DOA ADALAH PUSAT PENGALAMAN ROHANI
Oleh : Peter Suriadi
Dalam kehidupan beragama, doa merupakan faktor yang sangat diperlukan. Doa mengungkapkan keyakinan terdalam setiap pribadi tentang Allah, dunia, hidup manusia dan hubungan antarmanusia. Setiap pribadi tidak dapat memiliki hubungan dengan Allah tanpa doa. Demikian juga dalam agama Kristen, doa memiliki kedudukan penting sebagai pusat pengalaman rohani. Tanpa doa yang termuat dalam Perjanjian Lama, kita tidak dapat mengetahui sejarah keselamatan Allah dari sejak semula. Tanpa memahami fungsi doa dalam kehidupan Yesus dan jemaat perdana yang termuat dalam Perjanjian Baru, kita tidak dapat mengetahui sejarah keselamatan Allah yang memuncak dalam diri Yesus Kristus. Tokoh-tokoh utama dalam Kitab Suci pun dikenal sebagai pendoa. Salah satu tokoh yang merupakan manusia pendoa adalah Paulus (bdk Kis 9:11; 13:2-3; 16:25; 20:36; 22:17; 28:8). Dalam surat-suratnya pun Paulus seringkali meminta agar para pembaca berdoa untuknya (Rm 15:30, Flp 1:19; Kol 4:3-4) dan mengajak jemaatnya untuk berdoa setiap saat (Kol 4:2, 6:18; Flp 4:6). Jemaat Kristus adalah jemaat yang selalu berdoa.
Teks
2 Tes 2:16-3:5
16 Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.
1 Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu,
2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman.
3 Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan.
5 Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
Konteks
Seperti surat-surat Paulus pada umumnya, Surat 2 Tesalonika ditulis untuk menjawab masalah yang ada pada jemaat di sana. Secara garis besar ada 3 masalah yang ada, yaitu : penganiayaan (bab 1), peristiwa yang mendahului akhir zaman (2:3-12), kemalasan jemaat beriman (3:6-15). Selain untuk menjawab masalah yang ada, Surat 2 Tesalonika juga memuat ucapan syukur kepada Allah karena jemaat Tesalonika terus bertumbuh dalam iman dan kasih kendati mengalami berbagai masalah. Surat 2 Tesalonika memuat juga permintaan doa dan doa permohonan - yang salah satu terdapat dalam teks (2 Tes 2:16-3:5) agar jemaat Tesalonika mampu menyebarkan Injil yang telah mereka terima.
Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
ü Akhir pembicaraan tentang ucapan terima kasih yang disusul dengan doa kepada Allah bagi jemaat (2:16-17)
ü Doa bagi pewarta Injil (3:1-2)
ü Kesetiaan Allah dan kemampuan jemaat untuk melaksanakan permintaan Paulus (3:3-5)
Keterangan Teks
· ayat 16-17
Rumusan yang terdapat dalam ayat 16-17 memiliki peranan untuk mengakhiri dan mengawali topik pembicaraan baru (bdk 1 Tes 4:1). Dalam keyakinan Paulus, Kristus dan Allah yang adalah sumber anugerah sehingga jemaat Tesalonika berkenan dikasihi. Anugerah Allah itu diberikan secara cuma-cuma kepada jemaat Tesalonika. Anugerah Allah yang berupa penghiburan (bisa juga diartikan menolong) abadi dan pengharapan baik (merupakan ungkapan khas Kitab Suci Yunani untuk hidup abadi. Ungkapan ini berasal dari dunia bukan Kristen yang biasa dipakai untuk mengharapkan hidup setelah mati) memungkinkan jemaat mampu menghadapi segala kesulitan dalam hidup, baik dalam berkarya maupun bertutur kata. Keselarasan karya dan tutur kata merupakan teladan hidup Kristen.
