Rabu, 18 Januari 2012

Cover Depan Januari 2012


Redaksi Menulis


Tahun 2011 telah berlalu dan tahun 2012 telah tiba. Setiap kali kita merayakan Tahun Baru, ada beberapa makna yang dapat kita renungkan. Pertama, kita mesti bersyukur atas tahun yang telah kita lalui. Semua yang membuat kita bahagia ataupun bersedih adalah rahmat, yang dapat menjadi sarana bagi kita untuk mengembangkan iman.
Kedua, kita boleh bergembira dan bersemangat menerima rahmat berupa waktu dan kesempatan baru. Kita masuki Tahun Baru dengan semangat, kegiatan dan tantangan baru.
Ketiga, setiap kali kita merayakan Tahun Baru, ada harapan yang membentang di hadapan kita. Harapan untuk lebih berkembang dan maju, harapan untuk hidup lebih baik di waktu yang akan kita lewati, harapan akan keberhasilan dst.
          Marilah kita mulai memasuki Tahun Baru 2012 ini dengan penuh syukur dan semangat. Kita persembahkan hidup kita kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang merajut kehidupan kita, membimbing kita dalam melangkah, dan memompakan semangat dalam setiap pergumulan hidup kita.
Selamat Tahun Baru 2012, Tuhan memberkati!

Sajian Utama 1

Hidup Baru Dalam Kristus Untuk Menghadapi Tahun 2012


Berbagai perubahan yang harus kita hadapi dewasa ini telah benar-benar menyadarkan kita bahwa kita adalah makhluk yang membuat sejarah, dibentuk oleh masa lalu dan untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Tantangan-tantangan yang kita hadapi menyadarkan kita akan kehidupan di luar diri kita dan keluarga kita. Masalah-masalah ekonomi, sosial, politik dan geopolitik modern menjelaskan bahwa segalanya saling berkaitan.
Sebagai umat Kristiani kita tidak bisa menghindar dari masalah atau tantangan yang ada di dalam hidup kita. Kita harus menghadapinya serta mengatasi segala masalah dan tantangan yang merintangi perjalanan hidup kita di dunia ini agar masa depan yang kita bentuk akan menjadi bertambah baik seiring bertambahnya usia kita, dan menjadi tahun yang penuh kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan yang berkenan dan sesuai dengan kehendak Tuhan. 
Untuk itu kita dapat mengambil hikmah dan mengikuti ajakan serta teladan yang diberikan Saulus yang menjadi Paulus. Banyak guru rohani mendesakkan pertobatan dan pembangunan hidup. Tetapi tidak seorangpun menunjukkan keharusan ini begitu mendesak seperti Rasul Paulus, karena ia sendiri mengalami sentuhan Roh Kristus yang dahsyat itu. Ia bicara, dan mengajak atas dasar pengalaman pribadinya.
Paulus pernah hidup menurut paham darah daging, agama fanatik atas dasar kebangsaan sebagai orang Yahudi. Tetapi kemudian ia bertobat (lihat Kis 9:1-19a), ketika ia disergap, dikuasai oleh Kristus, yang memasukkan unsur salib dan kebangkitan Putera Allah, Penebus bagi segala bangsa. Cinta Kristus ini memesona pribadi Paulus yang dasar bercita-cita tinggi dan bersemangat menyala. Ia menyerahkan diri, seluruhnya direnggut, dijiwai, digerakkan dalam kebersatuan dengan Kristus. Paulus tahu apa artinya hidup baru dalam Kristus (lihat Ef 4:17-32). Ajaran Kristus itu bukan ilmu pengetahuan, tetapi paham yang meresapi kesadaran, hingga mengubah keyakinan manusia, yang mengarahkan roh dan pikiran menjadi manusia baru dalam Kristus. Ciptaan baru ini dibentuk “menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef 4:24). Ini pengalaman Paulus lagi setelah ia bertobat. Semua pikiran dan usaha sebelumnya yang tidak menuju Kristus dianggap kesia-siaan belaka, yang harus diganti dengan pikiran Kristus dan persatuan dengan hidup dan perbuatanNya.  
Segala sesuatu di dunia ini tidak berarti lagi, kalau tidak diarahkan kepada yang di atas, yang dari kekal, yang abadi, seperti dinyatakan dalam diri Kristus, setelah bangkit dan duduk di sisi Bapa. Dari ketinggian pandangan ini Paulus mau memurnikan hidup, sikap dan perbuatan umatnya yang baru saja bertobat, mereka harus meninggalkan: “percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kol 3:5). Sebagai orang Kristiani dalam hidup baru, kita telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan  telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui, untuk itu kita diingatkan harus membuang serta meninggalkan semua kepalsuan, serta segala hawa amarah, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor dan dusta. Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kita diajak oleh Rasul Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Kolose untuk: kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran serta saling mengampuni. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kol 3:5-17). Pengalaman Rasul Paulus tersebut  telah menyadarkan kita bahwa, seluruh arah hidup manusia harus bergerak menuju Kristus agar dapat memberikan kebahagiaan dan keselamatan sepenuhnya di dalam Dia.


SELAMAT TAHUN  BARU  2012


Stefan Surya

Sajian Utama 2

Berjalan Bersama Yesus


Setiap akhir tahun, kita terpanggil untuk merefleksikan perjalanan hidup kita yang telah dilewati. Selain mensyukuri sukses, kita diharapkan melihat dunia saat ini dimana kehidupan begitu kian rawan dan terancam. Ketidakadilan dan kesenjangan sosial amat tampak jelas. Disatu sisi banyak kaum kaya bergelimang materi, rajin memamerkan segala atribut penampilan mereka, dengan berbagai cara sibuk mempopulerkan diri untuk menyenangkan pribadinya. Sementara disisi lain, kian banyak orang miskin yang harus berhadapan dengan ancaman kelaparan, bahkan kematian.

Demikian pula banyak umat Allah yang berduka cita melihat kondisi kehidupan menggereja saat ini. Kasih persaudaraan terasa kian menipis, ada umat yang saling berlomba mengangkat potensi diri namun bersikap sombong, merasa paling hebat/pandai, namun tidak mau bekerja sama, lebih mementingkan kelompoknya sendiri, arogan/memaksakan kehendaknya sendiri, tidak peka dan peduli pada kesusahan yang dialami rekannya. Bahkan iman kristianipun kian menipis karena umat kristianipun tergoda mengikuti budaya sekuler/modern. Sikap-sikap seperti itu tentu saja menjadi penghalang gereja memancarkan kemuliaan Tuhan. Dan sumber segala kekacauan tersebut adalah egoisme yang kuat yang bertahta dalam hati banyak orang.

Dalam diri Yesus, Allah telah merendahkan diri sehabis-habisnya dengan menjadi manusia yang menurut status sosial Dia termasuk anggota masyarakat kelas bawah. KelahiranNya dalam sebuah kandang domba melambangkan Yesus yang datang kedalam dunia ini dengan segala kesederhanaan dan kerendahan hati untuk melayani secara tulus ikhlas kepada semua manusia dan menawarkan keselamatan.

