Senin, 01 Maret 2010

Cover Maret 2010

Redaksi Menulis

Sebagai umat Kristiani, kita mengemban tugas untuk ikut ambil bagian dalam mewartakan kasih dan karya keselamatan Allah. Tugas pewartaan dan pelayanan ini bukan hanya melekat pada kalangan berjubah (biarawan, biarawati, rohaniwan, dsb.) melainkan juga menjadi tugas dan panggilan kita.
Pewartaan akan kasih dan karya keselamatan Allah tidak hanya menjadi tanggung jawab para Pemimpin Gereja, tapi juga seluruh anggota gereja (kalangan awam). Tuhan memanggil kita untuk menjadi perpanjangan namaNya. Oleh karenanya kita semua dapat ikut ambil bagian dalam pelayanan dan pewartaan sesuai dengan talenta dan bidang masing-masing.
Ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh, demikian Santo Paulus berkata. Hal ini merupakan gambaran, bahwa Allah telah memberikan talenta yang berbeda-beda pada setiap umatNya yang dipersatukan sebagai pengikut Kristus. Marilah kita berusaha untuk terlibat dalam kehidupan menggereja, sekecil apapun, di dalam Rukun, Lingkungan, Wilayah ataupun Paroki. Syaratnya, kita harus selalu rendah hati dan bersedia dibimbing Roh Kudus. Allah sendiri yang akan memberikan daya, sehingga kita mampu melaksanakan panggilan kita masing-masing. Jadi, tunggu apa lagi? Aku harus ikut ambil bagian !!!

Stop Press

Naskah tanpa disertai nama/alamat jelas, tidak akan dimuat. Bagi Anda yang berminat mengirimkan tulisan untuk majalah BP, kami cantumkan tema Sajian Utama, sehingga Anda dapat menyesuaikan dengan isi majalah ini. Naskah diketik maksimum 4 halaman, 1½ spasi.
Naskah/iklan harus masuk ke meja Redaksi se-lambat-lambatnya tanggal 14 bulan sebelumnya.
Di samping nama samaran, harap cantumkan juga nama jelas dan alamat Anda untuk keperluan redaksi.

April 2010 : Menghargai dan mengasihi Ibu
Mei 2010 : Tuhan Punya Jalan Keluar
Juni 2010 : Jika Engkau Setia

AKU HARUS IKUT AMBIL BAGIAN


R oda kehidupan terus berputar. Waktu terus berjalan. Kini kita merasakan betapa kuatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi kehidupan kita. Terkadang kita terpengaruh arus kehidupan yang seba instan, segala sesuatunya diukur dari segi materi, status dan gengsi. Kondisi seperti ini akan semakin membawa kita kepada sikap egois dan tidak peduli kepada sesama dan lingkungan kita. Akibatnya, keharmonisan hubungan kita dengan Sang Pencipta, sesama dan lingkungan alam raya lambat laun akan terganggu bahkan rusak.
Sebagai umat Kristiani, apakah kita terpanggil untuk ikut bertanggung jawab memulihkan kembali indahnya harmonisasi kehidupan? Ataukah kita sendiri yang justru ikut merusaknya dengan sikap egois dan ketidakpedulian kita? Sebagian orang merasa bahwa ini zaman edan (gila), kalau tidak ikut edan tidak akan kebagian…begitulah, akhirnya orang mencari pembenaran diri atas sikapnya yang egois, sodok sana sodok sini, mengorbankan orang lain demi kepentingan dirinya. Arus kehidupan seperti ini semakin deras, dan bisa menyeret kita sehingga kita hanyut di dalamnya.
Allah memilih dan memanggil kita untuk menjadi perpanjangan tanganNya, yaitu ikut terlibat dalam mewartakan kasih dan karya keselamatan Allah. Kita harus ikut ambil bagian dalam memulihkan keharmonisan hubungan tadi. Pada awal kehidupan, Allah memberikan rahmat kepada manusia berupa talenta secara gratis, cuma-cuma, bahkan dilandasi dengan kasih. Oleh karenanya manusia semestinya menggunakan talenta dan rahmat Allah yang ada padanya untuk berbuat baik, untuk perkembangan dirinya dan orang lain.
Dalam kehidupan menggereja, kita harus ikut ambil bagian. Sekecil apapun kita dapat ikut berperan dalam kegiatan di Rukun, Lingkungan, Wilayah atau Paroki. Ada banyak anggota, tetapi hanya sartu tubuh, demikian Santo Paulus berkata. Hal ini menggambarkan, bahwa Allah telah memberikan berbagai rahmat dan karunia kepada umatNya yang dipersatukan sebagai pengikut Kristus. Justru rahmat dan talenta yang berbeda-beda itu dapat saling melengkapi dan menyem-purnakan, sehingga kasih Allah dimuliakan di dalamnya. Ada yang berperan sebagai pemimpin, ada yang menjadi pewarta, ada yang melayani. Ada yang memuji Allah dengan lagunya bak malaikat bernyanyi, ada yang membacakan firman Allah, ada yang menjadi petugas TTK, ada yang menjadi bidadari-bidadari yang menghias altar dengan merangkai bunga, ada yang memuliakan Allah melalui tulisan-tulisannya, dst. Kita lakukan semua itu dengan tulus dan semangat kerendahan hati, agar Tuhan memberikan daya kepada kita. Tuhan sendiri yang akan menuntun kita, bagaimana dan apa yang akan kita lakukan, sehingga namaNya semakin dimuliakan. Mari kita sadari. Aku dicintai Allah, maka aku harus ambil bagian dalam mewartakan kasih dan karya keselamatanNya. (E. Sri Hartati)

