Jumat, 01 Oktober 2010

Renungan 3

Hancurnya yang Kubanggakan




Matahari semakin tenggelam menunjukkan sore akan berganti malam. Aku masih saja merenung di tepi pantai menunggu tenggelamnya kawan siangku masuk ke dalam lautan. Sementara berjalan menyusuri tepi pantai seorang diri, aku terus mengawasi matahari tenggelam. Tiba-tiba, aku bertemu dengan seseorang yang tidak aku kenal. Aku hendak berlari mengasingkan diri, tetapi dia semakin mendekat, siapakah dia?
“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Mengapa kau masih saja bermuram durja membayangkan kegagalan itu? Kemari dan ikutlah”. Orang ini sepertinya mengenal aku, apakah dia ini seorang peramal? gumam diri aku dalam hati.
“Jangan berpikir aku seorang peramal,aku tidak suka digolongkan sebagai kaum seperti itu.”
“Oh My God..Siapa orang ini hingga mengetahui pikiranku? Gosh, Bagaimana ini? Kemanakah orang ini akan membawaku?”
“Berjalanlah menyusuri pantai ini, aku hendak menunjukkan sesuatu kepadamu, jangan takut.”
Demikian orang ini mengajakku untuk mengikutinya, dan aku mencoba menerka apa yang hendak ditunjukkannya. Cahaya putih sedikit demi sedikit melingkupi kami. Penglihatanku putih semua. Tanpa sadar aku melihat suatu tempat yang sangat asing bagiku. Dia menunjukkan padaku seorang pria yang sedang sedih berlarut-larut. Seperti diriku. Kami berputar kearah yang lain, ternyata orang disampingku ini menunjukkan kejadian sebelumnya yang menimpa pria itu.
Kami berada dalam gereja. Di gereja ini aku melihat dia memiliki pelayanan yang luar biasa. Bahkan kemudian ia memutuskan untuk masuk dalam sekolah Teologia. Tetapi, disela-sela waktu lain dia turut menjalankan bisnisnya. Aku melihat dia begitu semangat ketika memasuki awal perkuliahan, bahkan dia membentuk tim misi yang melayani ke desa-desa pada waktu liburan semester tiba. Waktu terus berjalan, sementara itu ia mulai kompromi dengan kesibukan bisnisnya. Memasuki semester tujuh, ia cuti kuliah karena bisnisnya yang semakin maju membutuhkan perhatian yang lebih. Sementara teman-temannya sudah selesai kuliah dan terus memenuhi panggilan sebagai hamba Tuhan, dia mulai menjauh dari pelayanan dan Tuhan. Bahkan ia meninggalkan keluarganya, kemudian hidup serumah dengan rekan bisnisnya. Suatu penglihatan lagi aku melihat bahwa Tuhan berperkara dengannya, ia bangkrut dan ditinggalkan oleh wanita yang ternyata hanya mencintai hartanya. Saat ia tidak memiliki apa-apa lagi, barulah hatinya mendengarkan suara Tuhan yang masih mengasihi dan terus menunggunya. “AnakKu, meskipun engkau sempat lari dari jalan dan panggilanKu, Aku tetap menunggu kepulanganmu,” itulah suara lembut yang aku dengar saat itu, dan suara itulah yang membuatnya menangis penuh penyesalan (Mansor). Selesai melihat kejadian itu, orang yang membawaku ke tempat ini kemudian berkata, “Keadaan buruk yang diterimanya membuat dia tersadar bahwa tidak ada yang kesenangan duniawi yang bisa menjamin hidupnya. Jiwanya membutuhkan lebih dari sekedar duniawi semata, dia membutuhkan Yesus.”