Demikian pula Yohanes Pembaptis yang sudah menerima kebaikan Tuhan juga datang memberikan pelayanan ikhlas kepada sesamanya. Hal tersebut bukan karena ia merasa berhutang budi, melainkan terdorong untuk mewartakan kepada sesama tentang kasih kebaikan Tuhan yang sudah dialaminya sendiri sejak dalam kandungan ibunya. Ia tumbuh menjadi pribadi yang meneladani pola hidup Yesus sendiri.
Dalam Lukas 7:18-35, Yesus menggambarkan pribadi Yohanes Pembaptis sebagai berikut :

1. Yohanes Pembaptis mampu menjadi “besar” dengan segala keterbatasannya sebagai manusia. Kitapun hendaknya seperti Yohanes pembaptis yang menjadi “besar” bukan karena segala kelebihan kita, tetapi karena segala keterbatasan kita. Kebesaran Yohanes bukan karena ia sekeras batu karang atau besi baja. Justru Yohanes digambarkan Yesus sebagai tokoh yang rapuh seperti buluh bambu (Luk 7:24). Dari segi fisik pun, Yohanes tidak sebesar dan setinggi goliat atau sekekar rambo. Yohanes seorang yang ulet, teguh dalam pendirian, walau kadang-kadang digoyang dan diombang ambingkan angin ke kanan dan ke kiri, tapi ia tidak goyah. Demikian pula dalam menghadapi arus globalisasi dan pengaruh budaya sekuler/modern, kita hendaknya mampu mengendalikan diri sendiri.
2. Yohanes Pembaptis adalah seorang yang sederhana. Ia bukan dari kalangan selebritis, bangsawan, milyuner , yang tampil modis dan bergelimang harta benda. Pertanyaan Yesus pada Luk 7 : 25; Apakah Yohanes seorang yang suka berpakaian indah? suka hidup mewah? dan tinggalnya di istana? Pasti harus kita jawab : tidak!!  Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit (Mat 3:4). Tinggalnya pun di padang gurun. Kebesaran Yohanes tidak terlihat pada penampilan lahiriahnya tetapi pada kualitas, integrasi dan karakter pribadinya. Bila Yohanes hidup pada jaman sekarang ini, saya jamin Yohanes tidak akan tertarik untuk mengkoleksi atau membeli berbagai gelar akademis seperti profesor, dr, dll didepan namanya. Ataupun membuktikan kesuksesannya dengan membangun istana-istana, semangat untuk memiliki mobil alphard, blackberry, dll. Yohanes Pembaptis seorang yang sederhana, tidak mudah termakan godaan. Ia merasa cukup dengan apa yang ada, segala sesuatunya diterima dan disyukurinya. Oleh sebab itu, ia tidak akan mempan tergoda, sekalipun diberi iming-iming harta benda dan mungkin saja “wanita”.
3. Yohanes Pembaptis yang berani (Luk 3:1-20). Banyak bawahan yang takut ditegur, digeser  jabatannya, tidak berani melawan pimpinannya yang salah. Tapi Yohanes sebagai tokoh yang pemberani untuk mengatakan suatu kebenaran, apapun resikonya. Malah ia harus masuk penjara (Luk 3:20) dan menjalan eksekusi mati, karena pemintaan Herodias yang tersinggung atas teguran Yohanes ( Mat 14:1-12). Yohanes tidak cuma berkata-kata saja tapi ia juga bertindak sesuai kata-katanya itu. Ia tidak hanya mengajar dengan kata-kata tetapi dengan praktek hidup. Banyak orang hanya berani menyuarakan kebenaran sebatas kata-kata/teori saja tetapi tidak disertai aksi/tindakan. Padahal tindakan dan keteladanan memiliki kekuatan tiga kali lipat untuk mengubah orang daripada cuma nasehat-nasehat / kata-kata saja.
4. Yohanes Pembaptis yang rendah hati (Luk 3:16). Yohanes tidak menganggap dirinya sebagai orang yang hebat, orang yang punya peranan penting, orang nomor satu, orang yang punya kuasa. Melainkan ia menilai dirinya sebagai orang nomor sekian. Luk 3 : 16 :” Aku membaptis kamu dengan air, tapi Ia yang lebih berkuasa daripada aku akan datang dan membuka tali kasutNya-pun aku tidak layak..” Dalam suatu komunitas/organisai, orang-orang seperti Yohanes ini sangat dibutuhkan. Artinya mempunyai jiwa besar untuk mempersilakan orang lain untuk tampil kedepan, rela dipimpin orang lain bila sudah tidak lagi di posisi depan, tidak malu/gengsi dan tanpa sungkan mempersiapkan regenerasi. Sikap-sikap seperti itu sesuai sosok dambaan Ki Hajar Dewantara : “ Ing ngarso sung tulodo (didepan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (ditengah ikut bekerja bersama-sama), Tut wuri handayani “ (dibelakang selalu memberi dorongan/semangat).
Itulah semangat menyongsong tahun 2012! Tahun dimana kita semua sebagai umat Allah saling membangun untuk menyelamatkan bahtera “gereja” kita. Lakukan perubahan hidup lama kita, dengan menetapkan hati, membulatkan tekad untuk mengambil sikap, melaksanakan tindakan serta menunjukkan prilaku baru yang berbeda dengan yang sebelumnya. Mengubah  kelemahan-kelemahan kita menjadi kekuatan. Sesungguhnya kita bisa mengatasi kelemahan-kelemahan kita tersebut, tetapi seringkali kita tidak mau.

Tumpukan segala masalah dlam kehidupan di dunia ini, termasuk masalah-masalah dalam kehidupan menggereja, mustahil untuk dapat diatasi sendiri-sendiri, melainkan sangat dibutuhkan kerjasama dan kekompakan.

Sebagai umat Allah, kita bekerja bersama-sama untuk mengabdi dan melayani sesama dengan penuh cinta kasih dan tulus ikhlas. Kita mau melayani sesama atas dasar karena kita cinta akan sesama, bukan karena untuk mencari kesibukan sendiri. Karena mencari kesibukan sendiri berarti sebenarnya bukan bekerja untuk melayani Tuhan, tetapi untuk kepentingan diri sendiri, dengan harapan, hasilnya dapat segera dirasakan sendiri. Untuk kepuasan diri sendiri. Kesibukan tersebut berarti masing-masing berakitifitas tanpa dialog/komunikasi dan perhatian, bahkan bisa saling sikut/mematikan semangat. Akibatnya kita semua seperti berjalan menggunakan kacamata kuda, bukan kacamata iman.

Orang yang menjalani hidupnya dengan sadar dan serius, akan selalu merenung secara mendalam disertai doa yang khusyuk, Kita mohon rahmat Tuhan agar kita diberiNya kemauan keras dan ketegaran iman untuk mengatasi segala kelemahan kita. Berjalan bersama Yesus, mari kita songsong tahun mendatang dengan hidup baru. Selamat tahun baru 2012!!!

(P.V. Selviana Waty)

Rabu, 11 Januari 2012

Ruang Kitab Suci

Musa Lahir dan Diselamatkan
Oleh : Peter Suriadi

Teks
Kel 2:1-10
1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.
3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;
4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.
6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?"
8 Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.
9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
Konteks
Keluaran dimulai dengan kisah pembebasan orang Israel dari Mesir. Pembebasan tersebut dipersiapkan dengan kelahiran seorang tokoh kemerdekaan, yaitu Musa. Nama Musa sungguh-sungguh berlatar belakang Mesir seperti nama Firaun Tutmoses, Raamoses, Ahmoses dan sebagainya. Tokoh Musa ditampilkan sebagai tokoh jempolan karena kelahirannya yang istimewa.
Tetapi jika kita melihat latar belakang kelahiran Musa, pemenuhan janji Allah itu terancam gagal. Mengapa demikian ? Seperti kita ketahui dalam Kel 1:1-22, dua belas orang anak Yakub dengan seluruh keluarganya menetap di Mesir. Setelah beberapa generasi, mereka bertambah banyak dan terus berkembang: “Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka” (Kel 1:7). Keberadaan orang-orang Israel yang banyak itu menyebabkan terjadinya ledakan penduduk di Mesir. Tetapi, di balik itu semua, Allah sedang memenuhi janjiNya pada Abraham: “Aku akan membuat engkau sangat banyak … dan engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa” (Kej 17:2-4).
Firaun baru “yang tidak mengenal Yusuf” (Kel 1:8) menganggap keberadaan sekelompok etnis imigran di bagian utara sebagai ancaman serius bagi negeri Mesir. Untuk mencegahnya, Firaun mengambil tindakan keras. Motif politis-militeristis dan ekonomis ini mengakibatkan terjadinya perbudakan. Para imigran yang disambut Firaun dari dinasti terdahulu dengan penuh persahabatan, sekarang dieksploitasi sebagai budak dalam pembangunan kota-kota perbekalan Mesir : Phitom dan Ramses. “Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembanglah mereka.” (Kel 1:12) Firaun pun bermaksud mengekang laju pertumbuhan demografis bangsa Israel dengan jalan genocide, pembunuhan secara sistematis pada semua bayi lelaki yang baru lahir. Namun di balik itu Allah mengatur jalannya cerita. Allah akan memperkenalkan karya pembebasan-Nya lewat tokoh Musa.
Kisah kelahiran Musa ini mengikuti pola cerita tradisional yang melukiskan kelahiran seorang pahlawan atau ”anak ajaib” yang banyak dijumpai di Timur Tengah kuno. Contoh yang paling jelas adalah kisah kelahiran Sargon dari Akadia, seorang penguasa besar Mesopotamia dari paruh kedua abad 3 SM. Menghadapi kekuatan jahat pada waktu kelahirannya, Sargon dihanyutkan ke Sungai Efrat dalam sebuah peti pandan yang dilapisi ter. Ia ditemukan oleh seorang petani dan diangkat anak. Dewi Istar berkenan padanya dan menjadikannya seorang raja besar. Hal ini mendorong banyak ahli untuk menyimpulkan bahwa kisah kelahiran Musa sebenarnya legenda walaupun disampaikan seperti sebuah laporan sejarah!


