasari, ditemani dinginnya AC bus, dimulailah Peziarahan melewati jalur selatan, sebelum peserta tidur, panitia membagikan snack dan air mineral sebagai bekal peziarahan. Jalan berkelok-kelok dan indahnya lampu-lampu dimalam hari di puncak menemani para peserta didalam bus. Beberapa kali bus berhenti untuk memberikan kesempatan kepada para peserta ziarah untuk meluruskan badan sekaligus ke Toilet.
Senin Pagi, 10 Oktober 2011 jam 09.00 bus memasuki kota Jogjakarta dan menuju penginapan di Puri Brata Meditation Bantul. Walau sempat tersesat, akhirnya tepat Pk. 09.30 kami sampai di penginapan. Rasa lelah dan kantuk yang mendera sirna begitu kami memasuki penginapan yang asri, di tengah perkampungan  yang sederhana. Penginapan yang bernuansa Jawa menyambut kehadiran kami, kamar-kamar yang asri dan dingin disertai kamar mandi yang bernuansa alami membuat kami terkagum-kagum. Secara spontan sebagian dari kami langsung membersihkan badan dan sebagian lagi menyantap hidangan sarapan pagi yang telah menanti kami. Rasa lapar dan kantuk pun hilang, dan kami pun kembali segar. 
Acara di Puri Brata dimulai dengan Ekaristi di kapel yang bernuansa Jawa, dengan lesehan beralaskan tikar kami memulai ziarah dengan bersyukur kepada Tuhan dan mohon berkat untuk ziarah  melalui Misa yang dikemas dengan guyonan yang lucu dan segar dari Romo  membuat kami lupa rasa lelah. 
Misa  selesai jam 12.30 kemudian peserta siap berangkat menuju Gua Maria Tritis. Pukul 14.30 rombongan kami sudah sampai di Gua Maria Tritis, 74 peserta kemudian dengan  semangat berjalan menuju gua Maria, kondisi jalan yang jelek tidak mematahkan semangat peserta yang pada umumnya sudah berusia lanjut, bahkan ada peserta yang sudah berusia 84 tahun tetap semangat berjalan menuju gua Maria Tritis. Rasa cape sirna manakala menyaksikan gua alami yang dipenuhi stalagtit dan Stalagmit. Dalam kekaguman dan keheningan, kami diajak oleh Bp. Matheus untuk mendaraskan doa rosario. Setelah  rosario dilanjutkan dengan doa pribadi dan foto-foto..
Pukul 16.00 rombongan meninggalkan Tritis menuju Malioboro, untuk melepaskan rasa cape dan rekreasi. Pukul 18.30 kami tiba di Malioboro dan diberi kesempatan untuk shopping dan makan malam di Malioboro. Semua peserta menyambut gembira kesempatan itu. Jam 21.00 para peserta sudah berkumpul disekitar bus,Ketika jam sudah menunjukkan pk. 21.30,bus pun meninggalkan Malioboro, tampak wajah rombongan lelah tapi senang karena bisa shopping. Pk. 22.30 kami sampai kembali ke penginapan 
Selasa, 11 Oktober 2011, kegiatan diawali dengan sarapan, setelah itu dengan berbekalkan kaos seragam ziarah kami segera  naik bus menuju Gereja Hati Kudus Ganjuran. Di Gereja Ganjuran yang indah kami diberi kesempatan untuk berdoa pribadi. Banyak dari peziarah yang menitikkan air mata kala berdoa pribadi. Setelah puas berdoa, rombongan bergerak menuju Gua Maria Sendangsono. Di Sendangsono rombongan di bagi dua, rombongan pertama melakukan jalan salib yang dipimpin oleh Bp. Matheus dan rombongan kedua jalan salib dipimpin oleh Bp. Diar Sanjaya. Cuaca panas dan  terik matahari di siang hari menambah penghayatan akan peristiwa jalan Salib. Setelah jalan salib peserta diberi kesempatan untuk berdoa pribadi di Gua Maria. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Museum Misi di Muntilan. Di Museum Misi kami disambut oleh pengurus museum dan diberi pengantar mengenai perkembangan misi di Keuskupan Agung Semarang, setelah itu kami diajak untuk berkeliling museum. Setelah puas berkeliling kami bergegas menuju Banyutemumpang untuk berkunjung dan bersilahturahmi dengan keluarga Romo Heru. Sesampainya di rumah Romo  kami mendapat kejutan yang luar biasa. Keluarga Romo Heru menyambut rombongan dengan ramah termasuk Rm. Budi W. adik kandung Rm. Heru yang menjadi pastor di Solo, bukan hanya itu beragam jenis panganan menyambut kehadiran kami. Mulai dari es buah, beraneka jajanan pasar, buah-buahan yang melimpah dan Mie baso semua tersedia lengkap. Tanpa