Selesai mengikuti kisah tadi, aku dibawanya ke tempat lain. Sekali lagi ada cahaya begitu terang melingkupi kami, dan kali ini terlihat lebih terang. Aku melihat ada sosok gadis yang tampaknya begitu terkenal. Tetapi aku tidak dapat dengan jelas melihat wajahnya itu. Pastinya, gadis ini memiliki banyak kemewahan lainnya dalam kehidupannya. Ternyata dia adalah seorang model dan pernah tampil dalam dunia periklanan Indonesia. Tampaknya gadis ini sangat membanggakan kecantikannya itu, begitu membanggakannya sehingga dia menjadi sosok yang sombong dan memilih-milih dalam berteman. “Aku hanya ingin berteman dengan wanita cantik saja”, gumam dirinya dalam hati. “Wah, aku bisa membaca pikiran dirinya!” seruku. Kemudian aku dibawa pergi ke lain waktu. Dia mendapatkan kejadian yang menyedihkan, sungguh di luar dugaan dia mengalami hal itu. Dia mengalami kecelakaan yang cukup parah saat hendak syuting periklanan. Begitu juga dengan teman-temannya yang berada dalam lokasi syuting saat itu. Wajahnya rusak seketika karena  ledakan dahsyat tak terduga. Kecantikannya sirna seketika. Dia menangis dan takut melihat wajahnya sendiri. Dia sangat sedih dan sungguh putus asa. Akhirnya dia menjalani operasi plastik dan kini dia memiliki wajah yang palsu. Apa yang dia banggakan selama ini punah begitu saja. Apa yang dia banggakan selama ini tidak akan kembali. Tidak akan pernah. Aku melihat hatinya sungguh hancur karena yang dibanggakannya kini sirna begitu saja. Sama seperti diriku. Yah, sama seperti diriku? Aku terhentak kaget dan baru menyadari bahwa itu adalah diriku sendiri.”Tidak! Siapakah Saudara hingga membawaku ke tempat ini! Aku benci kejadian itu! Aku sakit! Bawa aku pulang!!”, jeritku pada orang itu. “Nak, perhatikan baik-baik, Tuhan tidak melihat rupamu, kembalilah padaNya, Tuhan menunggumu.” Suara orang ini menggema dalam telinga dan hatiku. Siapakah dia hingga membawaku dalam kejadian ini? Oh Tuhan…!Ampuni aku karena telah melupakanMu dan membanggakan duniawiku.” Aku teringat kisah menyedihkan ini sebulan yang lalu. Aku belum meminta ampun padaNya. Aku baru menyadari apa yang aku banggakan itu salah. Bukan hal-hal seperti itu yang akan membuat Tuhan senang, justru diriNya sedih melihat aku berhala atas kecantikan dan kemewahanku. Aku pun menyadari bahwa apa yang aku banggakan di dunia tidak bisa membawa aku kepada kebahagiaan sejati! Aku salah telah terlalu membanggakannya. Ini semua fana dan membuat aku melupakan Tuhan karena terlalu membanggakan itu semua. Aku terjebak pada kebinasaan! Diri aku terlalu berlarut-larut dalam keputusasaan dan kesedihan. Tapi aku tak menyerah, aku mau kembali pada pangkuan Tuhan dan berlaku setia dalam jalanNya. Aku terhenyak dan menangis. Benar, aku sudah mencari ribuan kali kesenangan di dunia ini, tapi tak satu pun yang memuaskan aku. Aku hanya jatuh pada kebinasaan pada akhirnya karena aku terlalu mengharapkannya. Semua di duniawi  mengkhianati diriku dan mengantar aku jauh dari kesenangan sejati. Aku ingin kembali pada-Nya! 
***
Manusia butuh hidup dalam Kerajaan Allah, bukan kerajaan dunia. Kalimat ini ditunjang dari kisah diatas seorang pria yang bertobat pada Tuhan. Berhati-hatilah Anda yang terlalu berharap dengan dunia, Mereka tidak pernah menjanjikan yang abadi/yang diinginkan hatimu. Membanggakan sesuatu di dunia adalah hal yang wajar, tapi mengapa setiap yang dibanggakan oleh manusia itu menemui kegagalan pada akhirnya? Dunia ini begitu menarik dengan segala isinya, tapi tak satu pun di dunia ini yang menjanjikan buah yang matang dan abadi .