Aku Harus Ambil Bagian

Sebagai orang Kristiani, kita pasti mempunyai pengharapan di dalam hidup ini. Apakah pengharapan iman kita itu? Tidak lain adalah keselamatan, yaitu hidup yang berkebahagiaan total dan kekal. Kebahagiaan total menyangkut kebahagiaan hidup tubuh jasmani dan rohani bagi semua orang, sedangkan kebahagiaan kekal menyangkut kebahagiaan hidup pada masa sekarang ini, di dunia fana ini, maupun dan terutama untuk hidup di kediaman bersama para malaikat dan para kudusNya yang sempurna di surga.
Namun dalam perjalanan hidup untuk menggapai pengharapan tersebut diperlukan perjuangan dan pengorbanan seperti yang telah dialami Yesus dalam karyaNya untuk menyelamatkan umat yang dikasihiNya. Dan untuk itulah maka aku harus ambil bagian, agar perjuangan dan pengorbanan yang kulakukan selama hidup di dunia ini tidak sia-sia, akan berkenan dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Memang keselamatan itu rahmat Allah, karunia dari Tuhan yang diberikan dengan cuma-cuma dan melampaui kodrat kita. Rahmat itu sungguh-sungguh menguduskan kita, maka rahmat itu kita sebut Rahmat Pengudus. Rahmat Pengudus itu dapat hilang: “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar”. (Yoh 15:6)
Pada waktu memberikan rahmat itu, Tuhan menuntut kerja sama kita. Tetapi bila kita kehilangan rahmat itu, maka Tuhan akan kecewa dan mengeluh karena Dia telah melakukan segalanya demi untuk keselamatan manusia, tetapi manusia tidak menghendakinya: “Apakah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggurKu itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam” (Yes 5:4). Bahkan manusia menentang, melawan dan sampai membunuh nabi-nabi, para rasul, juga Putera yang diutusNya: “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Luk 13:34-35).
Saat kita lahir di dunia fana ini Tuhan tidak mem-butuhkan kerja sama kita. Tetapi untuk dapat ambil bagian dalam hidup di kediaman bersama para kudus di surga, Tuhan sangat membutuhkan kerja sama kita. Kehendak Tuhan yang bagaimana yang harus kita lakukan dalam kerja sama tersebut? Ia mengajar kita tentang jalan-jalanNya dan kita harus ambil bagian untuk menempuh jalan Tuhan tersebut dan untuk itu tidak ada tawar-menawar. Jalan Tuhan itu tidak di-temukan oleh manusia sendiri, tetapi selalu harus datang dari Tuhan, diwahyukan dari atas, dan manusia menerima pewahyuan, menempuh jalan itu, dengan bimbingan orang lain, melalui Gereja, orang tua, guru, ini merupakan tradisi. Yang perlu diingat hanya Dialah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).
Melihat pengalaman dua orang murid Yesus yang berpapasan denganNya di perjalanan: “Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka” (Luk 24:13-15), mungkin Anda akan berkata di dalam hati: “Berbahagialah mereka yang telah beruntung boleh berjalan bersama-sama dengan Tuhan; coba, aku adalah salah satu dari dua murid tersebut, sungguh sangat membahagiakan!” Sesungguhnya kebahagiaan itu telah disediakan oleh Yesus ketika Dia berkhotbah di bukit (Mat 5:3-12).
Yesus menyebut berbahagia orang miskin, orang lapar, orang yang murah hatinya dan mereka yang suci hatinya, mereka yang menderita karena dianiaya. Yesus menyebut mereka berbahagia karena mereka diperhatikan secara khusus oleh Allah; mereka adalah buah hati istimewa dari Allah. Dalam ucapan bahagia itu Yesus menyatakan dan memproklamasikan Kerajaan Surga sebagai suatu kenyataan yang sekarang sudah tampak, yang mengutamakan orang miskin, yang bersifat belas kasih, keadilan, dan cinta kasih. Pada saat kedatanganNya dahulu Dia hanya mendapat tempat di kandang, bukan di penginapan, dan pada saat kedatanganNya nanti dalam kemuliaanNya, Ia bukan mencari penginapan, tetapi akan memberikan KerajaanNya kepada mereka yang berkenan padaNya (Mat 25:34). Apa yang dikatakanNya, apabila Ia akan memberi KerajaanNya? Yaitu: “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah mela-kukannya untuk Aku” (Mat 25:35-36, 40). Karena itu kita diajak untuk mengikuti Kristus, ikut ambil bagian di dalam melakukan perintah-perintahNya. Ia ada bersama kita dalam diri kita sendiri. Tidaklah tanpa alasan Ia telah berkata: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. (Mat 28:20).
