Jumat, 01 Oktober 2010

Sajian Utama 1

Harta Yang Paling Berharga


Di dunia sekarang orang harus mempunyai mata terang agar dapat membedakan, mana jalan Kristus dan di mana perangkap setan. Semakin pesatnya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak jenis kenikmatan semu yang membujuk dan menggoda pikiran dan hati manusia untuk dapat dijeratnya dan dipengaruhi di bawah kekuasaan Mamon.
“Mamon” (Mat 6:24), adalah kata dari bahasa Aram. Biasanya tidak diterjemahkan dan ditulis dengan huruf M besar; mamon dalam bahasa aslinya adalah “harta milik” atau “uang”, dan bila ditulis “Mamon” dengan M besar maka artinya semacam dewa dan menjadi kata lawan untuk “Allah”.
Yesus menginginkan kita mengumpulkan harta di surga (lih. Mat 6:19-24), supaya hati kita juga ada di surga. Untuk itu pandangan mata harus terang, mata jangan sampai menjadi silau melihat harta dunia (ay. 23). Tetapi pandangan mata hanya tertuju dan memilih mengabdi kepada Allah (ay 24).
Manusia harus memilih yang satu, meninggalkan yang lain, merelakan harta dunia agar dapat memperoleh harta surgawi untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga, yang begitu sempit jalannya. Orang bisa bertanya-tanya pada diri sendiri, di mana hartanya berada, kalau ia mengikuti jalan pikiran dan lamunan hatinya, maka hartanya bisa berarti pada bertambahnya uang, kenaikan pangkat atau jabatan, dikagumi prestasinya, yang semuanya ada di dunia, dan tidak dapat dibawa ke surga.
Pada bacaan perikop Injil Matius tersebut Yesus mengambil tiga pengalaman yang berbeda, yakni: harta di bumi/di rumah (ay19), mata pelita tubuh/badan (ay 22), dan orang/hamba yang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (ay 24), tetapi semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk tidak mengikat hati orang pada harta dunia, karena akan menyebabkan kehilangan sesuatu yang terbaik, yakni kekayaan hidup sebenarnya untuk hidup seseorang! Jangan menganggap remeh kekayaan hidup yang sebenarnya, yaitu harta yang paling berharga, karena merupakan hadiah cinta-kasih Allah yang tidak terhitung nilainya!
Tuhan menyediakan harta yang paling berharga, harta sejati yang lama maupun yang baru. Mereka yang telah menemukan harta tersebut, menganggap lainnya tak bernilai dan memilih yang ditunjuk oleh Tuhan: nilai sejati dalam Ekaristi dan doa. Mereka berani mengorbankan segala, menjual seluruh miliknya lalu membeli harta yang terpendam, mutiara yang indah (lih Mat 13:44-46). Pengalaman seperti itu terjadi pada Santo Ignasius, tanpa disengaja dia membaca buku, bukan buku pilihannya, tetapi tersentuh oleh isinya, kemudian meninggalkan segala, dan memulai hidup baru. Santo Antonius Abbas tergerak oleh Injil, ketika dia masuk Gereja, mendengar bacaan tentang menjadi miskin, dia meninggalkan segala, menjual segala, dan membagi-bagikannya kepada orang miskin, dan memilih hidup bertapa di padang gurun. Mereka mengikuti jalan Yesus sampai akhir.
Yesus dalam perkataanNya tentang harta di bumi (ay 19-21), mengajak kita untuk berpikir sendiri. Dengan susah payah orang mengumpulkan segala macam harta: pakaian dan kain mahal, logam mulia, perhiasan dan batu permata yang sangat indah dengan harga yang sangat mahal, rumah mewah, tanah yang luas, kendaraan mewah, uang dan surat berharga, sebagai jaminan agar pemiliknya dikagumi. Hanya sayang, dalam waktu singkat semuanya hilang dan habis. Ngengat sudah makan pakaian, cacing kayu telah merusak peti harta benda dan pencuri mengambil semuanya. Segala susah payah itu sia-sia. Segala harapan dan kebanggaan sia-sia saja.
Di sini Yesus ingin mengingatkan agar kita tidak mengumpulkan harta dengan serakah. Yesus ingin mengatakan bahwa dalam urusan harta itu, dalam mengumpulkan uang, kekayaan, seluruh diri manusia terlibat, “hati” manusia dapat berubah, pribadinya dapat hancur, arti hidupnya bisa hilang. Keserakahan adalah searti dengan penyembahan berhala: “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kol 3:5). Juga dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus: “Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah” (Ef 5:5).
Tentang pengertian “mata” dalam hubungannya dengan harta, kitab Sirakh mengatakan: “Buruklah orang yang matanya mengiri, yang memaling mukanya dan memandang rendah orang lain. Mata orang serakah tidak puas dengan miliknya sendiri, dan mata duitan menyesatkan manusia. Mata orang yang kikir menghemat makanan, maka kekurangan ada di atas mejanya.” (Sir 14:8-10). Bukan mata kepala saja yang dimaksudkan, melainkan juga mata hati. Mata itu berfungsi ke dua arah. Mata itu menentukan bagaimana seseorang melihat ke dunia. Di pihak lain, mata itu juga adalah jendela untuk cahaya yang masuk ke dalam. Apa yang diterima dalam hati, apa yang dapat mempengaruhi pribadi, ditentukan oleh “mata terang atau gelap”.
Sedangkan kata “mamon” hanya berarti “harta milik”; tidak ada pengertian “berbahaya” atau “jahat” dalam kata itu. Mengapa Kitab Suci membuat harta milik semacam dewa jahat? Apakah uang dan harta milik apapun merupakan dewa lawan Allah? Dalam hal ini Kitab Suci atau Yesus tidak mengenal kompromi. Siapa yang mengumpulkan harta benda dengan serakah, berarti mengabdi pada dewa atau mendewakan uang atau harta benda. Dari dewa itu kita hanya bisa dibebaskan kalau mengumpulkan “harta di surga”, artinya jelas: orang dapat mengumpulkan harta di surga dengan memberi amal sedekah, membantu sesama yang menderita sengsara, pengabdian pada kaum miskin, pewartaan Injil, pembelaan kebenaran dan keadilan, melayani orang sakit, tidak jemu-jemu dalam berdoa, berpuasa dan bermatiraga, yang dilakukan tangan kanan tak diketahui tangan kiri, melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang dicatat dalam buku hidup: itulah kumpulan harta di surga, harta yang paling berharga, harta yang tidak dapat dihancurkan, dirusak atau dicuri, yang akan diperhitungkan sebagai upah lengkap pada orang yang memilikinya.

(St. S T)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^