Penampilan fisik bukanlah hal yang harus dibanggakan. Yesus mengatakan bahwa kecantikan, kekayaan, dan hal-hal duniawi lainnya akan rusak dan dimakan ngengat. Bukan kecantikan, kekayaan yang Tuhan ingin kita lebih  banggakan, karena kesenangan akan duniawi hanya akan menuju pada kebinasaannya dan membuat kita berhala pada hal tersebut. Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yak 4:4). Akar dari segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim 6: 10a). Demikian Tuhan tidak berkenan pada mereka yang terlalu mengagungkan duniawi dan menomorduakan Tuhan. Allah kita adalah Allah yang cemburu, yang akan membalaskan kesalahannya pada keturunannya yang ketujuh dan selanjutnya.
Allah tidak ingin anak-anakNya seperti kehilangan domba karena Dia sudah memberikan kepada kita suatu kebenaran, bahwa Allah lebih melihat hati kita bukan kecantikan atau ketampanan kita. Hati kita yang mengasihi diriNya, mencintaiNya dengan segenap hati, tidak bersyarat, dan tidak terbatas, akan membuat kita bersyukur atas apa yang kita miliki. Jadi, tak ada yang bisa kita banggakan dari duniawi, selain daripada menjadi pengikut Kristus yang setia dan atas kasih karunia Tuhan pada diri kita. Menjadi pengikut Kristus itu adalah sesuatu yang kita banggakan, dengan berlaku setia di jalanNya dan melakukan perintahnya serta menerima Yesus untuk berkuasa dalam hati kita, inilah cara kita membanggakan menjadi pengikut Kristus dan tidak akan binasa/mati. Dengan berlaku setia di jalanNya, kita sudah memiliki nilai-nilai untuk dibanggakan, tetapi berhati-hatilah dengan dosa kesombongan. Dalam kerajaanNya tidaklah ada kesombongan. Rendahkan dirimu di hadapan Tuhan dan Ia akan meninggikan kamu (Yak 4:10). Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati (Yak 4:6 b). Akankah kita tetap membanggakan duniawi yang akan sirna begitu saja? Kecan-tikan akan dengan mudah sirna,  kepintaran bisa saja menghilang, kekayaan pun akan dimakan ngengat dan menuju pada kebinasaan. Anda memilih jalan yang salah bila Anda meninggalkan Tuhan karena dunia. “Seperti yang ada sekarang, tidak ada yang bisa kami banggakan daripada menjadi pengikut Kristus”.  Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh 2:16-17).  
Banyak kisah yang memilukan dimana mereka lebih memilih dunia daripada mengikuti jalan Tuhan, tetapi pada akhirnya mereka berjumpa dengan pengharapan yang sia-sia dan membinasakan. Demikian dengan kita jika berlaku yang sama seperti mereka. Kita akan binasa, kehilangan kebenaran dalam hidup, dan kehilangan pimpinan roh jika kita menuruti keinginan daging. Dari kisah diatas jelas bahwa mereka yang menyerahkan diri kepada daging, tidak mendapatkan ketentraman hidup dan kebanggaan abadi. Akankah Anda berlaku demikian? Akankah Anda ingin menghancurkan diri Anda sendiri? Gal 6:8 dituliskan bahwa barangsiapa yang menabur di dalam daging, ia akan menuai kebinasaan. Jika kita terlalu memegahkan dan mengagungkan hal duniawi kita, berarti kita menduakan Tuhan dan hal itu termasuk ke dalam berhala. Apapun itu yang telah menjadi berhala kita di dunia bukanlah berasal dari Bapa, dan akan menuju kebinasaan. Tetapi, mereka yang menabur dari roh akan menuai hidup yang kekal. Mana yang Anda pilih? 

(ggfg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^