Kamis, 01 Juli 2010

Cover Depan Juli 2010

Redaksi Menulis

STOP PRESS

Redaksi

Sajian Utama 1

Perlindungan tidak Selamanya Menyenangkan?

Bagaimana suatu perlindungan bisa dikatakan tidak menyenangkan? Pahami terlebih dahulu pengertian bahwa Tuhan merupakan tempat perlindungan yang begitu nyata. Tidak bisa disangkal manusia membutuhkan perlindungan jasmani bahkan rohani. Tetapi, apakah jiwa kita turut disertakan dalam daftar prioritas pemenuhan kebutuhan kita? Jiwa mempengaruhi pikiran dan jasmani. Sempatkah Anda berpikir untuk membangun hubungan yang baik dengan Bapa? Itulah kunci utama mendapatkan perlindungan dan kekuatan. Seringkali Dia ingin berbicara dengan umat kesayangan-Nya, tetapi seringkali pula umat-Nya menolak. Jika Anda seorang diri, Anda tidak mungkin bisa bertahan. Hati-hati dengan sikap sombong manusia. Anda membutuhkan Bapa yang menguatkan Anda. Jangan sangkalkan kenyataan bahwa Anda baik-baik saja tanpa Bapa. Mazmur dan ayat-ayat lainnya begitu jelas menyatakan bahwa Tuhan sebagai tempat Perlindungan jiwa kita. Pemazmur mengagumi Tuhan dan menyatakan perlindungan Tuhan dalam dirinya pasti akan diberikan. Dalam Daniel 3 diceritakan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego terlindung dari panas dan nyala api yang melingkupi mereka ketika berada dalam tungku pembakaran. Mereka dicampakkan ke dalam api karena tidak ingin menyembah kepada patung berhala yang diperintahkan Raja Nebukadnezar. Begitu setianya mereka kepada Tuhan, dan tidak takut terhadap manusia yang mengancam hidup mereka karena mereka percaya bahwa Tuhan akan memberi perlindungan. Ketika Sadrakh dan yang lainnya dicampakkan dalam perapian, mereka berjalan dengan be-bas dan tidak terluka di dalam api. Kisah lain tertulis pada kisah bangsa Israel yang dilindungi Tuhan menuju Tanah Terjanji dengan menjadi tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Allah adalah Allah yang sama sejak zaman dunia dijadikan sampai sekarang. Allah terus memberikan perlindungan kepada kita. Daud merintih kepada Tuhan dan memohon perlindungan hanya kepada Tuhan. Seringkali manusia zaman sekarang menangis tetapi tidak pergi kepada Tuhan, mereka lebih baik mendengarkan nasihat manusia yang justru melenceng dari firman Tuhan. Apakah kita salah satu dari mereka ini? Hati Daud hancur saat banyak keadaan yang menghimpit diri-Nya, saat hatinya hancur dan merasa tidak bisa terobati. Tetapi, dia memohon agar Tuhan melindunginya. Ha-nya Tuhan yang bisa melindungi dirinya dari segala sesuatu yang mengancam dia. Jikalau kita mengikuti nasihat yang salah, hal itu menyatakan ketidaksetujuan kita pada jalan yang ditetapkan Tuhan untuk kita. Sebenarnya secara tidak langsung kita mendukakan hati Bapa yang ingin melindungi anak-anakNya. Bangsa Israel mendapatkan perlindungan saat mereka jalan dari tanah Mesir menuju Tanah Terjanji. Bahkan perlindungan zaman sekarang, Tuhan memberikan perlindungan yang sama luar biasanya. Dahulu, manusia membutuhkan perlindungan Tuhan dari peperangan dan mempertahankan diri. Maka Tuhan datang memberikan kemenangan bagi mereka yang setia di jalan-Nya seperti kemenangan yang diberikan untuk Israel. Tetapi Allah tidak pernah berubah dari zaman dahulu sampai sekarang. Demikian perlindungan-Nya tidak akan berhenti diberikan pada umat kesayangan-Nya, yakni kita. Sadarkah bahwa pemberian tempat tinggal dan kebutuhan-kebutuhan hidup Anda merupakan contoh nyata perlindungan yang diberikan-Nya? Selain perlindungan atas kebutuhan hidup kita, Tuhan memberi perlindungan rohani dan jasmani. Seperti yang kita ketahui bahwa rupa Tuhan untuk mendekat pada ki-ta adalah berupa Roh Kudus. Undanglah Bapa dalam hati kita supaya Dia memberikan kenyamanan hati pada diri kita. Tetapi bukan berarti zaman sekarang memiliki perbedaan yang begitu signifikan. Ada sebuah kisah. Seorang ibu dalam keadaan hamil ber-usaha menjemput anak-anaknya dengan kendaraan, tetapi di tengah jalan naik, kakinys keram dan tidak bisa digerakan untuk menekan gas atau menggerak-kan mobil itu ke pinggir. Sementara banyak mobil di belakangnya dan kemacetan terjadi. Ibu ini begitu panik dengan keadaan yang tidak bisa dikendalikan sementara dia hamil. Ibu itu berpikir, “Saya harus melambaikan tangan supaya mobil-mobil di belakang saya melewati mobil saya”. Tetapi, tangannya tidak bisa meraih tombol untuk membuka kaca mobilnya. Ibu ini semakin kebingungan. Ibu ini lalu menangis dalam keadaanya yang terjepit ini. “Aku bisa tertabrak kalau begini terus!” jerit ibu ini dalam hati. Tiba-tiba ada seorang polisi menghampiri ibu ini. Entah bagaimana bisa, ada kekuatan yang menarik ibu ini untuk membuka jendelanya, dan dia bisa membuka jendelanya. Polisi ini kemudian mengetahui keadaannya, lalu membuat jalan menjadi normal kembali dan memanggil bantuan polisi lainnya. Mobil ibu ini dituntun polisi sampai tempat tujuan. Ibu ini begitu bersyukur karena dia merasa begitu nyata Tuhan melindunginya dari bahaya yang kemungkinan mengancamnya. Tuhan seringkali hadir untuk melindungi anak-anakNya. Salah satunya dengan mendorong hati orang lain untuk memberikan perto-longan, sehingga perlindungan menjadi nyata. Dari kisah ini begitu nyata bahwa Tuhan melindungi perjalanan orang ini. Tuhan tidak akan membiarkan anak-anakNya mendapat celaka. Setiap zaman memiliki perbedaan permasalahan. Tetapi, Allah dari zaman sebelum dunia dijadikan hingga zaman Yesus dan zaman sekarang adalah sama. Tuhan senantiasa memberikan perlindungan itu kepada umat-Nya sampai kapan pun.
