Rabu, 09 Maret 2011

Redaksi Menulis

Tak terasa sebentar lagi kita akan memasuki masa prapaskah. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyambut masa prapaskah ini ? Hal yang biasanya rutin dilakukan di masing-masing wilayah atau lingkungan yaitu Renungan APP dan doa jalan salib bersama. Namun sebenarnya bagaimana kesiapan kita secara pribadi untuk mengisi masa prapaskah ini ? Tentunya diantara kita punya jawaban yang cukup beragam dalam menjawab pertanyaan ini. Bahkan mungkin tidak sedikit diantara kita melewatkan masa prapaskah ini dengan hal biasa saja. Padahal sebenarnya banyak momen kecil namun sangat bermakna bisa kita lakukan di masa prapaskah ini.
Sebagai anggota keluarga, sudahkah kita menjalankan peran kita sebagai Bapak, Ibu, atau anak sesuai dengan kehendak Bapa ? Sebagai warga gereja sudahkan kita menyediakan waktu secara khusus untuk Tuhan dan untuk gereja dalam pelayanan ? Sebagai kaum muda sudahkah kita melibatkan Tuhan dalam setiap kegiatan kita sehari-hari ? Sebagai warga masyarakat sudahkah kita menjadi saksi kehadiran Tuhan ditengah masyarakat kita ?
Masa prapaskah ini, kita umat Kristiani,  secara khusus kaum muda tentunya merupakan momen yang sangat tepat untuk memulai melakukan hal yang selama ini belum bisa kita lakukan. Di antaranya terlibat dalam kegiatan putra altar, koor, Mudika, lector, ikut serta dalam kegiatan lingkungan dan menjadi pendamping sekolah minggu.  Hal ini mungkin kita anggap biasa biasa saja namun sebenarnya apabila kita menjalani semuanya dengan melibatkan Tuhan tentunya akan menjadi hal yang luar biasa bagi Gereja. Berbagai peran dalam gereja apabila kita jalani dengan melibatkan Tuhan dan tuntunan Roh Kudus bagaikan api kecil yang lembut yang senantiasa menerangi langkah-langkah kita di masa yang akan datang. Semoga…...    

Sajian Utama

API  KECIL  YANG  LEMBUT


Sejak zaman batu orang telah mengenal cara membuat api dengan alat-alat buatan yang merupakan suatu keterampilan, hanya pada saat awal penemuan itu, api yang ada, dijaga agar tetap menyala terus, sehinga tidak harus berulang-ulang menyalakan kembali, karena hal itu merupakan suatu pekerjaan yang tidak praktis dan cukup sulit.
Api kecil adalah kawan manusia, karena api itu dibutuhkan untuk hidup manusia, dipakai dalam hidup sehari-hari terutama untuk memasak, untuk penerangan dan sebagainya. Tetapi api besar yang di luar kendali adalah lawan manusia karena dia membakar, menghanguskan dan memusnahkan.
Pada Injil Lukas 12:49-50 Yesus berkata: “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung”. Bagian Injil ini menyebut misi Yesus untuk melemparkan api ke bumi serta keharusanNya untuk menjalani suatu baptisan dan menggambarkan pula sikap Yesus terhadap kedua hal tersebut: betapa Ia rindu agar api itu segera menyala tetapi perspektif baptisan itu memberikan rasa tertekan. Kerinduan untuk menyalakan api tidak dapat terwujud tanpa menjalani baptisan yang menyusahkan, yang merupakan prasyarat.
Dalam Perjanjian Lama api mempunyai pelbagai arti simbolik: tanda penampakan Allah, sarana pemurnian, sarana pemisahan, sarana pemusnahan dalam pengadilan. Tetapi dalam konteks keseluruhan karya Lukas, api yang mau dilemparkan Yesus ke bumi agaknya pertama-tama mengacu kepada “Roh Kudus dan api” yang dengannya Yesus akan membaptis (Luk 3:16). Pelemparan api itu terlaksana pada hari Pentakosta ketika Yesus yang telah bangkit dan terangkat ke surga mencurahkan Roh Kudus dalam rupa nyala api (Kis 2:3, 33). Tentang keharusanNya menjalani baptisan yang adalah prasyarat untuk menyalakan dan melemparkan api ke bumi, itu melambangkan penderitaan dan kematian yang harus dialami Yesus dan murid-murid, jadi baptisan itu maksudnya bukan baptisan di sungai Yordan yang sudah diterima. (bdk. sabda yang senada dalam Mrk 10:38).
Ada kesaksian Ibu Sisca, yang dikenal penulis sebagai orang yang setia, patuh, dan taat pada Yesus dan ajaranNya. Pelayanannya cukup baik, senang menggeluti Sabda Tuhan, rajin berdevosi. Ketika suatu waktu secara pribadi dia melakukan novena Hati Ku-dus Yesus di Katedral, dia mengalami suatu pengalaman yang tidak dapat dilupakannya. Saat dia berlutut di bawah patung Hati Kudus Yesus sambil berdoa dia memandang Hati Kudus Yesus, tiba-tiba dia mendengar ada suara yang menyapanya: “Ada apa yang kamu lihat di Hati Kudus-Ku, Sisca?”. Kaget sekali Sisca mendengar suara itu, karena ketika itu dia hanya seorang diri di situ, tetapi Sisca berusaha untuk tetap bersikap tenang, kemudian sambil memperhatikan Hati Kudus Yesus, Sisca menjawab: “Ada duri pada Hati Kudus-Mu Tuhan”, kemudian terdengar suara itu lagi: “Betapa Aku sangat menderita karena duri-duri yang tertancap di Hati-Ku akibat dosa-dosa yang dilakukan umat yang Kukasihi”. Sisca terkejut mendengar kata-kata itu, dia berlutut dan memohon ampun atas dosa-dosa yang dilakukannya, yang menyebabkan Hati Yesus tertusuk duri.
Kemudian suara itu terdengar kembali oleh Sisca, dengan berkata: “Sekarang apa yang tampak pada Hati-Ku, Sisca?”. Kini perasaan Sisca sudah mulai tenang, dia memandang pada Hati Kudus Yesus, dan menjawab: “Pada Hati Kudus-Mu terdapat nyala api, Tuhan!”. Suara itu terdengar berkata: “Itulah nyala api kecil yang lembut yang keluar dari Hati-Ku dan merupakan nyala api cinta-kasihKu yang berkobar-kobar dan tidak pernah padam selamanya dalam Aku mencintai umatKu, walaupun mereka menyakiti-Ku selalu”. Kembali Sisca berlutut dan bersembah sujud memohon ampun pada Tuhan Yesus atas segala dosa yang telah dilakukannya, yang menyebabkan Tuhan Yesus menderita di dalam mengasihi umat-Nya.
Untuk ketiga kalinya suara itu bertanya lagi kepada Sisca: “Kini apa yang kamu lihat di Hati-Ku, Sisca?”. Dengan teliti Sisca mencermati  Hati Yesus yang maha kudus, dan dia berkata: “Sekarang yang tampak adalah cahaya yang terang yang memancar dari Hati-Mu Tuhan!”. Dan suara itu terdengar berkata: “Cahaya itu memancar bersinar untuk menerangi perjalanan hidup umatKu, agar tidak tersesat jatuh ke dalam kegelapan dosa, tetapi akan memberi terang sampai pada kehidupan kekal di sorga!”. Seketika Sisca tersungkur dan air matanya jatuh berderai membasahi pipinya, sambil bersyukur Sisca bersembah sujud, memuji, memuliakan Tuhan atas cinta kasihNya yang begitu besar yang dicurahkan pada umat yang dikasihiNya. (Kesaksian: Sisca umat Paroki St. Fransiskus, Sukasari – Bogor).
Api yang dilemparkan Yesus di bumi ini merupakan lambang api Roh, yang harus mengobarkan hati manusia, api ini juga dapat diartikan penerangan rohani karena kedatangan Yesus. Api ini sumber segala terang dan bimbingan, seperti yang kemudian diberikan oleh Roh Kudus. Api ini juga daya jiwa yang menyalakan semangat di hati, memberikan kekuatan kepada para rasul, keberanian kepada para martir, api yang bisa menggerakkan seluruh umat, mengobarkan seluruh Gereja. Api ini harus dinyalakan oleh Kristus, api cinta yang membakar korban Yesus di atas kayu salib: dan dari api cinta itu semua hati akan dikobarkan untuk mengikuti Yesus dalam segala pengorbanan hidup. Salib itu sendiri disamakan dengan “pembaptisan”. Dan Yesus merasakan kerinduan dan kesesakanNya, sampai baptis itu pada suatu ketika dilaksanakan. Api ini api semangat Yesus, api cinta dan pengorbanan yang membakar hati begitu banyak orang kudus. (Stefan Surya)

Sajian Utama

Bimbinglah Aku Ya Roh Kudus
Oleh: J.D. Lehera

Dalam hidup keseharian kita selalu memerlukan api. Tanpa api kita tidak dapat hidup. Makna dan temperatur api berbeda-beda. Api menolong banyak orang misal lampu lalu lintas dan mercusuar dan lampu untuk dunia penerbangan. 
Api dipakai oleh Gereja Katolik sebagai lambang Evangelisasi contoh lilin dan api dalam wiruk serta alba iman. Api pencuci dan api neraka. Peristiwa pentakosta lambang api turun diatas kepala para rasul.
Mari kita merenungkan makna api kecil yang lembut berdasar Injil Mateus 5:13-16. Setelah Yesus naik ke surga dan turunnya Roh Kudus maka para rasul dan kita di zaman ini menggunakan peran Roh Kudus mewartakan Kerajaan Surga berdasar profesi kita masing-masing.
Ketika kita mewartakan Kerajaan Allah itulah Roh Kudus membakar hati dan batin kita agar jangan menyerah ketika mengalami berbagai pergumulan meskipun pahit dirasakan.
Lewat baptisan suci kita telah dibakar oleh api Roh Kudus. Tugas kita berikutnya adalah Guru dan Nabi masa kini agar api kecil yang lembut dalam diri kita tidak sampai padam maka lakukanlah kehendak Allah sekecil apapun dimata Allah luar biasa. Contoh mengunjungi tetangga sebelah rumah yang sakit atau aktif dalam kegiatan RT/RW.
Api kecil yang lembut menerangi hidup kita agar kita jangan sering berbuat dosa dan api itu pula yang menyadarkan kita untuk bertobat. Api kecil yang lembut yang ada dalam batin kita menyadarkan kita agar jangan suka datang telat atau setelah komuni langsung pulang.
Saat ini kita masuk dalam lingkungan prapaskah. Makna prapaskah kita resapi bukan soal puasa makan dan minum. Dan nanti malam paskah dengan lilin kecil mungil nan lembut kita merenungkan perjalanan hidup iman kita. “Apakah aku sebagai gembala dan nabi dalam keluarga dalam Rukun dan dalam pergaulan dalam masyarakat RT/RW setempat?”
Melalui api kecil yang lembut mari kita gunakan untuk menyadarkan diri kita kemudian keluarga kita selanjutnya umat yang hidup dalam kegelapan dan tidak memiliki gairah hidup lagi. Mari kita membakar api kecil yang lembut melalui sikap dan perilaku yang kurang pas dimata umat kemudian kita berusaha memperbaikinya agar setiap perbuatan baik yang kita taburkan tumbuh dan berkembang dalam lingkup keluarga dalam Rukun dan masyarakat RT/RW agar Allah dimuliakan ditempat itu.
Setiap orang mempunyai sisi gelap tapi janganlah sisi gelap menguasai hidup kita. Api kecil yang lembut itulah peran Roh Kudus agar  kita sadar dan bertobat maka selama masa prapaskah itulah waktu yang pas kita bertobat .
Selamat menjalankan ibadah prapaskah dan jangan lupa lakukan suatu perbuatan baik untuk menolong jiwa-jiwa di api pencuci.
Semoga berguna. Tuhan memberkati !!!

