Selasa, 02 Agustus 2011

Cover Depan Agustus 2011

Redaksi Menulis

Kesehatan adalah harta yang paling berharga. Itulah peribahasa yang menggambarkan betapa berartinya kesehatan bagi kehidupan kita. Orang yang sehat jasmani dan rohani tentunya hidupnya terasa jauh lebih sempurna dibandingkan dengan orang yang memiliki penyakit tertentu. Kebanyak orang, merasa apabila menderita sakit menjadi berkecil hati, cemas, takut, dan banyak lagi perasaan negatif yang muncul yang menyertainya. Padahal harus kita sadari bahwa tidak selamanya badan kita selalu sehat, walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaganya, namun seringan apapun pasti semua orang pernah mengalami sakit.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk sembuh dari sakit. Dengan penyembuhan fisik seperti minum obat dokter, obat alternatif, berobat ke rumah sakit atau dengan pengobatan alternatif yang lain. Disamping itu ada penyembuhan secara batin dan penyembuhan secara rohani. Penyembuhan semacam  ini  justru sebenarnya menjadi penentu sembuh dan tidaknya seseorang dari penyakit. Penyembuhan batin dan penyembuhan rohani menyangkut keyakinan dan kemantapan seseorang untuk sembuh dari sakit.  Seberat apapun penyakit, kalau yang bersangkutan yakin untuk sembuh, pasti Tuhan akan memberikan kesembuhan. Sebaliknya, sebanyak apapun obat dan penyembuhan yang kita lakukan namun kalau dalam hati kita tetap takut, cemas, kawatir dan tidak ada keyakinan untuk sembuh,  pastilah kita tetap sakit. Semua penyakit yang ada sebenarnya banyak berasal dari diri kita sendiri. Maka seharusnya memang kita sendirilah yang menyembuhkannya. Semangat dan keyakinan  akan pertolongan tangan Tuhan menjadi obat yang paling ampuh agar kita sembuh dari sakit. Amin……

Sajian Utama 1

Mengobati  Diri  Sendiri

Tujuan dari mengobati adalah untuk memperoleh kesembuhan dari sakit-penyakit yang membuat orang menderita. Sejak semula Yesus selalu iba dan berbelas kasih kepada orang yang sakit dan menderita, Tuhan  selalu tidak rela kalau manusia menderita, sakit dan sengsara, sehingga tidak bebas menjalin relasi dengan Tuhan dan sesama. Karena pada hakekatnya penyembuhan adalah proses pertumbuhan di dalam Tuhan. Dapat dikatakan Yesus datang ke dunia ini untuk menyembuhkan, menebus dosa manusia dan menyelamatkannya.
Dalam mengobati diri sendiri, dapat dibedakan bermacam-macam penyembuhan, antara lain:
1) Penyembuhan fisik
2) Penyembuhan batin
3) Penyembuhan rohani
4) Penyembuhan/pembebasan dari keterikatan/ketagihan (Deliverance)
5) Penyembuhan total (masuk surga)
Untuk mendoakan sakit-penyakit, penyembuhan mana yang harus dilakukan dan dikehendaki Tuhan, orang harus berdoa discernment in the spirit, mohon karunia pengetahuan, penegasan roh, membeda-bedakan roh.
Yesus telah meninggalkan murid-muridNya, namun Yesus memberikan kuasa pada mereka: “Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit” (Luk 9:1), dan Ia berkehendak karya penyembuhan ini dilanjutkan terus oleh para pengikutNya. Untuk itu kitapun diberi kuasa oleh Yesus untuk menyembuhkan, tapi harus diingat bahwa: bukan kita yang menyembuhkan melainkan Yesus sendiri. Kuasa diberikan pada orang yang beriman dan betul-betul percaya pada kuasa Yesus. Bila kita penuh iman dan percaya, kita juga diberi kuasa seperti yang diberikan pada para rasul. Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan: “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:1, 8).
Cara Yesus menyembuhkan juga bermacam-macam:
^   Yesus menumpangkan tangan. (Luk 13:13).
^   Si sakit menjamah Yesus. (Mat 9:18-26).
^   Yesus menuntut iman. (Mat 15:21-28).
^   Yesus tidak menuntut iman. (Mat 12:9-13).
Dasar-dasar penyembuhan:
1. Penyembuhan adalah karya Allah. Kita menyembah Allah yang hidup, bukan 2000 tahun yang lalu tapi Kristus yang tetap hidup/tetap aktuil sampai sekarang ini.
2. Yesus hadir pada semua peristiwa dalam kehidupan kita. Semua perkara terbuka bagi Yesus.
3. Kita yakin Yesus mau dan rindu menyembuhkan orang yang dikasihiNya.
4. Nama Yesus penuh kuasa, karena kalau kita berbicara/berbuat dalam nama-Nya, Yesus sendiri akan hadir.
                Kini sikap Gereja dalam penyembuhan nampak dalam pembaharuan liturgi dalam Konsili Vatikan II. Unsur penyembuhan dalam sakramen-sakramen ditekankan lagi. Sakramen pengurapan orang sakit dikatakan sebagai sakramen untuk menguatkan orang sakit dan mengandung banyak doa permohonan kesembuhan rohani dan jasmani, disertai penumpangan tangan sebagai lambang penyembuhan. Sakramen tobat dalam dekrit mengenai Liturgi disebut sakramen penyembuhan. Ekaristi kita sadari mempunyai daya penyembuhan yang paling ampuh, yang dapat membangun kembali manusia dalam segala seginya. “Berkatalah sepatah kata saja, maka saya akan sembuh”, ungkapan yang selalu kita ucapkan sebelum menyambut. (Stefan Surya T.)