Aku ingin bola aku kembali! Ada seorang anak kecil bermain bersama ayahnya di taman bermain. Anak ini bermain bola dengan senangnya. Begitu senangnya anak ini bermain, tanpa sadar bola yang dilemparkan ayahnya kepada anak ini tidak tertangkap dengan tepat dan lepas dari genggaman tangannya. Bola tersebut terus berputar melewati perbatasan taman bermain menuju jalan raya. Dengan sangat bergairah anak ini berlari-lari berusaha menangkap bola kesayangannya. Tetapi sang ayah dengan segera menarik anak ini dan melarangnya pergi mengambil bola kesayangannya. Anak ini kemudian menangis dengan keras dan merengek-rengek kepada ayahnya. “Ayah tega! Itu bola satu-satunya kesayangan dede, Yah!” teriak anak ini sambil menangis. Anak ini me-ratapi bola yang berada di tengah jalan tersebut dan tanpa disadarinya, bola tersebut terpental jauh karena tertabrak truk yang melewati jalan tersebut. Anak ini kaget dan merasa beruntung sambil menangis terharu di pelukan ayahnya. Ternyata ayahnya sudah melihat dari kejauhan bahwa akan ada mobil yang dapat menabrak anak ini jikalau anak ini terus berlari berusaha mengambil bola kesayangannya.
Perlindungan yang tidak Menyenangkan Bagiku. Judul artikel ini menyatakan bahwa perlindungan tidak selamanya menyenangkan. Menyenangkan bagi siapa? Untuk kesenangan duniawi kita atau untuk kesenangan Tuhan? Apakah itu sesuai dengan kehendak Tuhan? Seringkali kita mengatakan hal itu tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan duniawi kita. Selidiki apakah keinginan kita sesuai dengan keinginan Tuhan? Ingatlah, bahwa Tuhan tidak akan memberikan ular pada anak-Nya yang minta roti. Perhatikan kisah diatas, kita seringkali tidak menyadari bahwa Tuhan memberikan perlindungan kepada umat kesayangan-Nya dengan jalan yang menurut mereka tidak menyenangkan. Kita dengan mudahnya menyalahkan kepada Tuhan ketika ada kejadian yang tidak menyenangkan terjadi. Seringkali umat-Nya sendiri tidak mengerti jalan Tuhan. Hal ini juga digambarkan dari kisah bangsa Israel yang bersungut-sungut kepada Tuhan karena telah mengeluaran mereka dari Israel. Mereka lebih memilih mati kelaparan di Mesir daripada menghadapi bangsa yang berada di Tanah Terjanji itu. Memang, bangsa tersebut terlihat kuat dengan perawakan yang lebih besar dari bangsa Israel, dan mereka memprediksikan bahwa mereka tidak dapat melawan bangsa tersebut yang begitu kuat. Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan Tuhan dan melawan-Nya. Walaupun sudah begitu banyak mujizat yang Tuhan berikan kepada bangsa itu ketika di tanah Mesir dan dalam perjalanan mereka menuju Tanah Terjanji, mereka tetap bersungut-sungut kepada Tuhan. Saat-saat seperti ini, menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti keinginan Tuhan. Tuhan sudah mempersiapkan tanah yang berkelimpahan susu dan madunya, dan berjanji akan membuat bangsa ini kuat. Tetapi respon bangsa ini telah mendukakan hati Tuhan. Sadarkah dalam diri kita sendiri, kita seringkali seperti bangsa Israel yang bersungut-sungut di hadapan Tuhan? Dalam kisahnya kemudian diceritakan bahwa bangsa Israel kembali kepada jalan Tuhan dan berusaha memahami bahwa Tuhan akan membela dan membawa mereka kepada kemenangan sejati. Tidak sedikit dari kita yang bersungut-sungut kepada Tuhan atas kejadian yang tidak menyenangkan. Tidakkah kita menyadari bahwa hal itu terjadi atas seizin Tuhan dan Dia sedang membuat kita lebih baik dari sebelumnya? Tidaklah harus Tuhan secara eksplisit memberikan perlindungan yang terlihat nyaman bagi kita. Tetapi, tanpa disadari, Tuhan memberikan perlindungan khusus kepada kita. Anda tidak mengetahui rencana-Nya terhadap diri Anda, seperti umat Israel yang tidak mengerti mengapa mereka dibawa Tuhan keluar dari Mesir menuju Tanah Terjanji yang telah didiami bangsa yang kuat. Tetapi, Tuhan tidak mungkin salah dalam merencanakan kebaikan dan damai sejahtera kepada umat kesayangan-Nya. Kita adalah umat kesayangan Tuhan.
Mengenal Pribadi Tuhan. Ketika kita ingin merasakan perlidungan itu begitu nyata, maka sebenarnya tidak cukup hanya mengetahui pribadi-Nya saja. Mengenal pribadi Tuhan akan membuat kita merasakan bahwa segala kegiatan dan kejadian dalam hidup kita adalah sesuai dengan rencana Tuhan. Inginkah anda mendapatkan perlindungan itu setiap waktu? Mendekatlah kepada diri-Nya. Maka damai sejahtera, sukacita dan kasih akan kita dapatkan. Semua itu merupakan perlindungan yang diberikan untuk kita. Dari kisah-kisah diatas, telah memberikan contoh dan gambaran bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam, Dia terus mengamati setiap pergerakan kita dan melindungi anak-anakNya. Perlindungan ini akan semakin nyata dan terasa dalam hati kita ketika menyadari pribadi Tuhan yang lembut dan mengenal pribadi-Nya tersebut. Mulailah mengambil keputusan untuk memulai mendekatkan diri pada-Nya. Kenali pribadi-Nya melalui Misa-misa, renungan harian, bacaan Alkitab, lagu-lagu rohani, Sakramen dan perkumpulan umat yang percaya Tuhan. Maka kita akan memahami bahwa selalu ada perlindungan yang diberikan untuk kita. Dalam Mazmur 9:10-11 dikatakan Tuhan tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, yang mengenal dan percaya kepada-Nya. Sebab tidak Tuhan tinggalkan orang yang mencari Tuhan. Dari ayat ini dikatakan bahwa mereka yang tidak berhenti mencari Tuhan, tidak akan ditinggalkan-Nya. Janganlah berhenti dan teruslah mencari Tuhan, maka perlindungan itu akan terus melingkupi. (mgf) 