Orang Kudus

Santo Gregorius dari Nyssa, Uskup 
dan Bapa Gereja

Gregorius lahir di Kaesarea sekitar tahun 330. Keluarganya sungguh keluarga yang terberkati. Ibunya, anak seorang martir. Dua orang kakaknya, Basilius Agung dan Petrus Sebaste, digelari ‘kudus’ oleh Gereja.  Demikian juga Makrina, saudarinya yang tertua. Gregorius dikenal aktif di dalam masalah-masalah Gereja dan berpengaruh besar di dalam beberapa konsili dan sinode. 
la dididik oleh kakaknya Basilius Agung. Kemudian ia menikah dengan Theosebeia dan dianugerahi beberapa orang anak. Sebagai aktifis Gereja, ia diberi tugas sebagai lektor. Tetapi tugas suci ini kemudian ditinggalkannya karena ia mulai tertarik pada pekerjaan sebagai pengajar i1mu retorika. Pekerjaan ini pun kemudian ditinggalkan lagi karena dianggap tidak berkaitan sedikit pun dengan hal-hal keagamaan. Karena ketidakpuasannya itu dan lebih-lebih karena pengaruh kakaknya, ia kembali aktif di dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan urusan-urusan keagamaan. Dalam menjalankan tugas itu, hatinya tergerak untuk mengabdikan dirinya pada Tuhan. la lalu memutuskan untuk menjadi imam. Pada masa itu, kehidupan selibat imam-imam belum menjadi suatu kewajiban di dalam Hukum Gereja sehingga perkawinannya dengan Theosebeia tidaklah menjadi halangan baginya untuk menerima tahbisan imamat. 
Atas pengaruh dan bujukan kakaknya Basilius, ia kemudian ditahbiskan menjadi uskup di Nyssa, wilayah propinsi Kapadokia, Asia Kecil, pada tahun 372. Dengan keahliannya dan imannya yang kokoh, ia menjadi seorang pembela ulung ajaran para Rasul terhadap rongrongan para penganut Arianisme. Karena itu atas desakan pengikut-pengikut Arianisme, Demosthenes, gubemur propinsi Pontus mengusir dia dari keuskupannya. la baru kembali lagi memimpin keuskupannya pada tahun 378 setelah Demosthenes meninggal dunia. 
Pada konsifi di Antiokia tahun 379 yang diadakan untuk mengutuk kaum Arian dart kesalahan-kesalahan kaum Meletian, Gregorius tampil sangat menonjol dengan pandangan-pandangannya yang benar .la kemudian diutus oleh semua Uskup Timur untuk melawan kaum Arian yang menyebarkan ajaran-ajarannya yang salah di Gereja-gereja Palestina dan Arab. Ketika berada di Palestina, ia terkejut oleh sikap tak terpuji para peziarah yang mengunjungi tempat-tempat suci di mana Yesus lahir, hidup dan wafat. Ketidakpuasannya dan kemarahannya dituangkan di dalam tulisan-tulisannya. Di dalamnya ia mengingatkan semua orang Kristen untuk menaruh hormat pada tempat-tempat suci. la dengan tegas mengatakan bahwa kegiaian ziarah bukanlah jaminan untuk mendapatkan hidup suci dan tidak dengan sendirinya mendatangkan keselamatan bagi seorang peziarah. 
Gregorius dikenal sebagai Bapa Gereja yang banyak menulis. Tulisan-tulisannya berisi pandangan-pandangan iman yang benar yang diperkuat dengan pandangan filosofis yang berkembang pada masa itu. Tulisan-tulisannya yang berhubungan dengan Kitab Suci menggunakan metode allegoris yang dikembangkan oleh Origenes. Tulisannya tentang Trinitas dilukiskan dengan memanfaatkan teori ide-ide dari Plato. Kotbah-kotbahnya sangat disenangi orang karena berisi pandangan-pandangan iman yang sesuai dengan ajaran para Rasul. 
Pada konsili di Konstantinopel tahun 381, Gregorius ikut aktif memberi pandangan-pandangannya tentang ajaran iman yang benar. la dianggap sebagai tiang agung pengajaran iman yang benar.  la meninggal pada tahun 394.

Orang Kudus

Empat Puluh Martir dari Sebaste


Di antara serdadu-serdadu Romawi ada sejumlah besar serdadu yang beragama Kristen. Mereka inilah yang menjadi perintis Injil Kristus dan saksi-saksi iman Kristiani di negeri-negeri yang jauh dari Roma. Yang termasyhur di antara mereka yang beragama Kristen itu adalah ‘Keempatpuluh serdadu dari Sebaste’, negeri Armenia. Mereka adalah anggota Legiun XII, yang disebut Legio Fulminata, Pasukan Gerak Cepat. Pasukan ini ditempatkan jauh dari kota Sebaste di perbatasan kekaisaran Romawi. Tugas mereka sungguh berat karena harus menghadang gempuran suku-suku dari belahan Timur yang terkenal ganas dan berani. Demi mencapai keberhasilan, komandan pasukan mewajibkan semua serdadu mengambil bagian dalam upacara korban kepada para dewa untuk memohon bantuan dan perlindungan. Kewajiban ini ditolak tegas oleh keempatpuluh serdadu yang beragama Kristen itu.
Penolakan ini ditindak tegas oleh komandan pasukan. Sambil menantikan putusan hukuman mati dari wakil kaisar, mereka dipenjarakan dan dijaga dengan ketat.
Ketika itu mulai musim dingin. Keempatpuluh serdadu Kristen itu digiring ke sebuah danau yang sangat dingin airnya dan sudah membeku. Di sana mereka ditelanjangi dan disuruh berbaring di atas air danau yang sudah membeku itu. Dalam penderitaan yang hebat itu, keempatpuluh serdadu itu berdoa memohon bantuan Tuhan agar tetap teguh dalam imannya: ‘Ya Tuhan, kami percaya kepadaMu. Kami disiksa karena iman kami kepadaMu. Kiranya kami semua dapat dipermahkotai di dalam kerajaanMu”.
Seorang dari antara mereka murtad dari imannya karena tidak tahan terhadap penderitaan. Meskipun demikian ia pun tidak terhindar dari bahaya kematian. la juga dibunuh di atas tungku api sebagai korban bakaran. Sementara itu seorang serdadu yang bukan Kristen mengalami suatu penglihatan ajaib. la melihat di langit tersedia 40 buah mahkota bagi keempatpuluh serdadu itu. Tigapuluh sembilan mahkota sudah dipakai oleh tigapuluh sembilan serdadu yang setiawan itu, sedangkan satu mahkota belum dipakai. Dalam terang ilahi mengertilah serdadu itu bahwa mahkota yang tidak dipakai itu disediakan baginya. Yakin akan penglihatan itu, ia segera membuka pakaiannya dan menggabungkan dirinya kembali dengan ketigapuluh sembilan martir rekanya. Dengan demikian genaplah kembali jumlah serdadu itu menjadi 40 orang. Mereka dengan gagah berani menanggung penderitaan karena kedinginan. Keesokan harinya baik yang sudah mati maupun yang masih hidup, semuanya diseret ke dalam api unggun hingga mati terbakar. Peristiwa ini terjadi pada tahun 320.

Ruang Bina Iman Anak

Menceritakan kebaikan-kebaikan tentang Allah


Allah adalah sang pencipta

Misteri Allah ialah Dia sudah dan selalu ada. Dia adalah seniman, ilmuwan, ahli matematika, dan arsitek sejati. Dia merencanakan dan menciptakan segala sesuatu, bahkan konsep kita mengenai waktu. Allah mengetahui segala-galanya dalam setiap perkara.

11. Mengamati Bintang
Jadilah pengamat bintang. Tidak ada hal lain yang dapat membuat kita merasakan kekerdilan kita dan kebesaran Allah selain saat kita mengamati bintang-bintang. Itulah saat yang tepat untuk mengagumi Allah dan merasakan keagungan-Nya yang menakjubkan. “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”.(Mazmur 19:2)  “Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya”.(Mazmur 147:4)
12. Bintang-bintang di Plafon Rumah
Tempelkan kertas kilap berbentuk bintang yang berperekat dan berkilau dalam gelap di plafon kamar tidur anak Anda. Atau tempatkan bintang-bintang itu di ruangan lain itu seolah-olah Anda  berada di bawah langit ketika malam. Berbicaralah mengenai Allah dan kagumilah Dia.
13. Bepergian
Bila memungkinkan pergilah dengan anak-anak ke tempat dimana kita dapat melihat beberapa keajaiban alam, gugusan batu cadas, batu karang, tepi pantai, air terjun, lapangan tanah, hamparan sawah hutan, pegunungan. Luangkan waktu untuk duduk dan menikmati kebesaran dan keindahan alam. Berterimakasih kepada Allah atas ciptaan-Nya.
14. Mengamati Binatang
Binatang adalah bentuk hiburan ynag klasik dan sampai sekarang hal itu masih tetap membuat kita senang dan terpesona. Biarkan diri kita dan anak-anak terheran-heran akan hikmat, kreatifitas, dan rasa humor yang Allah tunjukkan melalui binatang-binatang ciptaan-Nya.
15. Memelihara Taman
Dulu kita diciptakan untuk tinggal dalam sebuah taman. Luangkan waktu untuk menggali tanah, mencium harumnya bunga, dam merasakan hembusan angin. Ungkapan rasa kagum saat mengamati kupu-kupu atau mengamati sehelai daun kekuning-kuningan. Berterimakasilah kepada sang pencipta.
16. Berjalan-jalan
Luangkan waktu untuk berjalan-jalan denga anak-anak sekal;ipun seandainya kita tinggal di perkotaan. Dengan menyusuri trotoar jalan atau lorong-lorong kecil di perkotaan, bertegur sapa, say hallo dengan penduduk setempat. Bercakap-cakap tentang campur tangan Allah dengan segala segi kehidupan. (diar sanjaya-MS509)

Ruang Kitab Suci

YESUS DAN ZAKHEUS : SAMA-SAMA MENCARI
Oleh : Peter Suriadi


Manusia adalah makhluk yang senantiasa mencari sesuatu, terutama kasih dan segala bentuknya. Kasih yang benar maupun kasih yang palsu. Semakin ia memiliki kedewasaan, ia semakin mencari yang bernilai abadi. Demi mncari yang paling bernilai, ada saja orang yang siap berkorban habis-habisan, misalnya : tidak menikah, menolak kekayaan, hidup sesederhana mungkin. Dan sesuatu yang abadi itu adalah kerinduan keberadaan manusia terhadap sesuatu yang berada di luar dirinya, yang jauh melebihi dirinya, yang boleh disebut sebagai Allah sebagaimana dirumuskan oleh Santo Agustinus : Nos fecisti ad te et inquietem est cor nostrum donec requiscat in te. Dengan segala macam usaha, sepanjang sejarah manusia berusaha keras mencari Allah.

Teks
Luk 19:1-10
1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”
8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”
9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.
10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Konteks
Lukas bab 18 mengisahkan tahap akhir perjalanan Yesus memasuki Yerusalem. Yesus siap memasuki Yerusalem untuk mati di sana, meskipun para murid-Nya tetap tidak memahaminya. Di akhir bab 18 ini, Lukas mengisahkan peristiwa penyembuhan seorang buta dekat Kota Yerikho (18:35-43). Dalam kisah si buta menyapa Yesus sebagai Anak Daud. Yesus menyembuhkannya dan si buta akhirnya bergabung dengan kelompok pengikut Yesus. Orang banyak yang melihat peristiwa itu memuliakan Allah yang melakukan mukjizat itu di antara mereka. Dan berita itu menyebar di seluruh Kota Yerikho.
Kisah penyembuhan seorang buta dekat Kota Yerikho ini diikuti kisah pertobatan Zakheus yang kita renungkan dalam perikop hari ini (19:1-10). Kisah pertobatan Zakheus terjadi di Kota Yerikho. Kisah Zakheus merupakan ajaran luar biasa tentang kerahiman Allah dan tanggapan manusia atas kerahiman Allah itu.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
· ayat 1-2 : Pelaku kisah : Yesus dan Zakheus.
· ayat 3-8 : Usaha dan hambatan Zakheus dalam bertemu Yesus.
· ayat 9-10 : Status Zakheus sebagai anak Abraham dan peran Yesus sebagai Anak Manusia.

