Jumat, 01 Oktober 2010

Cover Depan Oktober 2010

Redaksi Menulis

Harta apa yang paling berharga bagi anda? Apabila menghadapi pertanyaan semacam ini pastilah jawaban setiap orang sangat beragam sekali. Ada yang menjawab harta paling berharga adalah : keluarga, anak / buah hati, pekerjaan, talenta, kesehatan kedudukan / jabatan, atau bahkan ada yang menjawab materi atau harta yang berlimpah.. Semua jawaban baik keluarga, kesehatan, buah hati, pekerjaan tentu akan menjadi harta paling berharga bagi kita kalau ada peran serta Tuhan di dalamnya. 
Dalam keluarga, kalau kita selalu menghadirkan Tuhan dalam membina rumah tangga tentu semua akan terasa membahagiakan. Dalam mendidik anak, dalam pekerjaan, juga dalam tanggung jawab jabatan, jika kita mempercayakan dan mengandalkan kekuatan Tuhan semuanya akan terasa ringan dan indah. Dalam iman kita, harta surgawi yang paling berharga adalah bagaimana kita dapat menjalankan dan mengamalkan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita akan beroleh harta surgawi (hidup kekal).
Dalam edisi kali ini kita diajak untuk membesarkan dan memupuk harta surgawi yang paling berharga yang telah Tuhan berikan pada diri kita masing-masing, sehingga kapanpun kita dipanggil Tuhan kita siap menghadap Tuhan dengan membawa harta paling berharga yang kita punyai. Semoga.

Sajian Utama 1

Harta Yang Paling Berharga


Di dunia sekarang orang harus mempunyai mata terang agar dapat membedakan, mana jalan Kristus dan di mana perangkap setan. Semakin pesatnya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak jenis kenikmatan semu yang membujuk dan menggoda pikiran dan hati manusia untuk dapat dijeratnya dan dipengaruhi di bawah kekuasaan Mamon.
“Mamon” (Mat 6:24), adalah kata dari bahasa Aram. Biasanya tidak diterjemahkan dan ditulis dengan huruf M besar; mamon dalam bahasa aslinya adalah “harta milik” atau “uang”, dan bila ditulis “Mamon” dengan M besar maka artinya semacam dewa dan menjadi kata lawan untuk “Allah”.
Yesus menginginkan kita mengumpulkan harta di surga (lih. Mat 6:19-24), supaya hati kita juga ada di surga. Untuk itu pandangan mata harus terang, mata jangan sampai menjadi silau melihat harta dunia (ay. 23). Tetapi pandangan mata hanya tertuju dan memilih mengabdi kepada Allah (ay 24).
Manusia harus memilih yang satu, meninggalkan yang lain, merelakan harta dunia agar dapat memperoleh harta surgawi untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga, yang begitu sempit jalannya. Orang bisa bertanya-tanya pada diri sendiri, di mana hartanya berada, kalau ia mengikuti jalan pikiran dan lamunan hatinya, maka hartanya bisa berarti pada bertambahnya uang, kenaikan pangkat atau jabatan, dikagumi prestasinya, yang semuanya ada di dunia, dan tidak dapat dibawa ke surga.
Pada bacaan perikop Injil Matius tersebut Yesus mengambil tiga pengalaman yang berbeda, yakni: harta di bumi/di rumah (ay19), mata pelita tubuh/badan (ay 22), dan orang/hamba yang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (ay 24), tetapi semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk tidak mengikat hati orang pada harta dunia, karena akan menyebabkan kehilangan sesuatu yang terbaik, yakni kekayaan hidup sebenarnya untuk hidup seseorang! Jangan menganggap remeh kekayaan hidup yang sebenarnya, yaitu harta yang paling berharga, karena merupakan hadiah cinta-kasih Allah yang tidak terhitung nilainya!
Tuhan menyediakan harta yang paling berharga, harta sejati yang lama maupun yang baru. Mereka yang telah menemukan harta tersebut, menganggap lainnya tak bernilai dan memilih yang ditunjuk oleh Tuhan: nilai sejati dalam Ekaristi dan doa. Mereka berani mengorbankan segala, menjual seluruh miliknya lalu membeli harta yang terpendam, mutiara yang indah (lih Mat 13:44-46). Pengalaman seperti itu terjadi pada Santo Ignasius, tanpa disengaja dia membaca buku, bukan buku pilihannya, tetapi tersentuh oleh isinya, kemudian meninggalkan segala, dan memulai hidup baru. Santo Antonius Abbas tergerak oleh Injil, ketika dia masuk Gereja, mendengar bacaan tentang menjadi miskin, dia meninggalkan segala, menjual segala, dan membagi-bagikannya kepada orang miskin, dan memilih hidup bertapa di padang gurun. Mereka mengikuti jalan Yesus sampai akhir.
Yesus dalam perkataanNya tentang harta di bumi (ay 19-21), mengajak kita untuk berpikir sendiri. Dengan susah payah orang mengumpulkan segala macam harta: pakaian dan kain mahal, logam mulia, perhiasan dan batu permata yang sangat indah dengan harga yang sangat mahal, rumah mewah, tanah yang luas, kendaraan mewah, uang dan surat berharga, sebagai jaminan agar pemiliknya dikagumi. Hanya sayang, dalam waktu singkat semuanya hilang dan habis. Ngengat sudah makan pakaian, cacing kayu telah merusak peti harta benda dan pencuri mengambil semuanya. Segala susah payah itu sia-sia. Segala harapan dan kebanggaan sia-sia saja.
Di sini Yesus ingin mengingatkan agar kita tidak mengumpulkan harta dengan serakah. Yesus ingin mengatakan bahwa dalam urusan harta itu, dalam mengumpulkan uang, kekayaan, seluruh diri manusia terlibat, “hati” manusia dapat berubah, pribadinya dapat hancur, arti hidupnya bisa hilang. Keserakahan adalah searti dengan penyembahan berhala: “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kol 3:5). Juga dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus: “Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah” (Ef 5:5).
Tentang pengertian “mata” dalam hubungannya dengan harta, kitab Sirakh mengatakan: “Buruklah orang yang matanya mengiri, yang memaling mukanya dan memandang rendah orang lain. Mata orang serakah tidak puas dengan miliknya sendiri, dan mata duitan menyesatkan manusia. Mata orang yang kikir menghemat makanan, maka kekurangan ada di atas mejanya.” (Sir 14:8-10). Bukan mata kepala saja yang dimaksudkan, melainkan juga mata hati. Mata itu berfungsi ke dua arah. Mata itu menentukan bagaimana seseorang melihat ke dunia. Di pihak lain, mata itu juga adalah jendela untuk cahaya yang masuk ke dalam. Apa yang diterima dalam hati, apa yang dapat mempengaruhi pribadi, ditentukan oleh “mata terang atau gelap”.
Sedangkan kata “mamon” hanya berarti “harta milik”; tidak ada pengertian “berbahaya” atau “jahat” dalam kata itu. Mengapa Kitab Suci membuat harta milik semacam dewa jahat? Apakah uang dan harta milik apapun merupakan dewa lawan Allah? Dalam hal ini Kitab Suci atau Yesus tidak mengenal kompromi. Siapa yang mengumpulkan harta benda dengan serakah, berarti mengabdi pada dewa atau mendewakan uang atau harta benda. Dari dewa itu kita hanya bisa dibebaskan kalau mengumpulkan “harta di surga”, artinya jelas: orang dapat mengumpulkan harta di surga dengan memberi amal sedekah, membantu sesama yang menderita sengsara, pengabdian pada kaum miskin, pewartaan Injil, pembelaan kebenaran dan keadilan, melayani orang sakit, tidak jemu-jemu dalam berdoa, berpuasa dan bermatiraga, yang dilakukan tangan kanan tak diketahui tangan kiri, melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang dicatat dalam buku hidup: itulah kumpulan harta di surga, harta yang paling berharga, harta yang tidak dapat dihancurkan, dirusak atau dicuri, yang akan diperhitungkan sebagai upah lengkap pada orang yang memilikinya.