Kalau kita mengikuti Kristus, kita mengenaliNya tidak dengan tubuh kita, tetapi dengan hati kita. Tidak dengan mata badan, tetapi dengan mata iman. Betapa mulianya kenaikanNya ke surga, betapa mulianya Ia bersemayam di sisi kanan Bapa. Hanya, kita tidak dapat melihat hal itu dengan mata kita sendiri. Tetapi, kita juga tidak melihatNya bergantung di salib atau menyaksikan kebangkitanNya dari kuburNya. Semua itu kita simpan melalui iman, kita pandang dengan mata hati. Kita dipuji karena kita percaya meskipun tidak melihat. Sebab, orang Yahudi, mereka melihat Kristus. Melihat Kristus dengan mata jasmani tidaklah penting, tetapi percaya kepada Kristus dengan mata hati, itulah hal yang utama. Seandainya Kristus sekarang tampil dalam tubuh dan berdiri di depan kita sam-bil tidak berkata apa-apa, bagaimana mungkin kita tahu siapa Dia? Lagipula, apa manfaat Dia bagi kita jika Ia tidak berkata apa-apa? Maka tidakkah lebih baik Ia berkata-kata dalam Injil dan tidak hadir, daripada Ia hadir dan membungkam? Meskipun begitu, Ia bukan tidak hadir, asal saja kita menyimpanNya di dalam hati. Percaya padaNya, maka kita melihatNya. Ia tidak berdiri di depan mata kita, tetapi Ia memiliki hati kita. Bagi mereka yang kurang percaya Tuhan akan berkata: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Jadi itulah seluruh keimananmu: bahwa engkau percaya apa yang engkau lihat!” Tetapi Aku menganggap berbahagia mereka yang tidak melihat, namun percaya, karena bila mereka melihat, mereka akan bergembira” (bdk Yoh 20:29).
Kemudian pada Mat 28:20 Yesus juga mengatakan: “Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”. Ini perintah Yesus kepada para muridNya untuk memberitakan Injil. Kita dapat melihat perintah Yesus yang disampaikan dalam bentuk positif. Orang-orang Yahudi juga mempunyai perin-tah, tetapi dalam bentuk negatif. Kitab Tobit memerintahkan: “Apa yang tidak kau sukai sendiri, janganlah kau perbuat kepada siapapun” (Tobit 4:15a). Ini dikutip oleh Rabbi Yahudi yang bernama Hillel ketika memberikan instruksi kepada orang Yahudi yang bertobat: “Apa yang menyebalkan kamu, jangan kau lakukan kepada orang lain”.
Di antara orang-orang Timur, Confusiuslah yang mengajarkan suatu ajaran sebagai salah satu prinsip pokok kehidupan, tetapi juga dalam bentuk negatif: “Jangan engkau perbuat kepada orang lain apa yang engkau sendiri tidak ingin orang lain perbuat kepadamu”.
Di antara orang-orang Yunani dan orang-orang Romawi, Epictetus mengutuk perbudakan dengan berkata: “Penderitaan yang anda sendiri menghindarinya, jangan kau timpakan kepada orang-orang lain”. Dengan penuh sesal dalam hatinya, Kaisar Alexander Severus memerintahkan supaya kata-kata yang bijaksana ini diukir pada dinding istananya supaya dia tidak pernah melupakannya sebagai aturan hidup.
Aturan hidup dalam bentuk negatif berarti tidak melakukan sesuatu atau menolak untuk melakukan sesuatu. Tidak melakukan sesuatu itu tidak pernah sulit. Bahwa kita menahan diri untuk tidak berbuat jahat terhadap orang lain bukanlah sesuatu yang istimewa. Orang selamanya dapat menahan diri untuk tidak melakukan yang jahat terhadap orang lain hanya dengan tidak berbuat apa-apa dari pihaknya. Meskipun demikian, dia tetap orang Kristiani yang tidak ada gunanya.
Melakukan sesuatu yang positif itulah yang isti-mewa. Justru ajaran Tuhan Yesus disampaikan dalam bentuk positif, sehingga jauh melebihi ajaran yang disampaikan dalam bentuk negatif. “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 7:12). Di sinilah keunikan ajaran Tuhan Yesus.
Selain itu pada Mat 22:37-40, dikatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Yesus berani menyingkat Hukum Taurat, yang banyak sekali pasalnya menjadi dua Hukum saja. “Kasihi Tuhan dan sesama”. Ia dapat dan berani menyingkat menjadi dua kalimat padat dan mantap. Yang baru dalam rumusan ini ialah penyama-an hukum cinta sesama dengan hukum cinta Allah: kutipan dari Im 19:18 dijajarkan dengan Ul 6:5. Hal ini mungkin akan menjadi jelas, kalau dilihat dari latar belakang Yesus sendiri dalam Perjanjian Baru dan Injil Allah: Ia telah menjadi manusia, “sesama” bagi kita. Yesus dalam penjelmaanNya sebagai manusia justru menyatukan diri penuh dengan yang paling kecil dan paling hina. Yang mengasihi yang kecil dan hina, ber-arti mengasihi Anak Manusia, Allah Putera, yang men-jelma dan menyatukan diri dengan mereka.
Hukum cinta kasih yang melebihi segala adalah jawaban bagi hidup manusia. Masalah-masalah dunia akan terselesaikan jika orang kembali kepada hukum cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Yang mengakui, membenarkan hukum ini, dikatakan sudah tidak jauh dari Kerajaan Allah. (bdk Mrk 12:28-34). Ini berarti juga, bahwa yang tidak menerima, tidak melakukan ini, tetap jauh dari suasana dan lingkungan hidup, dimana Allah meraja. (St. S T).