Sajian Utama 2

TUHAN TEMPAT PERLINDUNGAN



S ejarah Gereja di kota Roma di bawah pimpinan Petrus dan Paulus menghadapi penganiayaan dan pengejaran penguasa dunia, melambangkan per-juangan Gereja sepanjang zaman di bawah para gembalanya, yang akan menjadi saksi-saksi Allah, yang meletakkan hidupnya bagi kemuliaan Allah dan keselamatan domba-dombanya. Zaman, yang digambarkan di sini mengingatkan kita kepada Kaisar Nero, yang sebagai lambang Anti Kristus mengumpulkan semua kejahatan pada dirinya. Di hadapannya Gereja, para gembala dan umat yang dianiaya.
Saksi-saksi yang membela Kesucian Allah digambarkan dengan tanda-tanda dan kesaktian Elia, yang dapat menutup langit dan kekuasaan Musa di atas air laut dan sungai. Mereka juga dinyatakan seperti Petrus dan Paulus, dua tokoh pendiri Gereja di Roma. Mereka itu memberi kesaksian, dan kedua rasul itu dibunuh oleh kaisar Nero, yang mengira dengan membunuh mereka dapat membungkam penggugatan para saksi Allah dan menghancurkan Gereja.
Gereja, umat Allah, berada dalam situasi yang kurang menguntungkan; setelah menilai kekuatan-kekuatan yang bermain dalam sejarah penyelamatan, setelah menyadari adanya kekuatan-kekuatan baik dan jahat yang menentukan perkembangannya, tiba-tiba Gereja itu dihadapkan dengan setan. Perjuangan hidup mati akan selalu berlangsung antara Gereja dan setan. Tokoh yang menakutkan ini tidak dapat dilihat atau dijelaskan tetapi mempengaruhi sejarah umat manusia (bdk Why 9:1-11,13-17). Berhadapan dengan kekuatan ini, Gereja dan kekuatan baik yang lain tidak selalu ber-ada di atas angin. Yerusalem yang melambangkan Gereja itu dapat ditindas, ditekan dan dikalahkan: mungkin satu-satunya yang dapat dikerjakan ialah berdoa dan menerima kenyataan sambil menghayatinya sebagai keikutsertaannya dalam penyaliban Kristus (bdk Why 11:1-10). Namun pengalaman seperti ini tidak harus membuat pandangan Gereja mengenai sejarah hidup manusia menjadi gelap dan pesimis. Rencana Allah terus berjalan maju dan akan diselesaikan dan disempurnakan sebagaimana sudah dinyatakan dengan meriah (bdk Why 10:5-7). Sementara itu keikutsertaan dalam salib Kristus akan bermuara pada keikutsertaan dalam kebangkitanNya (bdk Why 11:11).
Dengan demikian Gereja berada di antara dua kutub yang berlawanan: kehadiran dan kerasnya kekuatan jahat dan kekuatan yang dirasakan sebagai anugerah Kristus yang akhirnya akan menang. Namun Gereja masih diajak untuk mendalami pengalaman itu lebih jauh lagi, sehingga dapat memahaminya secara lebih tepat. Dalam rangka itulah ditampilkan yang di-sebut “tanda besar” (Why 12:1). Gereja yang meng-ikutsertakan diri di dalamnya, mempersiapkan diri un-tuk memahami setuntas-tuntasnya semua segi tanda besar itu.
‘Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tu-han kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja’ (Why 11:15,17). Gereja seolah-olah meloncat kegirangan: kerajaan Allah akhirnya menjadi kenyataan. Dan keyakinan ini akhirnya diteguhkan: Allah tidak melupakan perjan-jianNya. Tabut yang merupakan lambang perjanjian sekarang ditempatkan di Bait Suci Allah di Surga, dan kelihatanlah tabut perjanjianNya di dalam Bait Suci itu…” (Why 11:19). Kerajaan Allah yaitu perjanjian Allah, menjadi kenyataan: lalu Gereja bertanya, manakah tempat dan peranannya dalam kerajaan Allah itu?
Untuk menjawab pertanyaan itu, ditampilkan suatu “tanda” yang harus ditafsirkan dan diterapkan dalam kenyataan hidup Gereja itu. Tanda itu sangat penting, maka disebut “besar”: ‘Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya’ (Why 12:1). Gereja berusaha untuk menafsirkan tanda itu. Di surga maksudnya lingkup ilahi, muncullah seorang perempuan. Dengan latar belakang Perjanjian Lama tanda ini langsung mengingatkan kita pada perjanjian Allah dengan umatNya, karena perjanjian ini seringkali digambarkan sebagai kasih suami-isteri.
Perempuan ialah jemaah, berselubungkan mata-hari. Dalam Perjanjian Lama matahari adalah ciptaan Allah yang istimewa. Dalam Perjanjian Baru kita temukan pernyataan mengenai Bapa di surga yang menerbitkan matahariNya (Mat 5:45). Dengan matahari itu Allah mendandani perempuan. Perempuan itu dikasihi-Nya, dipenuhi dengan anugerah-anugerah yang paling baik. Dengan demikian perempuan (=jemaah) dapat melaksanakan tuntutan-tuntutan perjanjian sebaik-baiknya. Sementara itu bulan, yang menurut mentalitas Perjanjian Lama berperan sebagai pengatur waktu, berada di bawah kaki perempuan. Dengan demikian mau dikatakan bahwa perempuan itu sepenuhnya menguasai waktu. Ia sudah mengatasi waktu, hidup dalam keabadian.
Dalam suasana keabadian inilah digambarkan perempuan yang bermahkota dua belas bintang. Mahkota adalah lambang kemenangan terakhir. Angka dua belas jelas berkaitan dengan dua belas suku Israel atau dua belas rasul, yang melambangkan umat Allah baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dua belas bintang adalah lambang seluruh umat Allah.
Siapakah perempuan itu? Jemaah menangkap bahwa yang dimaksudkan ialah umat Allah dipandang dari ciri adikodratinya: umat ini dicintai oleh Allah, subur; dipenuhi dengan anugerah-anugerah Allah yang paling baik, hidup abadinya sudah terjamin. Jemaah sekarang membaca pengalaman hidup mereka dengan cermin ini.
Namun masih ada tanda lain, yaitu: “Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.” (Why 12:2). Kendati keadaannya sangat sulit, ia sungguh mau melahirkan. Apa artinya ini? Siapa yang akan dilahirkan? Penulis Kitab Wahyu memberikan jawaban yang jelas, “Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi” (Why 12:5a). Yang akan menggembalakan se-gala bangsa dengan tongkat besi adalah Kristus. Yang dimaksudkan ialah Kristus pada zaman akhir: kalau karya penyelamatan sampai pada penyelesaiannya, Kristus akan menampakkan kemenanganNya atas kejahatan (bdk Why 19:11-16). Kristus itu lahir dari Gereja.
Penulis Kitab Wahyu juga menyatakan sesuatu yang membesarkan hati sekaligus menantang: “ … tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.” (Why 12:5b-6). Hal-hal baik yang berhasil dilakukan oleh Gereja, betapa kecil dan kelihatannya tak berarti di hadapan kekuatan jahat yang raksasa ini, sungguh berperan dalam mengukir rupa Kristus sampai menjadi nyata dalam kehidupan dan tidak akan sia-sia. Dengan lambang yang sangat hidup, yang dilahirkan oleh Gereja dalam penderitaan diambil dan dibawa ke hadapan Allah dan dalam perlindungan kekuasaanNya. Tidak ada kekuatan ma-nusiawi dan kekuatan jahat mana pun yang dapat merampasnya.
Namun perempuan itu lari ke padang gurun. Dalam Perjanjian Lama padang gurun adalah tempat percobaan, pemurnian, pematangan hubungan antara Allah dan umat; padang gurun juga merupakan tempat mengalami kasih masa muda, yaitu ketika keluaran dari Mesir, kasih yang pertama. Gereja harus merasa bahwa padang gurun adalah tempat tinggalnya yang biasa. Dalam kenyataan hidup Gereja ini dapat berarti tidak menyimpang dari jalan Allah kendati merasa lelah dalam perjalanan, tetap berharap dan percaya. Namun lebih-lebih ini semua adalah tantangan bagi Gereja untuk menunjukkan kasih yang radikal dan penuh. Allah telah melengkapi Gereja dengan kasih-Nya: memberikan yang paling baik kepadanya, sebagai tempat perlindungan dan memberikan jaminan kemenangan akhir, dan selama masa sulit yang dilalui Gereja Ia selalu menyertainya. Gereja tidak akan dibiarkan kelaparan tetapi diberi bekal sabda dan ekaristi, sebagaimana Ia dulu tidak membiarkan umat-Nya mati kelaparan di padang gurun. (St. S T). 

Sajian Utama 3

Bantulah aku Untuk Mengandalkan kekuatanMu !

Jangan pernah berpikir bahwa dengan menjadi pengikut Kristus berarti kehidupan kita akan selalu ceria (enjoy), sukses dan serba mudah. Menjadi pengikutNya berarti juga harus setia mengikuti jalanNya, juga bersedia menanggung salib sebelum menyongsong kemenangan yaitu kebahagiaan kekal di rumah Bapa.
 Menjadi Pengikut Kristus berarti kita diundang untuk menjadikan hidup kita produktif dalam kasih, perhatian, dan kepedulian akan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Itulah tugas perutusan kita. Tugas perutusan di dunia ini berkembang terus menerus dan berubah di tengah gelombang kehidupan : segala kegembiraan dan pengharapan, keprihatinan dan kecemasan. Kita, para pengikut Kristus tidak akan luput dari semua gelombang dan badai kehidupan. Selain harapan, kasih dan kegembiraan, suatu saat kita juga bisa mengalami penderitaan, kepedihan, kegalauan, ketakutan,dll. Mungkin kita menghadapi tantangan, rintangan atau tekanan yang menghimpit kita, bahkan bisa membuat kita putus asa. Semua masalah itu kemungkinan bisa muncul dari keluarga kita sendiri, dari tetangga, dari lingkungan yang fanatik dan keras, dari atasan, rekan kerja atau relasi kita yang lain. Kita ibarat biduk/perahu/kapal/bahtera yang mengarungi samudera raya. Kadang airnya begitu tenang, damai, teduh. Namun, kadang juga datang gelombang dan badai yang mengamuk, seakan-akan hendak menghancurkan kita.  
Untuk menghadapi gelombang dan badai yang sering menghadang tadi, tentunya kita tidak akan bisa mengandalkan kekuatan kita sendiri. Kita membutuhkan peneguhan oleh Roh Kristus, agar kita tegar menghadapi semuanya. “Kuatkanlah hatimu, aku telah mengalahkan dunia” ( Baca Yoh 16:33 ). Inilah peneguhan yang telah diberikan oleh Yesus kepada murid-muridNya, termasuk kita. Dengan peneguhan ini, Yesus meyakinkan kita, bahwa apapun yang akan kita alami, Dia telah menjadi pemenang. Dasar kekuatan kita adalah mempercayai Dia, yang datang dari Allah.
Kita bersyukur, karena kita dipanggil menjadi murid Tuhan bukan semata-mata pilihan hidup kita, tetapi Allah berkenan memilih dan berkarya di dalam diri kita. Oleh karena itu, kita harus selalu membiasakan diri berdoa dalam setiap kegiatan kita. Dengan berdoa, berarti kita mengundang Tuhan untuh hadir dan berkarya dalam diri kita. Dengan berdoa berarti kita mengandalkan kekuatan Allah yang telah memilih dan mengutus kita, karena Dialah benteng perlindungan kita. Tuhan, ajarilah aku untuk selalu rendah hati, terbuka akan kehendakMu, bantulah aku untuk mengandalkan kekuatanMu ! ( E.Sri Hartati )  