(St. S T)

Sajian Utama 2

Mutiara Kehidupan

Manusia menciptakan stratifikasi sosial menurut kriteria ukuran manusia. Stratifikasi berasal dari bahasa Latin stratum, yang berarti lapisan. Lapisan yang tercipta dalam kehidupan masyarakat mengkotak-kotakkan manusia dalam tingkatan-tingkatan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Ukurannya dilihat dari segala sesuatu yang dianggap berharga oleh masyarakat. Stratifikasi sosial berarti lapisan masyarakat yang menggambarkan bahwa dalam tiap kelompok terdapat perbedaan kedudukan seseorang dari yang berkedudukan tinggi sampai yang berkedudukan rendah. Perwujudannya menimbulkan kelas tinggi dan kelas yang paling rendah. Semakin orang memiliki banyak sesuatu yang dianggap berharga, maka dia semakin berada di lapisan yang tinggi dalam kelompoknya. Hal ini membuat kecenderungan, orang akan sangat bangga bila berada di lapisan atas. Maka, banyak orang berburu kesempatan untuk meraih kebanggaan hidupnya, selama masih hidup. Yang menyedihkan, bahkan banyak orang akan menggunakan segala cara untuk meraih kebanggaan hidupnya, termasuk cara curang.
Apa yang menjadi kebanggaan dalam hidup ini? Kedudukan, nama baik, status, prestasi atau harta? Semua itu membuat manusia mabok kepayang. Orang rela bersusah payah mengejarnya, bahkan banyak yang dikorbankannya demi meraih semua itu. Tetapi, dengan mudah semua yang dibanggakan manusia itu dapat hilang. Harta yang dikumpulkan manusia sampai mengorbankan sepanjang hidupnya, atau kedudukan yang dirintis dengan sangat cermat, dapat hilang dengan mudahnya. Itulah yang diagung-agungkan oleh dunia ini. Setiap orang akan berusaha keras memenuhi tuntutan dunia dan merasa dirinya tidak berarti atau tidak berharga ketika apa yang biasa dimiliki oleh orang di dunia ini tidak dimilikinya.
Pola pikir seperti itu sering kali membuat orang terlena dan melupakan tujuan akhir ziarahnya di dunia yaitu kebahagiaan kekal di rumah Bapa. Banyak orang berdalih, yang sedang kita jalani sekarang adalah kehidupan dunia yang nyata, jadi kita sangat butuh untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hidup sekarang, bukan kelak. Perut butuh diisi, prestise diperlukan demi dihargai, jaminan hidup sampai, tua, kenyamanan dll. Jadi, nanti saja kita memikirkan masalah surga, kalau sudah tua aja…
Dalih yang dirasionalisasi seperti itu terkadang memudarkan perkembangan iman kita. Memang, kita membutuhkan harta, kedudukan, prestasi, nama baik dll sepanjang kita masih menjalani kehidupan kita di dunia ini.Namun semua itu janganlah dijadikan tujuan dan poros kehidupan kita. Semua itu hanyalah sarana. Segala sarana disediakan Allah, agar manusia menggunakannya sebagai perantara untuk selalu bersyukur, dan menggunakannya agar lebih mencintai Tuhan dan sesamanya dengan lebih baik. Bukan sebaliknya. Banyak orang menempatkan semua hal yang membuat kebanggaan hidupnya itu sebagai poros yang utama. Akibatnya, lunturlah nilai nilai luhur dalam hidupnya. Nilai kasih, pengorbanan, kerja keras, kajujuran akhirnya diabaikan. Padahal sebagai pengikut Yesus hal-hal seperti itu semestinya dipegang teguh.
Yesus mengajarkan kepada kita, tentang kerendahan hati laksana anak kecil yang jujur dan tulus. Penghayatan iman dengan sikap kerendahan hati dalam nama Yesus, yang akan mendatangkan kebesaran surgawi. Kebesaran surgawi jauh lebih utama dari pada kebesaran duniawi. Harta-harta surgawi harus kita perjuangkan sepanjang kita masih ada kesempatan. Jangan terlambat untuk memulainya. Memperjuangkan keadilan, beribadah yang benar, setia mengasihi, sabar dan lembut hati menjadi mutiara kehidupan yang harus selalu kita pertahankan sampai akhir hidup. Dengan cara mempertahankannya sampai akhir nanti, kita akan menjadi pemenang dalam pertandingan hidup ini. Kebanggaan duniawi hanya bersifat sementara. Allah dan karya keselamatanNya yang harus menjadi kebanggaan hidup kita. Melalui seluruh warna dalam kehidupan kita, hendaklah kita selalu memuliakan namaNya. Sudahkah kita menjaga mutiara kehidupan kita agar tetap kemilau dan bersinar menerangi kita? Mari kita menjaganya sebagai harta yang paling berharga dalam kehidupan kita.Tuhan memberkati!

( E.Sri Hartati )

Catatan Kecil

Langit Pun Bersaksi

Memang betul sekali apa yang dikatakan oleh Daud “langit menceritakan kemuliaan Allah, cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya.” Begitu indah pemazmur menuliskan syair lagu ini sehingga membuat kita terpesona. Aneh memang kita merasa terpesona dan bukannya merasa malu. Mengapa harus malu? Karena langit dan cakrawala adalah alam ciptaan Tuhan yang tidak mempunyai pikiran, perasaan, dan anggota badan yang sempurna seperti yang kita miliki. Tetapi di dalam keterbatasan dan kebisuan mereka, mereka terus menceritakan kebesaran Tuhan. Sebaliknya, kita yang keadaannya  jauh lebih baik tidak berbuat apa-apa untuk menceritakan kebesaran dan kuasa tuhan kita.

Suatu kisah yang unik dan luar biasa, ada seorang bapa yang hidupnya senang berbagi, setiap dia menerima dia langsung membaginya terlebih untuk orang-orang papa dan anak-anak kampung yang ada di sekitarnya. Dia juga senang memberikan potongan-potongan kertas yang bertuliskan firman kitab suci, dia senang berbagi dengan orang-orang kecil-lemah, dan tidak dapat tinggal diam melihat anak-anak miskin yang berjualan, orang lanjut usia yang masih berjuang untuk hidupnya, so pasti dia akan menolong dan berbagi melalui apa yang dimilikinya. Dia juga tempat curhat bagi tetangganya, dia juga menjadi contoh hidup sehari-hari bagi orang di sekitarnya karena kesederhanaannya. Yang dimilikinya hanya hewan-hewan ternak yang tidak bisa bicara dan tidak berjiwa, tetapi dapat membuat orang yang mendapatkannya akan penuh sukacita. Setiap apa yang dimilikinya, so pasti dia ingat akan orang lain, setiap hari orang yang dikasihinya selalu ada di ingatannya, dia hafal dengan nama baptis dan nama panjangnya, sampai-sampai dia hafal akan kebiasaannya dan kesukaanya. Apa yang dilakukannya bukan sekedar duniawi atau untuk dirinya sendiri, tapi ini bentuk kasih Tuhan. 
Inilah “harta yang paling berharga” yang seharusnya kita contoh, inilah harta yang tidak akan habis, inilah harta surgawi yang kekal buat bekal kita pulang ke alam abadi nanti. Gaya hidupnya banyak dijadikan referensi sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang ada di dekatnya. Gaya hidupnya adalah harta yang tak pernah habis-habisnya seperti Mazmur 19: 2 “langit menceritakan kemuliaan Alah dan cakrawala menceritakan pekerjaan tanganNya”. Bagaimana dengan Anda yang sempurna di dalam hidup? Sudahkah Anda menunjukkan kasih Tuhan kepada orang-orang lainnya?

(diar sanjaya – MS 900)

Ruang Kitab Suci

DOA ADALAH PUSAT PENGALAMAN ROHANI
Oleh : Peter Suriadi

Dalam kehidupan beragama, doa merupakan faktor yang sangat diperlukan. Doa mengungkapkan keyakinan terdalam setiap pribadi tentang Allah, dunia, hidup manusia dan hubungan antarmanusia. Setiap pribadi tidak dapat memiliki hubungan dengan Allah tanpa doa. Demikian juga dalam agama Kristen, doa memiliki kedudukan penting sebagai pusat pengalaman rohani. Tanpa doa yang termuat dalam Perjanjian Lama, kita tidak dapat mengetahui sejarah keselamatan Allah dari sejak semula. Tanpa memahami fungsi doa dalam kehidupan Yesus dan jemaat perdana yang termuat dalam Perjanjian Baru, kita tidak dapat mengetahui sejarah keselamatan Allah yang memuncak dalam diri Yesus Kristus. Tokoh-tokoh utama dalam Kitab Suci pun dikenal sebagai pendoa. Salah satu tokoh yang merupakan manusia pendoa adalah Paulus (bdk Kis 9:11; 13:2-3; 16:25; 20:36; 22:17; 28:8). Dalam surat-suratnya pun Paulus seringkali meminta agar para pembaca berdoa untuknya (Rm 15:30, Flp 1:19; Kol 4:3-4) dan mengajak jemaatnya untuk berdoa setiap saat (Kol 4:2, 6:18; Flp 4:6). Jemaat Kristus adalah jemaat yang selalu berdoa.

Teks
2 Tes 2:16-3:5
16 Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.
1 Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu,
2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman.
3 Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan.
5 Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.