Sajian Utama 2

Melati-Melati Putih di Kebun Tuhan

Setiap kali kami bertemu, aku selalu menangkap senyumnya yang menawan, yang mengisyaratkan kasih yang tulus dan harapan bagi orang yang berjumpa dengannya. Kata-kata yang bijaksana dan menyejukkan selalu dituturkannya saat berhadapan dengan orang di ruang kerjanya. Tidak lupa, pujian bagi kemuliaan nama Tuhan pasti diucapkan dalam komunikasinya denganku lewat sms. Sikapnya rendah hati dan pelayanannya tulus bagi sesama, membuat banyak orang mendambakannya. Tidak heran, setiap kali aku datang ke kliniknya, banyak pasien yang memilih untuk berobat padanya, meski di klinik itu ada dokter-dokter yang lain.
               Dia seorang dokter muda. Wajahnya cantik, tubuhnya langsing, kulitnya bersih, orangnya cerdas. Beruntung sekali, aku pernah mengenal dia sebelumnya. Dia pernah menjadi muridku saat sekolah di SMA, tempatku mengajar. Beberapa tahun lalu dia masih memakai seragam putih abu-abu, termasuk siswi yang tekun dan cerdas dalam proses belajar. Kini kami bertemu lagi, dalam rentetan peristiwa perjalanan kehidupanku. Aku yakin, ini bukanlah kebetulan, Tuhan pasti telah merencanakannya.

Perpanjangan Tangan-tangan Tuhan
               Dalam banyak peristiwa, entah bahagia atau sedih, suka atau duka, aku meyakini bahwa Tuhan selalu ada untukku. Di saat aku kuat berjalan dan berlari, Dia menyertaiku, di saat aku lelah dan tidak kuat lagi berjalan, Dia menyegarkan dan menguatkanku kembali, bahkan di saat aku terjatuh, Dia akan mengangkatku. Aku bersyukur, justru pada saat-saat sulit dan menderita, aku bahkan lebih merasa Tuhan dekat denganku. Tiga setengah tahun setelah pernikahanku, tepatnya ketika aku mengandung anakku yang kedua, suamiku mulai sakit, sampai dengan saat dia menghadap Bapa, tepat ketika perkawinanku genap 20 tahun. Jadi suamiku sakit sekitar enam belas setengah tahun. Selama mendampingi suami sakit itulah, aku banyak menyaksikan karya-karya ajaib Tuhan yang dirajut dalam kehidupanku. Banyak rekan/sahabat yang dipilih dan menjadi perpanjangan tangan-tangan Tuhan, yang berperan dalam mengangkatku.
               Secara material, aku sudah jatuh miskin, sepertinya sangat mustahil aku bisa bertahan dengan kondisi suamiku yang keluar masuk untuk dirawat di Rumah Sakit sampai tujuh kali. Bisa diperkirakan, berapa biaya yang harus kutanggung untuk membayar penyakit dalam, dokter internis, obat dan vasilitas Rumah sakit. Setiap kali suamiku dirawat di Rumah Sakit, paling tidak dua minggu. Tapi ternyata Tuhan tahu kebutuhanku, Tuhan tahu benar kesulitanku. Dia mengirimkan banyak utusanNya untuk menolong dan mengangkatku.
-Salah satunya adalah dokter muda cantik mantan muridku. Dia banyak menolongku, dengan tulus dan cuma-cuma mengobati suamiku dan selalu menguatkanku, supaya aku tetap sehat dan tegar. 
-Teman-teman sekantorku, yang tidak kenal lelah mengulurkan tangan dan membantu. Tidak bisa ditakar dengan ukuran rupiah atau apapun bantuan rekan-rekan kantorku, dari saat suamiku sakit sampai berpulangnya.
-Para Romo, Frater, seminaris dan seorang Bruder sahabatku yang tidak kenal lelah mendoakan dan mendukung suami dan keluargaku hingga sekarang. Para tetangga, yang membantu dan menunjukkan kepeduliannya setiap saat.
-Ketua Rukun, Ketua Wilayah dan warganya, yang selalu siaga melaksanakan karya-karya pelayanannya, saat-saat di rumah, Rumah Sakit maupun di Rumah Duka.
-Kapolres Bogor beserta stafnya, Kapolsek Babakan Madang beserta stafnya, serta rekan-rekan suami dalam dinasnya, yang menunjukkan dukungan perhatian, baik material maupun moril bagi keluarga kami.
-Koor Siliwangi 2 yang setiap saat melambungkan puji-pujian bagi Tuhan dalam Misa Requem dan sembahyangan bagi suamiku.
-Seorang dokter internist yang dengan ketulusannya merawat suamiku sampai saat dia menghadap Tuhan.
-Juga para perawat di RS BMC Bogor
-Redaksi Majalah Berita Paroki
-Keluarga besar Mardi Yuana cabang Bogor dan rekan-rekan lain yang belum disebutkan satu persatu.
              Lewat orang-orang yang diutusNya, Tuhan telah menunjukkan kasih dan pertolonganNya pada hamba-hambaNya.TanganNya telah mengangkatku dan tidak membiarkan aku jatuh terpuruk.

Bersyukurlah Dalam Segala Hal
               Melalui berbagai cara, lewat siapapun dan dimanapun, Tuhan akan merajut kehidupan kita. Setiap saat Tuhan akan menunjukkan kasih dan perlindunganNya. Lewat kaca mata iman, setiap peristiwa adalah bermakna. Tuhan menunjukkan kasihNya, bukan hanya pada saat kita bahagia dan bergembira, tapi juga pada saat kita menderita dan berduka. Oleh karenanya, selayaknya kita bersyukur dalam segala hal.
               Melalui tulisan ini, aku menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang kutuliskan di atas. Semoga semua kebaikannya menjadi laksana wangi semerbak yang terpancar dari Melati-melati Putih di Kebun Tuhan. Selamat berkarya, Tuhan memberkati Anda dan karya pelayanan Anda! dr. Sukma dan dr. Agus T. SpPD, sukses selalu ya! (E. Sri Hartati)