Ruang Bina Iman

SURAT GEMBALA PRAPASKAH Uskup Bogor 2010

Saudara-saudari umat beriman Keuskupan Bogor yang terkasih,1. Kita akan memasuki masa Prapaskah. Masa ini sering disebut Retret Agung, saat persiapan diri untuk merayakan Paskah Kristus. Dalam masa Prapaskah ini, Gereja menyediakan bagi kita waktu selama 40 hari untuk pertobatan. Pertobatan merupakan isi perjalanan rohani kita. Khusus untuk tahun ini pertobatan kita akan diarahkan ke “akar rumput”, yaitu ke setiap keluarga yang adalah “Ecclesia domestica” (Gereja Rumah Tangga). Pertobatan dalam keluarga bermaksud untuk menata dan menumbuhkan kembali unsur cinta kasih, kesetiaan dan semangat saling mengabdi antara suami-istri, juga antara orangtua dan anak. Semua nilai ini sepertinya sudah mengendur karena perbedaan paham, juga karena tekanan yang mengancam keluarga dari pengaruh perkembangan zaman. Tujuan akhir dari pertobatan itu ialah bahwa cinta kasih mulai bersemi dalam keluarga, sehingga terciptalah keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera (BAHTERA).
2. Oleh karena itu, Gereja telah mempersiapkan Tema Aksi Puasa Pembangunan 2010: “Keluarga Bertanggungjawab”. Gereja mengharapkan bahwa dalam masa Prapaskah setiap keluarga membuat perjalanan rohani menuju keluarga Kristiani yang ideal. Bagi keuskupan kita tema keluarga akan dicanangkan selama tiga tahun, mulai tahun 2010 sampai dengan 2012. Setiap tahun pokok kegiatannya berbeda. Tahun 2010 dikhususkan untuk orangtua, tahun 2011 untuk anak dan remaja, dan tahun 2012 untuk kaum muda.
3. Saudara-saudari yang terkasih, kita mungkin masih ingat, lebih dari satu dekade yang lalu - tepatnya tahun 1994, Perserikatan Bangsa-Bangsa memproklamasikan tahun itu sebagai “Tahun Keluarga”. Prakarsa dan aksi PBB tahun 1994 tersebut sungguh didukung oleh Pimpinan Gereja Katolik, yang juga memproklamasikan tahun yang sama sebagai “Tahun Keluarga”, yang dimulai dari hari Pesta Keluarga Kudus, 26 Desember 1993. Sebenarnya keprihatinan Gereja terhadap keluarga sudah jauh lebih dulu dari itu, ketika Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan Ajakan Apostolik “Familiaris Consortio” tahun 1981.
Sementara itu Keuskupan kita kembali mencanangkan tahun ini sebagai Tahun Keluarga. Bahan-bahan renungan APP 2010 diharapkan dapat membantu keluarga Kristiani mengetahui berbagai tantangan dan masalah yang dihadapinya, dan sekaligus sadar akan tugas perutusan yang dipercayakan kepadanya. Kita juga perlu menyadari bahwa keselamatan pribadi maupun masyarakat manusiawi sangat erat berhubungan dengan kesejahteraan kerukunan perkawinan dan keluarga (lih: GS 47;bdk. GS 52). Karena adanya banyak tantangan dan masalah serius yang dapat menghancurkan persatuan suami dan istri, maka Gereja merasa perlu untuk memberi perhatian khusus dalam hal ini.
4. Dalam rangka menyambut pelaksanaan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia III (SAGKI) 2010, yang akan merefleksikan tema sekitar “Gereja dan Evangelisasi”, kita juga akan merefleksikan perwujudan Evangelisasi ke setiap keluarga. Kita mengharapkan lewat Kebangunan Rohani Keluarga Kristiani (Rekoleksi dan Retret Keluarga Kristiani) terbentuklah Gereja Rumah Tangga, yang siap melaksanakan tugas misioner, yang datang dari Yesus sendiri. Paus Yohanes Paulus II pernah menyatakan bahwa masa depan evangelisasi bergantung sebagian besar kepada “Ecclesia domestica”, Gereja Rumah Tangga/ Keluarga Umat Allah (lih. Familiaris Consortio 52; bdk. LG 11; AA 11; EN 71).
5. Saudara-saudari yang terkasih, suatu kenyataan yang dihadapi setiap keluarga Kristiani dewasa ini adalah terjadinya banyak perubahan akibat pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kita di Indonesia tidak luput dari perubahan itu karena adanya arus globalisasi dan penyebaran informasi lewat media komunikasi yang makin canggih. Kendati kita mensyukuri kemajuan dan perkembangan yang sangat positif, kita juga khawatir dengan dampak negatifnya. Perubahan zaman itu juga mempengaruhi tatanan hidup, nilai-nilai yang dihayati, hubungan interpersonal, dan aspek-aspek lain dari kehidupan manusia. Umat Katolik di Indonesia dan keluarga-keluarga Kristiani di Keuskupan Bogor juga tidak luput dari pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Nilai-nilai keagamaan yang dianut dan dihayati berbenturan dengan gelombang perubahan yang kita hadapi. Hal yang amat dikhawatirkan ialah bahwa perkembangan teknologi di bidang medis atau kesehatan mulai menggerogoti nilai kehidupan keluarga Kristiani. Ada pelbagai percobaan teknologi di bidang medis sudah dirasakan kurang menghormati nilai hubungan suami-istri dan nilai kehidupan manusia.
6. Masalah pastoral Keluarga kapan saja tetap penting dan aktual. Kebahagiaan, keharmonisan, kesejahteraan, keutuhan dan peranan aktif keluarga merupakan hal yang penting, baik bagi Gereja maupun masyarakat. Kualitas hidup suatu masyarakat amat bergantung dari mutu kehidupan setiap keluarga; baik-buruknya mutu masyarakat bergantung dari baik-buruknya mutu kehidupan keluarga-keluarga yang membentuknya. Karena itu, Gereja Katolik selalu memprioritaskan pendampingan dan pembinaan keluarga mengingat keluarga Kristiani adalah Ecclesia domestica. Harapan kita, beberapa sub-tema Pendalaman Iman selama masa Prapaskah ini dapat menggerakkan kita untuk mulai membangun “Ecclesia domestica”. Dengan demikian, Iman Kristiani kita di dalam Gereja menyala kembali di dalam Keluarga.
7. Karena itu masa Prapaskah atau Retret Agung selama 40 hari ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya dengan:
Meningkatkan semangat doa, ikut mengambil bagian dalam renungan saat Pendalaman Iman di lingkungan, mengikuti Jalan Salib di gereja paroki atau kapel.
Membiasakan diri untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci. Jadikan keluarga kita sebagai tempat berdoa, tempat mendengarkan dan melakukan Firman Allah itu.
Menjadikan masa Prapaskah sebagai saat mengarahkan hati untuk membina hubungan baik dengan sesama anggota Keluarga, juga dengan warga Lingkungan. Karena kita semua adalah ciptaan Allah, maka kita perlu menghormati semua ciptaanNya, baik itu sesama manusia, maupun lingkungan hidup kita.
Menjadikan masa retret agung ini sebagai saat beramal-kasih, dengan menyisihkan sebagian dari milik kita. Dengan penuh ketulusan hati dan semangat kasih kita perlu menolong sesama kita yang miskin, sakit, menderita dan berkekurangan, supaya terwujudlah “Keluarga Bahtera” yakni keluarga Bahagia, Harmonis dan Sejahtera.
8. Saudara-saudari umat Keuskupan Bogor yang terkasih. Marilah kita menyiapkan diri dan hati sebaik-baiknya dalam rangka merayakan hari Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Selama masa Prapaskah ini kita doakan secara khusus bagi persiapan dan pelaksanaan SAGKI III 2010. Semoga keluarga kita mengalami pertobatan dan pembaruan hidup, serta mengambil bagian dalam kemenangan Kristus atas dosa dan maut.

SALAM DAN BERKAT APOSTOLIK!
Diberikan di Bogor, 28 Januari 2010
Pada Peringatan Santo Thomas Aquinas
Imam dan Pujangga Gereja

Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM
Uskup Keuskupan Bogor

KETENTUAN PUASA DAN PANTANG

1. KETENTUAN
Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik kanon 1249 bahwa semua umat beriman Kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman Kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut:
Kanon 1250 - Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa Prapaskah.
Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup, hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan kita, Yesus Kristus.
Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap 14 tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke-60; namun para Gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.

2. PETUNJUK
A. Masa Prapaskah tahun 2010 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan Jumat Agung, 2 April 2010.
B. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya, seperti: daging, garam, sambal, es krim, dsb; dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: berlaku boros, marah, iri hati, menggosip, berjudi, minuman keras, mabuk, merokok, dsb, dan lebih mengutamakan serta meningkatkan perbuatan baik bagi sesama. Yang diwajibkan pantang: semua umat Katolik yang sudah berusia 14 tahun. Ada 8 hari wajib pantang: pada hari Rabu Abu dan tujuh hari Jumat selama masa Prapaskah, termasuk Jumat Agung.
C. Puasa berarti pada hari wajib puasa, makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari. Yang diwajibkan puasa: semua umat Katolik yang sudah berusia 18 tahun sampai 60 tahun.

3. CARA UNTUK MEWUJUDKAN PERTOBATAN
A. Berdoa : Selama masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri dan hati kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.
B. Beramal Kasih : Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan beramal kasih, yakni membantu sesama yang miskin, menderita dan berkekurangan. Kami mengajak Anda untuk melakukan aksi nyata beramal kasih, baik pribadi maupun bersama di lingkungan maupun wilayah.
C. Penyangkalan diri : Dengan berpuasa dan berpantang, sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan manusia. Rasul Paulus mengajak kita untuk berani “mati bersama Kristus” (Kol 2:20). Dengan berdoa, berpuasa dan berpantang, kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari, agar lebih baik dan semakin memiliki sifat, watak dan karakter Yesus Kristus.