Konteks
Seperti surat-surat Paulus pada umumnya, Surat 2 Tesalonika ditulis untuk menjawab masalah yang ada pada jemaat di sana. Secara garis besar ada 3 masalah yang ada, yaitu : penganiayaan (bab 1), peristiwa yang mendahului akhir zaman (2:3-12), kemalasan jemaat beriman (3:6-15). Selain untuk menjawab masalah yang ada, Surat 2 Tesalonika juga memuat ucapan syukur kepada Allah karena jemaat Tesalonika terus bertumbuh dalam iman dan kasih kendati mengalami berbagai masalah. Surat 2 Tesalonika memuat juga permintaan doa dan doa permohonan - yang salah satu terdapat dalam teks (2 Tes 2:16-3:5) agar jemaat Tesalonika mampu menyebarkan Injil yang telah mereka terima.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
ü Akhir pembicaraan tentang ucapan terima kasih yang disusul dengan doa kepada Allah bagi jemaat (2:16-17)
ü Doa bagi pewarta Injil (3:1-2)
ü Kesetiaan Allah dan kemampuan jemaat untuk melaksanakan permintaan Paulus (3:3-5)

Keterangan Teks
· ayat 16-17
Rumusan yang terdapat dalam ayat 16-17 memiliki peranan untuk mengakhiri dan mengawali topik pembicaraan baru (bdk 1 Tes 4:1). Dalam keyakinan Paulus, Kristus dan Allah yang adalah sumber anugerah sehingga jemaat Tesalonika berkenan dikasihi. Anugerah Allah itu diberikan secara cuma-cuma kepada jemaat Tesalonika. Anugerah Allah yang berupa penghiburan (bisa juga diartikan menolong) abadi dan pengharapan baik (merupakan ungkapan khas Kitab Suci Yunani untuk hidup abadi. Ungkapan ini berasal dari dunia bukan Kristen yang biasa dipakai untuk mengharapkan hidup setelah mati) memungkinkan jemaat mampu menghadapi segala kesulitan dalam hidup, baik dalam berkarya maupun bertutur kata. Keselarasan karya dan tutur kata merupakan teladan hidup Kristen.
· ayat 1-2
Awal dari topik baru. Paulus menyapa secara istimewa penerima suratnya dengan “saudara-saudara”. Lalu Paulus mengajukan permintaan doa agar jemaat Tesalonika memanjatkan doa permintaan untuk keberhasilan pewartaan Injil yang disampaikan oleh dirinya dan rekan sekerjanya. Doa Paulus bersifat spesifik yakni berdoa bagi kemajuan Injil, “supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan” sebagai yang terjadi pada jemaat Tesalonika. Permintaan doa tersebut berhubungan erat dengan kehadiran para pengacau dan orang-orang jahat yang akan dijumpai ketika mewartakan Injil. Mereka yang tidak percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan inilah yang disebut sebagai para pengacau dan orang-orang jahat. Keselamatan para pewarta begitu penting karena melalui merekalah Injil dapat mencapai orang-orang yang tidak beriman.
· ayat 3-5
Di antara permintaan doa dan doa permintaan, Paulus memberi jaminan kepada jemaat Tesalonika akan kesetiaan Tuhan dalam menguatkan dan melindungi mereka dari yang jahat. Dan ia juga yakin jemaat Tesalonika mampu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh para rasul. Ungkapan “kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan”, Paulus bak orangtua yang memberikan keyakinan dan peneguhan bagi anak-anaknya. Kemampuan jemaat Tesalonika untuk hidup beriman bukan didasari oleh kemampuan mereka sendiri, tetapi karena Tuhan yang memungkinkannya. Keyakinan itu ditegaskan dalam doa permohonan “Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus”. Karena jemaat Tesalonika dikasihi oleh Allah maka mereka harus menujukan hati untuk menanggapi kasih Allah tersebut. Dalam menanggapi kasih Allah itu jemaat Tesalonika juga harus berani meneladan ketabahan Kristus. Ketabahan Kristus mengacu pada penderitaan-Nya di salib. Maka karena iman, jemaat Tesalonika harus berani menghadapi penderitaan sebagaimana Sang Junjungan, Yesus Kristus.

Amanat
Salah satu cara manusia beriman menempuh jalan untuk mencapai kematangan, yaitu berdoa. Ada sebagian orang Katolik menganggap berdoa adalah memohon sesuatu kepada Tuhan sehingga secara tidak langsung ia menyibukkan diri sendiri. Padahal yang perlu dalam doa adalah menyibukkan diri dengan Allah, terpusat kepada Allah. Banyak orang lupa akan adanya dua “sisi” doa, yaitu bicara kepada Tuhan dan mendengarkan bicara Tuhan. Seandainya doa dipahami secara tepat, mungkin tidak pernah akan terdengar keluhan “doa tidak terkabul padahal sudah ikut novena berkali-kali”. Keluhan semacam ini selalu diucapkan orang yang hanya tahu berdoa dalam arti tidak lengkap, yaitu “bicara terus” tanpa mendengarkan Tuhan yang telah lebih dahulu mengasihi manusia. Jadi, doa yang benar adalah doa yang dilakukan sebagai tanggapan bicara Tuhan lewat kasih-Nya. Berdoa harus merupakan keputusan hati. Ini masalah keyakinan dan keputusan, bukan masalah keisengan. Yang berdoa secara iseng saja dan sewaktu-waktu saja mungkin tidak pernah akan masuk dalam lingkaran kasih Allah yang sesungguhnya. 
Paulus adalah seorang yang sangat paham tentang doa sejati. Ia yakin bahwa dalam doa yang utama adalah tanggapan atas bicara Allah lewat kasih-Nya. Doa yang dilantunkan Paulus selalu dipandang sebagai pengakuan akan ketergantungan terhadap kasih Allah lewat tindakan-Nya yang menyelamatkan manusia dari dosa. Doa selalu merupakan tanggapan terhadap karya Allah yang menyelamatkan tersebut. Doa bukanlah prakarsa manusia untuk membangunkan Allah. Doa bukanlah reaksi terhadap “bisu”-nya Allah.
Sebagai orang Katolik hendaknya kita meneladan kehidupan doa Paulus. Dalam iman, berdoalah dengan seluruh jiwa raga. Iman yang terungkap dalam doa akan mempererat hubungan kita dengan Allah dan niscaya hidup rohani kita akan semakin bertumbuh. Apa pun keadaan kita, doa harus senantiasa dilakukan. Jadi apa pun bentuk doa kita, termasuk doa permintaan sekali pun harus merupakan ungkapan iman akan Allah. Itulah hidup baru, hidup dalam relasi akrab dengan Allah.
Apakah hidup saya dan Anda merupakan hidup doa sejati ? Tuhan memungkinkan hal itu.

Seputar Paroki 1

JALAN SEHAT WILBOND 2010

Jalan Sehat Curug Pugeran, 15 Agustus 2010
Dalam rangka peringatan HUT RI ke-65, Wilayah St. Maria Fatima Bondongan (WilBond) mengadakan berbagai kegiatan yakni JALAN SEHAT 2010 (15 Agustus 2010) dan lomba-lomba HUT RI ke-65 (17 Agustus 2010). Tahun ini kegiatan tersebut mengambil tema “Komunitas SEHAT, komunitas yang menyapa”.

Jalan Sehat 2010 kali ini mengambil lokasi di seputar areal Curug Pangeran yang dikelilingi dengan hutan Pinus yang ASRI (rencana semula di seputar areal curug Nangka). Beberapa pengurus dengan bantuan teman-teman mudika DonBosco WilBond melakukan survey lokasi  untuk persiapan dan perencanaan yang matang, menimbang bahwa peserta yang ikut diperkirakan dari semua kalangan yakni Lansia, Dewasa, Mudika dan anak-anak dengan jumlah peserta mencapai 250 orang. Kegiatan yang diagendakan setiap tahun ini, begitu ditunggu-tunggu oleh umat, karena medan yang dipilih biasanya cukup menantang.
Pukul 05:30 para peserta telah berdatangan untuk melakukan registrasi ulang dan mengenakan kaos peserta, kemudian peserta diminta untuk membuat kelompok dengan jumlah anggota per kelompok sebanyak 15-20 orang, yang dipimpin oleh ketua dan wakil ketua kelompok. Ketua dan wakil ketua kelompok bertanggung jawab akan kelengkapan jumlah peserta dan memastikan bahwa semua anggota bersama-sama mencapai tempat tujuan akhir pada saat di lokasi Jalan Sehat nanti. Sambil menunggu Romo Heru (Romo Paroki) hadir, setiap kelompok di minta untuk membuat yel-yel kelompok. Beberapa saat kemudian Romo Paroki telah hadir ditengah para peserta, dan tanpa membuang waktu Doa pagi segera didaraskan dan para peserta diberkati oleh Romo Paroki. 
Peserta berangkat ke lokasi Curug Pangeran/ Hutan Pinus dengan menggunakan bus parawisata sebanyak 6 bis dan bantuan 1 mobil SatPol PP pukul 07:00. Sekitar pukul 09:30 para peserta tiba dilokasi hutan pinus yang ASRI, tepat pukul 10:00 Jalan sehat dimulai.  Rute jalan sehat menempuh jarak sepanjang 4.5 km. Namun sayang ditengah perjalanan hujan turun semakin deras, dan para peserta beristirahat di tenda warung setempat. Medan yang ditempuh memang cukup alot dengan tanjakan yang cukup terjal, sehingga sebagian peserta terutama lansia ibu-ibu menyerah dan terpaksa dinaikkan ke mobil panitia. Lebih kurang pukul 11:30 para peserta tiba dilokasi Panorama Alam yang indah, di mana beberapa makanan ringan antara lain jagung rebus dan pop mie telah menunggu. 
Lebih kurang 1 jam peserta istirahat sambil makan siang bersama (bekal dibawa oleh masing-masing peserta, ada juga sumbangan makanan dari ibu Bayu). Tak lupa Panitia melakukan sesi foto bersama dan sebagian peserta sudah tidak sabar lagi untuk melihat keindahan curug Pangeran yang berjarak hanya 300 m dari lokasi istirahat. Sambil menunggu peserta yang mengunjungi curug, panitia mengadakan lomba-lomba kecil sambil bernyanyi spontan yang dilantunkan oleh Bp. Pius Kataren, Bp. Djoko Sulistyo, Bp. Herry dan goyangan dari ibu Sri, Ibu Asih, dr. Maria, dan yang lainnya. 
Sebagian besar peserta merasa terhibur dan senang dengan lokasi curug Pangeran dengan hutan pinusnya yang asri (walaupun jarak dan tanjakkan cukup berat). Semoga dengan Jalan Sehat ini para peserta merasakan dan saling memupuk kebersamaan antar umat/ peserta, sesuai dengan tema acara yakni “Komunitas Sehat, komunitas yang menyapa”. Tak lupa Romo Paroki mengucapkan Proficiat buat Panitia dan Peserta yang begitu antusiasnya dalam kegiatan ini. Sekitar pukul 15:00 para peserta kembali ke Bogor dengan membawa kebahagiaan dan kesan yang mendalam, semoga kebersamaan dalam Jalan Sehat ini menjadi tekad untuk kita selalu bersatu dan bersaudara dalam terang dan iman Kristiani. 
Panitia juga mengucapkan terima kasih kepada Bp. Laurent/Ibu Yani, Bp. Ign. Herry Santosa, Ibu Irawan, Olympic, Vitazone, BINARI, PT. Golden Mandiri Jaya (Bp. Suwandi/ Ibu Lily), Aneka TC dan semua pihak (termasuk panitia) yang telah memberikan kontribusi-nya sehingga Jalan Sehat 2010 ini dapat berjalan dengan baik penuh dalam suasana kebersamaan dan persaudaraan. Juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Romo Paroki RD Heru yang dengan penuh semangat mendampingi kami umat Wilayah St. Maria Fatima Bondongan dalam pelayanan pastoralnya. Proficiat! Sampai Jumpa.