Orang Kudus

Ruang Kitab Suci

MUNGKINKAH TIDAK DENDAM DAN MENGASIHI MUSUH ?
Oleh : Peter Suriadi

Sebelum merenungkan teks di bawah ini, mungkin berguna kalau Anda menyebut dalam hati nama semua musuh Anda. Ada berapa ? Apakah Anda dendam dengan mereka ? Berbahayakah dan jahatkah mereka? Lalu, coba merenung sejenak : apakah Allah punya musuh ? Tentu saja, Allah dimusuhi orang-orang tertentu. Namun, apakah Allah sendiri memandang orang-orang tertentu itu sebagai musuh-Nya? Seandainya Allah mempunyai musuh, Ia mungkin tidak pernah akan mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan dunia. Dan seandainya Allah sungguh memusuhi manusia, mana mungkin Yesus berdoa di salib untuk mereka yang menyiksa dan akhirnya membunuh-Nya.
Teks
Mat 5:38-48
38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Konteks
Injil Matius menyimpan banyak sekali bahan pengajaran. Yang terkenal adalah Khotbah di Bukit (Mat 5:1-7:29). Khotbah di Bukit merupakan rangkuman dari ajaran di bukit tersebut. Dalam ajaran itu Matius menampilkan unsur-unsur Yahudi yang kemungkinan berasal dari ibadat kuno. Matius juga bermaksud memberikan semacam katekismus ajaran Kristen, dengan cara yang sederhana dan mudah diingat.
Dalam Mat 5:21-48, ajaran Yesus disampaikan dengan menggunakan enam kontras tajam yang umumnya disebut antitesis (5:21-26 > pembunuhan dan amarah, 5:27-30 > zinah dan keinginan jahat, 5:31-32 > perceraian/kelanggengan perkawinan, 5:33-37 > sumpah, 5:38-42 > balas dendam, 5:43-48 > kasih kepada musuh). Pola antitesis ini bertujuan untuk mengkontraskan antara pola hidup Allah yang tanpa perhitungan untung rugi dan pola hidup manusia pada umumnya yang penuh perhitungan untung rugi. Tentunya pola Allah yang harus menjadi pola hidup para pengikut Yesus.
Teks yang kita renungkan kali ini (Mat 5:38-48) menyajikan suatu yang kiranya setua peradaban manusia, yaitu hukum balas dendam atau hukum keseimbangan (lex talionis) dan musuh. Sebagai contoh, hukum balas dendam sudah ada pada zaman raja Babel yang tercatat dalam undang-undang Hammurabi tahun 2285-2245 SM : “Kalau ada orang membuat mata orang ningrat rusak, mata orang itu pun harus dirusakkan. Kalau ia membuat tulang rusuk orang ningrat patah, tulang rusuknya pun harus dipatahkan. Tetapi kalau orang itu membuat mata orang miskin rusak, atau tulang rusuknya patah, ia harus membayar satu keping uang mina ... Kalau ia mematahkan gigi orang yang sederajat dengannya, giginya harus dipatahkan. Kalau ia merusak gigi orang miskin, ia harus membayar sepertiga mina.”. Dalam Perjanjian Lama pun hukum balas dendam begitu mendominasi (Kel 21:23-25; Ul 19:21; Im 24:19-20). Semoga dengan merenungkan teks ini kita menyadari apa yang seharusnya kita lakukan sebagai orang Kristen.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
ü Balas dendam (5:38-42)
ü Kasih terhadap musuh (5:43-48)