Keterangan Teks
· ayat 1 : Yerikho berarti “kota pohon kurma” (2 Taw 28:15), dan disebut dalam Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati dalam Luk 10:30-37. Yerikho adalah kota dagang yang sangat penting pada waktu itu. Biasanya para kafilah yang berjalan dari Damaskus (Siria) menuju Arab akan melewati Kota Yerikho. Karena iklimnya yang sejuk, pemandangannya yang indah, sumber airnya banyak, pohon kurmanya yang banyak dan tanahnya yang subur menyebabkan Kota Yerikho dijuluki juga “kota firdaus”. Yerikho merupakan kota terindah di Propinsi Yudea. Maka tidak mengherankan banyak orang kaya tinggal di Kota Yerikho. Para imam pun banyak tinggal di sana (bdk Luk 10:30-31). Yesus melintasi Kota Yerikho dalam rangka perjalanan-Nya menuju Kota Yerusalem.
· ayat 2 : Nama Zakheus berasal dari bahasa Ibrani Zakkay, yang berarti “bersih, murni, tak bersalah”. Apa pekerjaan Zakheus ? Zakheus adalah kepala pemungut cukai. Pada zaman itu, para pemungut cukai dibenci oleh masyarakat, bahkan dianggap berdosa berat. Ada 3 dosa mereka yang, menurut anggapan orang Yahudi, sangat berat dan tidak terampuni. Pertama, pemungut cukai memeras rakyat. Mereka menarik cukai lebih besar dari yang ditetapkan pemerintah Romawi. Kelebihan uang itu mereka pandang sebagai “gaji” sebab mereka tidak digaji resmi oleh pemerintah Romawi. Kedua, tugas pemungut cukai menuntut mereka bergaul dengan orang asing sebab pajak tidak hanya dipungut dari orang Yahudi, tetapi juga dari orang asing. Padahal menurut Hukum Taurat, orang asing itu najis. Jadi pemungut cukai terkena kenajisan orang asing tersebut. Ketiga, pemungut cukai dianggap bekerjasama dengan penjajah Romawi. Pemungut cukai dianggap pengkhianat bangsa karena bekerja untuk kepentingan penjajah. Ketiga dosa besar itulah yang membuat Zakheus bertambah kaya dan sekaligus dibenci dan dikucilkan masyarakat Yahudi.
· ayat 3-4 : Nampaknya Zakheus sudah pernah mendengar tentang Yesus sehingga ia begitu antusias untuk melihat Yesus. Mungkin Zakheus sudah mendapat info tentang Yesus dari temannya, Lewi (Matius), yang telah menjadi murid Yesus dan tentang Yesus yang makan bersama dengan para pemungut cukai (Luk 5:17-32), dan terutama berita tentang penyembuhan seorang buta dekat Kota Yerikho (Luk 18:35-43). Saking antusiasnya, Zakheus tidak mempedulikan orang banyak yang akan melihat Yesus melintas. Meskipun badannya pendek, Zakheus tidak kehilangan akal. Ia memanjat pohon ara (Yunani : sykororea).  Pohon ara itu biasanya sangat tinggi tetapi cabang-cabang bawahnya mudah dipanjat.
· ayat 5-6 : Yesus yang pertama kali melihat dan menyapa Zakheus yang sudah berada di atas pohon ara. Yesus melihat ke atas, memanggil namanya dan menyuruhnya turun. Alasan ajakan Yesus tersebut adalah  “hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”. “Menumpang” berarti “tinggal”. Tinggal memiliki makna yang lebih mendalam daripada sekedar menginap. Kata “hari ini” memberi kesan menyamakan kedatangan Yesus dengan tibanya saat keselamatan. Karena ingin bertemu Yesus yang menghadirkan keselamatan, Zakheus “segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita”. Sukacita inilah yang mendorong Zakheus untuk bertobat.
· ayat 7 : Tetapi orang banyak di situ berpikir dengan pola pikir mereka sehingga mereka bersungut-sungut. Mereka berpikir bahwa dengan menumpang (dalam ayat ini “menumpang” berarti “menginap”) di rumah Zakheus yang dianggap pendosa, maka Yesus ambil bagian dalam kedosaan Zakheus. Orang banyak salah menafsirkan maksud Yesus. Tetapi bagi Zakheus,  Yesus yang mau menumpang di rumahnya, tidak hanya bermakna sekedar menginap. Yesus mau berarti berbagi keselamatan bagi orang yang dikucilkan seperti Zakheus.
· ayat 8 : Pertobatan Zakheus tampak dari perbuatannya. Ia berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat”. Zakheus sangat kaya sehingga ia mampu mengganti rugi sampai empat kali lipat. Padahal menurut Hukum Yahudi, hanya dalam satu hal saja seorang harus mengganti rugi empat kali lipat, yaitu jika ia mencuri domba (Kel 22:1); selain itu, hanya mengganti satu kali saja. Memang menurut Hukum Romawi, setiap pencurian harus diganti rugi empat kali lipat. Tetapi Zakheus bukanlah warga Romawi sehingga ia tidak memiliki kewajiban mengganti empat kali lipat. Dengan kesediaannya mengganti empat kali lipat, kesungguhan pertobatan Zakheus begitu menakjubkan. Itulah buah pertobatannya.
· ayat 9-10 : Lewat ucapan-Nya ini, Yesus mendamaikan Zakheus dengan komunitas Israel sebagai keturunan Abraham. Israel bukan hanya anak Abraham secara jasmani tetapi terutama anak Abraham dalam iman. Ia rela melepaskan harta yang dapat binasa dan mengambil bagian dalam harta yang tak dapat binasa, yaitu pulihnya hubungan dengan Allah. Dan itulah misi Yesus, yaitu menyelamatkan manusia dari kedosaan dan memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Yesus harus tinggal di rumah Zakheus berarti rencana keselamatan Allah terlaksana. Karena, pertobatan manusia pertama-tama adalah rencana Allah. Allah yang mengambil inisiatif, manusia tinggal menanggapinya.

Amanat Teks
Sepanjang masa banyak orang mencari Yesus. Pada saat masih hidup di dunia, Yesus pun dicari. Tetapi kebanyakan orang mencari Yesus demi kepentingan sendiri. Mereka mau mendengar Yesus, menikmati perdebatan yang Ia hadapi, menyaksikan penyembuhan dan pengusiran setan. Ada di antara mereka yang begitu “ketagihan” Yesus sehingga bergabung dengan-Nya, mengelilingi-Nya, merasa berperan sebagai pengawal-Nya.
Benarkah Zakheus begitu jelek seperti yang sering dikhotbahkan ? Zakheus mencari Yesus. Satu hal ini saja sudah menunjukkan bahwa Zakheus berhati mulia. Ia sungguh mencari pribadi yang dapat ia cintai tanpa syarat, dan yang mau mencintainya seadanya. Lain halnya dengan “para pengawal” yang mengelilingi Yesus dalam perjalanan melintasi Yerikho. Mereka sama sekali tidak mencari Yesus. Mereka sama sekali tidak peduli ajaran Yesus. Mereka sedikit pun tidak terpengaruh oleh Yesus yang – mirip Zakheus – juga mencari. Kalau Zakheus mencari orang yang benar, yang sedang populer di Palestina, maka Yesus justru mencari orang yang paling diremehkan oleh bangsa Israel, yang tidak peduli akan belas kasihan. Jadi, ada dua orang yang mencari : Yesus dan Zakheus. Semua yang lain sama sekali tidak mencari siapa-siapa sebab berpikir sudah menemukan.
Pencarian Zakheus yang pendek diwujudkan dengan usahanya untuk berlari mndahului orang banyak dan memanjat pohon. Usaha Zakheus ini melambangkan usaha manusia (yang memang pendek) untuk menggapai Allah yang tinggi. Dan karena inisiatif Yesuslah, Zakheus tidak diam dan nongkrong di atas pohon ara. Zakheus mau turun dan menghampiri Yesus. Inisiatif Allah yang tinggi itulah yang membuat manusia mampu mengenali-Nya dan mencari-Nya. Manusia akan mendapat tempat pelabuhan pencariannya itu.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda masih mencari Yesus atau sudah lama berpendapat Anda memiliki-Nya ? Adakah Anda berusaha serius mengenal Yesus?

Seputar Paroki

SEKILAS MISA IMLEK
3 Februari 2011


3 Februari 2011 pk 08.00, ada suasana dan dekorasi yang berbeda di Gereja St. Fransiskus. Ohh.. ternyata pagi itu ada Misa Perayaan Imlek yang dipersembahkan oleh RD. Ign. Heru Wihardono. Misa dimulai dengan perarakan petugas yang kemudian disusul dengan adanya tarian dari anak – anak TK Mardi Yuana dengan iringan lagu mandarin. Umat tersenyum dan ingin melihat lucunya adik - adik kecil itu menari. Rupanya tarian pembuka itu menarik perhatian umat yang hadir, tidak hanya umat, Rm. Heru pun tersenyum melihat lucunya anak – anak itu menari. Ketika penari sampai di depan, lagu tarian berhenti kemudian koor langsung menyanyikan lagu pembukaan.
Setelah lagu pembukaan, tata perayaan ekaristi berjalan seperti biasa. Dalam homilinya Rm. Heru menyampaikan dengan tegas beberapa hal mengenai Misa Imlek. Beliau mengatakan dan menjelaskan bahwa Misa Imlek bisa dirayakan oleh berbagai umat, bahkan umat jawa sekalipun. Karena Misa ini hanyalah “Ujud Syukur” dan tidak memihak dari ras atau pun agama. Beliau juga mengatakan bahwa Misa Imlek yang mengadakan adalah Paroki dan bukan dari wilayah tertentu. Memang ada satu wilayah yakni Wilayah Suryakencana yang diberi kepercayaan untuk menjadi panitia, tapi bukan berarti Misa Imlek diselenggarakan dan milik Wilayah Suryakencana saja, tapi yang menyelenggarakan adalah paroki dan Misa ini dipersembahkan  untuk seluruh umat di paroki St. Fransiskus yang berkenan hadir dan berpartisipasi. Rm. Heru juga mengatakan: “Apabila telah diadakan rapat bersama, yang dijalankan adalah hasil dari rapat tersebut, karena dalam rapat telah terjadi kesepakatan.”
Setelah homili, tiba ritus persembahan, kembali adik - adik kita yang lucu mempersembahkan tarian, mengiringi petugas pembawa persembahan. Kelucuan mereka semakin memeriahkan Misa Imlek tahun ini. Lalu ketika komuni, petugas tata tertib mulai sibuk mengawasi dan menjaga keamanan serta ketertiban di dalam gereja. Biasanya pada saat berkat anak – anak ada pembagian angpao yang telah disediakan oleh donatur, namun kali ini pembagian angpao dilaksanakan setelah Misa selesai di aula gedung pastoral yang baru, agar lebih tertib dan menghindari omongan – omongan.
Walau ada yang kontra dan hambatan – hambatan sebelum pelaksanaan, tetapi Puji Tuhan berkat rahmatNya Misa Imlek dapat berlangsung meriah. Kami selaku panitia, mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, terutama kepada RD. Ign Heru Wihardono yang telah memimpin perayaan ekaristi, RD. Antonius Garbito P yang telah membantu menyiapkan dan membantu mengkoordinasi keamanan selama perayaan ekaristi berlangsung, kepada Bpk. FX. Supardinata (Ko Asen) yang telah bersedia menjadi donatur. Ucapan terima kasih juga kepada adik – adik dari TK MARDI YUANA yang sudah memeriahkan acara dengan tariannya, adik – adik pembawa persembahan dari Wilayah St. Stefanus (Cipaku), kepada Koor Lauda Sion, tim dekorasi, lektor, misdinar, prodiakon, petugas tata tertib, dan semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Proficiat buat Wilayah Suryakencana, semoga walau ada yang kontra dan hambatan, kita tetap terus maju dan menghiraukan mereka – mereka yang ingin menghambat. Siapa tahu tahun depan mereka yang kontra terbuka dan tergerak hatinya untuk berpartisipasi…. ^_^
Semoga kita bisa bertemu kembali dalam acara Imlek tahun depan. Gong Xi Fa Chai..! Semoga berkat Tuhan selalu meyertai kita semua.. Amin..! –VCM-

Seputar Paroki

NATALAN WILAYAH St. AGUSTINUS – SURYAKENCANA
5 JANUARI 2011


Rabu, 5 Januari 2011, umat Wilayah Suryakencana berkumpul di ruang Antonius untuk bersama–sama merayakan Natalan Wilayah. Cukup banyak umat yang hadir, lebih dari 150 orang. Acara dimulai pk. 17.00 dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Wilayah kami, RD. Ignatius Heru Wihardono. Dengan ciri khasnya yang bisa membuat umat tersenyum, dalam homilinya Rm. Heru berpesan: “ Jika dalam hidup kita hadirkan Yesus, maka segala persoalan akan lancar dan dapat di atasi. Kita bawa hidup kita bersama Yesus baik dalam keluarga, Gereja maupun masyarakat.”
Setelah Ekaristi acara dilanjutkan dengan sambutan dari ketua wilayah, Bpk. JB Sukeria Agus. Beliau mengucapkan terima kasih kepada pengurus Wilayah St. Agustinus yang sudah membantunya dalam mengurus dan mengembangkan wilayah. Ia juga berharap agar umat Wilayah St. Agustinus saling mengasihi sperti yang disampaikan Rm. Heru dalam homilinya, sehingga dapat membangun wilayah lebih baik lagi, dengan saling mengasihi antar sesama dapat menyelesaikan segala persoalan yang ada di wilayah.
Setelah mendengar sambutan dari ketua wilayah, acara dilanjutkan dengan games yang dipandu oleh teman – teman mudika wilayah. Para hadirin diajak berjoget balon berpasang – pasangan. Untuk menentukan peserta yang maju, kami menggunakan boneka yang dilempar, yang terkena boneka harus maju. Namun ada juga beberapa yang terkena boneka tapi tidak mau maju. Mungkin malu kali y….. ^-^  Ketua Wilayah dan istri juga Rm. Heru diberi kesempatan melempar boneka untuk menentukan peserta. Akhirnya kami dapat empat pasang dewasa dan dua pasang anak – anak yang akan bermain. Setiap pasang berdiri membelakangi dan diberi balon yang harus di taruh di “bawah pinggang”, lalu joget mengikuti lagu yang diputar, jika balon jatuh peserta langsung di anggap gugur.
Ketika para peserta sudah mengerti dan siap, lagu pun didendangkan. Lagunya yang lagi hits: susis dan cinta satu malam. Umat yang menonton pun bersorak menyemangati supaya jogetnya lebih assooyyy…. Setelah beberapa saat dua pasang peserta gugur dan tinggal dua pasang yang bertahan menjadi pemenang. Peserta anak –anak masih tetap bertahan, sehingga untuk menentukkan pemenangnya kami pun menggunakan riuh tepuk tangan penonton.
Tidak membuang banyak waktu, para pemenang langsung diberi hadiah yang telah disiapkan. Kembali Rm. Heru dipanggil untuk memberikan hadiah kepada para pemenang. Setelah hadiah diberikan, ada surprise, MC menyanyikan “Happy Birthday”. Siapa yang ulang tahun..???? Oh.. ternyata Rm. Heru yang ulang tahun….  Happy Birthday ya Mo…. Wish u all the best… ^-^
Sebenarnya beliau berulang tahun tanggal 2, berhubung ada acara Natalan Wilayah, jadi sekalian dirayakan. Tidak hanya nyanyian, kue ulang tahun pun udah disiapkan. Sebelum tiup lilin, Rm. Heru diminta make a wish, lalu potong kue. MC tanya “ Romo, first cake mau di kasih buat siapa nih yang spesial..?”   Rm. Heru menjawab “Tentu yang spesial. Saya mau kasih ke ‘Kepala Suku’ Suryakencana.”  Tentu yang dimaksud adalah Bpk. JB Sukeria Agus, ketua wilayah kami. Second cake diberikan ke Bpk. Indra Wahyu, ketua wilayah St. Stefanus, selaku undangan yang hadir. Tidak terasa waktu sudah pk 19.00 WIB, perut kami pun sudah tak sabar ingin menyantap hidangan yang telah disajikan. Acara pun dilanjutkan dengan doa makan yang dipimpin oleh Ibu Sony. Setelah doa, hadirin pun segera menyantap hidangan.
Puji syukur, acara Natalan ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Terima kasih kepada Rm. Heru yang sudah mempersembahkan misa, kepada Bpk. Indra Wahyu yang telah berkenan menyisipkan waktu untuk hadir, ketua wilayah kami Bpk. JB Sukeria Agus yang telah mendukung acara, para ibu – ibu dari lingkungan – lingkungan yang sudah menyiapkan hidangan santap malam, mudika wilayah yang sudah memeriahkan acara, juga kepada seluruh umat yang sudah hadir dan berpartisipasi memeriahkan acara Natalan bersama kita ini.
Semoga acara yang bernuansa kebersamaan dan keakraban ini dapat terus terlaksana sehingga dapat membangun wilayah kita yang tecinta ini. Selamat Natal dan Tahun Baru. Berkat Tuhan selalu menyertai kita. Amin. -VCM-