menunggu aba-aba rombongan menyantap beraneka hidangan dengan lahap. Ketika jam menunjukkan Pukul 15.15 kami meninggalkan rumah Rm. Heru dengan perasaan senang dan perut kenyang, setelah itu kami meuju ke Gua Maria Kerep Ambarawa. Pukul 17.30. Kami sampai di terminal Ambarawa, disana sudah menunggu Bu Wiwik seorang anggota WK Ambarawa yang menyambut kami dan membantu kami dalam menyediakan angkot meuju Gua Kerep. Sekali lagi Tuhan menunjukkan kebaikkan, karena ternyata Bu Wiwik masih famili dari Rm. Heru, Bu Wiwik, Rm. Heru dan kami semua juga tidak menyangka akan pertemuan yang tidak terduga itu. Pk. 18.00 kami mengadakan misa di aula Gua Kerep, dalam suasana yang lelah, gelap dan angin kencang, semua peserta masih tetap semangat mengikuti Misa. Selesai Misa kami menikmati makan malam di Gua Kerep .Pukul 20.00 setelah dikenyangkan dengan santapan jasmani dan rohani, kami semua meninggalkan Gua Kerep menuju penginapan. Rasa lelah hilang begitu kami sampai di penginapan apalagi hidangan wedang ronde hangat sudah menanti.  
Rabu,12 Oktober pagi-pagi kami bangun ,hari ini kami semua akan pulang ke Bogor. Acara dimulai dengan Perayaan Ekaristi, Romo Heru dalam khotbahnya merangkum perjalanan dengan khotbah yang menarik. Di akhir khotbah Romo mengucapkan terima kasih kepada peserta dan panitia atas kebersamaan selama Ziarah, Selain itu Sdr. Wahyudi Ketua wilayah St0 Thomas Aquino mengucapkan terima kasihnya kepada Romo Heru, peserta, donatur dan panitia yang telah bersama-sama mengisi kebersamaan dalam Ziarah tersebut, dan memohon maaf bila ada kekurangan. Setelah Misa selesai maka kami bergegas untuk naik ke Bus menuju Bogor melewati Kota Semarang untuk shopping sejenak.
Tepat Pk. 07.30 bus meninggalkan penginapan dengan  kenangan indah, dalam perjalanan kami  mampir untuk beli salak. Di tengah perjalanan di daerah Bedono, kami mendapat berita bahwa salah seorang peserta di Bus 2 sakit,dalam perawatan awal di Puskesmas, dokter menyarankan agar Ibu Fransiska dirawat dengan intensive di rumah sakit. Sekali lagi kami boleh mengalami kebaikan Tuhan, dalam kebingungan, dengan kendaraan apa kami harus mengantar Ibu Fransiska, tiba-tiba kami melihat mobil ambulance kecil, segera kami memakai ambulance tersebut untuk membawa ibu , beragam peristiwa lucu menyertai perjalanan kami ke RS Elisabeth Semarang. Di tengah jalan mobil ambulance harus mampir ke tukang tambal ban untuk tambah angin, belum lagi sirene ambulance yang rusak dan kami membunyikan sirene Toa untuk memperlancar jalannya ambulance. Setiba di RS Elisabeth, semua perlengkapan sudah disediakan atas kebaikkan Sr. M. Sofie OSF yang kami kenal, ibu Fransiska mendapat perawatan dan pertolongan. Setelah kami mengurus semua keperluan perawatan Ibu Fransiska, dengan berat hati, Ibu, bapak dan putrinya harus berpisah sejenak dengan kami untuk mendapat perawatan di rumah sakit. Romo Heru sempat menengok dan menguatkan hati ibu Fransiska yang terbaring lemah. 
Pukul 15.00 kami meninggalkan Semarang dengan beragam perasaan, doa tetap kami panjatkan bagi ibu Fransiska yang sakit. Malam hari kami masih menyempatkan makan malam di sebuah restoran, yang menyambut kami dengan meriah, bahkan menyelenggarakan  acara bagi peserta ziarah yang berulang tahun. Setelah makan malam usai kami kembali ke bus untuk pulang ke Bogor dengan  perasaan kangen akan rumah kami masing-masing. Akhirnya yang dinanti tiba, Kamis tgl. 13 Oktober 2011 pk. 05.00 bus  kembali dengan selamat sampai ke Pastoran St. Fransiskus Asisi, satu persatu peserta turun dari bus dengan tubuh yang lelah tapi menampakkan wajah yang gembira,  karena boleh mengalami kebaikkan Tuhan.
Peziarahan diakhiri, para peserta pulang ke rumah tidak hanya membawa oleh-oleh jasmani tetapi juga bekal rohani yang kami peroleh selama ziarah. Kini saatnya kami kembali ke tengah keluarga dan masyarakat untuk membagi oleh-oleh rohani tersebut, seraya berbisik : “Bersyukurlah Kepada Tuhan, karena Baiklah DIA”. 