4. HIMBAUAN
A. Para orangtua hendaknya berusaha agar putera-puterinya yang karena usia belum terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah semangat dan cita rasa tobat yang sejati.
B. Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perkawinan hendaknya memperhatikan masa tobat. Dalam keadaan terpaksa, seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.



Diberikan di Bogor, 28 Januari 2010
Pada Peringatan Santo Thomas Aquinas
Imam dan Pujangga Gereja


Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM

Uskup Keuskupan Bogor 

Panti Asuhan Santo Yusup

Kepada Yth,

Bapak & Ibu
Warga Paroki Gereja St. Fransiskus Asisi
Sukasari Bogor

Dengan hormat,
Putra-putri Panti Asuhan Santo Yusup Sindanglaya, sangat berbahagia menerima uluran kasih anda berupa :
Uang tunai sebesar Rp. 13.718.000    Misa Sabtu sore
Uang tunai sebesar Rp. 24.147.200 + $ 2    Misa Minggu Pagi 1
Uang tunai sebesar Rp. 24.582.000    Misa Minggu Pagi 2
Uang tunai sebesar Rp. 13.253.000    Misa Minggu sore

Total    Rp. 75.700.200 (Tujuh Puluh Lima Juta Tujuh Ratus Ribu Dua Ratus Rupiah) + $ 2

Uluran kasih itu begitu tulus menggenggam tangan mereka, sangat membantu kehidupan dan biaya pendidikannya.Kiranya Tuhan mau mendenar doa mereka sebelum tidur. Memanjatkan syukur dan berkat bagi anda, para dermawan.

Sindanglaya, 15 Februari 2010
Hormat dan Salam,

Rm. Dedie Kurniadi, OFM
Pimpinan Panti Asuhan Santo Yusup

Sumbangan anda dapat disalurkan melalui :
1. BCA Cabang Cipanas : 197.020.3555 a/n. Panti Asuhan Santo Yusup
2. Mandiri Cabang Cipanas : 133.00.9200.317.7 a/n. Panti Asuhan Santo Yusup
3. LIPPO Cabang Cipanas : 571.30.068.721 a/n. Panti Asuhan Santo Yusup

Jangan Menyerah

Panti asuhan Maranatha yang berlokasi di desa Cibedug adalah tujuan kami untuk berbagi kasih. 30 anak yang berasal dari pulau Nias (gempa bumi 2004) diasuh dan dibimbing oleh Bp. Pendeta Matius Ginting.
Kerjasama SSV, Bina Iman Anak, dan Kelompok Doa St. Fransiskus Assisi berbagi kasih dengan saudara-saudara kecil dan muda untuk bersama-sama bersyukur di 2010 ini atas kebaikan Tuhan yang telah menjadikan kami perpanjangan tangan Tuhan.
2 mobil angkot dan 1 mobil donatur kami berangkat dari Susteran SFS Bondongan, hujan rintik-rintik dan udara dingin menyertai kami Sabtu pagi, 16 Januari 2010 menuju Panti Asuhan Maranatha. Di sana kami ditunggu, sambutan yang ramah dan familier membuat kami terkejut. Dengan seragam kuning bertuliskan “God is Good” membuat kami terenyuh ternyata begitu baiknya Tuhan memelihara mereka yang betul-betul membutuhkan uluran kasih.
Tanpa ragu-ragu, kami diajak dalam acara bernyanyi bersama dan bermain membuat suasana lebih hangat walaupun hujan masih turun. Khotbah yang disampaikan oleh Bp. Pendeta Matius Ginting membuat kami merenungkan bahwa Tuhan yang mengasihi kita dulu tidak berubah kemarin, sekarang, dan esok. Udara yang sejuk membuat kami berbagi kasih dengan mereka melalu makan bersama dan membagikan hadiah yang kami bawa. Hadiah yang sederhana dan makan siang bersama mereka membuat suasana lebih akrab.
3 jam telah berlalu bersama mereka, penulis sempat request lagu “Jangan Menyerah” dari D’Massive. Ternyata mereka kabulkan. Diiringi musik mereka bernyanyi dengan suara bulat diiringi juga bunyi hujan rintik-rintik dan air mata haru dari kami membuat perpisahan sementara menjadi kenangan manis. Ada satu pesan kami “De! Jangan Menyerah, Tuhan selalu lebih dulu mengasihi kita.” (diar sanjaya)

Memuji di Alam Bebas

Jumat, 15 Januari, 2 angkot biru dengan 21 penumpang melaju menuju Pondok Bitung daerah lereng Gunung Salak yang mempunyai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. So pasti dengan ketinggian yang cukup lumayan udaranya cukup dingin dibandingkan dengan Kota Bogor
Para penumpang angkot biru 03 adalah peserta kelompok doa yang sebagian besar adalah oma-opa yang punya nazar untuk berdoa di alam bebas. Maka terpilihlah daerah Pondok Bitung, pondok kayu yang sederhana tapi punya nuansa pemandangan hotel bintang 5. Darisana terlihat pemandangan yang menakjubkan –ciptaan Tuhan- seluas memandang kota Bogor yang dialiri sungai Cisadane-Ciliwung, Kebun Raya yang terlihat hijau tua di tengah kota yang sering macet dengan sejuta angkotnya.
Sampai di tempat lalu kami istirahat sebentar untuk menghilangkan rasa capai mendaki 202 trap tangga batu yang harus dilalui. Diawali dengan lagu “Terima kasih Tuhan” dan “Soraklah Haleluya” ibadatpun dimulai, dilanjutkan dengan bacaan kitab suci tentang orang kusta, sharing kehidupan para peserta dan renungan dengan tema “Gaya Hidup yang Mengampuni”. Tepat pukul 12 siang ibadat ditutup dengan lagu Puji Syukur. Usai ibadat kami disuguhi makan siang dengan lalapan, sayur asem dan bekal yang kami bawa. Makan dalam alam bebas ternyata membuat gairah makan para Oma-Opa bertambah nikmat. Terima kasih Tuhan, terima kasih Pak Agus, Ibu Ety dan Ibu Kiok Lam yang sudah menyediakan semuanya bagi kami.
Tepat pukul 13.00 kami siap-siap turun gunung dan kembali ke rumah kami masing-masing. Kenangan tersendiri buat Oma-Opa dari wilayah St. Maria Fatima. Mau coba lagi?! (diar sanjaya)

Ruang Kitab Suci

TOPAN MENGAMUK
 oleh : Peter Suriadi
 
TeksMrk 4:35-41
35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.”
36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
39 Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
40 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepadaNya?”