Cerita Mini

PERCIKAN API YANG MENYADARKAN


Sudah dua bulan, Shila lalai menjalankan kewajiban yang diberikan kedua orangtuanya. Orangtua Shila merupakan pemilik yayasan sosial, yang mana sasaran utamanya tertuju pada pelayanan anak- anak keluarga kurang mampu, agar mereka mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak. Otomatis, Shila pun turut dibebani kewajiban, yakni melakukan kunjungan rutin ke yayasan dan memantau perkembangan anak asuh di sana.
“Ah, papa mama aja gak pernah punya waktu buat aku. Buat apa aku nyempetin waktu buat anak- anak itu, masa iya, dua minggu sekali harus kunjungan. Lagi pula, semua kan udah diatur pengelola yayasan dan semua pasti berjalan lancar. Tapi.... kalo mama tanya, aku jawab apa nih, bisa kena omel dong. Aduh, bisa- bisa uang bulanan aku dipotong nih. Hah....demi uang jajan, ayolah, setor muka ajah deh.” dumel Shila sambil melangkah dengan berat menuju mobilnya.
*
“Siang, Bu Rani.”
“Nak Shila, apa kabarnya? Sudah lama gak berkunjung nih.” ucap Bu Rani yang merupakan pengelola yayasan tersebut.
“Ya, gimana kabar di sini, bu?” tanya Shila sekedarnya.
“Semua berjalan baik dan kita kedatangan anggota baru, usianya sudah 10 tahun.” papar Bu Rani.
“Tuh kan betul, buang- buang waktu aja aku ke sini, aku gak kunjungan dua bulan aja, semua tetep baik.” pikir Shila.
“Nak Shila, Nak...ayo, jangan melamun. Mari kita berkeliling.” lanjut Bu Rani.
*
Sesampainya di aula, Shila melihat pemandangan yang berbeda dari biasanya.
“Siapa itu, bu?” tanya Shila heran.
“Itu Ayumi, anggota baru yang sempat ibu bicarakan tadi. Memang seperti itulah dia, senang sekali mengumpulkan teman- temannya lalu ia mendongeng. Dia membawa perubahan yang baik di sini, anak- anak menjadi lebih patuh sama ibu. Sebentar ya, ibu panggilkan.” papar Bu Rani.
“Halo ka, aku Ayumi, seneng banget bisa ketemu kakak.” ujar Ayumi.
Shila membalas dengan senyum seadanya.
“Shila, Ayumi pernah bilang, kalau dia ketemu kamu, dia ingin berbincang denganmu. Betul begitu, Ayumi?” ucap Bu Rani.
“Ya betul, bu. Ka, boleh aku ngobrol sama kakak?” tanya Ayumi.
*
Ayumi pun mengajak Shila ke taman, sebenarnya Shila sudah ingin mengakhiri kunjungannya, tetapi segan menolak ajakan Ayumi.
“Ka, sampaikan terimakasihku ya, sama kedua orangtua kakak. Karena mereka mau mendirikan yayasan ini.” ucap Ayumi mengawali perbincangan.
Respon yang sama pun terlontar dari wajah Shila. Ya, hanya senyum seadanya.
“Ya ka, karena di sini aku menemukan keluarga baru. Aku ini yatim piatu. Dulu aku tinggal sama bibi, tapi bibi harus mencari uang ke Jakarta, jadi aku dititipkan di sini. Berkat orangtua kakak, aku merasa mendapat kasih sayang orangtua.” lanjut Ayumi.
“Aku aja anaknya, gak merasa dapet kasih sayang dari mereka, malah ini bocah yang ngerasa kasih sayang.”ucap Shila dalam hati.
Shila pun mulai tertarik dan sedikit bingung dengan perkataan Ayumi. Shila merasa anak 10 tahun di hadapannya itu berbeda dari anak yayasan lainnya, karena dia anak pertama yang mengajak Shila bercakap- cakap dan karena Ayumi mengatakan hal yang tidak terpikir oleh Shila.
“Siapa yang ngajarin kamu ngomong kayak gitu?” tanya Shila spontan.
“Hah, kayak gitu? Itu cuma sekedar apa yang ingin aku sampein aja ke kakak, gak ada yang ngajarin aku untuk ngomong itu. Yang aku tau sekarang, aku sangat bersyukur atas hidupku, Ibu Rani yang perhatian banget, temen- temen di sini yang sayang sama aku dan Tuhan Yesus yang gak pernah ninggalin aku.” papar Ayumi yang semakin membuat Shila berpikir.
“Serasa jantung berhenti, rasanya gemetar mendengar perkataan dan setiap jawaban bocah ajaib ini.” rasa Shila
Menit-menit itulah yang membuat Shila berpikir. Ia memiliki segalanya, tapi selalu merasa kurang. Ayumi yang kekurangan, tapi ia merasa sangat bersyukur atas apa yang dimilikinya. Percikan api dengan lembut menyelinap dalam diri Shila, memanaskan hatinya dan menerangi pikiran untuk melihat apa yang telah dimiliki, bukan apa yang tidak dimiliki.(LKH)

Sebaiknya Anda Tahu

SEJARAH PERKEMBANGAN PADUAN SUARA DI PAROKI SUKASARI

Sejak berdirinya Paroki Santo Fransiskus Asisi Siliwangi Bogor pada tahun 1963 dengan  pastor Kohler sebagai pastor pertama, telah banyak usaha dilakukan dalam membentuk paduan suara. Paduan suara adalah bagian dari liturgi untuk menyertai doa umat. Lagu-lagu yang dinyanyikan adalah berdasarkan pilihan yang sudah ditetapkan oleh KWI. Juga ditetapkan, bahwa lagu gereja harus mengacu pada TPE. Oleh karena itu lagu-lagu seyogyanya tidak bebas untuk dinyanyikan semaunya. Lagu harus disesuaikan dengan tema liturgi.
Pada awal berdirinya gereja St Fransiskus Asisi Siliwangi Bogor belum ada paduan suara. Jika memerlukan paduan suara, maka itu hanyalah kor musiman yang dinyanyikan oleh para ibu (kira-kira 15 orang) yang dipimpin oleh Bapak Kartidjan. Kor ini hanya melayani perayaan hari besar gereja seperti Paskah, Natal, dll. Sedangkan untuk Misa hari Minggu, kor adalah umat sendiri yang dulu dipimpin oleh Bruder Michael, Bapak Ignatius Sutikno dan Bapak kartidjan sebagai organis.
Ketika Pater Rijper menjadi pastor Paroki Sukasari, maka  beliau memutar kaset yang berisi lagu-lagu berbahasa Latin untuk menyertai Misa. Berkenaan dengan perayaan Hari Proklamasi ketika itu, beliau berusaha membentuk paduan suara dengan mengundang para guru dan murid SMA kelas III Mardi Yuana untuk menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan syukuran. Organis ketika itu adalah Ibu Gwat Lee. Pelatih kor adalah Pater Rijper sendiri yang hanya berlangsung singkat untuk kemudian dilanjutkan oleh Bapak Umarsodho. Kor yang dibentuk oleh Bapak Umarsodho terdiri dari para Ibu dan beberapa Bapak termasuk  Bapak Umar sebagai inti ditambah lagi dengan para Ibu dari sekitar area Siliwangi, Suryakencana, Bostinco, dan RB Melania. Ada juga suster yang ikut bergabung dalam kor Paroki. Sebelum terbentuk kor Paroki, pada setiap Misa lagu dipimpin oleh Bapak Umar, dibantu oleh Ibu Irene, Ibu Djatmika, Bapak Ratidjo dan Ibu Maria Melani serta Bapak kartdjan sebagai organis. Organ ketika itu adalah organ kuno. Ketika Pater Rijper dipindah untuk diganti dengan Pater Yustinus, maka dibentuklah pengurus Santo Fransiskus Siliwangi disertai dengan pembentukan kor wilayah. Semua petugas kor diperlukan, karena pada hari Minggu dan Sabtu ada beberapa Misa yang harus dipersembahkan.
Pada sekitar tahun 1980 dibentuk Dewan Gereja Santo Fransiskus Sukasari dan Bapak Umar ditunjuk sebagai Kordinator kor. Pada waktu itu diadakan lomba kor untuk Natal. Perlombaan dilangsungkan antar wilayah yaitu Wilayah Sukasari I, W. Sukasari II (masih bergabung denga Cipaku ketika itu), W. Tajur, W. Bondongan dan W. Suryakencana. Dengan demikian terbentuklah kor-kor wilayah yang kemudian diberikan tugas untuk mengisi Misa tiap hari Minggu di gereja Sukasari dan Bondongan. Kecuali itu bermunculan beberapa kelompok paduan suara seperti kor Mudika, yang selanjutnya diberi nama kor St. Yosep. Berhubung banyak anggota yang sudah berkeluarga dan sudah bukan muda-mudi lagi, maka kor Mudika lambat laun tidak aktif lagi. Kor Wanita Katolik dipimpin oleh Ibu Mardi. Setelah Rm. Djatmiko ditunjuk sebagai pastor pembantu paroki Sukasari, maka beliau membentuk kor lektor-lektris dan putra altar yang diberi nama kor Nikasius Iuvenis. Kor Patoki Fransiskus dibentuk ketika Rm. B. Sudarto menjabat sebagai pastor paroki.
Memang banyak kelompok paduan suara terbentuk pada waktu itu a.l. dari Katulampa yang terdiri dari anggota yang relatif masih muda. Kemudian bergabung kor Don Bosco, kor Santo Fransiskus, kor Lauda Sion, dsb. Disamping kor wilayah (ada 5) ada juga kor kategorial seperti kor sekolah Mardi Yuana, Mardi Waluya, Vox Juvenis, kor PD St. Teresa, kor Regina S. Caelis (kor kanak-kanak), kor Santa Klara, dll. Sekarang ini jumlah kor ada 25.
Jumlahnya dengan mantap meningkat dan hal itu menandakan, bahwa kita memang senang bernyanyi dan mau menyenangkan Tuhan dengan bernyanyi merdu untuk memuliakanNya. Dengan demikian tugas kor untuk merayakan liturgi menjadi merata dan terasa lebih ringan. Perlu dikemukakan, bahwa Bapak dan Ibu Kismono pun pernah berperan dalam kegiatan kor di wilayah Sukasari.
Memang secara kuantitas banyak bermunculan paduan suara. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam merayakan liturgi pun harus dipatuhi. Masih banyak hal dalam menyanyikan lagu perlu diperbaiki. Adalah tugas dirigen yang seyogyanya harus lebih menguasai tatacara, teknik dan dinamika dalam mempersembahkan lagu. Tugas dirigen juga harus membimbing dan kalau perlu melatih umat misalnya sebelum Misa dimulai. Komisi dan Seksi Liturgi serta pastor terkait harus berperan aktif dalam memberikan pengarahan. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa kualitas kor akan meningkat.
Karangan ini disusun oleh Celtee melalui wawancara dengan Bapak Umarsodho dan Bapak Rudy Gani. (Dr. Cosmas Loka Tjahjana)