Struktur Teks
Teks dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni :
ayat 1-4 : kelahiran dan pembuangan bayi Musa
ayat 5-6 : bayi Musa ditemukan oleh putri Firaun
ayat 7-10 : pengadopsian

Keterangan Teks
ayat 1-4
Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi [suku Lewi kelak secara istimewa dipersembahkan kepada Tuhan (bdk Kel 32:25-29)]. Nama orangtua Musa tidak disebut di sini. Nama mereka baru diberikan pada Kel 6:18-20. Ayah Musa bernama Amran bin Kehat dan ibunya bernama Yokhebed.
Lalu perempuan itu mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. ”Cantik” menunjuk pada kebaikan fisik anak itu : badannya sehat, bentuk tubuhnya bagus dan parasnya elok. Selama tiga bulan mereka masih dapat menyembunyikan anak itu dari penglihatan orang-orang Mesir. Tetapi, bisa dipastikan kemudian mereka tidak dapat lagi menyembunyikannya karena semakin besar bayi itu suara tangisnya makin keras terdengar. Suara tangisnya tidak mungkin diredam lagi.
Untuk itu Amran dan Yokhebed telah mempersiapkan rencana untuk menyelamatkan bayi mereka. Mereka mengambil sebuah keranjang (Ibrani : tebah) yang terbuat dari pandan yang dilapisi gala-gala dan ter. Pandan adalah papirus (Cyperus Papyrus), yaitu semacam buluh-buluh atau gelagah yang tumbuh di air yang dangkal. Batang tanaman ini biasanya digunakan untuk membuat anyaman dan lembaran untuk menulis. Pada zaman kuno, papirus banyak dijumpai tumbuh di sepanjang tepi hulu Sungai Nil. Bayi yang belum bernama itu diletakkan di dalamnya dan keranjang itu diletakkan di tengah-tengah teberau (gelagah) di tepi Sungai Nil. Dengan caranya sendiri, Yokhebed melaksanakan perintah firaun dalam Kel 1:22. Cuma bedanya Yokhebed tidak melemparkan bayinya ke dalam Sungai Nil, tetapi menaruhnya di tengah-tengah teberau di tepi Sungai Nil.
Sementara kakak perempuan sang bayi berdiri di tempat yang agak jauh untuk menjaga dan mengamat-amati apa yang akan terjadi pada adiknya itu. Di sini tidak disebutkan nama kakak perempuan Musa itu. Namanya baru disebut dalam Kel 15:20 dan Bil 12;20:1, yakni Miriam. Yang agak mengherankan meskipun pada ayat 1 terdapat kesan kuat Musa adalah anak pertama dari Amran dan Yokhebed, pada ayat ini dikatakan bahwa Musa memiliki kakak perempuan.
ayat 5-6
Setelah beberapa lama bayi dalam keranjang itu terapung di tengah-tengah gelagah, datanglah putri firaun. Nama putri firaun tidak disebut di sini. Dalam tradisi yang muncul jauh sesudahnya diberikan nama berbeda pada putri firaun ini : Thermuthis (Josephus dalam Ant. 11.ix.5), Tharmuth (Jubilees 47:5), Merris (Eusebius dalam Praep. Ev. Ix.27), dan Bithiah (Talmud, B.Meg. 74:91; B. Ber. 41). Putri firaun itu hendak mandi di Sungai Nil dan para dayangnya berjalan-jalan di tepi Sungai Nil menungguinya. Waktu itu istana firaun kemungkinan terletak di Mesir Utara, di sekitar delta Sungai Nil. Orang-orang Ibrani pun mendiami daerah itu.
Ketika sedang mandi itulah sang putri melihat sebuah keranjang terapung dan karena penasaran ia ingin mengetahui isi keranjang itu. Maka, ia menyuruh seorang dayangnya untuk mengambil dan membuka keranjang itu. Ketika keranjang itu dibuka ia melihat seorang bayi terbaring di dalamnya. Tangisan bayi itu membangkitkan rasa belas kasih sang putri dan ia pun dapat segera mengetahui bayi itu adalah anak orang Ibrani.
ayat 7-10
Setelah melihat adiknya diambil putri firaun, kakak perempuan bayi itu mendekati sang putri. Rupanya ia dapat mengerti bahwa sang putri ”jatuh hati” kepada adiknya. Lalu ia menawarkan kepada sang putri inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusui bayi itu. Gadis itu pergi memanggil ibunya dan sang ibu segera datang menemui sang putri. Ia mendapat perintah langsung dari sang putri untuk membawa dan menyusui bayi itu. Dan sang ibu mendapat upah sebagai imbalannya. Sang ibu ”mendapat” kembali bayinya yang terancam bahaya kematian itu. Untuk sementara waktu bayi itu aman berada dalam asuhan ibunya sendiri meskipun ia bertindak sebagai inang pengasuh.
Ketika anak itu sudah besar, sang ibu membawanya kepada putri firaun. Sang putri mengangkatnya sebagai anak. Saat itulah ia memberi nama bayi itu ”Musa” karena ”Aku telah menariknya dari air”. Dari pemberian nama ini maka boleh disimpulkan bahwa nama ”Musa” (Ibrani : mosye) berasal dari bahasa Mesir. Kata ini berarti ”anak” atau ”putra”, dan lazimnya didahului dengan nama dewa (bandingkan dengan nama-nama raja Mesir seperti Ramses [putra dewa Ra] dan Tutmoses [putra dewa Tut]). Tetapi dalam kisah ini kata ”mosye” dikaitkan dengan kata Ibrani ”masyak”, yang berarti menarik (dari air). Dan menjadi hal yang ganjil karena putri firaun bisa berbahasa Ibrani dan secara implisit menunjukkan bahwa kisah ini merupakan legenda walaupun disampaikan seperti sebuah laporan sejarah!
Amanat
Dalam banyak budaya, perempuan seringkali dianggap sebagai warga kelas dua : tak dihargai, dianggap tak bisa berbuat banyak. Akibatnya, mereka memandang rendah dirinya sendiri juga. Bahkan, ketika ditawari melakukan suatu pelayanan, acap kali perempuan menolak halus. “Ah, saya ini cuma ibu rumah tangga.” “Saya ini enggak bisa apa-apa.” Benarkah?
Dalam perikop kali ini kita membaca bahwa orang-orang yang berjasa dalam hidup Musa hamba Tuhan yang dipakai luar biasa adalah para perempuan! Mulai dari ibu Musa, Yokhebed, yang tidak mau membunuh bayinya (ayat 2). Miryam, kakaknya, yang dengan berani mengusulkan untuk mencari inang penyusu bagi Musa (ayat 4). Dan, Putri Firaun yang akhirnya mengadopsi dan mendidik Musa (ayat 10). Bahkan, dalam perikop sebelumnya kita melihat bahwa yang berani melawan perintah Firaun untuk membunuh bayi-bayi Israel, juga adalah para perempuan, yakni bidan-bidan Mesir yang takut akan Tuhan (Keluaran 1:15-21). Rancangan Firaun digagalkan, justru oleh para perempuan yang kerap dianggap lemah.
Di tangan Allah, tidak ada perempuan yang tidak bisa berperan. Para perempuan di atas menjadi pahlawan Allah bukan dengan berperang, tetapi dengan melakukan tugas dan panggilan mereka. Para bidan menjadi bidan yang baik dan takut Tuhan. Yokhebed menjadi ibu yang baik. Miryam menjadi kakak yang melindungi adiknya. Mereka tidak berubah menjadi “perempuan super”, tetapi mereka melakukan tugas dari Tuhan dengan setia. Mungkin ketika melakukan setiap bagiannya, mereka tidak menyadari dampak yang timbul setelahnya. Namun, Tuhan mengingat dan merangkaikannya dengan indah. Para perempuan bisa menjadi pahlawan-Nya juga.