(Angelo Wahyudi)

Seputar Paroki 2


ZIARAH KELOMPOK DOA St. CLARA 
GUA MARIA BUKIT KANADA  RANGKASBITUNG
Kamis, 20 Oktober 2011


Mungkin banyak umat di Paroki tidak mengenal kelompok doa ini. Tetapi kelompok ini sudah terbentuk dari dahulu, ketika Alm. Ibu Pastor Ridwan berkarya. Kegiatan mereka tidak terlalu besar. Setiap Kamis minggu kedua mereka berkumpul untuk mengadakan ibadat rosario bersama, kemudian ada arisan juga yang dapat mengakrabkan anggotanya. Ketika menjelang Paskah, kelompok ini bersama dengan kelompok Legio Maria dan WK, yang senantiasa membantu membersihkan Gedung Gereja dan Aula.
Untuk kali ini mereka mengadakan ziarah ke Gua Maria Bukit Kanada Rangkasbitung, pada hari Kamis 20 Oktober 2011. Semua peserta diharap berkumpul Pk 06.00 di belokan batutulis. Karena bersemangat untuk berziarah, pk 06.00 para peserta telah hadir dan siap untuk berangkat. Armada White Horse yang membawa rombongan pun segera meluncur.
Memulai perjalanan peserta berdoa terlebih dahulu yang dipimpin Ibu Hetty selaku ketua. Kemudian dilanjutkan dengan Rosario yang dipimpin oleh Ibu Sony. Setelah Rosario, Ibu Hok Nio mengajak peserta untuk bernyanyi bersama sejenak. Namun, aroma nasi uduk yang telah disiapkan mengundang selera, para peserta pun ingin segera menyantapnya. Setelah sarapan, karena perjalanan masih jauh para peserta diberikan kesempatan untuk beristirahat.
Perjalanan menempuh waktu sekitar 4,5 jam, karena hari biasa, kami sedikit terkena macet di tol. Pk 10.30 kami tiba di Rangkasbitung. Karena hari sudah semakin siang, kami segera memulai Ziarah Kami dengan Jalan Salib. Perjalanan Jalan Salib di areal ini cukup menguras tenaga, jalanannya naik turun, suasana masih alami, pemandangan kiri kanan kami berupa pohon seperti hutan. Namun hal tersebut tak menyurutkan kami untuk melanjutkan perjalanan kami.
Cuaca hari itu tidak begitu terik, namun tetap keringat kami bercucuran. Tetapi kami tidak berhenti di tengah jalan. Seperti Yesus yang tetap bangkit melanjutkan perjalanan, demikian pun ibu-ibu St. Clara, yang usianya bisa dibilang lanjut, tetap semangat melanjutkan Jalan Salib mereka hingga tiba di Gua Maria. Sekitar 1 jam lebih waktu yang kami perlukan untuk Jalan Salib.
Setibanya di Gua Maria, para peserta diberikan waktu untuk berdoa pribadi. Selesai berdoa para peserta segera mempersiapkan diri untuk mengikuti Perayaan Ekaristi yang akan dipersembahkan oleh Rm. Natet, selaku Pastor pembantu di Paroki Rangkasbitung. Usai Perayaan Ekaristi, kami langsung menyantap makan siang. Rohani kami telah diisi, kini jasmani kami pun perlu diisi. Makan siang yang disiapkan kami pesan dari WK cabang Rangkasbitung.
Habis makan siang tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Serang untuk membeli oleh-oleh. Perjalanan kurang lebih sekitar 1 jam. Begitu tiba di tempat, peserta langsung menyerbu. Ada yang membeli dodol, lempok, kerupuk, dll. Dalam sekejap aneka jajanan yang tersedia habis diborong...... ^-^
Tidak cukup belanja di satu tempat, ketika hendak masuk gerbang tol, kami mampir kembali di tempat sate bandeng. Ada yang beli sate bandeng, emping melinjo, dan jajanan lainnya. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami menuju Bogor. Sekitar pk 20.30 kami tiba kembali di Bogor. Semoga perjalanan seharian ini menyenangkan dan menambah kebersamaan di antara anggota St. Clara. Kami panitia megucapkan atas partisipasinya sehingga acara ini dapat terwujud. Kami juga mohon maaf apabila ada kekurangan. Semoga kita bisa bertemu kembali dalam acara ziarah lainnya. Tuhan Memberkati... Amin. 