Seputar Paroki 1

Seminar Doa Pagi St. Clara
Mengapa Orang Benar Menderita



Demikian tema seminar yang diselenggarakan Komunitas Doa Pagi St. Clara pada Selasa, 28 Juni 2011 bertempat di jalan Batutulis No.9. cukup banyak dihadiri oleh umat Paroki Sukasari maupun Katedral. Sekitar 160 (seratus enam puluh) orang peserta memenuhi tempat yang disediakan dalam suasana yang nyaman, sehingga para peserta dapat dengan tenang mengikuti acara hingga selesai.
Pembicara ibu Cun Wahono dari Jakarta, banyak mengutip ayat-ayat kitab suci sebagai dasar acuan dalam menjelaskan tema seminar yang cukup menarik “Mengapa Orang Benar Menderita”.
Sebagai rangkuman, ada 5 (lima) hal yang disampaikan :
1.         Sebagai Dampak Kejatuhan Adam & Hawa ke Dalam Dosa
Pada mulanya Allah menciptakan manusia segambar dengan Allah dan oleh Allah manusia diberi kuasa untuk menguasai segala ciptaan (Kej. 1:26-27) namun manusia melanggar perintah Allah sehingga manusia pasti mati (Kej. 2:17) Mati dalam arti putus hubungan dengan Allah, dampaknya manusia dikuasai oleh iblis dan melakukan apa yang jahat (Rm. 7:15,19) karena manusia dikuasai dosa (Rm. 7:26).
Iblis menjadi penguasa dunia (Ef. 6:12) yang setiap saat siap menelan jiwa manusia agar binasa (1Ptr. 5:8-9) tetapi dengan kuasa kebangkitan Kristus semua kuasa iblis telah dipatahkan.
2.        Akibat Perbuatan Manusia Sendiri
Manusia ternyata lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (Yoh. 3:9). Manusia menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang fana yaitu dengan menuruti keinginan hati akan kecemaran, menggantikan kebenaran dengan dusta, memuja dan menyembah makhluk lain dengan melupakan penciptanya (Rm. 1:23-25). Adapun dosa tetap dosa dan setiap dosa pasti ada akibatnya, karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7).
3.        Supaya Memiliki Karakter Ilahi
Kehidupan manusia mengalami berbagai hal seperti : ketakutan, kecemasan, kegagalan, kemiskinan, sakit penyakit, penindasan dan sebagainya yang mengakibatkan penderitaan bagi manusia. Tetapi Allah mengijinkan hal itu terjadi sesungguhnya untuk memurnikan manusia agar berkenan di hadapan Allah. Penderitaan-penderitaan yang dialami sejatinya adalah didikan dan pengajaran dari Allah (Ams. 3:11-12) dan melalui nasihat-nasihat dan peringatan-peringatanNya (Ibr. 12:5-7), manusia dibawa kepada kerelaan hati untuk bertobat (Why. 3:19). Penderitaan membawa manusia kepada pertumbuhan iman (Sir. 2:1) juga keselamatan kekal (Kis. 14:22). Akhirnya kita memiliki sifat-sifat ilahi yaitu sifat-sifat Roh yang menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5:23-25).
4.        Karena Ambil Bagian Dalam Penderitaan Yesus Dengan Maksud Tertentu
Yesus telah lebih dulu menanggung banyak penderitaan demi menebus dosa manusia. Oleh sebab itu sebagai pengikut Kristus, manusia harus ambil bagian dalam meneladani hidup Kristus dengan menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikuti Dia (Luk. 9:23). Dengan ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus, bukan lagi manusia itu sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup dalam dirinya. Dan hidup yang dijalaninya itu adalah hidup oleh iman dalam nama Yesus yang telah lebih dahulu mengasihi bahkan rela menyerahkan nyawaNya demi keselamatan umat manusia (Gal. 2:20). Kesetiaan kepada Allah tidak menjamin manusia bebas dari penderitaan.
5.        Kepentingan Kerajaan Allah
“Sebab sesungguhnya kerajaan Allah ada diantara kamu” (Luk. 17:20). Untuk itulah manusia dipilih dan dipanggil Allah demi mewujudkan kerajaan Allah. Menjadi tugas manusia mewartakan kerajaan Allah, demikian para rasul dan murid-murid Kristus telah melakukannya dengan setia dan rela menanggung banyak penderitaan bahkan sampai mengorbankan nyawanya (Kis. 7:54-60). Dan sekarang kita diutus untuk melanjutkan karya keselamatan Kristus agar setiap orang memiliki kerajaan Allah (Kis. 26:16-18).

                Demikian 5 alasan yang diutarakan sebagai bahan renungan bagi peserta yang dengan setia mendengarkan sampai acara selesai. Setelah makan siang bersama dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, seminar ditutup sesuai jadwal pukul 14:00. Umat pulang dengan sukacita karena telah memahami bahwa orang benar yang percaya kepada Kerahiman Allah, penderitaan tidaklah sia-sia tetapi menumbuhkan kekuatan iman dan keyakinan yang teguh dalam mengikuti Yesus Sang Juruselamat. Tuhan memberkati (FS)

Seputar Paroki 2

Seminar Kitab Suci  “ Menguak Perumpamaan Sang Guru”
Dan
Kegiatan Cinta Kitab Suci bagi Anak-anak dan Kaum Muda Katolik