Sebaiknya Anda Tahu

sejarah berdirinya basilika santo petrus roma


Pertama, Bramante merobohkan sebagian besar bangunan asli basilika dan kemudian membangun sebuah rumah untuk lokasi ibadah. Karena Bramante meninggal pada 1520, rekonstruksi tertunda lagi. Pada era ini desakan reformasi atas gereja dan kepausan mencuat dan kemudian melahirkan abad Renaisans, kebangkitan kembali. Situasi politik agama dan gereja saat itu juga sedang pada puncaknya. Itu adalah puncak dari era abad gelap, di mana pimpinan gereja “pernah agak melenceng” dari jalurnya.
Akhirnya, pada tahun 1546, Paus Julius II memanggil pelukis Michelangelo yang berusia 71 tahun untuk merampungkan rekonstruksi basilika itu. Pelukis genius itu, yang juga melukis langit-langit Kapel Sistine atas permintaan Paus Julius II, mengambil alih maket yang pernah dibuatkan Bramante dan kemudian mengembangkannya, lalu menggambar rencana pembangunan kubah basilika supaya lebih artistik. Buah tangannya masih bisa dilihat sampai sekarang.
Pekerjaan belum berakhir hingga 1590, sekitar 26 tahun setelah kematian Michelangelo. Pada tahun 1656 pekerjaan dimulai lagi dan lokasi rekonstruksi diperluas hingga ke lokasi yang kini menjadi gerbang Santo Petrus.
Sejak itu beberapa perbaikan dilakukan dan sejumlah seksi di basilika direnovasi dan diperluas. Kini basilika itu memiliki panjang 600 kaki dan lebar 400 kaki (183 meter panjangnya dengan lebar 122 meter). Dom (dome) basilika kini setinggi 450 kaki dengan diameter 130 kaki itu kini merupakan gereja terbesar di dunia.
Jadi, basilika juga dibentuk berdasarkan karya besar arsitek dan pemahat Gian Lorenzo Bernini. Bangunan itu menjadi simbol dari eksistensi gereja di dunia. Setidaknya ada 10 arsitek ternama di zamannya yang pernah terlibat dalam pembangunan basilika dari waktu ke waktu.
Sekarang, basilika itu dihiasi dengan sentuhan yang terbaik di dunia seni, termasuk lukisan, ukiran. Di sana ada pahatan terkenal bernama Pieta, buah tangan Michelangelo, yakni sebuah pahatan yang menggambarkan Perawan Maria yang sedang memangku tubuh putranya, Yesus Kristus, yang telah meninggal setelah disalib.
Vatikan yang di dalamnya termasuk basilika kini dijagai oleh petugas dari Swiss. Hanya warga Swiss yang bisa bertugas mengamankan Takhta Suci Vatikan sejak 1506, menurut Post Wire Services.
DI bawah basilika itu jenazah Paus Yohanes Paulus II akan dimakamkan. Itu artinya, makin bertambahlah deretan makam orang penting agama Katolik di sana. Setidaknya ada setengah dari makam pendahulunya berada di tempat yang sama.
Disebut-sebut, makam Paus Yohanes Paulus II akan menjadi salah satu bagian terpenting dari sejarah gereja yang panjang dan kompleks. Makam itu juga akan semakin menjadi tujuan penting dan terutama peziarah umat Katolik dari berbagai belahan dunia.
Pemakaman di dalam gereja besar (basilika) itu merupakan penghormatan tertinggi berdasarkan iman Katolik karena lokasi itu hanya diperuntukkan bagi pemimpin spiritual gereja. Maklum, Basilika Santo Petrus juga berdiri di atas makam murid Yesus Kristus, yakni rasul Santo Petrus, yang juga merupakan Paus pertama.
Pada 1940, pemakaman kuno tempat Santo Petrus dimakamkan kemudian diidentifikasikan kembali. Pada 1950, Paus Pius XII mengumumkan makam Santo Petrus telah turut teridentifikasi.
Basilika, yang terdiri dari dua grottos (semacam goa atau ruang bawah tanah) dan sebuah necropolis (kota mati), menampung 147 makam dari 263 Paus yang ada sebelumnya. Jenazah Paus Yohanes Paulus II ditempatkan di grott, yang ada di bawah sisi timur dari Basilika.
Beberapa Paus sebelumnya dimakamkan di beberapa lokasi di Italia pada umumnya di dalam gereja-gereja dan sejumlah katedral di Roma. Namun, Basilika Santo Petrus merupakan tempat terfavorit bagi lokasi pemakaman Paus.
Ada spekulasi bahwa Paus Yohanes Paulus II Paus non-Italia pertama dalam 450 tahun terakhir ingin dimakamkan di negara asalnya, Polandia. Namun, pejabat Vatikan mengatakan, Paus Yohanes Paulus II tidak meninggalkan pesan seperti itu semasa hidupnya.
Sejumlah warga Polandia telah sempat berharap bahwa Paus yang kelahiran Polandia itu dimakamkan di Katedral Wavel di Krakow, bersama dengan jenazah para santo (orang kudus) dan raja-raja Polandia dari abad pertengahan. Namun kini hal itu tidak mungkin lagi terjadi. Krakow adalah kota di Polandia yang juga menjadi lokasi Keuskupan Agung Krakow. Di kota itu Karol Wojtyla diberi gelar kardinal, bisa juga dikatakan sebagai wakil umat Katolik Roma di Polandia.
BERDASARKAN laporan, yang masih harus dikonfirmasikan oleh Vatikan, jenazah Sri Paus akan dimakamkan di lokasi yang pernah menjadi makam Paus Yohanes XXIII selama 37 tahun sebelum dipindahkan pada 2000.
Paus Yohanes Paulus II akan dimakamkan di atas makam Paus Yohanes XXIII, yang dipindahkan ke sana setelah menerima beatifikasi (sebuah pemberian gelar Beato atau pernyataan pada seseorang yang sudah meninggal bahwa ia sudah berada di surga atau dia adalah orang yang berbahagia). Sebelumnya, makam Paus Yohanes XXIII ada di Kapel Santo Jerome. Beatifikasi merupakan langkah terakhir menuju gelar santo, orang kudus.
Paus akan dimakamkan di dekat makam Paus Benedetto XV, yang juga berada persis di samping makam Yohanes Paulus I, Paus sebelum Yohanes Paulus II. Paus Yohanes Paulus I meninggal hanya 33 hari setelah terpilih sebagai Paus pada 1978.
Makam yang ada di dekat Paus Yohanes Paulus II adalah makam-makam dari Paus Innocent IX, Julius III, dan Paus Paulus VI, dan juga Christina, Ratu Swedia dari abad ke-17.
Di dekat makam Paus Paulus VI, yang terletak persis di bawah altar Basilika Santo Petrus, juga diyakini sebagai makam Santo Petrus. Makam luas Santo Petrus mengambil lokasi yang luas di bawah basilika, yang juga memiliki artefak berharga, tidak saja berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi juga ada artefak yang berasal dari kebudayaan pertama Kristen.
Ruang bawah tanah basilika yang sebagian menjadi lokasi makam itu juga terdiri dari berbagai ruangan lain, termasuk sebuah “kota mati” dari abad Romawi kuno, yang masih lengkap dengan jalan-jalannya. Di sana juga adalah kapel dan berbagai bangunan kuno lainnya yang indah.
(AP/AFP/REUTERS/MON)

Sebaiknya Anda Tahu

“ Meditasi itu bukan apa yang kaupikirkan ” 

Kita tentunya sudah akrab dengan kata Meditasi atau sudah mengenal lebih jauh dan ikut serta dalam didalamnya. Kata meditasi itu berasal dari bahasa latin MEDICARE yang berarti “berpikir secara mendalam”. Santo Thomas Aquuino dan Santo Bernardus dari clairvaux memahami Meditasi sebagai “pencarian kebenaran (Inquisitio Veritalis). Orang yang mau meditasi itu tidak hanya mau merenungkan keberanan, tetapi ingin lebih mendalam mengetahui dan menikmati “sang kebenaran” yaitu ALLAH .
Meditasi kristiani atau doa kontemplatif ini adalah doa hening dan singkat dengan menggunakan kata doa yang berasal dari bapa bapa padang gurun di abad keempat. Dalam kontemplatif ini kita sepenuhnya berada pada kekinian dan melepaskan semua pemikiran pemikiran masa mendatang, melepaskan semua pemikiran masa lalu, melepaskan semaua gambaran dan khayalan dan menyadari dengan sungguh saat ini saja.
Pater John Main OSB (1926-1982), seorang rahib Benediktin, memperkenalkan kembali doa kuno ini untuk orang orang sibuk di masa kini. Berdoa dengan cara yang hening ini bukan hanya milik para rahib saja, namun juga dapat dilaksanakan oleh semua orang untuk dapat bertemu TUHAN  dengan berpusat pada KRISTUS seperti para rahib dan pastor di padang pasir. Tidak perlu ada pembelajaran khusus dan berpikir terlalu berat karena semuanya sudah ada ditempat terdalam setiap manusia.
Kebanyakan kita tidak menyadari adanya kemampuan untuk lebih dalam ini, malahan hilang dan terbenam oleh kilaun tawaran duniawi berupa materialistis, kesenangan, kesombongan dan tidak mempunyai kemampuan untuk bangkit. Kemampuan ini tertutup oleh dosa.
Meditasi Kristianai mengajarkan pada kita untuk DUDUK dengan TENANG, duduk dengan PUNGGUNG TEGAK. Duduk dengan santai, tetapi tetap terjaga penuh. Dalam keheningan itu kita terus MENGULANG kata suci dalam hati “MARANATHA” sampai selesainya meditasi kita.
MARANATHA berarti Datanglah Tuhan atau Tuhan kami datang (1 Korintus 16:22) Mar artinya Tuhan, akhiran an artinya Kami. Jadi Maran berarti Tuhan Kami. Maranatha   berarti Tuhan Kami datang atau datanglah Tuhan. Maranatha berasal dari bahasa ARAM. Bahasa ARAM lain di Alkitab yang dipakai Yesus : Talita Kum (Markus 5 :41), Eloi-eloi lama sabakthani (Markus 15 :34) ; Matius 27 :46), Abba (cara Yesus memanggil Bapanya).
Hal pertama yang kita temukan saat bermeditasi adalah pikiran kita melompat dari satu hal ke hal yang lain, dari satu rencana ke rencana yang lain, dan dari satu fantasi ke fantasi yang lain. Dan ada kegembiraan dalam langkah awal ini karena kita mengalami pengenalan diri. 
Meditasi kristiani membawa kita untuk hidup dalam saat kini. Saat awal kita meditasi kita tidak hidup dalam saat kini. Mengapa ? karena pikiran kita hidup pada masa lampau, yaitu apa yang terjadi kemarin, apa yang terjadi 5 tahun lalu. Dan membuat kita memiliki rasa bersalah, sedih. Kemudian melompat  hidup pada masa yang akan datang, kita menjadi cemas, kuatir, takut.
Jadi kita tidak dapat menikmati damai atau kegembiraan dalam kesukacitaan dengan hidup pada masa lampau atau masa yang akan datang.
(Pada tanggal 1,2 dan 3 april 2011 kelompok meditasi bogor akan mengadakan ret-ret dan mengenal lebih dalam).”Fiat Voluntas Tua”(dari berbagai sumber dan Meditasi bersama Yesus/Romo Siriakus Maria Ndolu, O. Carm)
(Medy Mutis kelompok meditasi kristiani Bogor)