-VCM-

Seputar Paroki 3


PERINGATAN MISA ARWAH
TPU CIPAKU  GN. GADUNG  KERTAMAYA


Sesuai dengan kalender liturgi gereja, setiap tanggal 2 November, dilakukan Peringatan Misa arwah untuk kaum beriman. Untuk tahun 2011, jatuh pada hari Rabu, perayaan Misa dilakukan pada 3 tempat, yaitu TPU Cipaku Lama dan Tempat Pemakaman Pribadi Gn. Gadung (Semen Kujang) akan dilaksanakan pada pukul 08.00, sedangkan untuk TPU Kertamaya akan dilaksanakan pukul 09.00. 
Pagi hari sebelum dimulai perayaan Misa, hujan cukup lebat, tetapi menjelang perayaan Misa, hujan menghilang dan cuaca cukup cerah, sehingga Misa dapat dilakukan dengan baik dan hikmat. Untuk Perayaan Misa di TPU Cipaku dipimpin oleh Rm. Benyamin Sudarto dari Katedral, jumlah umat yang hadir lebih banyak dari tahun sebelumnya yaitu 350 orang, karena jumlah kursi yang disediakan sebanyak 250 buah, penuh terisi. Sedangkan di Gn. Gadung, ada yang cukup istimewa di tahun ini, karena perayaan Misa tidak dilakukan di depan kantor TPU Gn. Gadung, melainkan atas karunia Tuhan dan kebaikan salah satu pengurus pemakaman pribadi Semen Kujang, yaitu Bp. Doni, kami memperoleh ijin menyelenggarakan Misa di tempat tersebut. Tempatnya sangat baik dan indah, ada teras tempat duduk dan podium, sehingga menambah hikmat suasana misa. Di tempat tsb, misa dipimpin oleh Rm. Ignatius Heru Wihardono. Umat yang hadir di tempat itu yaitu sekitar 150 orang. Sedangkan di TPU Kertamaya, misa dipimpin oleh Rm. Antonius Garbito, jumlah umat yang hadir diperkirakan sekitar 50 orang, umumnya yang datang dari luar kota Bogor.
Pesan Rm. Heru pada perayaan misa adalah pembacaan intensi untuk almarhum, adalah mengingatkan kita kembali, kenangan yang indah dengan orang yang kita kasihi. Semoga orang yang kita kasihi diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah Bapa, terutama yang masih dalam api penyucian, agar dapat segera masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Romo juga menjelaskan makna air suci yang mengingatkan akan pembaptisan bagi almarhum sebagai lambang kelahiran baru dan bunga-bunga yang diberkati melambangkan keharuman amal kebaikan dari arwah yang harum semerbak di hadapan Allah. Setelah selesai misa, panitia membagikan air suci kepada semua umat yang hadir. Walaupun ada beberapa umat yang sudah tidak sabar untuk mendapatkan air suci, tetapi setelah diberi informasi oleh panitia, bahwa air suci dan wadah plastik yang disediakan cukup, akhirnya semua dapat teratasi.
Kami atas nama Panitia Wilayah St. Stefanus, mengucapkan terima kasih banyak kepada Allah Bapa, karena memberikan cuaca yang sangat baik, kepada Rm. Benyamin Sudarto, Rm. Ignatius Heru Wihardono, Rm. Antonius Garbito, para Prodiakon yang dikoordiniroleh Bp. Ramlan, Koster Mas Mur, Bp. Doni, semua Panitia Peringatan Misa Arwah yang terlibat, sehingga walaupun ada beberapa kekurangan, perayaan Misa arwah dapat terselenggara dengan baik. Amin.