                Kongres Misi Asia I di Chiang Mai (Thailand, 2006) membahas Telling the Story of Jesus in Asia. Tema ini mengilhami Gereja Katolik di Indonesia untuk membawanya ke dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) tahun 2010. SAGKI 2010 merupakan suatu perayaan iman akan Yesus Kristus sekaligus kesempatan untuk berjumpa satu sama lain dan berbagi pengalaman iman dalam perjumpaan dengan keberagaman budaya, agama dan kepercayaan, serta dalam pergumulan hidup kaum terpinggirkan dan terabaikan. Di dalam SAGKI 2010 ditegaskan pentingnya metode narasi (kisah) dalam pewartaan. Dengan cara mengisahkan Yesus, sebagaimana Ia sendiri berkisah, diharapkan umat diteguhkan dan digerakkan sebagai saksi Kristus.
                Tema Bulan Kitab Suci Nasional tahun 2011 ini adalah “Mendengarkan Tuhan Bercerita”. Yesus banyak menggunakan perumpamaan dalam pewartaan Kerajaan Allah. Perumpamaan itu digunakan Yesus salah satunya untuk menyampaikan pesan-Nya yang tidak mudah ditangkap oleh nalar manusia. Melalui perumpamaan, Yesus menyampaikan pesan Allah atau apa yang dikehendaki Allah, diperbuat oleh manusia. Melalui perumpamaan, Yesus menyampaikan katekese Kerajaan Allah. Dengan perumpamaan, Yesus memberikan contoh kepada kita bagaimana menghantar hal-hal yang sulit diterima, menjadi mudah dipahami oleh para pendengarnya.
                Oleh karena itu, harapannya, dengan mendalami perumpamaan Yesus, kita semakin mampu mengembangkan pewartaan hidup beriman kita, khususnya yang dipercaya oleh Gereja untuk siapapun yang berkehendak baik untuk membangun dunia ini menjadi damai dan sejahtera. Banyak sekali perumpamaan yang disampaikan Yesus, dan kita boleh belajar untuk mengembangkan metode perumpamaan ini untuk semakin membuat dunia ini semakin selaras dengan kehendak Allah.
                Berkaitan dengan hal tersebut di atas Seksi Kitab Suci bekerjasama dengan penerbit Kanisius, Lembaga Biblika dan Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Bogor menyelenggarakan Seminar Kitab Suci bertemakan “Menguak Perumpamaan Sang Guru”. Seminar ini ditujukan kepada umat di Keuskupan Bogor dan sekitarnya, agar makin banyak orang mengenal dan mencintai Kitab Suci. Kiranya kedekatan pada Kitab Suci tidak diarahkan hanya kepada umat dewasa saja, tetapi juga mulai sejak usia dini. Sebagai kelanjutan dari Bulan Kitab Suci Nasional 2010 yang bertemakan “Memperkenalkan Kitab Suci Sejak Usia Dini”, kami juga merencanakan serangkaian acara mulai dari anak-anak sampai dengan kaum muda.
Kegiatan lomba untuk anak dan kaum muda diadakan pada hari Sabtu, 2 Juli 2011. Lomba mewarnai Kitab Suci tentang Perumpamaan Yesus untuk usia 3-8 tahun (TK dan SD). Pemenang untuk tingkat TK :
-          Juara I : Dilla Washillah dari Ciampea
-          Juara II : Celine dari Bukit Cimanggu City, Paroki Katedral
-          Juara Hiburan I : Aura Laquisha, Semplak
-          Juara Hiburan II : Lucia Setiadi, Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari
Pemenang lomba mewarnai tingkat SD :
-          Juara I : Natalia, SD Regina Pacis
-          Juara II : Sarah Naila, SD Polisi 4
-          Juara hiburan I : Lisia, SD Polisi 4
-          Juara hiburan II : Stephanie, SD Budi Mulia
Sebelum lomba mewarnai dimulai, mereka diceritakan dulu oleh kakak pendamping mengenai kisah dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan gambar yang akan mereka warnai, yaitu kisah mengenai perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15 : 11-32).
Lomba Cepat Tepat Kitab Suci tentang Perjanjian Baru untuk usia 9-15 tahun. Pemenang:
-          Juara I : Paroki Cibinong yang kelompoknya adalah Angelina Irene, Bintang Efrata Aprilia, Yohanna
-          Juara II : Paroki Cibinong yang kelompoknya adalah Caroline Wynne, Yolla Maria G, Deo Datus Mart Nis Jaya Nduru.
Lomba membaca Kitab Suci tentang perumpamaan Yesus usia 13-18 tahun. Pemenang :
-          Juara I : Clara Elrindy, dari Paroki Cibinong
-          Juara II : Ebby, dari Paroki Ciluar
-          Juara III : Veronica Rengganis dari Paroki Cibinong
            Lomba Drama tentang perumpamaan Yesus untuk OMK. Pemenangnya OMK Wilayah Bondongan, Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari dan Pemenang Hiburan : OMK Wilayah Tajur, Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari.
                  Dalam Lomba Baca Kitab Suci dan Drama, para peserta juga mendapat masukkan yang tentu sangat bermanfaat dari para juri yang memang sudah profesional di bidangnya. Contohnya : oleh Ibu Maria Oentoe, para peserta lomba baca Kitab Suci diberi ilmu bagaimana cara menjadi lektor yang benar, dari cara berpakaian sampai cara membaca Kitab Suci, artikulasi, intonasi, ekspresi, penghayatan, juga pengetahuan Kitab Suci, salah satunya, bacaan Kitab Suci dari Injil harus dibacakan dengan : “Inilah Injil Yesus Kristus menurut … (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) dan bila bacaan bukan dari Injil, melainkan dari Kitab atau Surat harus dibacakan : “Bacaan dari Kitab … atau Bacaan dari Surat ….”. Tidak boleh membaca “ Bacaan diambil dari ….”. Begitu juga dengan para peserta drama yang diberikan ilmu bagaimana berperan yang benar dan baik sebagai tokoh dalam cerita yang mereka sajikan.
                  Keesokkan harinya, tepatnya hari Minggu tanggal 3 Juli 2011 diadakan seminar dengan narasumber : RD. Dr. V. Indra Sanjaya dari keuskupan Agung Semarang dan moderator RD Antonius Garbito Pamboaji, dari Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor.
                  Jumlah peserta yang lebih dari 200 orang, berdatangan dari beberapa Paroki di Keuskupan Bogor, juga ada beberapa peserta dari Paroki di Jakarta dan peserta mistagogi St. Fransiskus Asisi, Bogor, memenuhi ruangan di Aula baru Paroki.
                  Dalam acara seminar dibicarakan antara lain : tata cara membaca Alkitab, bagaimana kita bisa membaca Alkitab?, Apa yang dimaksud dengan perumpamaan?, Perumpamaan dan Alegori, Perumpamaan dan kenyataan hidup sehari-hari, Perumpamaan Yesus, pesan apa yang sebenarnya mau disampaikan oleh Yesus? Pengajaran tentang Kerajaan Allah, bahwa Kerajaan Allah mempunyai dimensi dan cakupan yang begitu kaya, bahwa di dalam pengajaran-Nya, Yesus menggunakan perumpamaan yang masing-masing memberikan tekanan atau menonjolkan aspek yang berbeda-beda dari Kerajaan Allah. Paling tidak ada 4 (empat) karakteristik yang melekat pada perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus : Eskatologis, Eksistensial, Etis dan Injili. Dibicarakan juga petunjuk untuk membaca perumpamaan. Ditambah lagi dengan buku “Belajar dari Yesus ‘Sang Katekis’”, yang bisa kita baca yang semoga bisa menambah semangat kita untuk terus mewartakan kabar gembira dan mengimani Yesus Kristus.
                  Bersyukur dalam penyelenggaraan, Seksi Kitab Suci banyak dibantu oleh para sahabat yang dengan sukarela, tanpa pamrih membuat acara ini terwujud. Ada yang membantu mengurus acara lomba, seminar, konsumsi saat lomba dan seminar, perlengkapan, perijinan, keamanan, kebersihan, dokumentasi dan humas, membantu mempromosikan acara ini sampai menjual tiket seminar ke berbagai paroki, mengurus keuangan, meminjamkan peralatan dan juga ada yang membantu menyelenggarakan bazaar. Semua dilakukan dengan tulus ikhlas, demi kemuliaan Allah.
                  Hasil evaluasi dari peserta secara keseluruhan memberi tanggapan yang positif walau tentunya banyak sekali kekurangan-kekurangan yang masih harus kami perbaiki disana-sini. Seksi Kitab Suci dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/I dalam acara yang kami selenggarakan dan mohon maaf atas segala kekurangan yang terjadi, mohon maaf karena tidak dapat memuaskan setiap Anda yang mengikuti acara kami, tapi kami mau berusaha agar dilain waktu kami bisa memberikan yang lebih baik lagi dari hari kemarin.
                  Terima kasih kepada RD Ignatius Heru Wihardono, selaku Pastor Kepala Paroki yang telah menjadi pelindung dan pendukung acara ini. Terima kasih kepada RD Antonius Garbito Pamboaji; RD Robertus Eeng Gunawan, S.Ag; RD Dr. V. Indra Sanjaya; Bapak D. Catur Utomo, S.Pd; Bapak Suwandi, Para Ketua Wilayah beserta para pengurus dan segenap umat, para juri serta seluruh sahabat yang telah membantu hingga acara ini bisa terlaksana, berjalan dengan baik dan lancar.
                  Tentu saja terima kasih kepada Penerbit Kanisius, Lembaga Biblika dan Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Bogor atas kerjasamanya.
Tuhan Memberkati.
Sie Kitab Suci