Catatan Kecil

Pelayanan Merupakan Hubungan Yang Mendasar Dalam Gereja

Pada Lukas 10:38-42 Yesus memberi pengarahan dalam pelayanan, membagi perhatian dan waktu untuk Allah demi sesama, dan melayani sesama demi Tuhan. Yesus sebagai Tuhan dan sebagai manusia menilai dan menginginkan pelayanan yang sejalan, seimbang menurut kepentingan. Tuhan dilayani dengan didengarkan sebagai sumber inspirasi dan hidup. Tuhan menilai lebih penting, kalau manusia membiarkan diri dilayani oleh Tuhan dalam “hal satu-satunya yang perlu, yang tidak akan diambil dari padanya” (ay 42). Ini lebih baik daripada menyibukkan diri bagi sesama, seakan-akan Tuhan memerlukan pelayanan kita, di dalam hal materiil khususnya. Ikutilah dan tanggapilah pelayanan Tuhan kepada manusia dengan cara-caraNya.
Santo Agustinus waktu berbicara kepada para umatnya sesudah pemilihannya sebagai uskup, berkata: “Saya ini apa bersama Anda membuat saya penuh suka cita; saya ini apa bagi Anda membuat saya takut. Sebab bersama Anda saya ini orang Kristen, bagi Anda saya ini uskup yang pertama adalah rahmat, yang kedua adalah jabatan; yang pertama adalah keselamatan, yang kedua adalah godaan.”  Dalam kalimat yang pendek ini, Santo Agustinus mengajarkan bahwa kehormatan pertama seorang Kristen adalah statusnya sebagai orang Kristen dan jabatan apa saja yang diperolehnya karena menjadi anggota Gereja tidak menjadi soal dan hanya akan membantu dia untuk melaksanakan panggilan Kristianinya jika dia menjadikan jabatan itu sebagai alat untuk melayani.
Kahadiran Roh Kudus dalam Gereja memberi kuasa kepada Gereja untuk melaksanakan panggilan yaitu panggilan untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah dan kemanusiaan. Gereja tidak akan mampu melaksanakan tugas panggilan ini jika dalam kehidupan batinnya yaitu hubungan para anggotanya, panggilan pokok dan mendasar ini tidak terpancarkan. Dalam Gereja ada kaum awam, para imam, para uskup, biarawan-biarawati. Status hidup serta tugas-tugas ini pada dasarnya bertujuan untuk membangun Gereja, suatu tujuan yang hanya dapat dicapai melalui pelayanan, melalui pengabdian.
Gereja sungguh-sungguh hidup jika para imam dan para uskupnya melihat peranan mereka sebagai panggilan untuk melayani seluruh komunitas umat beriman dan bukan sebagai penguasa yang menguasai kaum awam. Jika pelayanan sungguh-sungguh tercermin dalam hubungan antara orang-orang Kristen, maka Gereja menjadi lebih berhasil guna dalam kesaksiannya dan dalam tugas perutusannya menghadirkan Allah Tritunggal di muka bumi ini. (Stefan Surya) 

Orang Kudus 1

Santo Lusianus, Martir

Lusianus berkebangsaan Syria dan lahir di kota Samosata. Ia, seorang ahli sastera.  Keahliannya ini mewarnai sebuah karyanya sebagai seorang imam.  Minatnya terpusat seluruhnya pada pendidikan agama dan penerjemah Kitab Suci.  Terjemahan ini sangat berguna bagi Santo Hieronimus, yang menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin, yang lazim disebut Vulgata.
Lusianus ditangkap karena imannya dan semua usaha penyebaran iman yang dilakukannya.  Saat pengadilan atas dirinya di hadapan Mahkamah Pengadilan dimanfaatkannya benar-benar untuk menerangkan agama Kristen.  Hakim tertegun mendengarkan kesaksian Lusianus dan tak sanggup membantah kebenarannya. Ia kemudian dipenjarakan tanpa diberi makanan dan minuman. Ketika lapar dan haus, kepadanya disuguhkan makanan lezat yang sudah dipersembahkan kepada dewa-dewi.  Dengan tegas dia menolak untuk makan.  Ketegasan ini bukan karena hal itu merupakan dosa, tetapi karena dia tidak ingin menjadi batu sandungan bagi umatnya yang masih lemah imannya.
Meski hebat penderitaannya, Lusianus tetap teguh imannya. Akhirnya pada tahun 312, ia pun meninggal dunia dalam kekokohan iman yang tak tergoyahkan.

Orang Kudus 2

Santo Raymundus Penafort, Uskup dan Pengaku Iman

Pada tahun 1175 keluarga Penafort dianugerahi seorang putera.  Sang bayi ini segera dipermandikan dan diberi nama Raymundus.  Oleh orang tuanya, ia dididik dan dibesarkan dalam keluhuran iman Katolik dan dalam ilmu pengetahuan.  Semenjak kecilnya, Raymundus menunjukkan bakat yang luar biasa.  Bakat dan kemampuannya menjadi nyata ketika ia menyelesaikan kuliahnya di Universitas Barcelona dan ditunjuk sebagai pengajar Filsafat. Kemudian Raymundus melanjutkan lagi studinya di Universitas Bologna, Italia hingga meraih gelar Doktor dalam bidang hokum.  Di Universitas ini pun, ia menjadi seorang mahaguru yang disukai para mahasiswa.
Pada tahun 1222, Raymundus kembali ke Barcelona.  Di sini ia tertarik pada kehidupan membiara.  Tak lama kemudian ia menggabungkan diri dengan para biarawan Ordo Dominikan.  Bersama Santo Petrus Nolaskus, ia mendirikan Tarekat Pembebas Para Hamba (Tarekat Marsederian) yang khusus mengabdikan diri bagi orang-orang Kristen yang ditawan oleh orang-orang Moor.
Pada tahun 1230, Raymundus pergi ke Roma atas undangan Sri Paus Gregorius IX (1227-1241).  Oleh Sri Paus, ia diangkat menjadi Bapa Pengakuannya dan ditugaskan untuk mengatur semua dkrit Gereja yang telah diterbitkan.  Sewaktu tugas ini selesai dikerjakan pada tahun 1234, Sri Paus mensahkannya sebagai buku pegangan untuk semua lembaga pendidikan Seminari dan Universitas.
Setahun kemudian (1235), Sri Paus menunjuk Raymundus sebagai Uskup Agung Tarragona, Spayol.  Tetapi atas permohonannya sendiri, penunjukan ini  ditarik kembali. Tahun itu juga ia kembali ke Barcelona untuk memulai kembali kegiatan pewartaannya menentang ajaran sesat kaum Albigensia.  Tiga tahun kemudian, ia terpilih sebagai Pemimpin Tertinggi Ordo Dominikan.  Selama masa jabatannya ini, ia membaharui aturan-aturan ordo.  Pada tahun 1240, ketika ia berusia 65 tahun, ia mengundurkan diri dari jabatan itu.
Tahun-tahun terakhir hidupnya dipakainya untuk berkotbah dan melancarkan perlawanan terhadap bidaah Albigensia serta berusaha mempertobatkan bangsa Moor dan Yahudi.  Ia juga memperkenalkan pelajaran bahasa Ibrani dan Arab di semua sekolah Dominikan.  Atas permintaannya, Santo Thomas Aquinas menulis sebuah buku khusus untuk melawan para penganut bidaah itu.  Setelah bertahun-tahun mengabdikan dirinya pada Gereja, Raymundus meninggal di Barcelona pada tanggal 6 January 1275 dalam usia 100 tahun.