Evangelisasi

ARTI PENDERITAAN BAGI ORANG BERIMAN


Penderitaan merupakan pengalaman hidup manusia yang seringkali tak dapat dielakkan. Setiap orang punya pengalaman menderita. Wajah penderitaan itu bisa bermacam-macam. Ada hubungan timbal balik antara penderitaan dan kekuatan seseorang dalam menanggung penderitaannya.
Penderitaan merupakan salah satu dari sekian banyak rahasia hidup manusia. Setiap agama berusaha memberikan jawaban atas misteri ini. Meski tak selalu memuaskan, ternyata jawaban atas penderitaan itu, seringkali memampukan orang untuk berjuang dalam hidupnya. Tak jarang penderitaan dihubungkan dengan diri Allah sebagai hukuman, teguran Allah. Dari sinipun masih banyak pertanyaan: mengapa Allah menghukum umatNya dengan pukulan yang disebut penderitaan? Mengapa “dia” yang menghukum dan bukan orang lain? Mengapa “dia” yang “benar, saleh, suci” justru dihukum? Pertanyaan-pertanyaan manusia adalah suatu misteri.
Baik bila kita melihat pergulatan seorang beriman di dalam pengalaman penderitaannya yang dikisahkan dalam Kitab Suci, yaitu : Ayub.
Ayub memandang kemalangan dan penderitaannya sebagai hukuman yang disebabkan oleh Allah. Ketiga temannya, yaitu Elifas, Bildad dan Zofar menarik kesimpulan dari kemalangan Ayub bahwa kemalangan itu adalah bukti hukuman Allah karena Ayub berdosa. Sedangkan Ayub menarik kesimpulan bahwa kemalangan itu adalah disebabkan Allah memperlakukan diri Ayub dengan tidak adil, sebab bagaimana mungkin dia benar masih juga dihukum dengan kemalangan dan penderitaan?
Kemudian kita melihat monolog maupun dialog antara Ayub dengan ketiga temannya, yaitu:
1. Ayub mengeluh mengenai keadaannya. Dalam monolog-monolog dan di sana-sini dalam dialog Ayub menggambarkan keadaannya yang menyedihkan yang menyedihkan: ia berada diambang pintu maut, ia sakit keras, dan penderitaannya sangat berat. Penderitaan yang dialaminya sekarang terasa berat sekali karena dahulu Ayub hidup dalam keadaan bahagia dan serba kecukupan.
2. Ayub mengeluh tentang ketiga sahabatnya. Dan mereka bertiga datang kepada Ayub untuk menghiburnya (2:11), tetapi karena ternyata pendapat mereka mengenai pembalasan lebih penting daripada kepentingan seorang sahabat yang menderita, maka penghiburan mereka lambat laun menjadi permusuhan. Ayub berulang kali mengungkapkan rasa kecewa atas ketiga temannya itu dan atas “penhiburannya”. Ayub kemudian memperingatkan mereka yang ingin memihak Allah (13:4-12).
3. Ayub mengeluh tentang Allah. Menurut pendapat Ayub, Allah menyebabkan segala penderitaannya. Ayub memakai banyak kiasan yang berhubungan dengan segala macam kekerasan dan penindasan: binatang buas, perang, pertempuran, sifat orang yang murka, kekuasaan yang disalahgunakan. Ia juga mengatakan, betapa Allah tidak adil (9:22-24).
4. Ayub mengarahkan keluhan langsung kepada Allah. Beberapa kali Ayub berbicara langsung kepada Allah. Ia mengarahkan tuduhannya kepadaNya. Secara khusus diutarakan kritik Ayub terhadap kebaikan, kesucian dan kebijaksanaan Allah (bdk Bab 10), karena pengalamannya yang pahit itu tidak dapat disesuaikan lagi oleh Ayub dengan sifat-sifat Allah yang sering dikatakan oleh tradisi Israel (Allah itu baik hati, lemah lembut dst). Bagitulah Ayub sampai pada batas salah faham antara Allah dan manusia, tetapi kendati semuanya itu toh tinggal suatu keterbukaan dalam diri Ayub; ia tidak dapat menerima, bahwa Allah sebetulnya identik dengan Allah yang penuh misteri, karena pada hakekatnya Allah yang misterius itu lebih cocok dengan kenyataan Allah musuh atau daripada Allah “otomat-pembalasan” (seperti dikatakan oleh ketiga temannya).
Adapun argumentasi Ayub adalah sebagai berikut:
1. Melawan kenyataan hukuman, yang diartikan oleh ketiga temannya sebagai akibat dosa, Ayub mengemukakan dengan keras dan membela dengan semangat, bahwa ia saleh, bukan seorang pendosa. (9:21, 27:2-6, 23:10-12, 31:1-40).
2. Keyakinan Ayub mengenai kesalehannya mendorong dia untuk berusaha, supaya ia dapat berbicara dengan Allah “yang tidak memberi keadilan” kepadanya. Ia berkeyakinan, bahwa dalam suatu pembicaraan yang jujur dan terbuka perselisihannya dengan Allah bisa diselesaikan (23:3-5).
3. Tetapi ternyata pembicaraan dengan Allah mengusulkan kemungkinan yang lain, yaitu pengadilan. Ayub merasa diperlakukan tidak adil oleh Allah, maka ia ingin memperoleh keadilan melalui pengadilan. Dalam bab 9 diselidiki kemungkinan itu, untuk mencapai kesimpulan, bahwa jalan itupun tidak mungkin, sebab Ayub tidak berperkara dengan seorang manusia melainkan dengan Allah, dan oleh karena itu tidak dapat dipikirkan suatu pengadilan yang berkuasa atas kedua partner dalam perkara ini, “karena Dia bukan manusia seperti aku”. Dapatkah diuraikan secara ringkas gagasan itu sebagai berikut:
a. Perkara yuridis di pengadilan tidak mungkin karena Allah menyalahgunakan kekuasaanNya dan menentukan apa yang benar dan apa yang salah;
b. Ayub tidak dapat membela diri, karena ia digagahi dan terus ditakut-takuti oleh kekuasaan Allah;
c. Tidak ada seoran wasit antara Allah dan manusia, yang dapat memaksa atau menuntun Allah untuk bertindak dengan adil (lih. 9:15,17-20,22,29-35).
4. Demikianlah tak ada jalan keluar lagi bagi Ayub, karena ia tidak berdaya melawan Allah, yang memustahilkan segala pemecahan persoalan entah melalui pembicaraan entah melalui pengadilan. Segala prakarsa untuk menyelesaikan perselisihan harus berasal dari Allah.
Meski demikian Ayub mempunyai pengharapan juga pada Allah. Harapan ini dapat dibagi menjadi dua: 1). Harapan implisit; dan 2). Pengharapan eksplisit.
1. Pengharapan implisit
a. Beberapa kali Ayub mengajukan permohonan agar Allah membiarkannya saja dan mengalihkan pandanganNya daripadanya, supaya Ayub dapat bergembira sejenak, tanpa ketakutan: “Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hari ku hanya seperti hembusan nafas saja. Bilakah Engkau mangalihkan pandanganMu dari padaku, dan membiarkan aku, sehingga aku sempat menelan ludahku. Bukankah hari-hari umurku hanya sedikit? Biarkanlah aku, supaya aku dapat bergembira sejenak (7:16,16 ; 10:20). “Hendaklah Kualihkan pandanganMu dari padanya, agar ia beristirahat, sehingga ia seperti orang upahan dapat menikmati harinya (14:6).
b. Ayub mengungkapkan keyakinan bahwa hubungan Allah dengan dia belum putus; nanti Allah pasti akan menyesali kekejamanNya dan mencari sahabatNya. Mudah-mudahan Allah tidak menunggu terlalu lama: “Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan. Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik. Orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi, sementara Engkau memandang aku, aku tidak ada lagi” (7:6-8,21).
c. Dalam periskop ketiga ini Ayub mencari suatu jalan keluar yang sangat orisinal; ia minta supaya ia disembunyikan sejauh mungkin dari hadirat Allah, yakni di Syeol, di mana ia dapat menunggu sampai murka Allah surut: “Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murkaMu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula! Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan aku pun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tanganMu. Sungguh pun Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan memperhatikan dosaku; pelanggaranku akan dimasukkan di dalam pundi-pundi yang dimateraikan, dan kesalahanku akan Kaututup dengan lepa”. (14:13-17).
2. Pengharapan Eksplisit:
a. Pembelaku ada di tempat yang tinggi; “Hai bumi, janganlah menutupi darahku, dan janganlah kiranya teriakku mendapat tempat perhentian! Ketahuilah, sekarang pun juga, Saksiku ada di sorga, Yang memberi kesaksian bagiku ada di tempat yang tinggi. Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis, supaya Ia memutuskan perkara antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya. Karena sedikit jumlah tahun yang akan datang, dan aku akan menempuh jalan, dari mana aku tak akan kembali lagi”.
b. Tuhankah Penebusku: “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena karena rindu” (19:25-27).
Demikianlah secara ringkas digambarkan perjuangan seorang beriman dalam penderitaannya. Melalui penderitaan, ia dapat sampai pada pemahaman yang benar akan Allah. Penderitaan, meski tak seketika dapat diterimanya dan tak dapat dipahami artinya, dapat menguatkan dan memurnikan imannya. Penderitaan, di dalam Dia, sering mempunyai arti mendalam. Ini tak berarti bahwa seorang beriman menerima secara pasif penderitaannya. Sebaliknya seorang beriman dipanggil untuk bergelut mengatasi penderitaannya dalam iman. Penderitaan tak harus memisahkan Allah dengan dirinya, dan tak harus menjadikan Allah sebagai musuhnya. (Stefan Surya)

Renungan

Berani menjadi saksi Kristus?


Peristiwa yang menjadi tanda awal mula Gereja perdana yang terus dihidupi oleh Roh Kudus adalah dengan terlihatnya lidah – lidah api bertebaran di atas para rasul dan hinggap pada mereka masing – masing.” Tampaklah kepada mereka lidah – lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing – masing”.(Kis 2 : 3 )
Sejak saat itu, para rasul dipenuhi oleh Roh Kudus, dikuatkan imannya dan disemangati keberaniannya untuk menjadi saksi kebangkitan, mewartakan Injil. Para rasul dengan sangat berani memberi kesaksian tentang Yesus yang bangkit ke seluruh penjuru dunia, sampai pada zaman kita.
Bila kita dapat menyaksikan lidah – lidah api yang bertebaran di atas para rasul, tentu kita akan sangat merasa kagum, bahkan terpesona, tapi sadarkah kita walau tidak melihat kejadian seperti itu, kita yang telah menerima Sakramen Baptis dan Sakramen lainnya, juga telah dipenuhi oleh Roh Kudus. Sekarang giliran kita untuk menjadi saksi Injil – Nya.
Beranikah kita memberi kesaksian? Bukankah kita yang telah menerima Sakramen – Sakramen telah dilantik oleh Tuhan sendiri untuk menjadi saksi Injil – Nya?
Kita yang telah menerima kuasa Roh melalui Sakramen – Sakramen dalam Gereja – Nya, tidak perlu takut dan bimbang untuk menjadi pewarta Injil. Jangan menutup diri untuk Tuhan, jangan menonjolkan diri sendiri. Lepaskan segala kepentingan dan keinginan pribadi. Biarlah Kristus saja yang semakin dikenal dan dirindukan banyak orang. Lakukanlah dengan penuh sukacita dan rasa syukur, tanpa pamrih. Biarlah Tuhan melakukan apa saja yang Tuhan kehendaki, sesuai rencana – Nya, supaya buah – buah yang dihasilkan sesuai dengan kehendak – Nya.
Menjadi saksi Kristus memang bukan berarti hidup kita selalu lurus – lurus penuh sukacita tanpa permasalahan. Bisa jadi kita akan menderita karena – Nya. Persoalan hidup yang kita hadapi pasti masih tetap ada.
Seorang sahabat mengirimkan pesan. Dalam pesannya  ia mengatakan :” Seorang yang dekat dengan Tuhan bukan berarti tidak ada air mata. Seorang yang taat pada Tuhan bukan berarti tidak ada kekurangan. Seorang yang tekun berdoa bukan berarti tidak ada masa – masa sulit. Tapi orang tersebut akan selalu mengalami penyertaan Tuhan…seandainya bergumul pasti ada harapan. Seandainya di padang gurun pasti dipelihara Tuhan.Seandainya masih dalam proses pasti akan dipromosikan Tuhan.Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Tuhan tahu waktu yang tepat untuk memberi yang terbaik untuk kita”.
Bila kita hidup dalam kepenuhan Roh, maka hidup ini akan terasa ringan, walau harus menghadapi banyak perkara, karena cara pandang kita terhadap persoalan hidup akan berubah. Kita percaya Tuhan akan memberi jalan keluar dalam setiap permasalahan kita. Hidup kita penuh harapan sebab Tuhan hidup dalam kita. Kita tentu akan bisa menghadapi setiap permasalahan karena bukan “ aku “ lagi yang mengatasi segalanya, tetapi “ Dialah “ yang penuh kuasa yang tinggal di dalam aku, yang akan menuntun dan menunjukkan jalan – Nya. Santo Paulus memberikan kesaksian “ aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku “. (Gal 2 : 20)
Semoga kita yang telah menerima kuasa Roh melalui Sakramen – Sakramen dalam Gereja – Nya, mau membuka hati kita untuk –Nya, agar Roh Tuhan bekerja dalam diri, dalam hidup kita. Tuhan memberkati. (eestee)

Renungan

Jika Aku Gayus Tambunan
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku ... (Mzm 27:1)