Ruang Kitab Suci

MENYAMBUT BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2011 : Mendengarkan Tuhan Bercerita

 Manusia-Gandum dan Manusia-Lalang

Oleh : Peter Suriadi

Pernahkah Anda menonton film Schindler’s List arahan Steven Spielberg? Dengan latar belakang kacaunya situasi seputar Perang Dunia II, Steven Spielberg menampilkan betapa sengsaranya orang-orang Yahudi yang dikirim Nazi ke kamp-kamp konsentrasi. Kerja paksa yang harus mereka jalani di situ rupanya hanyalah sebuah langkah awal menuju kematian. Pada akhirnya jutaan orang Yahudi itu secara bergilir diakhiri hidupnya di kamar-kamar gas. Kejadian yang mengerikan dan traumatis yang tercatat dalam sejarah.
Dalam dunia nyata, kejadian tragis di atas masih menyisakan satu hal penting. Banyak orang Yahudi menjadi kecewa kepada Tuhan. Karena merasa kecewa, banyak orang Yahudi yang dari masa kelam itu kemudian menolak Tuhan dan keberadaan-Nya. Mereka memilih menjadi atheis.  Mengapa Tuhan membiarkan dan tidak mengenyahkan orang-orang jahat dan kejam itu sehingga umat pilihan-Nya mengalami kejadian tersebut? Mengapa “lalang” dibiarkan tumbuh bersama “gandum” ? Mengapa orang-orang jahat dibiarkan hidup bersama orang-orang baik ?

Teks (Mat 13:24-30.36-43)
24Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 25Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 28Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
36Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 37Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Konteks
Secara sederhana, Injil Matius dapat dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu : bagian khotbah dan bagian narasi. Bagian khotbah terdiri 5 bagian, yaitu bab 5-7 (khotbah di bukit), bab 10 (khotbah perutusan), bab 13:1-52 (perumpamaan-perumpamaan), bab 18 (khotbah tentang hidup berjemaat) dan bab 24-25 (khotbah tentang akhir jaman). Sedangkan bagian narasi terdiri 5 bagian, yaitu Yesus berbicara tentang kerajaan Allah kepada semua orang (bab 3-4 dan bab 8-9), dan Yesus berbicara tentang kerajaan Allah kepada para murid-Nya (bab 13:53-17:27, bab 19-23, dan bab 26-28).
Mat 13 berisi tentang perumpamaan-perumpamaan Yesus. Secara garis besar bab 13 dapat dibagi sebagai berikut : pengantar (13:1-3a), perumpamaan tentang penabur (13:3b-9), alasan Yesus mengajar dengan perumpamaan (13:10-17), penjelasan perumpamaan tentang penabur (13:18-23), perumpamaan tentang lalang dan perumpamaan tentang biji sesawi (13:24-35), catatan tentang perumpamaan Yesus yang menggenapkan Kitab Suci (13:34-35), penjelasan perumpamaan tentang lalang, yang disusul dengan perumpamaan tentang harta, mutiara dan pukat (13:36-50), penutup (13:51-52). Dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut Matius berusaha menjelaskan Kerajaan Sorga (Markus dan Lukas lebih suka memakai istilah Kerajaan Allah, namun artinya sama saja dengan Kerajaan Sorga. Dengan latar belakang Yahudinya, Matius enggan menyebut nama Allah. Oleh karena itu dia menggantinya dengan ungkapan Kerajaan Sorga) karena keberadaan Kerajaan Sorga masih berupa misteri yang tidak dapat dijelaskan secara sederhana dengan bahasa manusia. Yesus sendiri tidak mengatakan seperti apakah Kerajaan Sorga itu sebenarnya, tetapi Dia selalu memakai perbandingan yang diambil dari kehidupan sehari-hari: “Kerajaan Sorga seumpama ....” Dari berbagai perumpamaan yang dikisahkan oleh Yesus, Kerajaan Sorga lebih dipahami sebagai suatu peristiwa atau kejadian merajanya Allah, yaitu ketika Allah diakui sebagai raja oleh seluruh umat manusia. Kerajaan Sorga dapat dipahami pula sebagai pemerintahan Allah atas kehidupan umat manusia di dalam segala aspeknya.
Teks (Mat 13:24-30.36-43), yang hanya terdapat dalam Injil Matius, menggambarkan salah satu aspek Kerajaan Sorga, yaitu hadirnya kuasa kejahatan yang menaburkan pengaruh buruk di tengah kehidupan manusia. Dari bentuknya, perumpamaan tentang lalang di ladang gandum ini lebih cocok disebut sebagai suatu alegori. Masing-masing unsur dari alegori menunjuk pada orang, barang atau realitas tertentu (orang yang menabur benih yang baik = Anak Manusia, ladang = dunia milik Yesus, benih yang baik = anak-anak Kerajaan, lalang = anak-anak si jahat, musuh yang menaburkan benih lalang = iblis, waktu menuai = akhir zaman, para penuai = malaikat). Bagaimana sikap Allah terhadap tumbuhnya kuasa kejahatan itu? Alegori ini berupaya menjawabnya.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1.         Perumpamaan tentang lalang (ayat 24-30).
2.        Penjelasan perumpamaan tentang lalang (ayat 36-43).