Keterangan Teks
· kamu telah mendengar firman (ayat 38)
Kalimat ini dipakai untuk menegaskan bahwa kalimat lanjutan perlu diperhatikan secara khusus. Jadi, kalimat ini bolehlah dianggap semacam aba-aba meriah bagi pembaca untuk mulai mendengarkan pengajaran Yesus.
· mata ganti mata .... gigi ganti gigi (ayat 38)
Hukum balas dendam atau hukum keseimbangan (lex talionis) mengacu pada Kel 21:24, Im 24:20 dan Ul 19:21. Hukum ini aslinya dibuat untuk melindungi kehidupan yang terancam oleh karena balas dendam, termasuk balas dendam yang mengerikan seperti dicatat dalam Kej 4:23. Dengan adanya hukum ini orang kehilangan hak untuk membalas dendam secara pribadi atau main hakim sendiri sebab setiap masalah harus diputuskan dalam sidang para penatua. Tetapi biar bagaimana pun etika masyarakat Yahudi pada waktu itu didasarkan pada hukum balas dendam sekalipun balas dendam itu dimaksudkan untuk mengontrol kehidupan.
· Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat (ayat 39)
Melawan berarti menantang (Yunani : antisthemi). Hukum balas dendam atau hukum keseimbangan (lex talionis) mengacu pada Kel 21:24, Im 24:20 dan Ul 19:21. Hukum ini aslinya dibuat untuk melindungi kehidupan dari balas dendam (misalnya balas dendam yang mengerikan seperti tercata dalam Kej 4:23). Dengan adanya hukum ini orang tidak mempunyai hak balas dendam dan main hakim sendiri karena setiap persoalan harus diputuskan oleh sidang para penatua.
· menampar pipi kananmu ..... berilah juga kepadanya pipi kirimu (ayat 39)
Menampar pipi kanan orang lain lebih mudah dilakukan dengan telapak luar tangan kanan. Bagi orang Timur Tengah kuno dan para rabi Yahudi, menampar dengan telapak luar tangan kanan dapat diartikan sebagai penghinaan berat jika dibandingkan dengan menampar dengan telapak dalam tangan kanan. Jadi, tamparan merupakan lambang penghinaan.
Lewat ilustrasi ini Yesus tidak menganjurkan kejahatan boleh dibiarkan begitu saja. Yesus menghendaki agar para pengikut-Nya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Dengan memberikan pipi kiri (bdk Rat 3:30; Ams 24:29, 25:21-22; Im 19:18), memberikan kemungkinan hati si jahat untuk bertobat, bukan kebinasaan si jahat. Dengan kata lain, kesediaan bertobat tidak akan muncul jika si jahat ditantang/dilawan. Yesus mengajak kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Rm 12:19-21).
· mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu (ayat 40)
Baju (Yunani : khiton) adalah sejenis pakaian tipis dalam yang panjangnya sampai lutut. Jubah (Yunani : himaton) adalah semacam baju panas/mantel yang berfungsi ganda, yaitu sebagai pakaian luar yang panjangnya sampai kaki untuk melindungi diri dari teriknya matahari dan sebagai sejenis selimut untuk penghangat tubuh dari dinginnya malam. Setiap orang Yahudi pasti memiliki baju, bahkan yang termiskin sekalipun masih memiliki baju ganti. Sedangkan kebanyakan orang Yahudi hanya memiliki satu jubah dan tidak punya gantinya.
Dalam perkara pengadilan baju dapat dijadikan sebagai barang jaminan, sedangkan jubah tidak. Jadi, mengadukan untuk mengingini baju dapat diartikan sebagai meminta bantuan hakim untuk memperkarakan secara hukum dan mendapatkan baju. Sebab menurut hukum, baju panas seseorang warga tidak boleh diambil biarpun untuk semalam saja (Kel 22:26-27).
Dengan demikian Yesus mengajarkan bahwa para pengikut-Nya tidak mengandalkan dan menuntut hak-hak hukumnya, bahkan menganggap diri tidak mempunyai hak hukum sehingga terhindar dari sikap balas dendam.
· memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (ayat 41)
Pemerintah Persia kuno mempunyai jaringan pengiriman surat dengan pos-pos yang jarak tempuhnya 1 hari perjalanan. Di setiap pos tersedia makanan bagi para pengantar surat dan rumput untuk kuda-kuda mereka. Kuda-kuda baru juga disiapkan untuk menggantikan kuda-kuda yang sudah lemah sehingga perjalanan dapat dilanjutkan hingga ke pos berikutnya. Tetapi kalau kuda baru dan makanan minuman tidak ada, penduduk setempat dapat dipaksa untuk memberi makanan minuman dan/atau kudanya. Bahkan penduduk tersebut dapat dipaksa untuk mengantar surat itu sejauh 1 hari perjalanan.
Kata Yunani untuk paksaan itu adalah aggareunin. Kata ini selanjutnya dipakai untuk setiap bentuk paksaan yang dilakukan para penguasa terhadap penduduk jajahannya. Pada zaman Yesus, Palestina dijajah oleh kekaisaran Romawi. Para serdadu Romawi berhak memaksa orang-orang Yahudi untuk memikul barang-barang bawaan mereka sejauh 1500 meter (kira-kira 1mil atau 1000 langkah).
Yesus mengajak para pengikut-Nya bila dipaksa menemani barang bawaan penguasa sejauh 1500 meter, berjalanlah bersamanya bukan hanya 1500 meter dengan hati dongkol, tetapi berjalanlah 3000 meter dengan hati sukacita. Artinya, Yesus mengajak jangan memikirkan diri sendiri dan semau gue, tetapi pikirkanlah dan utamakanlah tugas dan kewajiban untuk membantu dan melayani orang lain, termasuk membantu membuka hati si jahat untuk bertobat, bukan balas dendam. Lakukanlah semuanya itu dengan sukacita.
· Berilah kepada ...... yang meminta kepadamu dan janganlah menolak ..... yang mau meminjam (ayat 42)
Yesus mengajak untuk memberi kepada orang yang meminta, bukan memeras, karena ia pasti membutuhkan sesuatu. Dalam hukum Yahudi pun, pemberian sukarela sudah diatur dalam Ul 15:7-11. Yesus pun mengajak orang untuk membuka tangan lebar-lebar dengan berbelas kasih kapan pun dan kepada siapa pun juga karena Tuhan akan memberkatinya.
· Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu (ayat 43)
Sesama berarti orang sebangsa (Yunani : plesion). Maka bagi orang Yahudi yang dimaksud sesama adalah orang-orang sebangsanya dan musuh adalah orang yang tidak sebangsa dengannya, terutama orang kafir yang tidak mengakui Allah (Im 19:18; Mzm 139:21-22). Salah satu alasan utama kebencian terhadap bangsa kafir adalah bahaya penyembahan berhala dan kemurtadan jika orang Yahudi bergaul dengan mereka. Salah satunya tercatat dalam Ul 7:2.
· Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (ayat 44)
Ini merupakan perintah sangat tegas dari Yesus. Yesus menolak pandangan tentang sesama yang eksklusif itu. Perintah Yesus tersebut sebenarnya juga telah tertuang dalam Perjanjian Lama : “Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.” (Im 19:34; bdk Kel 23:4-5; Ams 25:21).
Dalam bahasa Yunani ada empat kata (stergein, eran, philein, dan agapan) yang artinya “mengasihi” tetapi dalam lingkup berbeda. Kata kerja stergein (kata benda : storge) mengacu pada kasih mesra orangtua kepada anak dan sebaliknya. Kata kerja eran (kata benda : eros) mengacu pada kasih asmara pria dan wanita yang mengandung nafsu birahi. Kata kerja philein (kata benda : philia) mengacu pada kasih sejati antarsahabat dekat. Sedangkan kata kerja agapan (kata benda : agape) mengacu pada kasih tanpa perhitungan dan tidak peduli kepada siapapun.
Dalam ayat 44 ini Matius menggunakan kata agapan. Artinya, kasih agape adalah kasih tanpa pamrih dan sama sekali tidak memperhitungkan kelakuan orang (termasuk terhadap musuh), entah sikap, perkataan, ataupun perbuatannya yang menghina, menyakiti atau menyusahkan. Kasih agape mendorong orang untuk membuang segala pikiran jahat terhadap orang lain dan memperlakukannya dengan kebajikan yang tak kenal batas demi kebaikan sesama.
Doa merupakan ungkapan kasih agape itu. Doa merupakan “obat mujarab” bagi segala kebencian karena manusia tidak mungkin berdoa sambil membenci.
· kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (ayat 45)
Alasan kasih apape adalah karena serupa dengan Bapa. Menjadi anak berarti menjadi serupa secara rohani dengan Bapa yang mengasihi dan menjamin kehidupan setiap orang tanpa diskriminasi, baik orang benar yang melakukan kehendak Allah dan orang tidak benar yang tidak peduli dengan kehendak Allah, lewat terbitnya matahari dan turunnya hujan (di Palestina yang sering mengalami kekeringan, hujan dipandang sebagai salah satu berkat istimewa dari Allah).
· apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (ayat 46)
Dengan pertanyaan retoris ini, Yesus bukan mau mempersoalkan upah. Tetapi Ia mau menegaskan bahwa mengasihi orang yang dapat membalas kasih tidaklah sulit. Mengasihi orang yang dapat membalas kasih tidak mendatangkan pahala ilahi karena kasih tersebut dilakukan juga oleh para pemungut cukai. Para pemungut cukai adalah orang-orang Yahudi yang dianggap sebagai antek penjajah Romawi dengan bekerja menagih bea cukai dari orang-orang sebangsanya. Mereka dianggap najis dan dibenci. Dan ternyata orang-orang itu pun mengasihi orang yang bersikap baik kepada mereka sehingga kasih timbal balik seperti itu tidak pernah menjadi masalah bagi siapapun juga. Para pengikut Yesus seharusnya tidak berhenti pada tingkat kasih yang “tidak ada sulitnya”.
· apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? (ayat 47)
Kasus dalam ayat 47 ini serupa dengan ayat 46 di atas. Bagi orang Yahudi, salam merupakan ungkapan keinginan dan doa permohonan berkat agar orang yang disalami sungguh mengalami damai sejahtera. Saudara-saudaramu berarti sesamamu, orang yang sebangsa denganmu. Menurut Yesus, memberi salam kepada saudara-saudara saja tidak ada lebihnya daripada perbuatan orang lain karena bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah/bangsa kafir (Yunani : ethikoi) pun berbuat demikian.
· haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (ayat 48)
Ayat 48 ini dapat dianggap suatu kesimpulan Mat 5:21-48. Kesempurnaan Allah mengacu pada totalitas kasih-Nya. Ia mengasihi tanpa batas dan demi kebaikan manusia tanpa diskriminasi. Dan manusia akan menjadi serupa dengan-Nya jika ia mampu memberi diri sepenuhnya kepada Allah agar menjadi sempurna. Manusia menjadi sempurna (Yunani : teleios) berarti ia melakukan hukum kasih secara total seperti yang dilakukan Allah terhadapnya dan semua manusia tanpa pandang bulu.