(St. Indra Wahyu)

Seputar Paroki 4


PELANTIKAN PENGURUS
WANITA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
Cabang Paroki St. Fransiskus Asisi Sukasari Bogor


Tepatnya pada hari Rabu, 9-11-2011 Pukul 09.30 bertempat di Gereja St.Fransiskus asisi telah diadakan pelantikan pengurus Wanita Katolik RI Cabang Paroki St. Fransiskus Asisi - Sukasari.
Acara diawali dengan Misa Syukur yang dipersembahkan oleh Romo Ignatius Heru  selaku Pembimbing Rohani Wanita Katolik RI cabang Sukasari. Dalam kotbahnya romo menyampaikan beberapa wejangan atau nasehat baik kepada pengurus pada khususnya dan kepada seluruh anggota WKRI pada umumnya. Menurut beliau bahwa saat kita mengatakan “Yes I do“ untuk suatu bentuk pelayanan di manapun dan kapanpun, maka kita harus berani meninggalkan segala egoisme kita, kesombongan kita. Kita hendaknya lebih membuka hati , melihat segala kelebihan dan kekurangan orang lain sebagai bagian dari proses pendewasaan diri, melebur dalam semangat pelayanan. Jangan lagi memperhitungkan untung dan rugi, kita hendaknya rela berkorban untuk pelayanan, entah itu waktu, tenaga , pikiran bahkan uang sekalipun.Sebagai pengurus Wanita katolik khususnya, harus selalu siap untuk diberi masukan, kritik yang membangun demi kemajuan bersama.
Acara dihadiri oleh kurang lebih 50 anggota baik yang masih aktif maupun yang sudah sepuh.Ada juga beberapa orang yang baru mau bergabung menjadi anggota turut menyemarakkan acara tersebut. Romo memberikan berkat dan doa kepada para pengurus yang baru dilantik. Acara di tutup dengan berkat penutup .
Pada kepengurusan yang baru ini, kami mempunyai harapan bahwa di masa-masa yang akan datang akan semakin banyak para wanita katolik yang berkenan bergabung dalam pelayanan melalui wadah WKRI. Untuk itu kami beri sedikit gambaran tentang kegiatan rutin yang sudah berjalan di WKRI cabang Sukasari yaitu :
  1. Pertemuan rutin bulanan setiap Rabu kedua, pukul  09.00 sampai dengan selesai. Acara tersebut diisi dengan doa bersama mengikuti Kalender Liturgi.
  2. Latihan koor setiap hari jumat pukul 09.30.
  3. Senam atau dance setiap hari selasa pukul 08.00.

Semua kegiatan di atas bertempat di Ruang St. Antonius. 
Bagi para Wanita yang berkenan bergabung silahkan datang langsung pada jadwal di atas.Apaun talenta yang Tuhan berikan kepada kita, mari kita sehati sejiwa melangkah ke depan dengan satu tekat untuk lebih memuliakan Tuhan di dalam setiap pelayanan kita.

Kabar dari Wanita katolik RI Cabang St. Fransiskus Asisi Sukasari

Seputar Paroki 5

Seputar Kegiatan BIA












Dihari minggu pagi yang cerah anak-anak BIA datang berduyun-duyun ke tempat pertemuan BIA paroki di SMP MY. Mereka datang dengan  muka yang ceria, karena pada, minggu 13 November 2011 itu adalah hari pemberian hadiah dan piala lomba kitab suci dalam rangka Pesta nama St. Fransiskus Asisi.
Mereka berkumpul di lapangan SMP MY, di dampingi oleh kakak Pembina. Dengan mambuat lingkaran, anak-anak di ajak bernyanyi bersama. Mereka menyanyikan lagu “Sejuk Segar“ dengan gerakan yang lincah. Tepat pukul 08.30, Romo Paroki Sukasari yaitu Romo Ign. Heru Wihardono datang ke BIA, disambut dengan sapaan dari anak-anak “Selamat pagi Romo Heru“, dengan ramah Romo berdialog dengan anak-anak.
Kemudian Romo membuka pertemuan dengan doa pembukaan yang dilanjutkan dengan mengajak anak-anak mengucap tepuk Yesus. Yang diucapkan dengan mengeja Y-E-S-U-S, Yesus!!! Anak-anak mengucapkan dengan lantang yee..ees!!
Lalu acara yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak pun tiba, kakak Pembina membacakan para pemenang lomba, dan kepada anak-anak yang belum berhasil mendapatkan juara jangan bersedih, ayo terus  belajar, lain kesempatan pasti berhasil.
Piala dan hadiah di berikan oleh Romo Heru kepada anak-anak, mereka tampak senang sekali dan berfoto bersama Romo Parokinya. Selesai pembagian hadiah anak-anak pun kembali ke kelas BIA nya untuk melanjutkan pelajarannya, yang tema minggu itu tentang “Talenta”.
Terima kasih Romo Heru yang telah meluangkan waktunya untuk anak-anak BIA, Proficiat. Tuhan memberkati. 