Keterangan Teks
·         ayat 24
Ada seorang pemilik ladang yang “menaburkan benih yang baik di ladangnya”. Demikianlah awal cerita Yesus. Tetapi sebelumnya Yesus sempat berkata, “Hal Kerajaan Surga seumpama orang yang menaburkan…” Ya, antara Kerajaan Allah dan kenyataan hidup manusiawi sehari-hari ada suatu kemiripan. Justru karena itu Yesus berperumpamaan sambil mengajak para pendengar-Nya berpikir dalam-dalam. Siapa saja yang benar-benar “mencari Kerajaan Allah”, hendaknya memperhatikan perumpamaan-perumpamaan Yesus. Di dalamnya ‘tersirat’ banyak petunjuk tentang musuh Yesus dan Kerajaan-Nya.
Kerajaan Sorga digambarkan dengan kejadian yang umum terjadi di lingkungan pertanian. Seorang pemilik ladang menabur benih gandum yang baik di ladangnya. Diharapkan benih gandum itu akan bertumbuh baik dan nantinya menghasilkan panenan berlimpah. Benih gandum yang baik ditaburkan di ladang agar nanti dapat berbuah melimpah. Pemilik ladang rupanya menunjuk hamba-hamba yang mengawasi ladangnya.
·         ayat 25
Ketika semua orang tidur, datang musuh yang menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Karena semua orang tidur maka tidak ada yang menjadi saksi. Semuanya terjadi diam-diam, apalagi musuh itu segera pergi. Kejahatan memang dekat dengan suasana gelap malam dan tindakan diam-diam. Jenis lalang yang ditabur disebut zizania, yaitu sejenis rumput beracun yang dapat merusak tanaman gandum. Bentuk daun zizania mirip sekali dengan gandum dan hanya tumbuh di ladang yang ditanami tanpa melebihi ketinggiannya dari 1 m. Lalang telah mengambil kelembaban udara dan vitamin dari dalam tanah yang seharusnya diambil oleh tanaman gandum, sehingga akan mempengaruhi hasil panen.
·         ayat 26
Ketika masih belum berbuah, bentuk tanaman gandum dan zizania amat mirip sehingga kedua jenis tumbuhan itu sulit dibedakan. Ketika sudah mulai tumbuh besar dan berbuah barulah kelihatan bedanya, yang nampak dari bentuk bulir-bulirnya. Memisahkan zizania dari gandum adalah pekerjaan para wanita dan anak-anak yang membosankan.
·         ayat 27-29
Para hamba pemilik ladang itu tidak habis mengerti mengapa tumbuh lalang beracun di tengah tanaman gandum yang baik. “Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?”, demikian pertanyaan mereka kepada pemilik ladang.
Pemilik ladang tahu bahwa itu semua adalah pekerjaan musuhnya. Hamba-hamba yang tidak sampai hati melihat tanaman gandum itu terganggu pertumbuhannya, mengusulkan: “Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?”. Usul itu bagus namun tidak mudah dilakukan. Bisa saja lalang itu dicabuti, akan tetapi tanaman gandum dapat ikut tercabut.
Pemilik ladang menjawab: “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu”. Jawaban pemilik ladang memang masuk akal tetapi tidak memberi jalan keluar yang praktis.
·         ayat 30
Pemecahan yang diajukan oleh pemilik ladang adalah: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku". Pemecahan tersebut memang satu-satunya kemungkinan yang paling aman untuk memisahkan tanaman gandum dari tanaman lalang. Namun, pemilik ladang tidak memberi jalan keluar ketika tanaman gandum pada masa pertumbuhannya dirusak oleh lalang. Adakah dia sengaja membiarkan keduanya tumbuh agar gandum yang dipanen nanti adalah gandum yang sudah tahan uji?
·         ayat 36
Yesus selesai berperumpamaan (Mat 13:34). Setelah itu Ia “meninggalkan orang banyak, lalu pulang” – lapor penulis Injil Matius. Apakah selanjutnya Yesus akan istirahat? Tidak! Antara lain karena Ia segera didatangi murid-murid-Nya. Kata mereka, “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu”. Yesus “menceritakan” beberapa perumpamaan. Tetapi, murid-murid-Nya sangat tertarik pada perumpamaan tentang lalang saja. Apakah mereka merasa bahwa di antara mereka sendiri ada seorang (atau lebih?) yang mirip lalang di tengah gandum?
·         ayat 37-39
Dalam ayat 37-39 ini tersaji semacam kunci yang dapat membuka sedikit misteri perumpamaan tentang lalang. Penabur benih yang baik ialah Anak Manusia, yaitu Yesus sendiri. Ladang meliputi seluruh dunia. Benih baik yang ditaburkan Yesus ialah anak-anak Kerajaan, para sahabat Allah, juga pengikut Yesus. Penabur benih lalang disebut: Si jahat (ay 38), Musuh (ay 39) dan Iblis (ay 39). Lalang ialah “anak-anak si jahat”. Waktu menuai ialah akhir zaman. Para penuai ialah malaikat. Seluruh daftar “arti kata” ini singkat dan cukup jelas. Tetapi kalau direnungkan lebih lama, isinya tetap misterius. Sebab daftar ini bisa menimbulkan banyak macam pertanyaan. Ini sebagai satu contoh saja: Mengapa musuh Kerajaan Allah diberi sampai tiga nama?
·         ayat 40-42
Perumpamaan ini sesungguhnya terpusat pada satu masalah saja, yaitu ‘peristiwa’ akhir zaman. Tanpa hambatan sedikit pun Yesus menjelaskan arti kata penabur, ladang, lalang, dll. Sebab inti perumpamaan-Nya bukan arti kata-kata melainkan penyingkiran ‘sampah’ dari tengah-tengah Kerajaan Allah. Kata Yesus, “Jadi, seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan dari dalam kerajaan-Nya segala sesuatu yang menyebabkan orang berbuat dosa dan semua orang yang melakukan kejahatan. Semuanya akan dicampakkan ke dalam tungku berapi; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi“.
·         ayat 43
Pada akhir penjelasan-Nya Yesus berkata begini, “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka”. Muncul ungkapan “orang-orang benar”. Inilah gandum di tengah lalang. Mereka terpaksa hidup di tengah-tengah banjir dosa yang melanda ladang dunia. Tetapi mereka bertahan sebagai gandum, tidak membiarkan diri terbujuk oleh nikmat sesaat hidup sebagai lalang. Mereka akan bercahaya seperti matahari. Artinya, sinar mereka akan sekuat sinar matahari yang tidak sanggup dipandang manusia yang tidak benar. Mereka akan bersinar dalam Kerajaan Bapa mereka. Pada akhir zaman, manusia yang benar akan berkumpul sebagai satu keluarga di rumah Bapa. Manusia yang benar-benar anak Allah, selalu merindukan Bapa. Kalau ia tidak merindukan-Nya, maka ia dalam bahaya menjadi atau sudah menjadi ‘sampah’. “Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” – kata Yesus.