Orang Kudus 3

Santo Severinus, Paus


Severinus, anak Abienus berasal dari Roma. Pada bulan Oktober 638, ia dipilih menjadi Paus. Tetapi peneguhan kepausannya ditunda selama 19 bulan karena ia dituduh menganut aliran sesat Ecthesis, yang mempertahankan pendapat bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak ilahi (monothelitisme).
Perlawanan besar terhadap Severinus datang dari Ishak, pemimpin dari Ravenna. Tetapi Severinus tetap tegas melawan bidaah itu. Akhirnya pada bulan Mei 640 pilihan atas dirinya sebagai Paus diteguhkan dan Severinus naik takhta kepausan. Ia meninggal dunia kira-kira enam pulah hari kemudian pada bulan Agustus 640.

Percikan Pengalaman 1

Perasaan Sebelum dan Sesudah Dibatptis

Perasaanku sebelum dibaptis
Aku merasa senang, karena sebentar lagi aku akan di”Baptis” (dilahirkan kembali sebagai anak Tuhan).
Setiap minggu aku belajar agama untuk mendalami arti “Baptis”. Aku belajar dengan bimbingan guru yang baik hati, supaya aku dapat berubah dalam segala hal tindakan dan tanggung jawab terhadap orang tua, sesama dan kemuliaan Tuhan.

Perasaanku setelah dibaptis
Perasaanku sangat senang karena aku sudah disucikan dan menjadi murid Tuhan Yesus. Aku menjadi lebih percaya pada Tuhan, lebih tenang dan damai, karena berkatnya yang selalu menyertaiku, aku lebih tekun belajar dan rajin ke gereja, serta dapat mengerti apa arti “Baptis” yang sebenarnya.

Birgita Kezia Angelina (Kelas VA)
---------------------------------------------------------------------------
Perasaanku sebelum dibaptis adalah berharap dan terus belajar. Selama setahun belajar aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam hidupku tentang ajaran Yesus. Aku terus dan tidak putus-putusnya berdoa kepada Allah Bapa yang ada di surga supaya aku cepat dibaptis. Dan menjadi murid Yesus, menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya.
Perasaanku sesudah dibaptis sangat senang, doaku selama ini terkabul. Ya Tuhan terima kasih atas segalanya. Bimbinglah terus saya menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Semoga aku rajin ke gereja dan tanggung jawab. Dan saya juga berterima kasih kepada guru yang telah membimbing aku selama belajar, semoga mereka juga diberkati selama-lamanya. Amin.

Aldrei D.
---------------------------------------------------------------------------
Pada saat saya kelas 4, saya pun segera untuk dibaptis dan komuni. Pertama kali saya diajar oleh Bu Retno guru kami SD Mardi Yuana kami senang bersama dia, dia seseorang yang paham dan mengerti tentang agama, setelah kurang lebih 1 bulan beliau meninggal, kami pun turut berdukacita dan kami sangat sedih atas kepergiannya karena ia adalah guru terbaik kami yaitu Bu Retno kesayangan kami semua.
Kami pun digantikan oleh guru kami Bu Sisil, ia juga sangat paham dengan agama kami. Senang diajar oleh ia, saya serta teman berkenalan dahulu agar tidak malu-malu dan agar dekat, kami senang diajar oleh beliau, awal kami bertemu ia memberi pesan untuk kita agar serius menjalani pelajaran agama ini kami menerima pesan itu dengan sopan karena ia yang akan menjadi ibu guru bagi kami yang dibaptis.
Saya pertama kali masuk agak malu-malu tapi saya coba agar bersikap iasa, saya diajarkan untuk lebih mendalami agama (katolik). Saya dan teman-teman disuruh mencatat hal-hal tentang kisah Tuhan Yesus Kristus. Saya banyak belajar dari yang diajarkan, saya dan teman-teman mendengarkan dengan baik karena saya ingin mengetahui lebih dalam agama saya. Saya ingin sekali untuk mendengarkan penjelasan lebih banyak lagi.
Saya pun mendekati saatnya baptis dan komuni saya sudah mempersiapkan diri, setelah beberapa bulan saya pun akan dibaptis dan komuni saya dan teman-teman melakukan latihan di gereja kami agar tidak terjadi kesalahan apapun, agar dapat berjalan lancar sesuai rencana dan dilaksanakan dengan sebaik dan semaksimal mungkin saya sangat memperhatikan saat latihan dan sangat mendengarkan apa yang harus dilakukan.
Saya setelah latihan, beberapa minggu saya akan dibaptis dan komuni, dengan pakaian putih, celana hitam dan memakai sepatu, kami pun mengikuti misa lalu saya dan teman-teman pun dibaptis setelah dibaptis kami komuni pertama dengan hosti dan anggur, setelah baptis dan  komuni sangat-sangat senang dan gembira, saya dibaptis oleh Romo Heru. Saya dibaptis dan dikomuni saat malam Paskah di Gereja Fransiskus.

Adrianus Louis (Kelas VA)

Percikan Pengalaman 2

Tahun Berganti, Harapan Baru Menanti

“12Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12: 12)
Tak terasa, bulan Januari kembali menghampiri dan satu tahun telah berlalu lagi. Berlalu dengan cepat, bahkan terlampau cepat rasanya bagiku. Ketika menjalani hari demi hari, rasanya ingin sekali melompat ke penghujung tahun dan segera menyambut tahun baru. Tapi, di setiap malam pergantian tahun, tak ingin rasanya cepat-cepat menutup tahun. 
Hmm…rasanya, baru kemarin aku dan semua sepupuku berkumpul di rumah kakek untuk merayakan tahun baru, tak terasa waktu telah membawaku kembali pada hal yang sama. Ya, itulah kebiasaanku dan sembilan orang sepupuku di setiap malam pergantian tahun. Kami berkumpul di rumah kakek, mulai memasak di malam hari hingga makan malam bersama di tengah malam. Hal yang tak terlewatkan di setiap tahunnya, menjelang pukul 12 malam, kami bersiap-siap memasang kembang api, menyaksikan kembang api bertaburan di langit malam dan melewati malam pergantian tahun bersama.
Tak sampai di situ saja, acara yang ditunggu-tunggu semua sepupuku justru akan berlangsung setelah itu. Awalnya aku bingung, kenapa acara itu yang mereka tunggu-tunggu, padahal yang selalu kunanti hanya sampai menyaksikan kembang api. Namun nyatanya, rutinitas itu tak pernah tertinggal setiap tahunnya. 
Sekitar pukul 2 dini hari di tanggal 1 Januari, kami selalu berkumpul di kamar tamu. Begitu pula yang terjadi di awal tahun baru kali ini. Mulailah Kak Dimas, kakak sepupuku, mengambil kotak kayu yang hanya dibuka di malam tahun baru. Dibagikannya kertas di dalam kotak itu berdasarkan nama kami masing-masing. Tak perlu menunggu lama, kertas pink yang tahun lalu aku isi dengan harapanku di tahun 2011 pun telah ada di genggamanku. Saat itulah, kami akan melihat apa saja yang telah berhasil kami wujudkan dan yang belum berhasil diwujudkan.
Setiap tahun, aku pasti tertawa ketika membuka kertas harapanku. Karena isinya tidak karuan dan jelas tak realistis. Begitu pula halnya ketika aku membuka kertas harapan 2011 milikku, “Menjadi miss world 2011, punya banyak uang untuk membeli rumah mewah, mobil, motor.” Hah... aku tak mengerti kenapa tahun lalu aku menulis itu di kertas harapanku. Mungkin hal itu masih memungkinkan, bila aku hobi mengikuti kontes kecantikan atau ajang semacamnya dan juga punya penghasilan untuk membeli rumah dan segala khayalku. Namun nyatanya, aku sama sekali tak pernah mengikuti ajang pemilihan apapun dan aku belum bekerja. Tapi, ada pula hal yang berhasil aku wujudkan, Index Prestasi kuliah yang sesuai harapanku. Namun, dari sekian banyak harapan, hanya itu yang berhasil aku raih. Lainnya, hanya canda dan kekonyolan yang tertera di kertas itu.
Saat itu, ada hal-hal yang membuatku berpikir lagi.
Kak Dimas, di kertas harapan 2011 miliknya, tercantum harapannya untuk bekerja di hotel ternama di Bali. Tak hanya sekedar bualan, sekarang ia telah memiliki posisi yang sangat baik di hotel tersebut.
Kak Lita, tahun lalu ia menulis keinginannya untuk melanjutkan pendidikan S2 di universitas idamannya. Sekarang, ia telah terdaftar sebagai mahasiswi di salah satu universitas negeri di Jakarta.
Begitu pula dengan adikku Cynthia, nilai rapot minimal 7,0 dan kini lebih dari itu, nilai 8,0 telah ada di genggamannya.
Malam itu, aku mulai berpikir, mungkin itu yang mereka inginkan. Tak hanya asal menulis, tetapi mewujudkan sesuatu dari sekedar harapan menjadi kenyataan. Aku pun semakin memahami, waktu takkan pernah terulang, detik, hari, tahun yang telah berlalu takkan pernah kembali. Yang tersisa tinggallah kenangan suka, duka, tawa, tangis yang pernah dilalui. Waktu memaksaku melangkah ke tahun yang baru, menuntutku memanfaatkan waktu yang ada, agar tak terbuang percuma. Hingga takkan ada lagi penyesalan di akhir tahun, hanyalah suka cita menyambut tahun berganti. Walau sedikit terlambat, tapi lebih baik aku pahami sekarang dari pada tak pernah aku resapi. 
Biasanya, di tahun-tahun yang lalu, aku tak membutuhkan waktu lama untuk menguraikan harapan-harapan itu, namun kali ini aku membutuhkan waktu cukup lama untuk menuliskan harapanku untuk tahun 2012. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, kertas harapan 2012 yang kami buat di malam pergantian tahun akan kembali dimasukkan ke dalam kotak kayu dan akan kembali dibuka di malam pergantian tahun 2013.
Kali ini, aku pastikan telah menulis harapan untuk tahun 2012 dengan penuh keyakinan dan kesungguhan. Salah satunya, aku ingin sekali menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluargaku dan juga tak pernah absent dalam perayaan ekaristi. Memang bagiku cukup sulit dalam satu tahun penuh, selalu mengikuti perayaan ekaristi. Pasti ada saja beberapa kali yang aku lewatkan. Mungkin dengan mengubah pola pikirku dan menjadikan perayaan ekaristi sebagai suatu kebutuhan hidup, bukan sekedar kewajiban. Semoga saja itu dapat membantuku.
“ 6Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. 7Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun diatas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2 : 6-7). (LKH)