Konteks
Mrk 4:1-5:43 menceritakan karya Yesus dalam sehari : pengajaran dalam perumpamaan-perumpamaan (4:1-34), penyeberangan danau (4:35-41), karya di Gerasa (5:1-20), penyembuhan dan pembangkitan (5:21-43). Melalui karya Yesus dalam sehari, Markus memperkenalkan Yesus sebagai yang berkuasa atas maut. Dalam karyaNya tersebut Yesus menjumpai berbagai orang, termasuk para murid-Nya, sedang menghadapi bahaya potensial kematian. Tetapi semuanya itu dihadapi Yesus dengan ketenangan yang luar biasa.
Pada awal bab 4 diceritakan sepanjang hari Yesus duduk di dalam sebuah perahu untuk mengajar orang banyak yang duduk di tepi Danau Galilea. Setelah itu Yesus memutuskan untuk menyeberang Danau Galilea. Para murid Yesus pun mengikuti Dia bertolak meninggalkan orang banyak. Kisah peredaan topan terjadi ketika perahu Yesus dan para muridNya sedang berada di tengah Danau Galilea.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
4:35-37 : Topan dahsyat
4:38-39 : Yesus peduli
4:40-41 : Takut karena tidak percaya
Keterangan Teks
· ayat 35
 Ungkapan “pada hari itu” menegaskan bahwa karya Yesus terjadi dalam hari yang sama dengan pengajaranNya menggunakan perumpamaan-perumpamaan (4:1-34). Penyeberangan danau terjadi pada petang hari sehingga kegelapan mulai meliputi Danau Galilea. Perkataan “marilah kita bertolak ke seberang.” mengungkapkan bahwa inisiatif penye-berangan berasal dari Yesus. Yesus menyeberangi danau supaya keesokan harinya Ia dapat mem-perluas tempat karyaNya sampai ke seluruh Galilea.
· ayat 36
Para murid Yesus menuruti inisiatif Yesus itu dengan meninggalkan orang banyak yang masih duduk setelah mendengarkan pengajaran Yesus seharian. Yesus beserta dengan para murid segera naik ke dalam perahu. Selain para murid ada perahu-perahu lain yang menyertai penyeberangan Yesus.
· ayat 37
 Danau Galilea terletak 200 m di bawah permukaan laut dan di lereng Gunung Hermon yang berketinggian 2500 m. Oleh orang Yahudi, Danau Ga-lilea sering juga disebut Laut Galilea. Karena letaknya yang demikian, di Danau Galilea sering terjadi topan yang dahsyat. Topan yang dahsyat itu disebabkan bertemunya angin dingin dari puncak Gunung Her-mon dan udara panas disekitar Danau Galilea ter-sebut. Kedahsyatan itu sering diperburuk oleh angin yang bertiup dari Laut Tengah dan Padang Gurun Siria. Topan yang paling berbahaya biasanya terjadi di bagian timur danau dan terjadi pada waktu malam.
Kebanyakan murid Yesus adalah nelayan sehingga mereka pasti mengenal Danau Galilea dengan baik dan terbiasa menghadapi bahaya di air. Tetapi topan yang mereka alami pada hari itu sangat dahsyat. Dahsyatnya topan itu menyebabkan ombak menyembur masuk ke dalam perahu dan perahu itu mulai penuh dengan air. Sebentar lagi mereka akan tenggelam. Suatu situasi yang mencekam. Ditambah lagi menurut mentalitas Yahudi, danau atau laut dipandang sebagai tempat kediaman roh-roh jahat, tempat yang sangat menakutkan.
· ayat 38
Pada saat situasi mencekam itu di tengah topan dahsyat, Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. (bdk Yun 1:1-17 yang menceritakan Yunus yang tertidur di tengah badai). Karena kelelahan setelah mengajar sepanjang hari Yesus benar-benar lelap. Yesus tidak tahu bahwa para murid-Nya yang justru lebih berpengalaman di danau berteriak ketakutan. Dalam keadaan panik, mereka mengira Yesus yang tertidur tidak mungkin menyelamatkan Yesus. Mereka segera membangunkanNya dan
secara emosional menegur Yesus : “ Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”. Iman mereka mulai goyah.
· ayat 39
Setelah bangun, Yesus menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” (bdk 1:25; 9:25). Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Menurut pandangan orang Yahudi, kuasa atas laut/danau dan kuasa untuk meredakan badai merupakan tanda-tanda nyata tindakan ilahi, sedangkan peredaan angin dan penyelamatan orang-orang yang hampir tenggelam adalah bukti pemeliharaan ilahi terhadap manusia (bdk Mzm 107:23-32).
· ayat 40
Ternyata para murid pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan orang banyak. Mereka sudah diberi “misteri Kerajaan Allah” (bdk 4:11.34) namun tetap tidak memahami Yesus. Jadi sangatlah wajar Yesus berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”. Yesus mempertanyakan kecemasan dan kepanikan mereka yang bertentangan dengan iman kepada Allah. Itulah bukti orang kurang percaya. Jika mereka percaya seharusnya mereka tidak boleh takut di saat apapun dan dalam situasi apapun.
· ayat 41
 Kisah diakhiri dengan pujian kepada kuasa Yesus sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya. Para murid pun seharus memuji Dia, bukan memaksa-Nya untuk melakukan kehendak mereka.