 (M.Ch. D.)

Ruang Kitab Suci

Orang Israel Ditindas di Mesir

Oleh : Peter Suriadi


Kel 1:1-22
  1. Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing:
  2. Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda;
  3. Isakhar, Zebulon dan Benyamin;
  4. Dan serta Naftali, Gad dan Asyer.
  5. Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir.
  6. Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia.
  7. Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.
  8. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf.
  9. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.
  10. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan – jika terjadi peperangan – jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”
  11. Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota pembekalan, yakni Pitom dan Raamses.
  12. Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.
  13. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,
  14. dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.
  15. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya:
  16. “Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan bolehlah ia hidup.”
  17. Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
  18. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: “Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan bayi-bayi itu?”
  19. Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: “Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin.”
  20. Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda.
  21. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.
  22. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: “Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.”
Konteks
Kitab Kejadian berakhir dengan kematian Yusuf (dan Yakub) dan dengan demikian mengakhiri periode Bapa Bangsa, cikal bakal bangsa Israel. Kata-kata terakhir Yusuf : "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub” (Kej 50:24) membuka perspektif masa depan dan sekaligus menunjukkan kisah yang sedang diceritakan tidak selesai pada kitab Kejadian. Masih ada kelanjutannya! Dengan kata lain, kitab-kitab selanjutnya, termasuk kitab Keluaran, bisa ditempatkan dalam kerangka pemenuhan kata-kata Yusuf ini.
Kisah Yusuf dalam Kej 37-50 membawa bangsa Israel ke Mesir sekaligus menempatkan setting kitab Keluaran. Singkat cerita, berkat Yusuf yang menjadi seorang pejabat tinggi di Mesir, keturunan Yakub yang terancam bahaya kelaparan berpindah dan menetap di Mesir. Bagian awal kitab Keluaran (1:1-7) sebenarnya merupakan pengulangan dari Kej 46:8 dst. Dengan begitu pencerita mengajak pembaca menghubungkan “kisah para Bapa Bangsa” dengan “kisah bangsa Israel”. Demi menunjukkan pertalian keluarga antara keturunan para Bapa Bangsa dan orang-orang Israel yang dibebaskan dari Mesir maka kitab Kejadian dan Keluaran dibuat menjadi satu alur kisah.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 2 bagian, yakni :
- ayat 1-7 : Keluarga Yakub di Mesir
- ayat 8-22 : Kerja paksa dan penindasan terhadap
  Keluarga Yakub