(swara WilBond)

Seputar Paroki 2

Lomba HUT RI ke-65, 17 Agustus 2010
Setiap tahun Wilayah St. Maria Fatima Bondongan (WilBond) tidak pernah sepi dari aneka kegiatan. Ibarat WilBond tanpa kegiatan seperti hambar rasanya. Betapa tidak, coba bayangkan, sebagian besar umat melalui koordinasi ketua Lingkungannya tetap antusias mengikuti lomba-lomba yang bertemakan HUT RI ke-65. Pada tanggal 17 Agustus 2010 yang lalu, lomba dalam rangka HUT RI diadakan dalam berbagai bentuk , yakni lomba anak-anak seperti tangkap ikan lele (kecil), pindah balon, pindah air, futsal dan lomba untuk dewasa berupa lomba nasi goreng yang bahan-bahannya dipersiapkan oleh ibu-ibu setiap lingkungan dan nasi gorengnya dimasak oleh para bapak-bapaknya. Cukup seru. Setiap lingkungan (kecuali lingkungan I St. Caecilia absen dari kegiatan) pukul 08:30 telah berdatangan dan menyiapkan persiapan-persiapan yang diperlukan seperti meja penyajian dan tempat masak yang telah disediakan oleh panitia. Sementara kaum muda Wilayah-Don Bosco Bondongan menyiapkan lomba untuk anak-anak yang diketuai oleh Sdri Grabiela. Lomba pada pukul 10:00 di buka dengan doa bersama oleh Bapak H. Anton Rubana.
Selesai doa, lomba anak-anak dan lomba masak antar Lingkungan segera dimulai. Pada lomba masak, mulai terlihat kekompakan Ibu-ibu dan Bapak-bapak peserta, dan setiap kelompok tampaknya telah mempersiapkan jurus-jurus khusus. Kelompok-5 St. Silvester kali ini tidak mau ketinggalan, mengingat tahun-tahun sebelumnya selalu menjadi juru kunci. Agar mantap, Ibu-2 lingkungan ini mengadakan tips khusus kepada para Bapak-bapaknya dalam hal memasak melalui selebaran panduan praktis. Mereka sudah bosan menjadi urutan buncit. 
Disamping itu masing-masing Lingkungan telah menyiapkan nama masakan yang cukup unik  seperti Nasi Goreng Merdeka Ceria (Lingkungan-3 St. Vincentius), Nasi Goreng Proklamasi (Lingkunga-5 St. Silvester) , Nasi Goreng Merah Putih (Lingkungan-6 St. Stefanus), Nasi Goreng Merdeka Gembira (Lingkungan-4 St. Theresia) dan Nasi Goreng Reformasi (Lingkungan-2 St. Antonius). Sungguh setiap peserta ingin unjuk kebolehan dan kekompakkan. Dalam kurun waktu 1 jam lomba masak dewasa telah menghasilkan 250 porsi nasi goreng dengan aneka rasa. Pada saat lomba masakan berlangsung, anak-anak dibawah kepanitiaan kaum muda Don Bosco Bondongan mengadakan lomba tangkap ikan, pindah air, pindah balon, dsb.
Para dewan Juri lomba masak (Bp. Suwandi/ Ibu Lily, Bp. Dominikus, Bp. Winarto, Bp. Sukoco) berusaha sekuat tenaga untuk menilai setiap kelompok secara fair dan adil. Diwakili oleh Bp. Dominikus, maka Lingkungan-3 St. Vincentius keluar sebagai pemenang, disusul oleh Lingkungan-6 St. Stefanus, Ling-kungan-5 St. Silvester, Lingkungan-2 St. Antonius, dan Lingkungan-4 St. Theresia.
Setelah lomba  untuk anak berakhir, bapak Anton Rubana memimpin doa untuk makan siang bersama. Sungguh suatu kebersamaan yang cukup unik, yang hanya bisa dirasakan dalam hati setiap peserta. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dewan juri dan semua pihak yang telah mendukung suksesnya acara. Proficiat!

(swara WilBond)

Cerita Mini

Yang Paling Indah . . .

Intan bergegas melangkahkan kaki setelah turun dari angkot. Dia masih harus berjalan sekitar 500 meter lagi untuk sampai di tempat mamanya berada. Setengah jam yang lalu dia mendapat sms dari mamanya yang meminta dia untuk menjemput mamanya yang pusing karena tensinya turun. Tidak sampai lima belas menit, sampailah Intan di tempat mamanya berada. Wah, mamanya kelihatan pucat dan lemas. Dia duduk di sofa di beranda gedung tua itu. “Aduh, bagaimana keadaan mama?”, dengan agak gugup, Intan memegang tangan mamanya yang agak dingin, lalu mengusap-usapnya.

“Mama sudah agak mendingan Intan”, tiba-tiba ada seseorang muncul, membawa secangkir teh hangat yang ditaruhnya di meja, disebelah sofa, sambil melayani mama Intan, “Ibu minum teh dulu Yuk.” Intan menoleh kaget, suara itu tidak asing bagi dirinya. Benar, setelah dia bertatapan mata dengan sumber suara itu, betapa kagetnya dia. Rino…. dialah pemilik suara itu. Wajahnya ganteng, orangnya tenang, cerdas, cool, mandiri, dinamis, terpelajar dan banyak lagi kelebihan dia. Pokoknya, kriteria cowok ideal ada padanya. Empat tahun tidak bertemu, kini setelah bertemu kembali dan saling memandang, Intan berdebar-debar tidak karuan. Intan mengeluh dalam hati “Tatap matamu masih seperti dulu, mempesona.… “Sebaliknya Rino merasakan sesuatu yang menggetarkan hatinya. Dibiarkannya hatinya berfantasi ria, “Intan, kamu telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, mata dan bibirmu indah…, seandainya saja…”
Maka, siang itu menjadi sebuah moment yang sangat indah bagi Intan dan Rino. Mereka sama-sama menyadari nyala api asmara yang dulu masih teramat kecil, ternyata sampai dengan saat ini masih ada, bahkan terasa semakin nyata. Mungkin perasaan sayang, perasaan suka atau perasaan cinta. Tidak seorangpun bisa menolaknya, bila perasaan itu mulai hinggap padanya. Bukankah cinta itu anugerah? Bukankah cinta itu sumbernya dari Allah? Cinta tidak pernah bisa dilogika, kenapa datang tanpa pandang bulu… Konon busur asmara itu dilepaskan oleh Dewa Asmara, melesat dan membidik sepasang hati, tanpa mempedulikan perbedaan status, budaya, fisik, tingkatan, umur dan banyak hal lain. Rino pernah praktek mengajar di sekolah Intan empat tahun lalu. Dosen pembimbingnya adalah mama Intan. Sejak awal bertemu, Rino dan Intan merasakan ada sesuatu yang mengkaitkan hati mereka. Entah kekuatan perasaan apa? Kini mereka menyadari, itulah kekuatan cinta. Cinta akan mempertemukan dua pribadi yang berbeda, meski suatu saat dipisahkan oleh jarak, ruang dan waktu. Tapi, ada satu kenyataan yang juga mereka sadari sepenuhnya : mereka tidak mungkin bersatu. Sekalipun begitu, budi dan hati mereka selalu rela menerima kenyataan itu, sehingga terpeteri sebuah keputusan yang membuat pedih, tapi pasti :  cinta tidak harus memaksakan untuk selalu bisa bertemu dan saling memiliki. Yang terindah, cinta itu selalu ada dalam hati, selalu berharap akan kebahagiaan dan kebaikan akan terjadi pada orang yang dicintainya.
Kepedihan akan sebuah kenyataan bahwa mereka tidak akan pernah bisa bersatu, selalu bisa tersapu oleh kebahagiaan hati karena kesempatan bertemu pada suatu saat. Seperti yang terjadi pada suatu siang. Waktu itu gerimis turun. Mereka berjanji untuk bertemu, meskipun sesaat. Rino mengusap rambut panjang Intan yang terkena siraman gerimis, kemudian dipeluknya Intan sambil berjalan. Mereka melangkah menuju ke sebuah taman, tempat mereka berdua bertemu bila ada kesempatan, sambil  menceritakan kisah-kisah suka duka mereka selama mereka tidak bertemu. Saat itu bunga-bunga Akasia bermekaran indah di taman, seakan-akan menghibur mereka. Ada kekuatan kudus yang selalu membuat mereka tidak jemu untuk saling mendukung dan menyemangati, ada daya suci yang membuat mereka tidak pernah merasa lelah untuk menanti saat bertemu, sekalipun mereka tidak mungkin bersatu. Dewa Asmara pun tersenyum, melihat kesucian cinta mereka.