Amanat
Banyak orang berpikir bahwa kasih adalah sesuatu yang spontan. Namun, yang jauh lebih spontan dari kasih justru egoisme manusia. Jarang sekali ada kasih agape. Sebab dalam kasih agape, manusia harus menerima sesamanya apa adanya, bukan sekehendaknya. Salah satu akar dari egoisme manusia adalah balas dendam. Balas dendam menyebabkan orang lain dianggap musuh.
Salah satu intisari kekristenan ialah kasih kepada musuh. Orang yang melaksanakannya, sungguh mengenal Allah sebab Allah tidak punya musuh. Ia hanya punya anak-anak yang seharusnya dicintai sebagai saudara-saudara. Kasih kepada musuh bukan hal yang mustahil sebagaimana diyakini banyak orang. Orang beragama yang belum sampai kepada keyakinan bahwa musuh pun harus dicintai, masih punya jalan panjang kepada pengenalan Allah yang sebenarnya. Jadi sesungguhnya musuh, kalau ada, lebih sering ada di kepala daripada dalam kenyataan.
Yesus mengharapkan murid-murid-Nya memiliki sikap sosial yang luar biasa, melebihi yang dianjurkan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat pada masa Yesus. Murid Yesus diajak membalas tiap tindakan sesama dengan kebaikan. Bahkan kejahatan pun harus diberantas dengan kebaikan sempurna. Sikap sosial murid Yesus tersebut didasarkan pada kesempurnaan Bapa di surga. Yesus juga menganjurkan sikap sosial kepada semua orang, bahkan kepada orang-orang yang memusuhi murid-murid-Nya. Sementara orang-orang Farisi hanya menganjurkan sikap sosial kepada orang-orang sebangsanya yang simpatik. Yesus tahu bahwa nasehat-Nya untuk mengasihi musuh dapat dinilai tidak adil atau bahkan tidak masuk akal. Semua sikap sosial itu mungkin diterapkan jika yang menjadi ukuran adalah Allah. Sebab jika kita memakai ukuran diri kita sendiri, kita cenderung mempersempit dan memperketat ukuran itu. Oleh karena itu ukuran kesempurnaan kita bukanlah diri sendiri atau manusia lain tapi Allah sendiri.

Seputar Paroki : Peletakan Batu Pertama

IBADAT/UPACARA PELETAKAN BATU PERTAMA
PEMBANGUNAN GEDUNG PASTORAL PAROKI
ST. FRANSISKUS ASISI – BOGOR


Pada hari Minggu, 13 Juni 2010 diadakan Ibadat peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pastoral Paroki St Fransisikus Asisi. Pembangunan ini merupakan rangkaian kegiatan renovasi yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti ta-hun 1992 renovasi panti Imam dan teras paroki, tahun 2000 renovasi gereja secara besar-besaran dan pada tahun 2010 ini diadakan pembangunan Gedung Pas-toral secara menyeluruh. Bapak Arsian Wirawan selaku Ketua Pimpinan Proyek Pembangunan Gedung Pas-toral dalam sambutannya menjelaskan bahwa ren-cananya Gedung Pastoral akan dibangun empat lantai yang meliputi : Lantai bawah yang diperuntukkan untuk ruang serba guna, Lantai I untuk Aula, lantai II untuk Pastoran dan lantai III untuk ruang meditasi dan ruang rekreasi pastor.
Tepat pukul 10:30 WIB Ibadat Peletakan batu per-tama dimulai dan dipimpin oleh pastor Johanes Maria Ridwan Amo selaku pastor paroki. Dalam kata pe-ngantar Ibadat peletakan batu pertama mengadung makna bahwa batu merupakan lambang sifat kokoh dan kuat dalam sebuah bangunan. Batu juga me-nimbulkan kesan kesetiaan, kejujuran, dan rasa tang-gungjawab yang kita harapkan dari seseorang. Kristus bersabda kepada Rasul Petrus yang ditunjukNya sebagai kepala GerejaNya :” Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GerejaKu.”.Peletakan batu pertama ini mengandung keyakinan bahwa manusia hanya bisa memulai sesuatu secara kecil dan sederhana, sedangkan dalam Tuhan terletak segala kesempurnaan, dan mahkota terindah bagi sebuah bangunan. Dengan ibadat ini kita mohon bantuan Allah supaya Ia memperkenankan bangunan ini dapat selesai dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
Upacara ibadat diiringi oleh kelompok koor Lauda Sion dan dihadiri oleh beberapa Pastor antara lain Pastor Robertus Eeng, Pastur Endro, Pastor Garbito, Pengurus Dewan paroki, panitia pembangunan Ge-dung Pastoral dan umat. Peresmian ditandai dengan menaburkan semen pertama yang diperuntukkan untuk pengecoran lantai kerja yang tempatnya terletak di-tengah-tengah ruangan. Penaburan semen pertama ini diawali oleh Pastor Ridwan Amo, selanjutnya oleh Pastor Garbito , Pastor Eeng, Pastor Endro, Bapak Arsian Wirawan dan terakhir oleh Bapak Tarsisius Suyitno sebagai wakil Ketua Dewan Paroki. Peresmian ini diiringi oleh tepuk tangan seluruh umat yang hadir . Selanjutnya sekitar pukul 11.10 ibadat selesai, di-lanjutkan dengan ramah tamah dan makan siang bersama.
Setelah makan siang, Kami meminta Pastor Gar-bito sebagai wakil Pastor Paroki, memberikan pen-jelasan tentang pembangunan Gedung pastoral Paroki St Fransiskus Asisi. Pastor Garbito menjelaskan bahwa dana pembangunan gedung pastoral ini berasal dari swadaya umat & para donatur. Lebih lengkap Pastor Garbito menjelaskan peruntukan masing-masing lantai sebagai berikut :
1. Lantai bawah yang diperuntukkan untuk ruang serba guna dan sementara dapat dipakai untuk parkir motor.
2. Lantai I untuk Aula, diperuntukkan untuk menam-pung umat yang beribadat khususnya pada hari-hari besar seperti Natal dan Paskah.
3. Lantai II untuk Pastoran.
4. Lantai III untuk ruang meditasi dan ruang rekreasi para pastor. Untuk Lantai III ini rencana akan meng-hadap ke gunung Salak dengan panoramanya yang sangat indah sehingga sangat mendukung untuk tempat meditasi.
Pembangunan Gedung Pastoral Paroki St. Fran-siskus Asisi dimulai pada tanggal 21 Juni 2010 dan harapannya aula untuk menampung umat pada pera-yaan Natal tahun ini dapat diselesaikan pada awal Desember. Total waktu pembangunan kurang lebih satu tahun. Selamat bekerja kepada Panitia, Semoga Pembangunan Gedung pastoral Paroki St Fransiskus Asisi ini berjalan dengan lancar dan selesai seperti harapan kita semua (AAS)

Seputar Paroki : Rekoleksi Wil. Surken

REKOLEKSI UMAT DAN PENGURUS
WILAYAH SURYAKENCANA
Sabtu, 5 juni 2010 St. Yakobus – Megamendung