Renungan

Tujuh Kata-Kata Perenungan

1. Doa bukanlah “ban serep” yang dapat anda pergunakan ketika berada dalam masalah, namuan doa merupakan “kemudi: yang menunjukkan arah yang tepat.
(Roma 12:12 “Bersukacitalah dalam penghargaan, sabarlah dalam kesesakkan dan bertekunlah dalam doa!”)
2. Ketika anda berdoa untuk orang lain, Tuhan mendengarkan anda dana memberkati mereka, dan terkadang ketika anda aman dan bahagia, ingat bahwa seseorang telah mendoakan anda.
(Yakobus 5:16 “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.)
3. Jawaban doa dari Tuhan tidak selalu “Yes”, tetapi terkadang “No” dengan lanjutan “Bukan itu yang terbaik untukmu... Aku memiliki rencana yang lebih baik bagimu.”
(Yesaya 55:8 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah Firman Tuhan”.)
4. Kuatir tidak akan menghilangkan masalah di hari esok, hanya akan menghilangkan kedamaian di hari ini. Semua hal dalam hidup adalah sementara. Jika berlangsung baik, nikmatilah karena tidak akan bertahan selamanya. Jika berlangsung tidak seperti yang kita harapkan, jangan kuatir karena hal itu juga tidak akan bertahan lama.
(Mazmur 55:23 “Serakahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah”.)
5. Ketika Tuhan memecahkan masalah anda, anda memiliki kepercayaan pada kemampuan-Nya ; Namun ketika Tuhan TIDAK memecahkan masalah anda, Dia memiliki kepercayaan pada kemampuan anda. Anda pasti bisa mengatasinya!
(1 Korintus 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.)
6. Seorang buta bertanya pada seorang Guru, “Apakah ada yang lebih buruk daripada kehilangan penglihatan mata?” Dia menjawab, “Ya ada, kehilangan visi!” Miliki visi dalam hidup anda dan teruslah melangkah dengan visi itu.
(Matius 17:20 “Sebab Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini : Pindah dari tempat ini kesana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu”.)
7. Mengapa kaca depan mobil sangat besar dab kaca spion begitu kecil? Karena masa lalu kiga tidak sepenting masa depan kita. Jadi, pandanglah terus ke depan dan teruslah maju.
(Filipi 3:13 “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku”.)

St. Indra Wahyu

Evangelisasi 1

Arti Ungkapan Persekutuan Para Kudus

Ungkapan ini menunjukkan terutama partisipasi umum seluruh anggota Gereja dalam hal-hal suci (sancta): iman, Sakramen-sakramen, khususnya Ekaristi, karisma-karisma, dan anugerah-anugerah rohani lainnya. Akar persekutuan ini ialah cinta yang “tidak mencari keuntungan diri sendiri” (1Kor 13:5), tetapi mendorong umat beriman untuk “menempatkan segala sesuatu sebagai milik bersama” (Kis 4:32), juga memberikan barang-barang milik pribadi untuk mereka yang paling miskin.  
Kemudian ungkapan ini juga menunjukkan persekutuan antara orang-orang kudus (sancti), yakni antara mereka yang berkat rahmat Allah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit. Beberapa di antara mereka masih berjuang di dunia ini; yang lainnya, setelah melewati hidup di dunia ini, sedang mengalami proses pemurnian dan membutuhkan pertolongan doa-doa kita; yang lainnya lagi, sudah menikmati kemuliaan Allah dan menjadi pengantara bagi kita. Semuanya bersama-sama membentuk satu keluarga dalam Kristus, yaitu Gereja, untuk memuji dan memuliakan Allah Tritunggal.
Kepercayaan akan “persekutuan para kudus” menggarisbawahi akan adanya tiga realitas. Realitas pertama adalah sorga, di mana Gereja yang jaya hidup dalam kemuliaan. Realitas kedua adalah api penyucian di mana Gereja yang menderita mengalami pemurnian, pengudusan. Realitas ketiga ialah dunia di mana Gereja yang berjuang meneruskan perjuangannya untuk memperoleh keselamatan. Persekutuan para kudus menggarisbawahi persatuan di antara umat beriman tanpa memandang waktu dan kedudukan.
Gereja dalam pandangan ini tidak hanya meliputi orang-orang yang masih”hidup” tetapi juga orang-orang yang sudah meninggal dunia yang masih mengalami pemurnian di api penyucian dan orang-orang yang telah menikmati kebahagiaan kekal di sorga. Kepercayaan akan persekutuan para kudus menempatkan orang-orang Kristiani dalam perspektif seluruh sejarah kemanusiaan. Dia tidak hanya berdiri di saat sekarang ini tetapi mempunyai  hubungan dengan orang-orang baik dari masa lampau juga.
Apa yang mengikat mereka adalah sakramen-sakramen, yang merupakan sarana yang dipakai oleh Tuhan Yesus untuk terus menguduskan manusia. Misalnya melalui Ekaristi kudus, orang-orang di dunia bersatu dengan para kudus dalam mempersembahkan puji-pujian kepada Allah di surga. Melalui perayaan Ekaristi kudus orang-orang beriman yang masih hidup di dunia mempersembahkan korban yang berkenan bagi Allah, untuk pemurnian, pengudusan bagi jiwa-jiwa di api penyucian. (Stefan Surya) 

Evangelisasi 2

Apakah Pemurnian Dalam Api Penyucian Itu?