( Elis )

Evangelisasi 1

STANDAR YESUS BERTENTANGAN DENGAN STANDAR DUNIA

Kita tidak dapat lagi terus-menerus menipu diri sendiri. Kita tahu benar bahwa setan itu dengan amat cerdiknya menggoda manusia di dunia. Dia menggoda setiap pengikut Kristus dengan berkata: “Nikmatilah hidup ini, ikutilah gaya hidup orang kaya dan orang terkenal, pesta yang penuh gemerlapan…mobil yang mutakhir…rumah yang harganya aduhai. Hin-darilah penderitaan dan kesengsaraan. Kebahagiaan berarti ‘anggur, wanita dan kenikmatan dunia’. Demikian inilah pola nilai-nilai dunia yang kini berlaku.
Tetapi setan akan menolak mengakui bahwa kaum selebriti di dunia ini dapat mengungkapkan penderitaan dan kesengsaraan tersembunyi di bawah tampang luar suka-cita, senda-gurau dan tawa-ria. Kebanyakan dari mereka itu, walaupun tidak semuanya, mengalami depresi mental, penderitaan batin, kecanduan obat terlarang, perkawinan yang berantakan, anak-anak yang kacau balau dan rasa kesepian yang mendalam, meskipun kepuasan nampaknya mereka peroleh dalam perjalanan karir mereka. Mungkin saja orang menikmati kehidupan dan tetap tidak bahagia.
Tuhan kita Yesus Kristus berulangkali mengatakan kepada murid-muridNya bahwa akan tiba waktunya Dia harus naik ke Yerusalem, di mana para tua-tua dan pemimpin-pemimpin agama Yahudi akan membuat Dia menderita dan membunuhNya, tetapi pada hari ketiga Dia akan bangkit kembali (Mat 16:21 , 17:22-23 , 20:17-19). Pada suatu waktu Petrus (mungkin dipengaruhi standar dunia) menegur Tuhan: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau. (Mat 16:22).
Tuhan Yesus hanya mengatakan ini kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.(Mat 16:23). Dapatkah Anda membayangkan bagaimana perasaan Petrus waktu itu ketika dia dipanggil oleh Tuhan Yesus dengan nama yang diberikan kepada malaikat yang telah jatuh ke dalam dosa? Dan mengapa Yesus menyebut Petrus setan? Karena Yesus ingat kembali bagaimana setan menggoda Dia pada awal pelayananNya di hadapan umum dengan kata-kata yang sama ini: saya berikan kepadaMu kerajaan saya tetapi dengan syarat bahwa Engkau bersedia untuk tidak mengalami kesengsaraan dan kematian. Ini bukanlah standar dunia (Luk 4:1-13).
Ketika Yesus sangat lapar sesudah berpuasa empat puluh hari empat puluh malam, setan dengan cekatan menyuruh Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Setan menggoda Yesus dengan berkata: “Engkau lapar, makanlah sampai kenyang. Ingatlah bahwa rasa lapar itu suatu insting yang perlu dipuaskan. Demikian juga nafsu seks maupun nafsu akan kekuasaan itu perlu dipenuhi. Nikmatilah nafsu-nafsu itu. Engkau tidak dapat memenangkan dunia kalau Engkau menekan nafsu-nafsuMu. Puaskanlah semua keinginanMu, maka Engkau akan menjadi pria sejati. Lakukanlah apa yang dilakukan dunia kepadaMu!”  
Seluruh dunia menentang kematianNya yang akan dialami: kematian yang mendatangkan keselamatan bagi manusia. Godaan terakhir yang dialami Tuhan Yesus adalah teriakan orang di Kalvari: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diriMu!” (Mrk 15:29-30).
Standar Tuhan Yesus jauh berbeda dengan standar dunia bahkan bertolak belakang. Berulang kali kita perlu mengingatkan diri kita sendiri bahwa perayaan Paskah yang megah tidaklah mungkin tanpa persiapan pertobatan masa Puasa dan tanpa Jumat Suci. Tidak ada kebangkitan bagi kita masing-masing jika kita tidak menjalani “penyaliban dan kematian kita sendiri di kayu salib”. Sebab inilah Allah ingin menyelamatkan dunia: dengan melawan standar dunia. Kriteria dunia untuk memperpanjang hidup ialah memanjakan ke-hidupan dengan berbagai macam kepuasan, kenikmatan dan kesenangan. Dalam pemuridan Kristiani berlaku prinsip “mendapatkian hidup berarti menghabiskannya”,  seperti lilin yang meleleh memberikan terang dalam kegelapan.
Orang besar menurut ukuran dunia ialah orang yang menguasai orang-orang lain, yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang besar. Di jaman Kristus hidup di dunia, orang-orang besar itu misalnya Kaisar yang dianggap sebagai dewa, gubernur Romawi dengan puluhan hamba sahayanya, senator-senator Romawi dengan kekuasaan legislatifnya. Dunia memandang mereka sebagai yang tidak dapat mati, sebagai makhluk yang tak terkalahkan.
Dijaman ini, di pusat-pusat ibu kota di seluruh muka bumi, dunia terus menilai kebesaran orang perorang dari jumlah orang yang diawasi atau dikuasai, dari prestasi intelektual dan akademis, dari jumlah jabatan yang dipegangnya atau dari jumlah uang yang ada di rekeningnya di Bank. Kalau kita gunakan standar Yesus, semuanya ini tidak ada artinya. 
Yesus adalah Utusan Allah terbesar. Mereka yang datang sebelum Yesus adalah utusan-utusan Allah, tetapi tidak dapat dibandingkan dengan Yesus. Namun demikian, Yesus tidak hanya Utusan Allah, tetapi juga Warta Allah, Firman yang menjadi Daging (Yoh 1:1-18). Yesus Kristus lebih besar daripada Abraham, Musa, Elia, Daud dan Yohanes Pembaptis digabungkan. Sebenarnya Dia akan selalu yang terbesar, sebab Dia Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal. Walaupun Dia yang terbesar, Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mat 20:28). Dia datang bukan untuk menduduki tahta, tetapi salib. Orang-orang Yahudi memimpikan Mesias, Raja yang kuasa, pemimpin yang perkasa, orang yang akan mengalahkan semua musuh-musuh Israel (Luk 1:68-73). Sementara mereka menantikan seorang penakluk, mereka diberi tubuh yang hancur di salib. Sementara mereka mencari Singa dari Yehuda yang marah, mereka melihat Anak Domba Allah. Anak Manusia datang untuk memberikan hidupNya sebagai tebusan bagi banyak orang (Yes 53). Dengan berbuat demikian, Sang Guru sendiri memenuhi standar yang Dia tuntut dari murid-muridNya.
Dalam pemuridan Kristiani, kebesaran tidak terletak pada tuntutan kepada orang-orang lain untuk melakukan sesuatu untuk Anda, tetapi bahwa Anda melakukan sesuatu untuk orang-orang lain.
Setiap murid Kristus yang mengambil keputusan untuk mengikuti Sang Guru mempunyai kewajiban untuk menerima standarNya dan menanamkannya dalam hatinya. Jika dia ingin menjadi besar, dia dipanggil untuk menjadi pelayan (Mat 23:11). Jika dia ingin menjadi yang pertama diantara sesamanya, dia ditantang dan dinasihati untuk menjadi yang terakhir (Mrk 9:34-35).