Sabtu, 5 Juni 2010 sekitar Pk 08.15 WIB, Paroki St. Yakobus – Megamendung kedatangan rombongan umat dan pengurus Wilayah Suryakencana yang akan mengadakan rekoleksi sehari dengan pembicara RD. Marcus Santoso. Ketika kami sampai, Rm. Marcus sendiri yang menyambut dengan senyum dan tawanya yang khas, sudah lama kami tak melihat tawa beliau yang khas… ^_^
Beliau juga telah menyiapkan tempat yang akan kami pakai untuk rekoleksi. Rekoleksi kali ini kami pilih di Megamendung karena ingin menciptakan suasana yang baru, ditambah dinginnya cuaca membuat kami nyaman mendengarkan materi rekoleksi. Rekoleksi ini diadakan untuk menambah pengetahuan umat dan para pengurus wilayah mengenai liturgi, sesuai dengan tema rekoleksi hari ini “Memahami Liturgi Ekaristi”. Selain itu juga untuk mengecas semangat para pengurus wilayah yang selama ini telah melayani kebutuhan – kebutuhan umat dengan berbagai rintangan yang dihadapi, agar tetap bersemangat dalam melayani. Acara rekoleksi ini juga sebagai penutup dari rangkaian doa Rosario keliling yang biasa dilakukan ibu – ibu secara bergiliran di rumah – rumah umat selama bulan Maria kemarin.
Segera setelah seluruh peserta sudah berkumpul, Rm. Marcus membuka acara dengan berdoa terlebih dahulu. Dalam materinya, Rm. Marcus menyampaikan kepada kami, bahwa Ekaristi adalah puncak iman setiap umat. Karena dalam Perayaan Ekaristi, kita mengenangkan kembali Kristus yang dengan rela mengurbankan hidupnya demi umat manusia. Sesi I selesai pk 10.15, lalu break hingga pk 10.30. Sesi II dimulai pk 10.30, sesi kali ini adalah sesi tanya jawab. Beberapa umat aktif bertanya. Sesi ini tak berlangsung lama, acara kemudian dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi Kudus.
Dalam homilinya Rm. Marcus mengajak dan meng-ingatkan kami untuk tetap berpegang pada Dia yang tersalib sebagai dasar dan tujuan kami dalam melayani. Di akhir misa setelah berkat penutup, beliau mengajak kami untuk berdoa bagi kesucian para imam, agar para imam tetap kuat dalam panggilan hidupnya dan dalam melayani umatnya. Selesai misa kami berfoto bersama. Rohani kami telah diisi sejak pagi tadi, kini tiba saatnya jasmani kami yang diisi. Orkes keroncong perut kami mulai terdengar, setelagh berdoa, kami langsung menyantap hidangan yang telah disiapkan. Hmmm.. Nikmat..
Usai makan kami ngobrol – ngobrol sebentar hingga pk 14.00, lalu kami berpamitan. Terima kasih kepada Rm. Marcus yang berkenan menjadi pembicara, kepada umat dan seluruh pengurus wilayah yang sudah berpartisipasi dalam acara ini, juga kepada Bpk. Ricky yang telah menyiapkan santap siang kami. Semoga apa yang telah disampaikan dapat menjadi bekal kami dalam melayani. Tuhan Memberkati..!  -VCM- 

Seputar Paroki : Rekoleksi Wil. Tajur

REKOLEKSI PENGURUS WILAYAH
SANTO ANTONIUS TAJUR
SMKK BARANANGSIANG, MINGGU 02 MEI 2010

“MEMUPUK KEPERCAYAAN DAN HARGA DIRI SEBAGAI PENGURUS WILAYAH”
(RD. ANTONIUS GARBITO PAMBOAJI)


Peran seorang pengurus wilayah baik sebagai dewan harian, ketua lingkungan, ketua rukun, seksi, sangatlah penting. Karena tanpa peran serta pengurus yang merelakan dirinya melayani umat, demi menjalankan kegiatan hidup menggereja, tidak akan berjalan dengan selaras. Para pengurus wilayah inilah yang menjadi ujung tombak dalam setiap kegiatan yang ada di wilayahnya.
Tidak mudah memang untuk menjadi seorang pengurus wilayah. Hal ini didasari pada tuntutan yang mengharuskan kita untuk dapat tampil dengan rendah hati, memberikan pelayanan yang murah hati dan yang paling penting adalah dapat bekerja sama dalam satu tim. Seringkali kita temui bahwa betapa sulitnya untuk mencari seseorang yang mau terjun dalam bidang pelayanan untuk menduduki jabatan sebagai pengurus wilayah, karena di samping dibutuhkan tenaga, pikiran, kadangkala kita dihadapkan pada keputusan yang sangat sulit untuk memilih kepentingan umat atau keluarga. Ada banyak alasan yang kita dengar dari para pengurus mengapa mereka menerima jabatan tersebut. Yang paling klise adalah kata “Terpaksa atau Dipaksa”. Itulah sebabnya betapa sulitnya mencari calon pengganti, karena tidak setiap orang mau dicalonkan, ditunjuk atau dipilih. Alasan mereka adalah karena “sibuk/tidak ada waktu, takut, merasa dirinya tidak mampu menjadi pemimpin/memimpin, atau orang lain sajalah yang dicalonkan. Untuk itulah melalui rekoleksi ini kami berusaha menumbuhkan kembali kepercayaan dan harga diri para pengurus agar dapat mengetahui tugas dan perannya sebagai pengurus wilayah dengan lebih mantap dan kelak dapat meneruskan karya pelayanan ini dan bersedia apabila dirinya ditunjuk sebagai seorang pengurus. Sebab apabila Tuhan telah memanggil kita untuk melayani Dia, maka tidak ada kata “Tidak” bagi Tuhan untuk menolaknya.
Banyak hal yang kita dapatkan dengan mengikuti rekoleksi ini, diantaranya para pengurus semakin tahu arti panggilan hidup untuk melayani Tuhan dan sesama, sehingga tidak akan ada lagi kata “Terpaksa/Dipaksa”, melainkan sebaliknya yang terdengar adalah kata “Ya, saya bersedia”. Seperti halnya tumbuhan yang membutuhkan pupuk untuk dapat tumbuh subur, maka kita pun perlu memupuk iman kita dengan siraman rohani. Harapan kami semoga rekoleksi ini dapat menumbuhkan benih-benih baru yang akan menghasilkan buah yang lebat/baik dan berguna bagi setiap orang. Selamat Berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. (Dionesia)

Seputar Paroki : KEP 7

Pada tanggal 23 Mei 2010 jam 05:30, orang-orang berdatangan dari berbagai penjuru menuju Gereja Santo Fransiskus, dan di halaman gereja telah parkir bis Indah Murni. Siapakah mereka dan hendak kemanakah?
Oh..... ternyata mereka adalah ALUMNI KEP ANGKATAN KE-7 tahun 2008, hendak ke Bandung ziarah ke Karmel, Lembang dan juga rekreasi untuk mempererat tali persaudaraan.
Sayangnya tidak semua yang mendaftar dapat pergi, dari sejumlah 31 orang hanya 27 orang yang berangkat (diantara peserta ada 2 orang bukan alumni KEP 7, mereka putra dan calon menantu salah satu alumni).
Sebelum berangkat terlebih dahulu di absen oleh ibu Suzanty dan doa bersama dipimpin oleh ibu Bertha, bis berangkat tepat jam 06:00. Pada awal perjalanan, para peserta mendaraskan doa rosario yang dipimpin oleh ibu Dewi. Dibuka dan ditutup dengan lagu yang diiringi gitar oleh pak August. Setelah itu kami sarapan pagi dengan bacang dan banyak makanan lain, ada roti, risol, pastel, bolu kukus, buras, bakwan, pokoknya kenyang deh. Kemudian bernyanyi bersama dan tentunya menyanyikan juga lagu kebangsaan KEP “Ku Utus Kau” dengan tempo De Marcia dan diawali dengan syair... Lihatlah ladang sudah menguning telah siap dituai.............
Tiba di karmel jam 09:00, disana Jalan Salib dan doa di Goa Maria serta makam Yesus. Juga potret bersama, namun sayang tidak semua ikut serta, karena ada yang menghilang, entah kemana.
Jam 11:30 berangkat lagi menuju tahu Lembang di jalan Setia Budi sambil makan siang di bis dengan nasi dus buatan pak Meta.
Selanjutnya jam 12:30 menuju Ciwok, namun tidak jadi mampir, karena minat peserta kurang dan biaya parkir bis lima puluh ribu rupiah. Langsung menuju Kaliki, bis parkir disana, para peserta belanja ke Kartika Sari dan Sosis sampai dengan jam 14:30. Selain belanja makanan, ada juga jajan soto mi di gang menuju Kartika Sari sambil minum es jeruk. Jajan tidak keluar uang karena ada yang mentraktir, terima kasih ya.
Setelah itu berangkat pulang menuju Bogor melalui Cipularang, dan sebelumnya mampir dulu di Prima Rasa. Sampai di Bogor jam 18:40.
Seneng deh, seru dan kompak.
Untuk ibu Yani, ibu Lianita dan ibu Dewi, terima kasih atas bantuannya, sehingga penulis dapat menyajikan dengan kelengkapan waktu dan juga disertai foto-foto. (MST, KEP 7)