Dalam pengalaman kita di muka bumi ini, kekudusan tidak datang secara otomatis dengan datangnya saat “pertobatan”.  Santo Agustinus dari Hippo, pada saat pertobatan ingin mempraktekkan “kemurnian” tetapi minta kepada Tuhan “Jangan sekarang”. Sebelum dia dapat mencapai tingkat kemurnian itu yang dia inginkan dalam hatinya, dia harus berjuang bertahun-tahun – waktu yang lama untuk pemurnian, waktu yang lama untuk menyingkirkan daya tarik dan noda dosa. Baru setelah dia mengosongkan hatinya dari segala sesuatu yang bukan milik Tuhan, Agustinus memancarkan kehadiran Allah yang mahakasih – seorang kudus yang hidup hanya untuk Allah dan untuk sesama manusia.
Hal yang sama terjadi atas orang-orang yang tidak mengalami pemurnian sedemikian di dunia. Mereka telah memperlihatkan penyesalan dan tobat dan dosa-dosa mereka diampuni, tetapi ini belum cukup, sebab dosa itu meninggalkan noda-noda. Dalam api penyucian jiwa-jiwa diajar bahwa hanya dengan kasih yang utuh menyeluruh mereka dapat menjumpai Allah dan karena itu mereka harus belajar mengasihi secara total dan penuh, dengan menghapuskan noda-noda dosa dalam hati mereka, cacat cela noda karena egoisme yang menghalang-halangi mereka untuk melihat Allah. Dengan kata lain jiwa-jiwa di api penyucian bukannya “dihukum”, tetapi “dibatasi” untuk bersama dengan Allah.
Konsili  Vatikan II dengan singkat mengingat kembali persekutuan kita dengan mereka yang sedang dimurnikan sesudah  kematian dan mendukung ajaran Konsili Florence dan Konsili Trente (LG 49;  51). Keadaan di api penyucian dapat dimengerti sebagai proses terakhir untuk mengasihi secara total dan penuh, namun juga mendatangkan sengsara sebelum kita memandang Allah berhadapan muka.  Dengan pengadilan terakhir, api penyucian berakhir.
Yesus bersabda bahwa hanya orang yang “berhati murni” dapat melihat Allah, seperti yang dikatakanNya dalam Matius 5:8  : “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Orang-orang kudus dalam kehidupan yang nyata mencerminkan Allah dan melihat Allah. Sementara hidup di dunia mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa dan dari segala akibat dosa. Untuk melihat Allah semua orang dituntut untuk mencapai kemurnian dan kekudusan.  Orang yang tidak dapat mencapai kekudusannya di muka bumi dapat mencapai kekudusannya di api penyucian.

(Stefan Surya)

Evangelisasi 3

Apakah Misteri Gereja Itu?

Sebelum membahas apa itu “misteri Gereja”, kita akan melihat lebih dulu apa itu yang dimaksud dengan Gereja. Dalam bahasa sehari-hari kalau kita berbicara tentang Gereja hampir selalu yang dimaksudkan adalah gedung gereja. Orang pertama yang menggunakan istilah Gereja adalah Santo Paulus. Dalam surat-suratnya Santo Paulus berulangkali menggunakan istilah Gereja. Paulus dengan istilah Gereja ini tidak memaksudkan gedung gereja, tetapi yang dimaksudkan adalah komunitas kristiani  yang tinggal dalam suatu tempat. Kata Gereja dimaksudkan komunitas-komunitas Kristiani yang hadir dalam semua bangsa (Gereja-gereja lokal) yang tidak hanya bersatu dalam ajaran-ajaran tetapi yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan dengan mengakui uskup Roma, Bapa Paus, sebagai gembala yang tertinggi. Karena komunitas dibangun melalui pelayanan, karena itu Bapa Paus menyatakan keberadaannya sebagai gembala melalui pelayanan juga dan hanya bila para anggota komunitas-komunitas memahami peranan ini yaitu pelayanan maka Gereja dapat sungguh-sungguh tumbuh dan berkembang semakin matang.
Kepercayaan akan Gereja Katolik memberikan kepada kita tanggung jawab yang besar untuk berpartisipasi membangun Gereja agar Gereja semakin tumbuh dan matang. Hal ini menunjukkan bahwa orang lebih diberi prioritas daripada gedung di dalam komunitas Kristiani. Membangun Gereja berarti membangun komunitas yang ditandai pelayanan. Ini merupakan tantangan yang harus dijawab oleh setiap orang Katolik.
“Misteri” bukanlah mengandung arti mustahil untuk dimengerti. Gereja adalah suatu misteri bukan karena kita tidak dapat mengertinya, tetapi karena sebenarnya Gereja itu suatu pewahyuan dari Allah yang mengatasi kemampuan kita untuk mengerti.
Konsili Vatikan II pertama-tama menggarisbawahi “misteri Gereja” untuk menekankan bahwa Gereja itu tidak hanya sekadar suatu lembaga manusiawi belaka tetapi “tempat” di mana Allah mewahyukan diriNya sebagai persekutuan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Jadi panggilan Gereja adalah menghadirkan Tritunggal Kudus ini, menjadi saksi tentang hidup persekutuan, hidup saling membagikan sebagai jalan menuju kehidupan, baik di muka bumi ini maupun kehidupan sesudah kematian.
Walaupun para anggota Gereja itu penuh dosa, Gereja bukanlah produk manusia saja, tetapi merupakan tanda yang penuh kuasa akan apa yang telah diperbuat Allah bagi umat manusia. Orang-orang Kristiani perdana yang melihat Gereja sebagai “karunia” dan “hasil” dari kerjasama Bapa, Putera dan Roh Kudus, mewartakan kepada bangsa-bangsa kafir bahwa apa yang telah “tersembunyi” bagi mata mereka telah diwahyukan melalui Yesus yang terus bertindak melalui GerejaNya.
Maka dari itu melihat Gereja sebagai suatu misteri adalah melihat tahun-tahun yang panjang dari sejarah keselamatan yang mencapai puncaknya pada kedatangan Yesus dan Roh Kudus. Allah sedemikian menaruh perhatian akan urusan-urusan manusia dan menghendaki keselamatan mereka. Melalui Gereja, misteri kehadiran Allah di muka bumi, Allah menyertai manusia dalam perjalanan mereka yang panjang menuju keabadian. 

(Stefan Surya)

Sebaiknya Kita Tahu 1


Dalam Arti Apa Gereja Itu Kudus
Walaupun Para Anggotanya Orang Berdosa?

Gereja itu kudus karena Allah yang terkudus pendirinya. Kristus telah menyerahkan diriNya bagi Gereja untuk menguduskannya dan menjadikannya sumber pengudusan. Roh Kudus menghidupkan Gereja dengan cinta kasih. Dalam Gereja orang menemukan kesempurnaan sarana-sarana keselamatan. Kekudusan merupakan panggilan setiap anggotanya dan merupakan tujuan semua kegiatannya. Di dalam Gereja terdapat Perawan Maria dan santo-santa yang menjadi teladan dan pengantara. Kekudusan Gereja merupakan sumber pengudusan bagi anak-anaknya, yang di dunia ini menyadari diri mereka sebagai pendosa yang selalu membutuhkan pertobatan dan penyucian.
Usia Gereja Katolik sudah 2000 tahun. Dalam perjalanannya selama 2000 tahun ini Gereja Katolik tidak luput dari kesalahan dan dosa. Para anggotanya juga terdiri dari orang-orang berdosa. Meskipun demikian Gereja Katolik mengajarkan bahwa dirinya adalah Gereja yang kudus. Kekudusan Gereja Katolik adalah fundamental. Kekudusan hanya dapat datang dari Allah. Allah merupakan satu-satunya sumber kekudusan.
Gereja Katolik percaya bahwa Roh Kudus tetap tinggal dalam Gereja meskipun Gereja itu tidak luput dari dosa dan tidak bebas dari kegagalan-kegagalan. Kepercayaan akan kekudusan Gereja menggarisbawahi kehadiran Roh Kudus ini di dalam dirinya. Roh Kudus adalah jaminan bahwa Gereja akan senantiasa menjadi alat yang berhasil guna untuk menyelamatkan umat manusia. Maka dari itu kekudusan ini menjelaskan tentang kehadiran Allah dalam Gereja yang tidak dapat disingkirkan oleh dosa dan kesalahan para anggota Gereja.
Kekudusan ini juga dibuktikan oleh kesaksian para anggota Gereja yang menghayati kehidupan Kristiani mereka yang layak mendapat acungan jempol. Gereja juga kudus karena dari barisan manusia-manusia yang berdosa Gereja dapat menghasilkan orang-orang kudus.  
Gereja adalah kudus karena Allah dan karena orang-orang Kristiani yang heroik. Gereja itu berdosa hanya karena anggota-anggotanya ada yang penuh dosa. Maka dari itu percaya akan kekudusan Gereja bukanlah suatu pernyataan mau membenarkan diri sendiri, tetapi mau menggarisbawahi kebenaran akan hadirnya Allah di dalam Gereja yang dijanjikan oleh Yesus sampai akhir dunia. Kehadiran Allah dalam Gereja membuat Gereja itu mampu melaksanakan tugas perutusannya yaitu membawa orang-orang kepada kekudusan. Jadi walaupun Gereja itu para anggotanya ada yang penuh dosa tetapi Gereja dapat menguduskan manusia karena Roh Allah berkarya di dalamnya. (Stefan Surya) 