Amanat
Perumpamaan tentang lalang yang tumbuh di antara gandum menegaskan bahwa orang-orang percaya kepada Yesus (dilambangkan dengan gandum) tinggal di tengah dunia yang berdosa (dilambangkan dengan lalang) dan memang tidak ada kehendak Tuhan untuk mencabut mereka dari tempat itu. Mengapa orang-orang jahat tidak dienyahkan dan dihukum saja sehingga bumi hanya dihuni oleh orang-orang baik. Yang harus diingat, memandang manusia secara hitam putih seperti itu tentu saja tidak tepat karena setiap manusia pasti memiliki kelemahan. Dan jangan-jangan jika Tuhan benar-benar menyingkirkan orang-orang jahat, bumi mendadak kosong! Masyarakat manusia di dunia ini berwarna abu-abu, tidak putih dan tidak hitam. Menghancurkan sama sekali kejahatan sama saja dengan memisahkan warna hitam dari warna putih pada benda yang berwarna abu-abu. Sulit tetapi bukan tidak mungkin selama setiap manusia masih diberi kesempatan untuk bertobat. Ada saatnya nanti Tuhan datang menghakimi manusia dan saat itu belum tiba.
Umat manusia mirip ladang yang siap ditaburi oleh pemiliknya dan musuhnya. Selaku ciptaan kasih Allah, setiap manusia sesungguhnyalah benih yang baik. Tetapi, manusia diberi kebebasan untuk tetap jadi benih gandum atau berbalik dari Pencipta sehingga jadi benih lalang. Orang yang mensyukuri kebebasannya sebagai karunia mahabesar, adalah manusia-gandum. Orang yang memanfaatkan kebebasannya demi mengacau, adalah manusia-lalang. Dua jenis ‘benih’ itu tumbuh di bumi serentak. Tetapi pada akhir waktu, nasib kedua jenis itu akan berbeda: Yang satu akan dimasukkan ke dalam lumbung agar menjadi makanan bagi yang memerlukannya; yang lain itu akan dibakar habis agar jangan mengganggu lagi.
Yesus jelas-jelas berbicara tentang pembakaran “sampah”. Jenis sampahnya dua, yaitu: “segala sesuatu yang menyebabkan orang berbuat dosa” dan “semua orang yang melakukan kejahatan”. Sungguh mengerikan! Orang-orang yang berbuat kejahatan akan dimasukkan ke dalam tungku yang sudah dipenuhi berbagai macam sampah. Tidak jelas, apakah suatu saat sampah itu akan terbakar habis atau nyalanya akan terus hidup dan tetap ‘membakar’. Ungkapan Yesus tentang “akan terdapat ratapan dan kertak gigi” bisa diartikan sebagai suatu proses yang tidak berkesudahan.
Kiranya tepat kalau Anda merenung sejenak soal ”sampah” tadi. Yesus memang tidak pernah menyebut manusia yang berbuat jahat sebagai ‘sampah’. Namun – menurut ukuran manusiawi – para pembuat kejahatan akhirnya diperlakukan oleh-Nya bagaikan sampah.
Apa yang dimaksud dengan “segala sesuatu yang menyebabkan orang berbuat dosa”? Wah, sulit dirinci! Sebab tidak ada barang apa pun di bumi ini yang dengan begitu saja menyebabkan orang berbuat dosa. Pisau yang dipakai ibu rumah tangga di dapur tidak pernah dipikirkannya sebagai alat pembunuhan. Tetapi lain halnya dengan orang yang biasa membunuh sesamanya dengan pisau.
Dilihat dari sudut lain, harus diakui bahwa di dunia ini ada macam-macam hal yang secara sadar dan terencana disodorkan kepada manusia (oleh “anak-anak si jahat”) untuk menjebak, menjatuhkan ke dalam dosa, menjauhkannya dari Allah. Nah, kiranya ‘sampah’ semacam inilah yang dipikirkan Yesus. Di sini dapat disebut uang, seks, kedudukan, dan macam-macam hal lain, yang dari sendirinya bukan dosa, tetapi oleh pihak tertentu dijadikan sarana untuk membelokkan manusia dari Tuhan.
Lebih jelas masalahnya dengan “orang yang berbuat kejahatan”. Mereka itu profesional, spesialis, ahli. Mereka bukan pendosa amatiran. Mereka sudah menutup diri bagi Roh Kudus. Mereka menertawakan Allah dan umat-Nya. Mereka bukan pendosa dalam arti “pernah berbuat dosa”, melainkan pendosa dalam arti “tiap saat menikmati dosa sebagai makanan yang lezat”.
Pengajaran Yesus tentang pengadilan terakhir tidak bertujuan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengingatkan para pendengar-Nya agar waspada terhadap pengaruh kejahatan yang ada di sekitar mereka. Setiap perbuatan harus dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Allah.
Kerajaan Sorga bukanlah peristiwa keselamatan yang otomatis terjadi tanpa keterlibatan dari pihak manusia. Setiap manusia diundang untuk terlibat pada perjuangan menciptakan keselamatan dengan bertekun pada perbuatan baik. Kerajaan Sorga bukanlah peristiwa yang baru akan terjadi di masa datang, tetapi sudah dimulai di dunia ini.