SAAT Itu aku tidak melakukan usaha bisnis dan masih asyik menyimak acara televisi mengenai jalannya persidangan vonis untuk Gayus H. Tambunan. Dan hakim pun untuk terakhir kalinya mengetukan palu sidang. Terdakwa Gayus telah divonis bersalah dalam dakwaan melakukan tindak pidana korupsi dan telah dijatuhi hukuman kurungan penjara selama tujuh tahun. Waktu yang bukanlah sedikit untuk kembali melakukan permenungan dan merefleksikan dirinya kembali, untuk hidup di jalan terang Tuhan.
Banyak orang mulai kembali berkomentar seputar masalah Gayus, lalu berkata ini dan itu dari peristiwa tadi. Kupikir, ada yang sudah memberikan banyak tanggapan positif, tetapi ada pula yang mengomentari banyak hal masalah presiden yang seolah-olah tak punya nyali untuk memberantas korupsi, mafia hukum dan juga pajak, keterkaitannya dengan Gayus Tambunan.
Sajian utama majalah ini adalah, “Api Kecil Yang Lembut.” Api merupakan zat sebagai asal-muasal terang atau cahaya. Kita tak dapat membayangkan apa jadinya bumi ini tanpa cahaya matahari, sumber api di bumi.
Tetapi kini tinggal api kecil yang lembut. “Dapatkah api tadi menerangi seisi dunia?” Dapat, dan tidak mustahil. Karena dunia yang dimaksud adalah aku yang juga seperti Gayus yang telah banyak berbuat dosa pada Allah. Bedanya dosaku tak nampak dipermukaan hakim dan  hakim pun meluputkan aku dalam perkara  sehingga aku tak divonisnya, tetapi Gayus Tambunan. Walaupun demikian kita meninggalkan sebuah pertanyaan, “masih maukah aku datang bertatap sebentar dikedinginan dosa yang menusuk hingga ke tulang sumsumku, pekat dan kelam, pada api kecil yang lembut itu?”
Tuhan Yesus adalah terang dunia yang sumber serta asal muasalNya adalah Allah sendiri, Roh Kudus.
Aku yang sudah banyak berbuat dosa dan pelanggaran terhadap Allahku seharusnyalah dapat datang dan berserah diri pada Tuhanku, Yesus, tapi tak lagi juga mampu. Karena dari awalnya, duniaku ini diciptakan hanya untuk aku, tetapi bukan untuk saling berseteru menyalahkan banyak pihak untuk “cari amannya sendiri” seperti yang pernah dilakukan oleh Gayus dalam komentar curhatnya. Dan ini terjadi setelah sidang usai tetapi masih menyisakan sebuah pikiranku, “dia itu mau ikut pemerintah untuk memberantas korupsi ataukah hanya untuk cari sensasi yang cuma menambah keruhnya suasana?”
Aku yang sudah juga bersalah dan sama-sama dihukum Allah atas pelanggaranku dan juga dosa-dosaku harus belajar dari sikap dan kata-kata Dismas. Dia berkata kepadaku, “Ia yang bersamaku disini, di Golgota, tak layak mendapatkan hukuman seperti kita.” Dan Dismas yang kala itu bersama Tuhan, aku dan Gayus di tiang salib masih berkata padaku, “Ipung ..., tidakkah engkau ini menjadi takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita. Tetapi orang ini, Tuhan Yesusmu dan kita, tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Dan seharusnya aku mau mengamini sikap dan kedewasaan dan teguran Dismas serta tak boleh aku menang sendiri.
Sekarang, pertanyaan kita lagi, “sudah beranikah aku mengambil resiko setelah berbuat dosa dan juga bersikap sama seperti Dismas dalam menerima hukuman Allah?” Sebab presiden kita pun akhirnya tak luput jadi bahan hujatan banyak orang atas perkara Gayus  bahkan secara moral dan etika juga turut dihakimi dan “dihukum” rakyatnya sendiri.
Tuhan Yesus, Dismas, bapak Presiden, aku serta Gayus kini telah menjadi terhukum. Dan kini, “siapa yang sudah datang dan berseru pada bapa, Allah kita, pada FirmanNya yang hidup, api kecil yang lembut agar dapat menerangi keangkuhan hati karena dosa, serta melembutkannya dari belenggu akibat dosa dan penderitaanya untuk memohonkan ampunan Bapa?”
Kita harus banyak belajar dari Tuhan dan juga bersikap layaknya Dismas dalam menerima hukuman Allah.
Dismas mau menerima resiko bersalah, tetapi ia datang kepada Bapa melalui api kecil yang lembut sebab kataNya , “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.”
Baiklah aku mau datang bersama Dismas kepada Tuhan Yesus dengan takut dan rasa hormat dan dengan setia mau mendengarkan banyak dari firmanNya disisa hidupku ini, lalu menyimpannya serta merenungkannya lalu berbuat seperti yang telah diperintahkanNya karena Tuhanlah terang dan keselamatanku, sehingga aku pun mampu berdoa kepadaNya, “Tuhan Yesus, ampunilah kami, rakyat Indonesia, Dismas, Bapak Presiden, aku dan juga Gayus Tambunan atas kesalahan kami masing-masing karena kebobrokan etika serta moral bangsa ini di bumi Indonesia tercinta dalam usaha kecil kami sehari-hari, dan hapuskan segala kesalahan serta dosa-dosa kami umatMu juga derita karenanya dan biarkanlah kami kembali bersama rahmatMu, api kecil yang lembut sehingga kami menjadi pijar terangNYa di bumi Firdaus Indonesia yang indah, yang telah Kau ciptakan dan jadikan hanya untuk kami, umatMu bangsa Indonesia. Amin.” (Ipung)

Renungan

Kesombongan Membawa Kesulitan

Konon ada sepotong besi yang dikenal sangat kuat. Banyak yang berkeinginan untuk mencobai kekuatannya. Karena menurut mereka ia hanyalah sepotong besi kecil yang bisa dengan mudah dihancurkan. Gergaji, martil, kampak dan api berkumpul untuk membuktikan bahwa mereka bisa menghancurkan besi tersebut.
“Saya akan maju terlebih dahulu untuk menghancurkan besi kecil itu,” kata kampak. Ia pun mulai menhantamkan tubuhnya ke atas besi kecil itu, tetapi setiap kali menghantam, ia semakin tumpul karena besi kecil itu ternyata sangat kuat. Kampak pun akhirnya menyerah dan mempersilahkan yang lain untuk mengadu kekuatan dengan besi kecil.
“Biar saya yang menaklukkannya,” ujar gergaji. Mulailah gergaji bergerak maju mundur, tetapi setiap gerakan membuat gigi-giginya rontok. Setelah tidak ada lagi gigi gergaji yang tersisa, ia menyerah dan mengaku kalah.
“kalau yang lain gagal, saya pasti bisa menaklukkan besi kecil itu,” kata martil yang dari tadi menunggu giliran. “Tuuunggg…” bunyi hantaman martil yang keras menghantam besi kecil. Seketika kepala martil terpental dan besi kecil tetap tak bergeming.
Kini giliran api kecil yang lembut. “Boleh saya mencoba melakukannya?” tanya api kecil merendah. Mendengar permintaan api kecil, semua yang ada mengejeknya, “Kami saja yang terkenal kuat tidak bisa menghancurkan besi kecil itu, apalagi kamu.”
Api kecil maju perlahan-lahan dan mulai melingkar di sekitar besi kecil yang kuat. Ia memeluk erat besi kecil dan tidak melepaskan pelukannya hingga besi itu meleleh karena pengaruh panas dari api kecil tadi. “Menakjubkan,” sahut semua yang menyaksikan.
Sumber: Renungan Manna Sorgawi (3/07/09)
Seseorang yang memiliki kerendahan hati dan bisa menempatkan dirinya dengan baik, akan lebih berharga di hadapan Tuhan. Sangatlah berbeda dengan orang yang memiliki kesombongan dalam dirinya, orang ini hanya akan memposisikan dirinya menjadi seseorang yang tidak pantas di hadapan Tuhan. Amsal 13: 10 mengatakan, “Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat.” Kesombongan akan muncul dan bercengkerama dalam diri manusia tersebut jika manusia tersebut mengijinkan dosa kesombongan ada di dalam hatinya. Ketika manusia menjadi sombong, maka dia memposisikan dirinya sebagai orang yang tidak membutuhkan bantuan Tuhan dan merendahkan bantuan-Nya. Ingat, bahwa kita manusia memiliki keterbatasan, dan hanya Tuhanlah yang tidak terbatas. Tentu sadar atau tidak sadar, kita akan merasa sangat membutuhkan Tuhan. Tetapi ketika manusia itu sombong, maka dia menghina Tuhan dan melepaskan Tuhan dari dirinya. Sangatlah ekstrim bukan? Dalam kisah diatas, gergaji, martil dan kampak terlihat sangat menyombongkan diri mereka ketika mereka melihat sepotong besi yang terlihat mudah dihancurkan. Sangat berbeda dengan sosok api kecil yang merendahkan hati dan memakai dirinya yang terlihat lemah dan kecil dihadapan teman-temannya itu untuk menunjukan bahwa kecil itu tidaklah hina. Tetapi, bedakanlah antara rendah hati dan rendah diri. Rendah diri adalah sikap hati yang menganggap dirinya begitu rendah daripada orang lain. Sedangkan rendah hati adalah sikap hati yang menganggap dirinya sama seperti orang lain dan menghargai/menghormati kemampuan orang lain, serta tidak meninggikan dirinya. Rendah diri pun tidak diperkenankan dihadapan Tuhan. Diri kita ini adalah sosok yang luar biasa berharganya dihadapan-Nya. Mengapa manusia sampai melukiskan/menggambarkan diri-Nya selalu memiliki kekurangan? Padahal setiap manusia memiliki talenta masing-masing yang dipercayakan Tuhan untuk dapat dikembangkan sesuai kemampuan manusia itu. Tidak ada talenta yang besar dan kecil, tetapi yang ada adalah seberapa banyak kita melakukan usaha kita untuk melipatgandakan talenta yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Jadi, tidak ada alasan manusia untuk meremehkan orang lain atau meremehkan dirinya sendiri. Atau bahkan berlaku sombong. Kesombongan muncul saat manusia tersebut marah, membentak, dll. Kesombongan dapat didefinisikan sebagai sikap yang tidak mau mengandalkan Tuhan. Bukan hanya didefinisikan sebagai sikap yang berjalan sambil melihat keatas (tinggi hati). Kesombongan menjadikan dirinya sebagai fokus yang begitu penting. Ia mendewakan dirinya sendiri sampai-sampai si “aku”nya telah menjadi allahnya. Ketika si “aku” telah menjadi allahnya, maka ia mudah tersinggung. Ia minta dilayani, diperhatikan dan dimengerti. Jika tidak, ia akan marah (Kesembuhan emosional, Tanpa Tahun: 65)
Tuhan sangat membenci dosa kesombongan, bahkan kesombongan merupakan dosa terbesar. Apakah penyebab Tuhan mengusir malaikat Luziver dari Surga? Oleh karena kesombongannya itulah yang membuat dia diusir oleh Tuhan. Dia ingin setara seperti Tuhan dan ingin berkuasa, dipuja-puja sama seperti Tuhan. Inilah yang membuat dirinya jatuh dalam dosa dan diusir dari Surga. Apakah kita ingin diperlakukan sama seperti Luziver? Kesulitan apa yang terjadi hingga dosa kesombongan menjadi begitu krusial? Kesulitan untuk bersekutu dengan Tuhan, bahkan kesulitan untuk dapat memiliki hidup yang damai di dunia dan di Surga bersama Tuhan. Dosa ini sangatlah rentan terjadi. Maka, kita tidak akan sanggup terlepas dari dosa ini tanpa berdoa meminta ampun dan memohon supaya Tuhan memberi kita kekuatan besar untuk terlepas dari dosa ini. Ingat, bahwa rasa sombong tidak berkenan di hati Tuhan. Biarlah Tuhan yang membuat diri kita besar dan biarlah Tuhan yang membuat setiap tindakan kita berhasil. Maka, Tuhan yang akan meninggikan kita.
Pelajaran yang kedua ialah hati yang keras hanya dapat ditaklukkan dengan kelemah lembutan. Semakin kita keras, ia akan lebih keras. Maka, tidaklah heran ketika kampak dan teman-temannya begitu sulit menghancurkan besi tersebut. Kekerasan hati hanya dapat diluluhkan dengan hati yang lemah lembut. Berikan pengertian pada orang yang tidak ingin mendengarkan. Berlakulah dengan tidak keras hati sehingga mampu meluluhkan batu yang keras. Keras hati yang dimaksud adalah amarah, dendam, dll emosi yang sangat keras dan terlihat sulit untuk dilembutkan. Ingatlah bahwa dalam menyelesaikan perkara tidak akan mudah diselesaikan jika melalui cara kekerasan. (mgf)