KEUNIKAN AJARAN-AJARANNYA  
Silahkan Anda baca Sepuluh Perintah Allah yang terdapat dalam Keluaran 20:1-17. Bacalah perikop ini dengan teliti. Karena Sepuluh Perintah Allah merupakan tuntutan minimum dalam Perjanjian Lama, siapa saja yang telah melaksanakan semua perintah ini adalah seorang Yahudi yang baik, warga negara yang baik dari masyarakat Yahudi. Moralitas Perjanjian Baru yang ditegakkan dengan kelahiran Tuhan Yesus menuntut lebih banyak dari pengikut-pengikut Kristus dan pemuridan Kristiani menuntut lebih banyak daripada pelaksanaan kesepuluh perintah Allah. Ketaatan, kepercayaan dan kasih merupakan keharusan. Kesempurnaan hidup moral dituntut dari kita semua. Yesus, Guru dan Tuhan kita bersabda: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:20). Asas pemuridan Kristiani dan keunikan ajaran-ajaran Sang Guru dapat ditemukan dalam Kotbah di Bukit. Siapa saja yang ingin mengevaluasi atau menguji hidupnya sebagai orang Kristiani harus membaca Injil Matius bab 5 – 7.
Kotbah di Bukit berisi ajaran Tuhan Yesus yang resmi, tetapi yang membawa kejutan. Kotbah di Bukit merupakan ringkasan pikiran Sang Guru. Tuhan Yesus berbicara dengan penuh wibawa sehingga para pendengarnya terkagum-kagum, “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”. (Mat 7:28-29).
Tuhan Yesus mengajar murid-muridNya yang per-tama: “Kamu telah mendengar….. Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Mat 5:21-22).
Perjanjian Lama menghukum pembunuhan yang sebenarnya, sedangkan pemuridan Kristiani sudah menghukum kemarahan yang hanya ada di dalam hati dan bibir seseorang. 
Selanjutnya Yesus bersabda: “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, ka-rena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka” (Mat 5:27-30). Perjanjian Lama melarang perbuatan zinah, sedangkan pemuridan Kristiani melarang penggunaan mata dengan sengaja untuk merangsang nafsu badaniah seseorang.
Marilah kita juga melihat perintah Yesus yang disampaikan dalam bentuk positif. Orang-orang Yahudi juga mempunyai perintah, tetapi dalam bentuk negatif. Kitab Tobit memerintahkan: “Apa yang tidak kau sukai sendiri, janganlah kau perbuat kepada siapapun” (Tobit 4:15a). Ini dikutip oleh Rabbi Yahudi yang bernama Hillel ketika memberikan instruksi kepada orang Yahudi yang bertobat: “Apa yang menyebalkan kamu, jangan kau lakukan kepada orang lain”.
Di antara orang-orang Timur, Confusiuslah yang mengajarkan suatu ajaran sebagai salah satu prinsip pokok kehidupan, tetapi juga dalam bentuk negatif: “Jangan engkau berbuat kepada orang lain apa yang engkau sendiri tidak ingin orang lain perbuat kepadamu”. 
Di antara orang-orang Yunani dan orang-orang Romawi, Epictetus mengutuk perbudakan dengan berkata: “Penderitaan yang anda sendiri menghindarinya, jangan kau timpakan kepada orang-orang lain”. dengan penuh sesal dalam hatinya, Kaisar Alexander Severus memerintahkan supaya kata-kata yang bijaksana ini diukir pada dinding istananya supaya dia tidak pernah melupakannya sebagai aturan hidup.
Aturan hidup dalam bentuk negatif berarti tidak melakukan sesuatu atau menolak untuk melakukan sesuatu. Tidak melakukan sesuatu itu tidak pernah sulit. Bahwa kita menahan diri untuk tidak berbuat jahat terhadap orang lain bukanlah sesuatu yang istimewa. Orang selamanya dapat menahan diri untuk tidak melakukan yang jahat terhadap orang lain hanya dengan tidak berbuat apa-apa dari pihaknya. Meskipun demikian, dia tetap orang Kristiani yang tidak ada gunanya.
Melakukan sesuatu yang positif itulah yang istimewa. Justru ajaran Tuhan Yesus disampaikan dalam bentuk positif, sehingga jauh melebihi ajaran yang disampaikan dalam bentuk negatif. “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. (Mat 7:12). Di sinilah letaknya keunikan ajaran Tuhan Yesus. Memang…..tidak ada duanya.

(St. S T)

Renungan 1

KESETIAAN MEMBUAHKAN PERUBAHAN

Ketika kita menghadiri perayaan ekaristi atau ibadat sabda atau persekutuan doa, pasti ada bacaan bacaan Kitab Suci yang dibacakan.Namun sayang, masih ada saja umat yang hadir kurang bahkan tidak mendengarkan tapi malah sibuk dengan sms atau ngobrol walau sudah sering juga diingatkan. Bahkan saking asyiknya ngobrol, bergurau, ketawa-ketiwi, sampai tidak menyadari telah mengganggu umat sekitar yang sungguh mau hadir memenuhi panggilan Tuhan untuk mendengarkan firman Nya.
Selayaknya kita patut bersyukur, Tuhan memanggil dan memilih kita. Apalagi bila kita langsung meresponnya, tidak menunda–nunda dengan alasan misalnya: nanti saja kalau sudah tua, atau datang hanya karena merasa wajib, atau dengan berbagai alasan lain-nya.Memang bukan hal yang mudah, tapi kata Yesus dalam Luk 5: 32 :” Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”
Maukah kita merasakan pengampunan dan cinta kasih?
Maka bila kita mau, dengan rendah hati, bertobat, sungguh–sungguh mengakui kelemahan kita dan berserah pada Nya, yakin dan percaya Tuhan menyertai kita. Mohon campur tangan Tuhan untuk memampukan kita mendengarkan setiap firman Tuhan, mohon Tuhan tulis dan meteraikan dalam hati agar tidak hanya mengetahui firman Tuhan, tapi mampu melakukan firman Tuhan. Mohon tuntunan Roh Kudus agar kita dipimpin untuk menjadi manusia baru yang berkenan di hadapan Tuhan. Sembahlah Tuhan dengan puji–pujian yang merupakan ungkapan hati dan doa kita. Membangun persekutuan dengan Tuhan melalui disiplin doa dan firman, agar kita bisa mengenali suara Nya.
Memang dalam hidup ini, kita tidak dapat menghindari kegagalan, kesusahan, pencobaan atau ujian. Iblis, raja penipu kadang membuat kita hampir bahkan tidak tahan dengan berbagai permasalahan yang kita hadapi, apalagi bila hal–hal buruk menimpa keluarga kita, anak–anak kita, belum lagi cacian, hinaan dari orang–orang sekitar.Kita sudah berdoa, puasa, dan menyembah Tuhan, malah sudah bertahun–tahun, tapi rasanya keadaan tidak bertambah baik, persoalan demi persoalan seakan semakin besar dan semakin buruk, bahkan kadang kita merasa sudah berada dalam kehancuran.
Kita dapat menyikapi hal itu dengan cara berbeda. Bila disikapi dengan keputus asaan, masa sulit akan melumpuhkan semangat hidup.Membuat kita menjadi pecundang. Sebaliknya jika disikapi dengan ketekunan, masa sulit bisa dianggap sebagai  “suatu kebahagiaan” seperti dalam Yakobus 1: 2 :” Saudara–saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh kedalam berbagai–bagai pencobaan.” Mengapa? Karena melaluinya kita ditempa menjadi dewasa dan berpengalaman. Kita harus memiliki sikap pantang menyerah dan terus berusaha melakukan yang terbaik di saat terburuk agar kita menjadi orang yang tahan banting, pandai melihat peluang di tengah penghalang dan buahnya adalah keberhasilan. Bukan hal mudah karena iblis selalu ingin membinasakan, tapi teruslah setia dan bertekun. Mintalah hikmat pada Tuhan agar tetap bisa bertahan, agar dimampukan untuk siap menghadapi masalah–masalah yang kita hadapi dengan penuh bijaksana, kuat, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan dan tidak ada kata lelah.
Tuhan ingin kita menjadi kuat dan kokoh dengan perkara –perkara yang kita hadapi. Dia mengenal hati kita, mengenal karakter kita. Dalam Mat 7 : 24-27:” Setiap orang yang mendengar perkataan KU ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya diatas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir. Lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Tuhan mengijinkan kita mengalami berbagai permasalahan, bahkan yang sangat buruk, memalukan, menjijikan……. Karena Tuhan mau mendidik kita untuk membangun rumah di atas batu karang. Tuhan selalu memberikan yang terbaik, karena “kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. ( Roma 8 : 28 )
Tuhan mempersiapkan rancangan damai sejahtera dan bukan kecelakaan di dalam kehidupan setiap anak–anak Nya. Tuhan mempersiapkan hari depan yang penuh harapan kepada setiap anak–anak Nya. Yakin, percaya, tetap setia dan berserah kepada Tuhan, agar kita dapat melihat perubahan yang memulihkan hidup kita. Saat pemulihan tiba, kita akan heran dan tercengang melihat apa yang Tuhan kerjakan. Tuhan akan memberi hikmat. Tuhan sanggup mengubah hidup kita, membentuk hidup kita seperti yang Tuhan ingini. “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” ( Luk 1 : 37) 

(Eestee)

Renungan 2

MEKAR DARI DURI


Ibrani 12:11 memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
Semak gorse adalah semak belukar yang di impor dari Eropa dan kini tumbuh liar di barat laut Samudera Pasifik. Semak ini memiliki duri yang lebat berwarna hijau tua, dan pada musim semi menampakkan lambaian  bunga-bunga kuning yang harum dan mempesona. Namun yang paling di kenal oleh pecinta alam dan nelayan adalah duri-durinya yang tajam.
Yang menarik bunganya mekar tepat pada duri-durinya.
Misionaris sekaligus artis Lilias Trotter menulis “sepanjang tahun, duri-duri itu semakin keras dan tajam”. Ketika musim semi tiba, duri-durinya tidak luruh maupun melunak. Tidak ada perubahan sama sekali. Tetapi di bagian tengahnya tampak dua bulatan berbulu halus berwarna cokelat, yang mulanya kelihatan seperti bintik, dan pada akhirnya merekah, tepat pada duri yang ada, menjadi bunga keemasan yang berkilau indah.
Demikian pula penderitaan yang menyertai masalah dalam hidup kita. Ketika kita berada di tengah situasi yang tampaknya tidak berpengharapan dan sangat berat untuk ditanggung. Kehidupan kecil muncul akan segera merekah. Terimalah masalah yang paling berat, masalah yang paling sulit dalam hidup. Disitulah Allah dengan segala anugerahNya akan membuat keindahanNya di dalam hati kita.
Tidak ada masalah yang tampak menyenangkan pada saat kita jalani, “namun ketika itu berlalu, kita dapat melihat bahwa masalah tersebut dapat menghasilkan buah kebaikan yang sejati dalam karakter orang-orang yang telah menerima dalam Roh kebenaran”.
Tuhan memberkati...