Sebaiknya Kita Tahu 2

Informasi Seputar Listrik Prabayar


Inilah inovasi terkini dari layanan PLN yang lebih menjanjikan Kemudahan, Kebebasan dan Kenyamanan bagi pelanggannya : Listrik Prabayar – Listrik Isi Ulang!
Dengan listrik prabayar, setiap pelanggan bisa mengendalikan sendiri penggunaan listriknya sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Seperti halnya pulsa isi ulang pada telepon seluler, maka pada sistem listrik prabayar, pelanggan juga terlebih dahulu membeli token (voucher listrik isi ulang) yang terdiri dari 20 digit nomor yang bisa diperoleh melalui gerai ATM sejumlah bank atau melalui loket-loket pembayaran tagihan listrik online.
Lalu 20 digit nomor token tadi dimasukkan (diinput) ke dalam kWh Meter khusus yang disebut dengan Meter Prabayar (MPB) dengan bantuan keypad yang sudah tersedia di MPB.
Nantinya, lewat layar yang ada di MPB akan tersajikan sejumlah informasi penting yang langsung bisa diketahui dan dibaca oleh pelanggan terkait dengan penggunaan listriknya, seperti :
- Informasi jumlah energi listrik (kWh) yang dimasukkan (diinput).
- Jumlah energi listrik (kWh) yang sudah terpakai selama ini.
- Jumlah energi listrik yang sedang terpakai saat ini (real time).
- Jumlah energi listrik yang masih tersisa.

Jika energi listrik yang tersimpan di MPB sudah hampir habis, maka MPB akan memberikan sinyal awal agar segera dilakukan pengisian ulang. Dengan demikian pelanggan secara real time, setiap saat, kapan saja dapat mengetahui secara persis penggunaan listrik di rumah. Jadi, kendali penggunaan listrik sungguh ditangan anda!

Sumber = http://www.pln.co.id/?p=47

Sebaiknya Kita Tahu 3


Fungsi KTP Elektronik
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP Nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan (NIK) secara nasional yang dilengkapi dengan kode keamanan/sistem pengendalian (sidik jari) dan rekaman biodata, birokrasi retina mata, tanda tangan dan foto elektronik (chip).

Dasar Hukum

Fungsi KTP Elektornik

Identitas resmi sebagai bukti diri penduduk
Manfaat KTP elektronik (e-KTP)

1.     Mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP palsu, sehingga memberikan rasa aman dan kepastian hukum bagi masyarakat.
2.     Mendukung peningkatan keamanan Negara sebagai dampak positif dari tertutupnya peluang KTP ganda dan KTP palsu, karena selama ini pelaku kriminal sering menggunakan KTP ganda dan KTP palsu.
3.     KTP Elektronik (e-KTP) berlaku secara nasional, sehingga mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik lainnya.
4.     Mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat, khususnya yang berkaitan dengan data penduduk wajib KTP sebagai acuan dalam penyusunan Perumusan Kebijakan, Perencanaan Pembangunan, Kebutuhan Sektor Pembangunan lain, Pilkada dan Pemilu, Penyusunan Perkembangan Kependudukan, dan Penyusunan Proyeksi Kependudukan.

Hak dan Kewajiban Penduduk Wajib KTP (WK)

Penduduk WK berhak mendapatkan e-KTP yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota/Kabupaten. Penduduk WK wajib memenuhi panggilan ke tempat pelayanan e-KTP (tidak boleh diwakilkan).

Prosedur Pelayanan KTP Elektronik

1.     Pelayanan KTP secara manual di Kota Bogor akan dilaksanakan pada bulan Agustus s.d. November 2011 di tingkat kelurahan.
2.     Setiap penduduk wajib KTP (WK) akan mendapat Surat Panggilan dari Lurah untuk perekaman sidik jari, tanda tangan dan foto. (Menginga banyaknya jumlah penduduk wajib KTP, maka prises penyerapan sidik jari, tanda tangan dan foto dilakukan penjadwalan). Surat Panggilan disampaikan oleh Lurah melalui Ketua RT setempat.
3.     Penduduk WK pada waktu dan tempat yang ditentukan, wajib datang ke tempat pelayanan e-KTP dengan membawa Surat Panggilan dan KTP Asli yang lama, untuk dilakukan verifikasi dan pencocokan biodata, serta perekaman sidik jari, tanda tangan dan foto.
4.     Penduduk WK menerima kembali KTP Aslilama dan Surat Panggilan I yang telah diberi tandan oleh petugas pelayanan.
5.     Penduduk WK mendapatkan Surat Panggilan II dari Lurah untuk pengambilan e-KTP.
6.     Penduduk WK menerima e-KTP, jika hasil identifikasi/pemadanan sidik jari sesuai.

Catatan

Penduduk WK yang telah dilakukan perekaman sidik jari, tanda tangan dan foto TIDAK secara otomatis akan mendapatkan e-KTP, jika ternyata setelah dilakukan identifikasi ketunggalan, ternyata mempunyai data ganda/terdaftar di lebih dari satu tempat. Untuk itu, diminta agar penduduk mulai saat ini menentukan satu domisili yang dipilih.
Penduduk WK yang karena kondisi fisiknya tidak mampu datang ke tempat pelayanan, maka proses pelayanan e-KTP dilakukan dengan cara Petugas mendatangi yang bersangkutan.
Dengan selesainya pelayanan e-KTP secara massal di Kota Bogor di Tahun 2012, maka mulai tahun 2012 KTP yang berlaku di Kota Bogor adalah KTP Elektronik (e-KTP).

Biaya

Pembuatan KTP Elektronik (e-KTP) untuk pertama kalinya TIDAK DIKENAKAN BIAYA/GRATIS.

Tempat Pelayanan

Di Kantor Kecamatan setempat atau di tempat lain yang ditentukan sesuai dengan Surat Panggilan.

TATA CARA PENERBITAN KTP ELEKTRONIK SECARA MASSAL BAGI PENDUDUK WNI
(PERMENDAGRI NO.9 TAHUN 2011)


Keterangan Gambar :
1.     Penduduk membawa surat panggilan dan KTP lama (bagi yang sudah memiliki KTP).
2.     Penduduk menyerahkan surat panggilan dan memperlilhatkan KTP lama (bagi yang sudah memiliki KTP) kepada petugas.
3.     Penduduk menunggu panggilan.
4.     Petugas operator melakukan verifikasi data penduduk dan perekaman :
4.a. Pas photo
4.b. Tanda tangan
4.c. Sidik jari dan
4.d. Iris* penduduk
* Iris adalah selaput bola mata yang ada di belakang kornea mata, membentuk batas pupil yang memberikan warna khusus.
5.     Petugas membubuhkan tanda tangan dan stempel tempat pelayanan KTP Elektronik pada surat panggilan penduduk yang dijadikan tanda bukti pengambilan KTP Elektronik.