Catatan Kecil 1

Jangan Meremehkan Masa Mudamu

Apa yang kini kita sebut sebagai budaya anak muda bukanlah hal baru. Berabad-abad, orang muda telah memberikan banyak sumbangan berarti. Perhatikan prestasi “anak-anak” ini :
Alfred Tennyson menulis karya klasiknya yang pertama pada usia 18.
Napoleon menaklukan Italia pada usia 25.
Byron dan Raphael keduanya penulis, meninggal pada usia 37.
E.A. Poe telah menyelesaikan tulisannya pada usia 39.
Newton menciptakan temuan terbesarnya pada usia 25.
Mozart menulis sejumlah opera sebelum ia berusia 15.
Yesus mengubah wajah dunia pada usia 30.
Kebanyakan jenius dunia tidak menginjak usia 40. Sebagaimana tertulis dalam 1 Timotius 4:12, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda”. (diar sanjaya – Herbert Prochnow)

Catatan Kecil 2

Allah Dalam Alam

Amatilah saja seekor lebah madu yang kecil. Ia mengatur kota kecilnya sendiri. Ia membangun 10.000 rongga untuk menampung madu, 12.000 rongga untuk telur dan sebuah takhta bagi ratu lebah.
Jika lebah mengetahui bahwa suhu naik, ia menjadi cemas kalau-kalau madunya akan meleleh. Maka ia menciptakan sistem pendingin untuk sarangnya. Ia memimpin satu regu lebah pekerja, menempatkan mereka dekat pintu masuk sarang lebah, dan menahan kaki mereka dengan perekat. Kemudian dengan mengepak-ngepakkan sayap, mereka mengatur sirkulasi udara dan menjaga suhu sarang agar tetap dingin bagi madu.
Lebah itu pulalah yang menjelajah daerah seluas sepuluh kilometer persegi dan mengumpulkan madu dari semua bunga yang tumbuh di sana. Tetapi jika otak lebah melakukan hal sedemikan menakjubkan, siapakah kita yang mempertanyakan tuntutan Allah?
Tataplah ke langit dan lihatlah tangan yang menyokong bintang-bintang tanpa tiang penyanggah. Dia itulah Allah yang menuntun planet sehingga tidak pernah bertabrakan. (diar sanjaya – Alexis Carrell)

Orang Kudus 1

Santa Afra, Martir

Afra menjalani kehidupannya di Augsburg, Jerman Barat sekitar tahun 300. la dikenal sebagai seorang bekas pelacur yang bertobat dan menjadi wanita Kristen yang giat dan penuh semangat dalam penghayatan iman Kristen. Bagi kita, Afra memberikan suatu teladan tobat yang luar biasa dan kepercayaan penuh akan kerahiman Tuhan. Keinsyafannya akan keberdosaan dirinya hingga ia bertobat dido­rong oleh kesaksian saudara-saudaranya seiman sewaktu dianiaya kare­na imannya. Semua harta miliknya yang diperoleh dengan cara aib itu dibagi-bagikannya kepada orang-orang miskin dengan penuh ketulusan. Kecuali itu ia bahkan menjadi seorang wanita Kristen yang giat dalam menghayati imannya.
Kegiatan-kegiatannya menyebabkan dia kemudian ditangkap dan dipaksa mempersembahkan korban bakaran kepada dewa-dewa kafir. Kepada hakim yang memaksanya untuk membawakan korban itu, Afra dengan tegas berkata: "Hidup masa lampauku memang tidaklah baik menurut iman Kristiani, namun sekarang aku mau menjalani hidupku sebagai seorang Kristen sejati. Aku berani mencuci dosa-dosaku dengan darahku sendiri". Hakim itu coba membujuknya dengan berdalih bahwa ia sendiri seorang Kristen yang berusaha membantu menyelamatkannya dari bahaya pembunuhan. "Bagaimana engkau tahu bahwa engkau sudah diterima dan diampuni oleh Tuhanmu?" tanya hakim itu. Kata Afra: "Aku tahu karena aku sekarang diperkenankan memberi kesak­sian atas imanku di hadapan orang banyak".
Keberaniannya menantang hakim mengakibatkan dia dihukum ma­ti. Ia diikat dan dibawa ke sebuah pulau kecil di tengah sungai Lech, dan di sana ia dibakar hidup-hidup oleh para algojo. Sementara api men­jilat tubuhnya yang suci itu, ia berdoa dengan nyaring: "Tuhan Yesus, terimalah tapa sengsaraku ini dan selamatkanlah aku demi api ini dari api sengsara yang kekal".
Afra meninggal pada tahun 340. Ibunya bersama tiga orang pelayannya memungut sisa-sisa tulangnya dan memakamkannya dengan penuh hormat. Karena hal ini kemudian diketahui oleh para penguasa, ibunya dan tiga orang pelayan itu ditangkap dan dibunuh juga.