Percikan Pengalaman

Masa Kecilku Menjadi Terang Untukku Masa Kini

AKU Telah ditanamkan rasa disiplin saat aku kecil, walau bapakku bukanlah orang ternama  atau berpangkat tinggi di desa. Masih terngiang-ngiang hingga kini saat beliau berpesan dan memberi nasehat kepadaku, “seorang perempuan tak elok jika harus bangun pagi didahului oleh koko ayam jantan.” Sehingga sejak kecil pula aku sudah terbiasa bangun pagi sebelum saat datangnya subuh, Sekitar pukul 3.00 atau 4.00 jika terlambat.
Banyak kegiatan pagi hari yang telah kulakukan hingga kini, namun tak ada seorang dari keenam anakku yang mau mengikuti kebiasaanku. Setelah bangun pagi aku biasanya mencuci muka, gosok gigi lalu merebus air untuk membuat teh kental panas kegemaran bapak. Selesai membuat teh aku membangunkan bapak, agar beliau dapat menikmati pagi sambil meminum teh buatanku.
Semua kegiatanku di pagi hari itu telah berlangsung otomatis. Dan kemudian kubiasakan pula untuk menghafal kembali pelajaran yang akan berlangsung di sekolah nanti. Kegiatan menghafalkan pelajaran untuk di sekolah sangatlah berarti, apalagi jika akan ada ulangan. Selesai semuanya masih kulanjutkan dengan menyapu halaman rumah diterangi lampu teplok atau dian.
Selesai itu kulanjutkan dengan pergi ke sendang (telaga kecil; red) untuk mandi pagi juga mengambil air yang ditempatkan di buyung, lalu ganti baju kemudian sarapan dan selanjutnya pergi ke sekolah. Usai pelajaran di sekolah aku kembali mengambil dan membawa air karena pergi atau pulang sekolah aku selalu memulai sendang tadi.
Kegiatan demi kegiatan pagi yang kukerjakan dari kecil dan terbawa lagi hingga kini, menjadi kegiatan pagi yang aneh bagi sebagian orang dan selalu menjadi bahan pertanyaan. Apalagi waktu aku masih menjadi guru dan sering aku bepergian ke luar kota untuk misalnya, seminar, retret ataukah up grading guru.
Kebiasaanku yang selalu bangun pagi pada pukul 3.00 tetap kulakukan dan aku pun dengan senang hati mengisi pahgi dengan menyikat kamar mandi, menguras bak mandi, lalu mandi pagi. Selesai semuanya kulakukan, aku berganti pakaian dengan pakaian dinas lalu baca kitab suci sehingga pada pukul 5.00 aku bisa berjalan-jalan kecil sambil berdoa rosario. Sepulang dari jalan-jalan dan berdoa pagi nampak kawan-kawan guru yang baru selesai mandi, tetapi ada juga yang masih tertidur dan belum bangun.
Sedikit  gambaran mengenai diriku ini kini menjadi cermin terang di sisa hidupku yang mendamba api kecil yang lembut yang kuandaikan sebagai Tuhan Yesusku sendiri, karena hidup yang tengah kulalui adalah anugerah-Nya. Peran kecilku dalam kehidupan melayani keluargaku sendiri dan sesama telah membuktikan bahwa pencobaan apapun itu dan sering menimpa keluargaku, aku masih membutuhkan Dia sang Raja terang, untuk menerangi hati ini.
Dan akupun percaya bahwa segala macam kegiatanku dari usia dini hingga aku  kini yang telah uzur dan lapuk dimakan usia, membawa aku tetap hidup dalam pelayanan-Nya. Semuanya bukanlah resiko hidup tetapi sudah menjadi semacam suratan-Nya dalam aku mengikuti Tuhanku, Yesus. Bukankah Tuhan sendiri yang  bersabda, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.” (Mrk 8:34)
Dari ayat Injil Tuhan ini aku lantas belajar mengerti karena pelayananku. Pelayanan yang kumaksudkan adalah untuk pelayananku pada keluarga dan sesama adalah tugas aku sebagai seorang Kristiani yang mau mengikuti Dia dalam memanggul salib. Sering dalam usaha melayani ini aku membuat akronim “KADO PERMEL,” yang artinya KA, “Kitab Suci,” DO, “Doa,” PER, “Persekutuan,” dan MEL, “Melayani.” Dan kuuraikan menjadi, “Aku harus menyimak Kitab Suci dan merenungkannya dalam hatiku dibarengi dengan doa untuk berkomunikasi dengan Tuhanku, Yesus dalam persekutuan dimana aku berada, tinggal dan diam untuk usaha pelayananku.”
Dan oleh karenanya aku selalu mendapatkan inspirasi terang–Nya dalam hidupku berkeluarga dan untuk sesama dari keluarga Tuhan sendiri. Aku harus belajar banyak melalui gambaran sosok Bundaku Maria, sang perawan sejati dalam hidupku selain Tuhan sendiri ada-Nya. Bunda Maria buatku seakan-akan, adalah pribadi yang selalu menyalakan api untuk Terang itu kalau aku dirundung malang dan petaka dalam pergumulan  hidup. Tetapi semuanya belumlah juga berakhir jika aku tidak memasrahkan diri ini pada Bapa, sang penguasa di hatiku sehingga aku dapat secara sempurna diisi dan diberikan kekuatan batin agar aku mampu bertahan di sisa hidupku ini.
Dan semuanya adalah cermin terang dari masa laluku yang teguh kusimpan sampai detik ini untuk Tuhanku, Kristus Yesus. (Christien Dwidjo)

Terminal Puisi

Firman Hidup

Kala ku tahu perihal dosa dan akibatnya, tetapi mengabaikannya
Aku pun lantas terjerembab dalam jurang maut yang begitu kelam

Kala aku sengaja mencobai Dia untuk aku bertahan hidup, aku pun
Kau peringatkan akan hal kasih Allah

Tuhan Tesus, Kaulah api kecil yang lembut yang harus hidup di hati ini

Firman Hidup itu, biaralah api kasihMu menerangi hati yang selalu
Gusar dan gundah karena dosa, pencobaan dan akibatnya

Kini, api kecil yang lembut yang membuat aku tak lagi mampu menyembunyikan segala dosa,
agar aku tak lagi berkalang derita

Hiduplah di hatiku Tuhan agar aku dapat menjadi terang sesama
Berilah aku Roh itu agar aku tak lagi bercerminkan dosa
Oh ... api kecil yang lembut, Engkau adalah Firman Hidup itu bagiku

(Ipung)

Info Paroki

Baptis Bayi :
06/02/2010:
Andrew Valerio Caesar (anak kel. Fransiskus Candra – Jl. Suryakencana 228H, Bogor)
Angelica Budi Widyadhana (anak kel. Edward Budi Hartadi Soewarno – KP. Cincau 20 RT.04 RW.08 Bogor)
Beatrix Virginia Wijaya (anak kel. Felix Pradianto Wijaya – Komp. Perumda I Blok C11 Bogor)
Fransisca Natalia Nadine Aditya Tirtarahardja (anak kel. Fransiskus Agustinus Tirtarahardja – Jl. Suryakencana 214/192 Bogor)
Claudio Gabriell Kuock (anak kel. Ferdinandus Soeharto Kartiadi – Komp. Alam Tajur Residence A/3 Bogor
Leonard Jericho Marcyano (anak kel. Marcianus Wimin Hendra – Jl. Sekip 53 Lawang Gintung Bogor)
Margaret Emily Reveta Mayangkoro (anak kel. Reski Mayangkoro – Muara Baru A12)
Maria Teresa Mirelle Evangelina Kaptein (anak kel. Franciscus Paulus Daniel Kaptein – Jl. Sedap Malam II/8 Komp. Pakuan Bogor)
Mikael Maxwillian Diventio Junior (anak kel. Andi Hermawantiadi – Jl. Perkesa  Cipaku – Bogor)
Raphael Deven Sutandi (anak kel. Ferdinan Rahmat Kusuma Sutandi – Perum Permata Pamoyanan C/11A)
Stanislaus Sean Richard Derrenson (anak kel. Denny – Jl. Raya Caringin 168   Bogor)
Stefanus Evan Purnomo (anak kel. Yohanes Muljo Purnomo – Jl. Pahlawan 41 Bogor)
Stephanus Praditya Putra (anak kel. Agustinus Djoko Prakoso – Jl. Lawang Gintung Gg. Badak Putih 22 Bogor)
Theresia Zefanya Simanjuntak (anak kel. Parningotan Simanjuntak – Jl. Batutulis 139 Bogor)

Berita Duka:
18/02/2011:Emiliana Suhardi Halim (56 thn) dari Jl. Pahlawan 78 Bogor. Dikremasikan pada tgl. 20/02/2011 di Oasis.

Kalender Liturgi April 2011

Ujud Umum : Melalui pewartaan Injil yang mengena, semoga kepada orang muda di Gereja mampu memberikan semangat baru dan keberanian untuk memaknai hidup.
Ujud Misi : Melalui pewartaan Injil dan kesaksian hidup, semoga para misionaris dibuat mampu membawa Kristus kepada mereka yang belum mengenalnya.
Ujud Gereja Indonesia : Semoga Hari Bumi (22 April) turut menumbuhkan kepedulian dan tanggung jawab bersama dalam memelihara ibu-bumi agar tetap layak huni.

Jumat, 1 April 2011: Hos. 14:2-10; Mrk. 12:28b-34; Ibr. 5:11-6:8
Sabtu, 2 April 2011: Hos. 6:1-6; Luk. 18:9-14; Ibr. 6:9-20
Minggu, 3 April 2011: Hari Minggu Prapaskah IV 1Sam 16:1b,6-7,10-13a; Ef. 5:8-14; Yoh. 9:1-41 (Yoh. 9:1,6-9:1-41 (Yoh. 9:1,6-9,13-17,34-38); Ibr. 7:1-11
Senin, 4 April 2011: Yes. 65:17-21; Yoh. 4:43-54; Ibr. 7:11-28
Selasa, 5 April 2011: Yeh. 47:1-9,12; Yoh. 5:1-16; Ibr. 8:1-13
Rabu, 6 April 2011: Yes. 49:8-15; Yoh. 5:17-30; Ibr. 9:1-14
Kamis, 7 April 2011: Kel. 32:7-14; Yoh. 5:31-47; Ibr. 9:15-28
Jumat, 8 April 2011: Keb. 2:1a,12-22; Yoh. 7:1-2,10,25-30; Ibr. 10:1-10
Sabtu, 9 April 2011: Yer. 11:18-20; Yoh. 7:40-53; Ibr. 10:11-25
Minggu, 10 April 2011: Hari Minggu Prapaskah V Yeh. 37:12-14; Rm. 8:8-11; Yoh. 11:1-45 (Yoh. 11:3-7,17,20-27,33b-45); Ibr. 10:26-39
Senin, 11 April 2011: Dan. 13:1-9,15-17,19-30,33-62 (Dan. 13:41c-62); Yoh. 8:1-11; Ibr. 11:1-19
Selasa, 12 April 2011: Bil. 21:4-9; Yoh. 8:21-30; Ibr. 11:20-31
Rabu, 13 April 2011: Dan. 3:14-20,24-25,28; Dan. 3:52,53,54,55,56; Yoh. 8:31-42; Ibr. 11:32-40
Kamis, 14 April 2011: Kej. 17:3-9; Yoh. 8:51-59; Ibr. 12:1-13
Jumat, 15 April 2011: Yer. 20:10-13; Yoh. 10:31-42; Ibr. 12:14-29
Sabtu, 16 April 2011: Yeh. 37:21-28; Yer. 31:10,11-12ab,13; Yoh. 11:45-46; Ibr. 13:1-25
Minggu, 17 April 2011: HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN Mat. 21;1-11; Yes. 50:4-7; Flp. 2:6-11; Mat. 26:14-27:66 (Mat. 27:11-54); Yer. 22:1-8; 23:1-8
Senin, 18 April 2011: Yes. 42:1-7; Yoh. 12:1-11; Yes. 52:13-53:12
Selasa, 19 April 2011: Yes. 49:1-6; Yoh. 13:21-33;36-38; Yer. 11:18-12:13
Rabu, 20 April 2011: Yes. 50:4-9a; Mat. 26:14-25; Yer. 15:10-21
Kamis, 21 April 2011: Yes. 61:1-3a,6a,8b-9; Why. 1:5-8; Luk. 4:16-21; Yer. 20:7-18 Sore: KAMIS PUTIH Kel. 12:1-8;11-14; 1Kor. 11:23-26; Yoh. 13:1-15
Jumat, 22 April 2011: HARI JUMAT AGUNG Yes. 52:13-53:12; Ibr . 4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1-19:42
Sabtu, 23 April 2011: HARI SABTU SUCI Ibr. 4:1-16
Minggu, 24 April 2011: HARI RAYA PASKAH KEBANGKITAN TUHAN Kis. 10:34a; 37-43; Kol. 3:1-4; 1Kor. 5:6b-8; Yoh. 20:1-9
Senin, 25 April 2011: Kis. 2:14,22-32; Mat. 28:8-15; 1Ptr. 1:1-21
Selasa, 26 April 2011:  Kis. 2:36-41; Yoh. 20:11-18; 1Ptr. 1:22-2:10
Rabu, 27 April 2011: Kis. 3:1-10; Luk. 14:13-35; 1Ptr. 2:11-25
Kamis, 28 April 2011: Kis. 3:11-26; Luk. 24:35-48; 1Ptr. 3:1-17
Jumat, 29 April 2011: Kis. 4:1-12; Yoh. 21:1-14; 1Ptr. 3:18-4:11
Sabtu, 30 April 2011: Kis. 4:13-21; Mrk. 16:9-15; 1Ptr 4:12-5:14