· ayat 1-2
Awal dari topik baru. Paulus menyapa secara istimewa penerima suratnya dengan “saudara-saudara”. Lalu Paulus mengajukan permintaan doa agar jemaat Tesalonika memanjatkan doa permintaan untuk keberhasilan pewartaan Injil yang disampaikan oleh dirinya dan rekan sekerjanya. Doa Paulus bersifat spesifik yakni berdoa bagi kemajuan Injil, “supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan” sebagai yang terjadi pada jemaat Tesalonika. Permintaan doa tersebut berhubungan erat dengan kehadiran para pengacau dan orang-orang jahat yang akan dijumpai ketika mewartakan Injil. Mereka yang tidak percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan inilah yang disebut sebagai para pengacau dan orang-orang jahat. Keselamatan para pewarta begitu penting karena melalui merekalah Injil dapat mencapai orang-orang yang tidak beriman.
· ayat 3-5
Di antara permintaan doa dan doa permintaan, Paulus memberi jaminan kepada jemaat Tesalonika akan kesetiaan Tuhan dalam menguatkan dan melindungi mereka dari yang jahat. Dan ia juga yakin jemaat Tesalonika mampu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh para rasul. Ungkapan “kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan”, Paulus bak orangtua yang memberikan keyakinan dan peneguhan bagi anak-anaknya. Kemampuan jemaat Tesalonika untuk hidup beriman bukan didasari oleh kemampuan mereka sendiri, tetapi karena Tuhan yang memungkinkannya. Keyakinan itu ditegaskan dalam doa permohonan “Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus”. Karena jemaat Tesalonika dikasihi oleh Allah maka mereka harus menujukan hati untuk menanggapi kasih Allah tersebut. Dalam menanggapi kasih Allah itu jemaat Tesalonika juga harus berani meneladan ketabahan Kristus. Ketabahan Kristus mengacu pada penderitaan-Nya di salib. Maka karena iman, jemaat Tesalonika harus berani menghadapi penderitaan sebagaimana Sang Junjungan, Yesus Kristus.
Amanat
Salah satu cara manusia beriman menempuh jalan untuk mencapai kematangan, yaitu berdoa. Ada sebagian orang Katolik menganggap berdoa adalah memohon sesuatu kepada Tuhan sehingga secara tidak langsung ia menyibukkan diri sendiri. Padahal yang perlu dalam doa adalah menyibukkan diri dengan Allah, terpusat kepada Allah. Banyak orang lupa akan adanya dua “sisi” doa, yaitu bicara kepada Tuhan dan mendengarkan bicara Tuhan. Seandainya doa dipahami secara tepat, mungkin tidak pernah akan terdengar keluhan “doa tidak terkabul padahal sudah ikut novena berkali-kali”. Keluhan semacam ini selalu diucapkan orang yang hanya tahu berdoa dalam arti tidak lengkap, yaitu “bicara terus” tanpa mendengarkan Tuhan yang telah lebih dahulu mengasihi manusia. Jadi, doa yang benar adalah doa yang dilakukan sebagai tanggapan bicara Tuhan lewat kasih-Nya. Berdoa harus merupakan keputusan hati. Ini masalah keyakinan dan keputusan, bukan masalah keisengan. Yang berdoa secara iseng saja dan sewaktu-waktu saja mungkin tidak pernah akan masuk dalam lingkaran kasih Allah yang sesungguhnya.
Paulus adalah seorang yang sangat paham tentang doa sejati. Ia yakin bahwa dalam doa yang utama adalah tanggapan atas bicara Allah lewat kasih-Nya. Doa yang dilantunkan Paulus selalu dipandang sebagai pengakuan akan ketergantungan terhadap kasih Allah lewat tindakan-Nya yang menyelamatkan manusia dari dosa. Doa selalu merupakan tanggapan terhadap karya Allah yang menyelamatkan tersebut. Doa bukanlah prakarsa manusia untuk membangunkan Allah. Doa bukanlah reaksi terhadap “bisu”-nya Allah.
Sebagai orang Katolik hendaknya kita meneladan kehidupan doa Paulus. Dalam iman, berdoalah dengan seluruh jiwa raga. Iman yang terungkap dalam doa akan mempererat hubungan kita dengan Allah dan niscaya hidup rohani kita akan semakin bertumbuh. Apa pun keadaan kita, doa harus senantiasa dilakukan. Jadi apa pun bentuk doa kita, termasuk doa permintaan sekali pun harus merupakan ungkapan iman akan Allah. Itulah hidup baru, hidup dalam relasi akrab dengan Allah.
Apakah hidup saya dan Anda merupakan hidup doa sejati ? Tuhan memungkinkan hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^