Keterangan Teks
- ayat 1-7
Bencana kelaparan sering menimpa tanah Palestina. Keluarga Yakub pun pernah mengalami bencana kelaparan. Mengapa akhirnya mereka mengungsi ke Mesir ? Selain karena Mesir adalah negeri yang subur dan memiliki sumber makanan yang melimpah, ternyata Yusuf, anak Yakub sudah menjadi pejabat tinggi di Mesir. Mesir menjadi tempat tinggal baru bagi keluarga Yakub.
Disebutkan pula daftar 11 anak laki-laki Yakub yang datang ke Mesir. Apa maksudnya ? Daftar itu dimaksud untuk menghubungkan kisah Keluaran yang sebenarnya berdiri sendiri, dengan sejarah para Bapa Bangsa. Daftar urutan anak-anak laki-laki Yakub tersebut dibuat menurut ibu mereka, sama seperti yang terdapat dalam Kej 35:23-26. Daftar dimulai dengan keenam anak Lea (Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, dan Zebulon), seorang anak Rahel (Benyamin), dua orang anak Bilha, budak perempuan Rahel (Dan dan Naftali), serta dua orang anak Zilpa, budak perempuan Lea (Gad dan Asyer). Yusuf, anak Yakub-Rahel tidak disebutkan karena ia sudah ada di Mesir. Keluarga Yakub yang pindah ke Mesir berjumlah 70 jiwa (nefesy, bdk Kej 46:27). Dalam tradisi Israel : bangsa-bangsa di dunia berjumlah 70 (Kej 10), keturunan Nuh berjumlah 70, dan anak-anak Gideon-Yerubaal berjumlah 70. Jadi, angka 70 harus dimaknai secara simbolis, yang berarti angka ini menunjukkan kesempurnaan sebuah keluarga Yakub yang diberkati dengan keturunan sebagai cikal bakal bangsa Israel. Tetapi Kis 7:14 menyebutkan 75 orang karena mengacu pada Kel 1:5 dan Kej 46:27 teks Yunani (LXX). Jumlah ini diperoleh dengan menambahkan ketiga cucu dan dua cicit Yusuf (bdk Bil 26:35-36).
Dalam perjalanan waktu Yusuf dan semua saudaranya serta semua orang yang seangkatan dengannya mati. Pada mulanya oleh Yusuf, keluarga Yakub (orang-orang Israel) yang datang ke Mesir ditempatkan di Gosyen, tanah terbaik di bagian timur delta Sungai Nil (bdk Kej 46:28). Tetapi kemudian keluarga Yakub beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga Mesir dipenuhi mereka. Orang-orang Israel berkembang biak dengan pesat. Hal ini penggenapan nubuat kepada Abraham (Kej 13:16 15:5 22:17), kepada Ishak (Kej 26:3-4), dan kepada Yakub (Kej 46:3-4).