Amanat Teks
Pernahkah Anda mengalami bahwa Anda rajin berdoa, teratur ke gereja dan teratur menerima Sakramen Tobat tetapi Anda harus mengalami hal buruk ? Jika ya, mungkin Anda berkesimpulan : jangan-jangan justru karena taat beragama saya harus menderita melulu, menerima malapetaka yang bertubi-tubi. Sedangkan orang-orang yang jarang berdoa, tidak pernah ke gereja dan tidak pernah menerima Sakramen Tobat malahan tak pernah menderita. Dan pada akhirnya Anda tidak senang pada Tuhan dan menyalahkan dan “menyerang” Tuhan atas “ketidakadilan” tersebut.
Rupanya pengalaman tersebut “ketidakadilan” tersebut bukan milik manusia zaman modern. Ketika para rasul mengalami topan dahsyat di Danau Galilea, mereka pun “menyerang” Yesus dengan kata-kata yang amat menyakitkan dan emosional, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa ?” Mereka melihat dan merasa kok bisa yah Yesus tenang-tenang saja tidur dan seolah-olah tidak peduli dengan nasib mereka. Padahal Yesus bukan nelayan yang mengenal situasi Danau Galilea seperti para rasul yang memang dulunya biasa mencari ikan di situ. Bisakah Ia sebagai Guru mereka berbuat sesuatu untuk menyelamatkan mereka dari bahaya ?
Meskipun “diserang” para rasul, akhirnya Yesus bangun dan langsung membentak angin yang sedang mengamuk, lalu berkata kepada danau, “Diam! Tenanglah!”. Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Tetapi mengapa Yesus tidak langsung menanggapi “serangan” pertanyaan para rasul yang berbau tuduhan yang menyakitkan itu ? Sebab Ia tahu bahwa lebih mudah menjinakkan angin dan air dibandingkan “menjinakkan” para rasulNya. Mengapa? Sebab mereka tidak percaya.
Kehilangan kepercayaan akan Allah adalah sesuatu yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Itulah hal yang paling tragis. Hidup cuek terhadap Allah adalah topan yang paling berbahaya, bukan topan alam. Yang harus diwaspadai bukan mengamuknya topan alam tetapi mengamuknya topan cuek terhadap Allah. Dan parahnya topan cuek pada Tuhan itu malah membuat orang terlena, sehingga orang tidak merasa ketakutan, namun menikmati. Yesus pun tidak berdaya jika orang tidak mau menangkal topan cuek tersebut. Dengan kata lain, Yesus sekalipun tidak bisa membuat manusia percaya kepada-Nya, mengandalkanNya, menyerahkan diri kepadaNya, selama manusia tidak percaya. Jadi, meredakan “topan yang mengamuk” berpulang pada hati manusia : mau percaya atau tidak. Topan cuek terhadap Allah akan menyebabkan kecemasan, kepanikan, dan ketakutan. Iman akan Allah menjadikan manusia tidak mengalami kecemasan, kepanikan, dan ketakutan dalam hidup di du-nia. Karena itu dibutuhkan sikap kritis terhadap diri sendiri.
Pada kenyataannya manusia lebih mudah percaya pada sesuatu yang kelihatan. Angin dan laut adalah sesuatu yang terasa dan kelihatan. Sedangkan percaya adalah kenyataan yang tak pernah kelihatan. Oleh karena itu percaya adalah suatu sikap terhadap Allah yang lahir dari diri mansuia sendiri dan tidak pernah bisa dihadiahkan oleh pihak lain. Jadi manusia harus menghendaki dan mengusahakannya sendiri kepercayaan itu.
Percaya adalah meyakini bahwa Allah selalu ada, selalu mau dan siap menolong orang yang mengalami kesulitan. Tetapi mengapa orang tetap sulit untuk percaya ? Karena yang dipikirkan dan dipentingkan manusia pada umumnya adalah bagaimana ia terhindar dari kematian dan bahaya. Padahal kematian adalah sesuatu yang mau tidak mau harus diterima dan tidak bisa diubah begitu saja. Sedangkan Allah tidak pernah mengutamakan apa yang paling dipentingkan oleh manusia tersebut. Bagi Allah kematian bukan malapetaka sebab bagi Allah manusia yang mati sekalipun tetap saja hidup. Itulah yang harus diutamakan oleh orang supaya bisa percaya.
Menjadi murid Yesus berarti belajar percaya - belajar meraih keyakinan tentang sesuatu yang tidak bisa dibuktikan secara hitam atas putih. Belajar percaya berarti menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Dia yang memberi hidup itu. Menjadi murid Yesus berarti berani menjadi senasib dengan Yesus. Kepercayaan sejati bukanlah percaya akan Allah yang bisa dipanggil begitu saja dan dijadikan pemuas kehendak manusia. Kepercayaan bukanlah memaksa Allah untuk bebruat sesuai keinginan manusia. Bagaimana dengan Anda ? 

RAPAT PLENO DPP 7 FEBRUARI 2010

Bila anda melakukannya untuk mendapatkan nafkah, itu Pekerjaan.
Bila anda melakukannya karena Tuhan, itu Pelayanan

Bila anda keluar karena ada yang mengkritik, itu Pekerjaan.
Bila anda terus bekerja sekalipun dikritik habis-habisan, itu Pelayanan.

Bila anda berhenti karena tidak ada yang berterima kasih, itu Pekerjaan.
Bila anda terus bekerja walaupun tidak pernah dikenal siapapun, itu Pelayanan.

Bila yang anda pikirkan itu adalah sukses, itu Pekerjaan.
Bila yang anda pikirkan adalah kesetiaan, itu Pelayanan.