(Ika - Pontianak)

Renungan 3

Hancurnya yang Kubanggakan




Matahari semakin tenggelam menunjukkan sore akan berganti malam. Aku masih saja merenung di tepi pantai menunggu tenggelamnya kawan siangku masuk ke dalam lautan. Sementara berjalan menyusuri tepi pantai seorang diri, aku terus mengawasi matahari tenggelam. Tiba-tiba, aku bertemu dengan seseorang yang tidak aku kenal. Aku hendak berlari mengasingkan diri, tetapi dia semakin mendekat, siapakah dia?
“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Mengapa kau masih saja bermuram durja membayangkan kegagalan itu? Kemari dan ikutlah”. Orang ini sepertinya mengenal aku, apakah dia ini seorang peramal? gumam diri aku dalam hati.
“Jangan berpikir aku seorang peramal,aku tidak suka digolongkan sebagai kaum seperti itu.”
“Oh My God..Siapa orang ini hingga mengetahui pikiranku? Gosh, Bagaimana ini? Kemanakah orang ini akan membawaku?”
“Berjalanlah menyusuri pantai ini, aku hendak menunjukkan sesuatu kepadamu, jangan takut.”
Demikian orang ini mengajakku untuk mengikutinya, dan aku mencoba menerka apa yang hendak ditunjukkannya. Cahaya putih sedikit demi sedikit melingkupi kami. Penglihatanku putih semua. Tanpa sadar aku melihat suatu tempat yang sangat asing bagiku. Dia menunjukkan padaku seorang pria yang sedang sedih berlarut-larut. Seperti diriku. Kami berputar kearah yang lain, ternyata orang disampingku ini menunjukkan kejadian sebelumnya yang menimpa pria itu.
Kami berada dalam gereja. Di gereja ini aku melihat dia memiliki pelayanan yang luar biasa. Bahkan kemudian ia memutuskan untuk masuk dalam sekolah Teologia. Tetapi, disela-sela waktu lain dia turut menjalankan bisnisnya. Aku melihat dia begitu semangat ketika memasuki awal perkuliahan, bahkan dia membentuk tim misi yang melayani ke desa-desa pada waktu liburan semester tiba. Waktu terus berjalan, sementara itu ia mulai kompromi dengan kesibukan bisnisnya. Memasuki semester tujuh, ia cuti kuliah karena bisnisnya yang semakin maju membutuhkan perhatian yang lebih. Sementara teman-temannya sudah selesai kuliah dan terus memenuhi panggilan sebagai hamba Tuhan, dia mulai menjauh dari pelayanan dan Tuhan. Bahkan ia meninggalkan keluarganya, kemudian hidup serumah dengan rekan bisnisnya. Suatu penglihatan lagi aku melihat bahwa Tuhan berperkara dengannya, ia bangkrut dan ditinggalkan oleh wanita yang ternyata hanya mencintai hartanya. Saat ia tidak memiliki apa-apa lagi, barulah hatinya mendengarkan suara Tuhan yang masih mengasihi dan terus menunggunya. “AnakKu, meskipun engkau sempat lari dari jalan dan panggilanKu, Aku tetap menunggu kepulanganmu,” itulah suara lembut yang aku dengar saat itu, dan suara itulah yang membuatnya menangis penuh penyesalan (Mansor). Selesai melihat kejadian itu, orang yang membawaku ke tempat ini kemudian berkata, “Keadaan buruk yang diterimanya membuat dia tersadar bahwa tidak ada yang kesenangan duniawi yang bisa menjamin hidupnya. Jiwanya membutuhkan lebih dari sekedar duniawi semata, dia membutuhkan Yesus.”
Selesai mengikuti kisah tadi, aku dibawanya ke tempat lain. Sekali lagi ada cahaya begitu terang melingkupi kami, dan kali ini terlihat lebih terang. Aku melihat ada sosok gadis yang tampaknya begitu terkenal. Tetapi aku tidak dapat dengan jelas melihat wajahnya itu. Pastinya, gadis ini memiliki banyak kemewahan lainnya dalam kehidupannya. Ternyata dia adalah seorang model dan pernah tampil dalam dunia periklanan Indonesia. Tampaknya gadis ini sangat membanggakan kecantikannya itu, begitu membanggakannya sehingga dia menjadi sosok yang sombong dan memilih-milih dalam berteman. “Aku hanya ingin berteman dengan wanita cantik saja”, gumam dirinya dalam hati. “Wah, aku bisa membaca pikiran dirinya!” seruku. Kemudian aku dibawa pergi ke lain waktu. Dia mendapatkan kejadian yang menyedihkan, sungguh di luar dugaan dia mengalami hal itu. Dia mengalami kecelakaan yang cukup parah saat hendak syuting periklanan. Begitu juga dengan teman-temannya yang berada dalam lokasi syuting saat itu. Wajahnya rusak seketika karena  ledakan dahsyat tak terduga. Kecantikannya sirna seketika. Dia menangis dan takut melihat wajahnya sendiri. Dia sangat sedih dan sungguh putus asa. Akhirnya dia menjalani operasi plastik dan kini dia memiliki wajah yang palsu. Apa yang dia banggakan selama ini punah begitu saja. Apa yang dia banggakan selama ini tidak akan kembali. Tidak akan pernah. Aku melihat hatinya sungguh hancur karena yang dibanggakannya kini sirna begitu saja. Sama seperti diriku. Yah, sama seperti diriku? Aku terhentak kaget dan baru menyadari bahwa itu adalah diriku sendiri.”Tidak! Siapakah Saudara hingga membawaku ke tempat ini! Aku benci kejadian itu! Aku sakit! Bawa aku pulang!!”, jeritku pada orang itu. “Nak, perhatikan baik-baik, Tuhan tidak melihat rupamu, kembalilah padaNya, Tuhan menunggumu.” Suara orang ini menggema dalam telinga dan hatiku. Siapakah dia hingga membawaku dalam kejadian ini? Oh Tuhan…!Ampuni aku karena telah melupakanMu dan membanggakan duniawiku.” Aku teringat kisah menyedihkan ini sebulan yang lalu. Aku belum meminta ampun padaNya. Aku baru menyadari apa yang aku banggakan itu salah. Bukan hal-hal seperti itu yang akan membuat Tuhan senang, justru diriNya sedih melihat aku berhala atas kecantikan dan kemewahanku. Aku pun menyadari bahwa apa yang aku banggakan di dunia tidak bisa membawa aku kepada kebahagiaan sejati! Aku salah telah terlalu membanggakannya. Ini semua fana dan membuat aku melupakan Tuhan karena terlalu membanggakan itu semua. Aku terjebak pada kebinasaan! Diri aku terlalu berlarut-larut dalam keputusasaan dan kesedihan. Tapi aku tak menyerah, aku mau kembali pada pangkuan Tuhan dan berlaku setia dalam jalanNya. Aku terhenyak dan menangis. Benar, aku sudah mencari ribuan kali kesenangan di dunia ini, tapi tak satu pun yang memuaskan aku. Aku hanya jatuh pada kebinasaan pada akhirnya karena aku terlalu mengharapkannya. Semua di duniawi  mengkhianati diriku dan mengantar aku jauh dari kesenangan sejati. Aku ingin kembali pada-Nya! 
***
Manusia butuh hidup dalam Kerajaan Allah, bukan kerajaan dunia. Kalimat ini ditunjang dari kisah diatas seorang pria yang bertobat pada Tuhan. Berhati-hatilah Anda yang terlalu berharap dengan dunia, Mereka tidak pernah menjanjikan yang abadi/yang diinginkan hatimu. Membanggakan sesuatu di dunia adalah hal yang wajar, tapi mengapa setiap yang dibanggakan oleh manusia itu menemui kegagalan pada akhirnya? Dunia ini begitu menarik dengan segala isinya, tapi tak satu pun di dunia ini yang menjanjikan buah yang matang dan abadi .
Penampilan fisik bukanlah hal yang harus dibanggakan. Yesus mengatakan bahwa kecantikan, kekayaan, dan hal-hal duniawi lainnya akan rusak dan dimakan ngengat. Bukan kecantikan, kekayaan yang Tuhan ingin kita lebih  banggakan, karena kesenangan akan duniawi hanya akan menuju pada kebinasaannya dan membuat kita berhala pada hal tersebut. Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yak 4:4). Akar dari segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim 6: 10a). Demikian Tuhan tidak berkenan pada mereka yang terlalu mengagungkan duniawi dan menomorduakan Tuhan. Allah kita adalah Allah yang cemburu, yang akan membalaskan kesalahannya pada keturunannya yang ketujuh dan selanjutnya.
Allah tidak ingin anak-anakNya seperti kehilangan domba karena Dia sudah memberikan kepada kita suatu kebenaran, bahwa Allah lebih melihat hati kita bukan kecantikan atau ketampanan kita. Hati kita yang mengasihi diriNya, mencintaiNya dengan segenap hati, tidak bersyarat, dan tidak terbatas, akan membuat kita bersyukur atas apa yang kita miliki. Jadi, tak ada yang bisa kita banggakan dari duniawi, selain daripada menjadi pengikut Kristus yang setia dan atas kasih karunia Tuhan pada diri kita. Menjadi pengikut Kristus itu adalah sesuatu yang kita banggakan, dengan berlaku setia di jalanNya dan melakukan perintahnya serta menerima Yesus untuk berkuasa dalam hati kita, inilah cara kita membanggakan menjadi pengikut Kristus dan tidak akan binasa/mati. Dengan berlaku setia di jalanNya, kita sudah memiliki nilai-nilai untuk dibanggakan, tetapi berhati-hatilah dengan dosa kesombongan. Dalam kerajaanNya tidaklah ada kesombongan. Rendahkan dirimu di hadapan Tuhan dan Ia akan meninggikan kamu (Yak 4:10). Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati (Yak 4:6 b). Akankah kita tetap membanggakan duniawi yang akan sirna begitu saja? Kecan-tikan akan dengan mudah sirna,  kepintaran bisa saja menghilang, kekayaan pun akan dimakan ngengat dan menuju pada kebinasaan. Anda memilih jalan yang salah bila Anda meninggalkan Tuhan karena dunia. “Seperti yang ada sekarang, tidak ada yang bisa kami banggakan daripada menjadi pengikut Kristus”.  Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh 2:16-17).  
Banyak kisah yang memilukan dimana mereka lebih memilih dunia daripada mengikuti jalan Tuhan, tetapi pada akhirnya mereka berjumpa dengan pengharapan yang sia-sia dan membinasakan. Demikian dengan kita jika berlaku yang sama seperti mereka. Kita akan binasa, kehilangan kebenaran dalam hidup, dan kehilangan pimpinan roh jika kita menuruti keinginan daging. Dari kisah diatas jelas bahwa mereka yang menyerahkan diri kepada daging, tidak mendapatkan ketentraman hidup dan kebanggaan abadi. Akankah Anda berlaku demikian? Akankah Anda ingin menghancurkan diri Anda sendiri? Gal 6:8 dituliskan bahwa barangsiapa yang menabur di dalam daging, ia akan menuai kebinasaan. Jika kita terlalu memegahkan dan mengagungkan hal duniawi kita, berarti kita menduakan Tuhan dan hal itu termasuk ke dalam berhala. Apapun itu yang telah menjadi berhala kita di dunia bukanlah berasal dari Bapa, dan akan menuju kebinasaan. Tetapi, mereka yang menabur dari roh akan menuai hidup yang kekal. Mana yang Anda pilih? 