- ayat 8-22
Beberapa generasi kemudian, bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir. Siapakah raja baru itu ? Dia adalah firaun (= “rumah besar” atau “istana”; gelar raja Mesir) penindas dan berdasarkan Kel 2:23;4:19, dia adalah pendahulu firaun yang berkuasa pada waktu Keluaran. Yang dimaksud firaun penindas barangkali adalah Seti I (1303-1290 SM) atau Rameses II (1290-1224 SM).  Dikatakan juga raja baru itu tidak mengenal Yusuf. Artinya, raja baru itu pasti pernah mendengar sepak terjang Yusuf tetapi ia tidak menghargai peran Yusuf dalam sejarah Mesir. Dan kemungkinan besar ia bukan berasal dari dinasti raja yang mengangkat Yusuf menjadi pejabat tinggi di Mesir. Sangatlah wajar jika ia tidak menaruh perhatian pada keluarga Yusuf.
Ketika bangsa Israel berkembang pesat dan lebih besar jumlahnya dari pada bangsa Mesir, maka raja baru itu melihat bangsa Israel berpotensi menebar ancaman. Jika sewaktu-waktu terjadi peperangan atau penyerbuan terhadap Mesir, mereka bisa saja bersekutu dengan musuh dan malah memerangi Mesir. Maka firaun berusaha meminimumkan potensi ancaman tersebut. Harus diusahakan agar mereka jangan bertambah banyak lagi dan jika terjadi peperangan jangan bersekutu dengan musuh dan melawan Mesir.
Ada 4 langkah yang diambil firaun untuk menghambat laju pertumbuhan orang Israel, yaitu :
  1. Firaun menempatkan pengawas-pengawas rodi untuk menindas orang Israel dengan kerja paksa. Mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota pembekalan, yakni Pitom (=kediaman/daerah Tum, salah satu dewa Mesir) dan Raamses (= Pi-Raameses adalah nama kota di daerah delta Sungai Nil yang dibangun Raameses II). Tetapi makin ditindas, orang Israel makin bertambah banyak dan berkembang, sehingga orang Mesir merasa takut kepada orang Israel itu.
  2. Karena langkah 1 tidak berhasil, maka dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang.
  3. Langkah 2 pun tidak berhasil. Lalu raka Mesir memerintahkan kepada Sifra (berarti “kecantikan”) dan Pua (berarti “semarak”), dua orang bidan yang biasa menolong perempuan Ibrani (Israel) melahirkan, untuk membunuh setiap bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir. Perintah firaun ini melatarbelakangi kisah kelahiran Musa (kel 2) dan hukuman yang kemudian dijatuhkan Tuhan atas anak-anak sulung bangsa Mesir (Kel 13). Tetapi bidan-bidan itu “takut akan Allah” sehingga mereka tidak melaksanakan perintah firaun. Rupanya firaun mengetahuinya dan memanggil keduanya. Firaun menanyakan mengapa mereka berbuat demikian dengan membiarkan hidup bayi-bayi itu. Kedua bidan itu mengemukakan argumentasi yang masuk akal menurut ilmu kebidanan pada masa itu : sebab perempuan Ibrani lebih kuat dibandingkan perempuan Mesir sehingga sebelum bidan datang, mereka telah bersalin. Kembali orang Israel makin bertambah banyak, bukan menyusut. Tindakan kedua bidan itu mendapat ganjaran dari Allah karena mereka membantu menyelamatkan umat Allah dari kekejaman firaun. Allah membuat mereka berumah tangga.
  4. Langkah 3 pun gagal. Selanjutnya firaun tetap menyuruh membunuh anak laki-laki Ibrani, tetapi perintah ini sekarang disampaikan kepada seluruh rakyat Mesir, bukan lagi kepada kedua bidan. Seluruh rakyat Mesir mendapat perintah langsung dari firaun untuk melemparkan semua bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir ke dalam Sungai Nil, tetapi membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Amanat Teks
Firaun mengajak orang Mesir bertindak dengan bijaksana. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan duniawi. Kebijaksanaan yang bersifat dosa karena mementingkan egonya sendiri. Firaun sengaja melebih-lebihkan untuk membenarkan tindakannya. Kalau ia betul-betul bijaksana, ia akan mempelajari mengapa Israel lebih diberkati dari Mesir, lalu meniru hal-hal yang menyebabkan Israel diberkati, atau membuang hal-hal yang menyebabkan Mesir kurang diberkati! Penguasa yang baik seharusnya melindungi setiap warganya, termasuk warga asing dan minoritas sehingga setiap warganya mendapat berkat Tuhan.
Jika kita melihat orang lain lebih diberkati Tuhan, janganlah menjadi iri hati, lalu membenci/memusuhi/ menganiaya/menindas mereka, tetapi pelajari dan tirulah rahasia kesuksesan mereka! Memang kadang-kadang kita tidak bisa meniru, karena memang tidak mempunyai kemampuan/bakat/karunia untuk itu. Dalam hal ini kita tetap tidak boleh iri hati, dan percaya bahwa sebagai manusia yang unik, kita mempunyai kegunaan tersendiri bagi Tuhan dan sesama kita.
Firaun melakukan tindakan yang ia anggap bijaksana dengan menindas bangsa Israel dengan berbagai cara. Hal seperti ini sering terjadi pada umat Allah. Karena itu kalau kita ditindas, bahkan kalau kita ditindas tanpa alasan, itu bukanlah sesuatu yang aneh! Ketaatan kepada Allah selalu mengandung resiko. Apakah kita juga mau taat kalau ketaatan itu mengandung resiko? Atau kita hanya mau melakukan ketaatan murahan saja? Tetapi ada suatu paradoks yang terjadi. Makin ditindas, orang Israel makin bertambah banyak. Karena di balik penindasan itu, Allah berbuat baik melalui berbagai cara. Seperti halnya anak laki-laki Israel yang baru lahir terselamatkan karena perbuatan baik bidan-bidan yang tidak melaksanakan perintah Firaun. Memang perbuatan baik kepada umat Allah selalu ada upahnya. 
Firaun jatuh dalam dosa makin lama makin dalam. Mula-mula hanya memberi kerja paksa, lalu menyuruh bidan-bidan untuk membunuh bayi laki-laki (secara diam-diam), lalu menyuruh rakyat membunuh bayi laki-laki (secara terang-terangan). Memang dosa yang satu selalu menarik kita ke dalam dosa yang lain. Maka janganlah membiarkan dosa semakin melingkupi hidup kita.
Firaun menghalangi penggenapan nubuat/rencana Allah karena ia ingin menekan pertumbuhan Israel di Mesir dan menahan Israel di Mesir. Ini tidak mungkin bisa berhasil, karena Allah merencanakan bahwa Israel harus berkembang biak, dan kembali ke tanah terjanji Kanaan. Rencana Allah tidak bisa gagal.  Demikian juga dengan kita. Apapun yang kita alami, percayalah bahwa Allah mengerjakan semua itu untuk kebaikan kita.