Dari pelayanan, dibawakan oleh Pastor Ridwan Amo saat rapat Pleno DPP Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor masa bakti 2009-2012 pada tanggal 7 Februari 2009. Pertemuan di ruang St. Antonius yang dimulai pada pukul 10.30 tersebut dihadiri oleh Pastor Ridwan selaku Pastor Paroki, Pastor Eeng, Frater Joko dan sekitar delapan puluh lima anggota dewan mulai dari ketua dewan sampai ranting terkecil yaitu para ketua rukun di tiap wilayah.
Rapat Pleno DPP kali ini dipimpin langsung oleh Pastor Ridwan. Awalnya Beliau memberikan renungan singkat mengenai apa, siapa dan bagaimana itu pelayanan. Beliau juga memberikan pencerahan dengan merenungkan terlebih dahulu bacaan Injil Markus tentang Yesus yang memilih kedua belas muridNya. Bacaan tersebut mengingatkan kembali pada setiap anggota dewan bahwa kita semua adalah orang-orang yang dipilih oleh Yesus untuk menjadi muridNya. Tentu saja menjadi muridNya adalah tugas perutusan, menjadi duta Allah dalam mewartakan cinta kasihNya melalui pelayanan pada sesama. Dikatakan dalam Injil juga bahwa ada seorang murid yang mengkhianati Yesus, yaitu Yudas Iskariot, maka tidak menutup kemungkinan bahwa dalam suatu perkumpulan yang dinamakan dewan ini, dalam proses perjalanannya akan menemukan banyak kesulitan dan hambatan juga tantangan karena akan menghadapi orang-orang yang bermental “pengkhianat”. Akan tetapi dalam hal ini Pastor mengatakan semoga dalam dewan DPP Paroki St. Fransiskus Asisi masa bakti 2009-2012 ini tidak ada yang seperti demikian.
Sesaat setelah memberikan permenungan itu, Pastor Ridwan mempersilakan Bapak Arsian Wirawan selaku ketua panita pembangunan untuk mensosiali-sasikan rencana pembangunan gedung baru. Rencananya gedung baru ini terdiri dari 3 lantai dengan basement untuk tempat parkir motor atau mobil. Bapak Arsian Wirawan menjelaskan dengan cukup jelas dan singkat disertai juga dengan slide-slide yang menunjukkan bagaimana pastoran itu akan dibangun. Dijelaskan juga bahwa rencana pembangunan Pas-toran ini merupakan follow-up atas apa yang telah dibicarakan dalam pertemuan refleksi dan evaluasi DPP Paroki St. Fransiskus Asisi Sukasari Bogor di Lembah Karmel – Cikanyere. Ketika itu muncul be-berapa point permasalahan yang dihadapi oleh paroki kita tercinta ini. Diantaranya tidak adanya fasilitas parkir yang memadai, lahan parkir tidak sesuai dengan jumlah umat yang semakin bertambah pesat. Juga belum tersediannya ruangan-ruangan khusus bagi kegiatan kategorial yang layak seperti Bina Iman Anak, OMK, Legio dan lain sebagainya. Diharapkan dengan pembangunan gedung baru yang baru ini segala permasalahan yang ada akan bisa teratasi. Konsep yang matang dan multiguna dipakai dalam merencana-kan pembangunan pastoran baru ini. Diantaranya akan ada gedung aula yang sedianya akan digunakan untuk Ekaristi pada hari Minggu dan juga hari-hari raya besar seperti Natal atau Paska. Selebihnya, gedung aula ini juga dapat disewakan untuk acara lain seperti perkawinan, pertemuan-pertemuan dan sebagainya. Semoga pada prosesnya pembangunan gedung baru ini akan terlaksana dengan lancar dan baik. Ada beberapa pertanyaan yang muncul seputar rencana pembangunan gedung baru ini oleh beberapa umat se-belum rapat pleno DPP ditutup oleh Pastor Ridwan dengan doa.
Diharapkan semoga apa yang telah menjadi pembicaraan bersama dalam rapat pleno DPP kali ini sungguh menjadi motivasi setiap anggota untuk semakin melayani dengan dasar cinta kasih secara penuh ketulusan dan kesetiaan bagi sesama. Tuhan memberkati. (fr. joko)

PSE

SUSUNAN PENGURUS PSE PAROKI SANTO FRANSISKUS ASISI SUKASARI
MASA KEPENGURUSAN TAHUN 2009 – 2012


No
Jabatan
N a m a
A l a m a t
Telp
HP

Penasehat
Dr. Loka Tjahjana
Komp. LIPI Tajur Bogor
8321662

1
Ketua
JMV Diar Sanjaya
Sirna Sari V/5 Ly Sari
8377732
085715457954
2
Wakil Ketua
Alex .Hasjim Budiman
BNR Blok G / 27
8211664
08129323956
3
Sekretaris
PV Selviana Waty
Balekambang 18
8324532
081316687039
4
Bendahara
Prissilia S
Kuta Indah II/5
8316478
081584258272


5
Sie.OrangTua/ Anak Asuh





      Ketua
R.V. Farida Ariani
Tmn Surya Megah Blok I /
K No. 1, Pamoyanan Sari
8211762
08158767699


R. Bertha Sutandi
Jl Aster III / 3 Pakuan
8336375



6
Sie. Karitatif / SDM





      Ketua
Fransiska Budi D.
Layung Sari

081315058670








7
Sie. Kardiwilarsa





     Ketua
Lidwina Lindawati
Tmn Surya Megah Blok I / F, Pamoyanan Sari
8211904
085881564998


     Wakil Ketua
Lanny Lasmita
Sukamulya III  No. 48

0817116222

     Sekretaris
Herlina
Komp PWI No. 5 Cipaku
8341927
081311011399

     Bendahara
Ratna
Jl. Seruni IV / 12 Pakuan
8311079
08568963479


8
Sie. Koperasi





      Ketua
Suzieyanti Soewandito
Jl Raya Tajur 84
8325305
08129529369

      Sekretaris
Theresia Sri Mujiyati
Tajur



      Bendahara
Monica
Bondongan



      Kopdit /simpan pinjam
Wien Urip & Lia




      Anggota
MG Triyati & Krisna





9
Sie. Bina Iman Lansia





      Ketua
Minarni Amir (Eeng)
Kompl.Perumda II  / 2 A
Cipaku

085692090410

      Wakil Ketua
Julianawati




      Bendahara I
Sr M. Assumpta SFS
Jl Pahlawan 96
8321497


      Bendahara II
Ibu Sutandi
Gardu Tinggi
8320395



10
Sie. Kesehatan





      Ketua
Dr. Vency Tjahyaputra
Jl Wijayakusuma, Pakuan

08161979 216








11
Kepala Poliklinik
Dr Imam Susilo
Jl. Siliwangi 62

0251 7130904

Anggota
Dr Loka Tjahjana
Kompl LIPI No B-08 Tajur
8321662
0812 9258568


Dr Maria Wangsadireja
Cimanggu Permai
8316045
0811 111090


Dr Regina
Jl Pajajaran I / 8
8345477
0811 119414


Dr Isabella Indrajaya
Tajur

08161968163


Dr Shinta Anggraini W
Jl Batutulis 6-C

08129624787


Dr Vency Tjahyaputra
Jl Wijayakusuma,Pakuan
8334200
08161979216


Dr Meida Tanukusumah
Jl Suryakencana 187

0818942095


Dr Krisanti


08161447526


Dr Yenny Vandalita


08121107489


Dr Ani
Villa Intan Pakuan

0811112522


Dr Suherman Hendra


08179863503


Dr  Ratih


081317010542


Dr Angela Darmayanti
Kompl Roda Indah

08161130080


Dr Eric Ricardo N


08561560015


Dr Linda
BNR Blok G / 26
8211926
08161649179


Dr Lusia


085716520780


Dr Mevin Gigantea H


08129318404








Lian
Sukasari I / 14-B

085885540445


Maria Goretti
Tajur
3046096
9241234


Sriwahyuningsih
Indraprasta
8378489



Moulin Siregar
Sukasari III
8328370
08161307211


Ellen Siregar
Sukasari III
8328370
08161307211


Marry Subrata
Sukasari III/22
8337948



Maria Julita
Jl, Ashari Jaya 2 / 34




Mariska Wijaya
Cipaku

0818108428


Fransiska Juliana
Cipaku

08568889425


Frans Kurniawan
Jl Pahlawan, Sukajadi 5
8315206
081310354992


Melani


085283296704


Lili





Bertha