(ggfg)

Evangelisasi 2

BUNDA MARIA TELADAN DAN TUMPUAN ORANG BERIMAN

Kelahiran itu meneruskan “keturunan”, juga dalam arti “menurunkan” sifat-sifat yang ada pada orang tua, khususnya ibu. Santa Maria, yang akan “menurunkan” Sang Penebus, Juruselamat, harus sudah dikandung tanpa noda, supaya dapat melahirkan Imanuel, Allah beserta kita. Menurut tradisi S. Maria dilahirkan oleh S. Yoakim dan S. Anna. Santa Perawan Maria sejak umur masih muda “mungkin” sudah dipersembahkan dan diam di kenisah.

Ibu Sang Penebus itu perawan suci, terkandung tak bernoda. Bagaimana mau mengisi dan menghias hidup Maria, yang sebetulnya tidak dikenal ini, selain  membuat orang tua suci, berdiam di kota suci, dekat dengan Bait Suci. Tetapi sebetulnya ada sesuatu yang ditunjuk: hubungan Maria dengan Yang Mahasuci membuat dia suci.
Elisabet mengakui rahasia Maria dan kehadiran Tuhan dalam diri Maria ketika ia berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:42-45). Maria diidentifikasikan sebagai ibu “Tuhanku”, ini berkat karunia Roh Kudus.
Dan inilah saat Yesus disebut “Tuhan”, untuk pertama kalinya. Inilah karya Roh Kudus! Sejarah yang dituntun Allah, mulai tergenapi dalam diri Maria. Semuanya itu menjadi mungkin, karena Maria percaya pada sabda Allah.
Mengenai Maria yang terdapat pada Injil sedikit saja, dan semua merupakan refleksi dan renungan umat beriman sesudah Kristus, dan selalu dalam peranan Maria sebagai ibu Yesus, cerminan dari hidup Yesus, “hamba Allah”, di mana terjadi seluruh kehendak dan sabda Allah. Santa Maria kita kenal dari Puteranya. 
Maria diperkenalkan sebagai model para pengikut Yesus. ini dapat dilihat dalam Lukas, antara lain:
a].  Luk 1:38  : “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Iman Maria nyata dalam sikapnya; ia menanggapi sabda Allah sebagai sesuatu yang ‘cukup’ baginya. Sebelum mengandung Yesus dalam rahimnya, ia sudah mengandungNya dalam hatinya, kata St. Agustinus. Ia benar-benar menyerahkan dirinya kepada rencana penyelamatan Allah. 
b].   Luk 8:19-21  : “Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepadaNya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepadaNya: “IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka: “IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya”. Dalam Lukas, ibu dan saudara-saudara Yesus bukan “orang luar”, melainkan kelompok yang mendengarkan sabda Allah dan melakukannya.
c].   Luk 11:27-28  : Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”. Keibuan fisik Maria tidak berperan apa-apa di mata Yesus. Ibu Yesus berbahagia bukan karena mengandung dan menyusui Yesus, melainkan karena menanggapi sabda Allah secara positif.
d].   Kis 1:14 : Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa pe-rempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus “. Ada kesinambungan antara kelompok pengikut-pengikut Yesus sebelum dan sesudah Paskah. Dalam kelompok itu hadir Maria. Ia berperan dalam Gereja Kristen Awal pada hari Penta-kosta. Ia benar-benar murid Yesus yang sejati.
e].   Luk 4:24 : Dan kataNya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”. (bdk dengan Mrk 6:4). – Menurut Markus, Yesus tidak dihormati oleh “kaum keluarganya dan di rumahnya”. Dalam Lukas hanya dikatakan bahwa “nabi tidak dihargai di tempat asalnya”. Mengapa Lukas berbeda dengan Markus? Sebab menurut Lukas, inti keluarga Yesus di Nazaret ialah Maria, dan ia pasti murid sejati Yesus!
Kemudian pada Madah Maria. “Magnificat” terdiri atas 2 bagian :
Dalam Luk 1:46-50 : Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus. Dan rahmatNya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia”. Di sini diperkenalkan tindakan kuasa Allah  demi seorang perempuan dina (Maria). Allah berinisiatif dengan penuh kasih. Maria bicara tentang statusnya yang rendah dan tentang karunia-karunia yang diterimanya tanpa jasa apa pun. Madah Elisabet menonjolkan Maria sebagai model iman. Madah Maria menonjolkan kasih karunia Allah yang ditanggapinya dengan iman.
Kidung magnificat itu contoh kurnia curahan Roh, yang melimpah di dalam hidup. “Persiapan” kalau boleh dikata dari jauh ada pada pewartaan Malaikat, dan dari dekat pertemuan dengan Elisabet, tetapi kemudian tercurahlah perasaan yang penuh menumpuk dalam Wanita ini menumpah menjadi kidung bahagia, yang selalu memberi inspirasi baru.
Maria dengan semua pengalaman peristiwa-peristiwa beruntun, merasa terangkat mengatasi dunia sesaat, di mana ia berpijak, tetapi ia “mengalami” pertemuan sejarah dalam dirinya: harapan masa lampau, puncak masa kini, dan limpahan tak ada habisnya ke masa depan. Perasaannya itu bukan lagi perasaan manusia melulu, tetapi manusia yang dalam hidup diangkat oleh Tuhan, untuk menjadi penyalur semua hidup yang dari Allah ke dunia. Ia dijadikan teladan, tumpuan masa kini dan masa  mendatang; dengan hidupnya ia ikut menggariskan batas: kebesaran, kuasa, ketinggian dan kekayaan semua pada pihaknya, karena ia berpaut pada Allah sebagai hamba dalam kerendahan hati. Ini berarti kebenaran sikap makhluk terhadap Pencipta, jujur, jernih, transparan, bening, taat dalam segala, yang mengundang curahan rahmat, anugerah, kurnia, tak habisnya, tak hentinya.   
Dalam Luk 1:51-55  : “Ia memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hambaNya, karena Ia mengingat rahmatNya, seperti yang dijanjikanNya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya”. Di sini diperkenalkan semacam “revolusi sosial” yang kelak akan dilakukan Allah lewat suatu penjungkirbalikan nilai-nilai yang berlaku di dunia. Perhatian Allah tertuju kepada yang “hina”. Perhatian Allah kepada seorang perawan Maria adalah tanda tentang akan terjadi suatu tindakan eskatologis Allah terhadap dunia. Revolusi itu akan serupa dengan terkandungnya Yesus dalam rahim Maria: Hasil masuknya Allah ke dalam sejarah dunia manusia!
Maka madah Maria adalah cermin harapan akan kemenangan akhir Allah, akan terjadinya “revolusi”. Bila Allah telah bertindak terhadap Maria di masa sekarang, maka inilah jaminan bahwa Ia akan bertindak pula kelak dengan cara serupa terhadap seluruh dunia. 
Madah Maria adalah gambaran seorang individu (Maria) yang telah mengalami karunia Allah dan prototype tindakan Allah terhadap dunia kelak. Allah membuat segala sesuatu menjadi baru!

(St. S T)