Sebaiknya Kita Tahu

DOA BAPA KAMI: ANTARA WARISAN SPIRITUAL DAN PERTOBATAN
Oleh: Y. Mintarjo PHS

A. Pengantar
Suatu realitas bahwa dalam setiap kesempatan doa di kalangan umat Kristiani (Baca: Katolik) “Doa Bapa Kami” selalu dipakai sebagai pelengkap sempurnanya doa umat/pribadi. Kenyataan tersebut cukup beralasan dari satu sisi. “Doa Bapa Kami” dianggap sebagai doa yang sempurna karena diajarkan oleh “sang Guru” secara pribadi (Luk 11:1-13, Mat 6:9-13, 7:7-11). Umat beriman menganggapnya sebagai warisan spiritual dari “sang Guru”.
Namun, sebenarnya “Doa Bapa Kami” sudah me-rupakan doa terlengkap secara maknawi maupun secara vertikal-horizontal. Setiap kata mengandung makna mendalam tentang relasi Allah dan manusia juga antara manusia dengan sesamanya. Intinya, doa itu memuat rangkuman warta Kerajaan Allah. Dengan “Doa Bapa Kami” Yesus mewartakan Kerajaan Allah sudah datang bersama-Nya. Kerajaan Allah telah menjadi realita masa kini dan bukan lagi suatu harapan yang masih jauh. Semua umat yang mengimani Kristus dapat menjangkau Kerajaan Allah itu jika ingin masuk di dalamnya. Untuk itu, Yesus menuntut pertobatan dan partisipasi aktif dari umat-Nya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, dapat Anda bidik di Matius 18:1-5.
Penulis dengan keras menyindir umat Katolik yang selalu memiliki alasan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam penciptaan Kerajaan Allah: koor gereja, ibadat/doa lingkungan, misa wilayah, OMK, Putra Altar, TTK, aksi sosial gereja, donor darah, atau pelayanan lainnya dengan alasan anu, karena anu, jika sudah anu saja, dan sebagainya. Memang secara materi dalam pelayanan menggereja tak ada untungnya atau malahan nombok. Pertanyaan sinisme lagi, Apakah Anda puas selama hidup hanya mementingkan urusan pribadi/keluarga Anda tanpa menyisihkan waktu sebentar saja untuk melayani Kristus yang Anda imani dan yang selalu berpihak kepada orang sakit, orang kecil, orang berdosa, “anak-anak”? Wah! Nyinggung tenan iki. Penulis cukup bangga jika Anda tersinggung.

B. Antara Warisan Spiritual dan Manifestasi Iman Kristiani
Subjudul tersebut akan penulis uraikan melalui tafsiran lepas kalimat-kalimat doa yang ada.
1. Bapa kami yang ada di surga, Dimuliakanlah/Dikuduskanlah nama-Mu (salam)
Dalam “Doa Bapa Kami” umat beriman seakan melihat ada alamat yang dituju, yaitu Allah Bapa di surga. Bapa memiliki kedudukan yang utama dalam ajaran Yesus. Situasi ini berasal dari tradisi Yahudi yang menempatkan kaum Adam (Bapa) di kedudukan paling atas. Allah Bapa yang menjadi tujuan doa itu juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari karya penyelamatan Yesus bagi seluruh umat. Dengan demikian, sebagai ahli waris ajaran Kristus hendaknya kita dapat ikut menyebut dan memuliakan Allah Bapa di surga agar semua doa baik kita dijawab dan dikabulkan Allah. Bu-kankah memuliakan orangtua dengan cara jujur dan baik itu menyenangkan hati Yesus kita?
Suasana ungkapan “dimuliakanlah/dikuduskanlah” berarti mengenal nama Allah. Mengenal nama Allah berarti mengenal jati diri Allah sebagaimana Ia membuat diri-Nya kita kenal dan memberikan keselamatan kepada kita melalui Putra-Nya dan memberkati kita dengan Roh Kudus-Nya. Ke-kudusan adalah pusat misteri-Nya yang kekal dan sukar didekati, tetapi Allah tetap memahkotai ma-nusia dengan kemuliaan dan hormat (Mazm 8:6) karena Ia menciptakan manusia sebagai “gambar” menurut rupa-Nya (Kej 1:26). Kekudusan-Nya yang misterius tampak pula dengan mengutus putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menyelamatkan dunia melalui peristiwa: lahir, wafat, dan bangkit.

2. Dua Permintaan tentang Allah: Datanglah kerajaan-Mu dan Jadilah kehendak-Mu
Kalimat “Datanglah Kerajaan-Mu” menunjuk pada harapan manusia beriman untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang damai, kasih, aman, adil, dan sejahtera dengan Allah pribadi sebagai rajanya. Kerajaan Allah ini telah mencapai kesempurnaan di bumi dalam diri Yesus Kristus. Gereja Katolik memandang bahwa ahli waris Kerajaan Allah dituntut ikut menghadirkannya dalam kehidupan nyata dengan cara pertobatan dan menjadi garam-terang dunia di setiap bentuk kehidupan umum pada siapa saja seperti diteladankan para rasul (Katolik dan apostolik?). Di mana saja umat ber-iman harus mampu menciptakan rasa tenteram, da-mai, kasih, saling menghargai, demokratis; di situ-lah Kerajaan Allah itu kita hadirkan di kehidupan dan komunitas nyata atas kuasa Roh Kudus.
 Selanjutnya, kalimat “Jadilah Kehendak-Mu” meng-ingatkan kita pada sikap pasrah kepada kuasa Sang Mahazat. Sikap pasrah dan semeleh itu ditunjukkan dengan tetap berusaha dan berjuang keras, berhitung dari sisi kemanusiaan, berdasar akal budi dalam mengusahakan cita-cita, harapan, atau gegayuhan lalu menyerahkan hasil setiap usaha kepada kuasa tangan-Nya yang penuh belas kasih juga bijaksana. Nyumanggaaken sedaya upadi ing Ngarsa Dalem Gusti Allah kang sarwa linuwih. Bila boleh meminjam kalimat mutiara kaum sufi, “Aku berdoa sungguh-sungguh, berusaha sungguh-sungguh; selanjutnya biarlah Tuhan yang menjawabnya.” Atau, teladan sang Guru dalam Mrk 14:36 atau Bunda Maria dalam Luk 1:38 akan mengilhami manifestasi iman Kristiani kita.

3. Permintaan tentang Kita
a. Berilah kami rezeki hari ini
Kata “kami” berarti kita telah mewakili semua anggota gereja di dunia untuk berdoa kepada Bapa karena kita tidak berdoa: “Berilah saya rezeki hari ini”. Oleh beberapa ahli bagian ini dikatakan sebagai inti dari doa Tuhan. Jika Anda bertanya, “Mengapa bagian ini merupakan bagian utama/inti sedangkan hal utama yang kita rindukan adalah kepenuhan ‘Kerajaan Allah’?” Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah ….
Bagaimana kita melaksanakan kehendak Bapa tanpa memiliki kekuatan fisik? Segala sesuatu yang diutamakan manusia pasti hal-hal yang bersifat kedagingan; setelah itu baru mencari Kerajaan Allah. Rezeki yang kita mohon di sini tidak hanya bersifat jasmaniah, tetapi juga mengarah pada rezeki yang bersifat batiniah/rohaniah. Kita memohon agar diberi kekuatan fisik untuk mampu melaksanakan kehendak Allah dan juga kekuatan batin yang diperoleh berkat bisikan Roh Kudus agar apa yang kita lakukan dan wartakan sesuai dengan kehendak Allah. Jadi, kita bekerja keras, mendengar firman Tuhan, dan ikut mewujudkan firman tersebut dalam setiap sisi kehidupan. Hasil akhir yang diharapkan adalah semua umat beriman ikut merasakan kebaikan Bapa dan percaya. Kombinasi yang seimbang: Berdoa menurut cara Allah; bekerja dalam arti berusaha melaksanakan kehendak Allah dengan cara manusia.
Tekanan “hari ini” tidak memiliki makna yang tepat. Entah untuk hari ini, besok, atau masa yang akan datang karena frasa ini tidak digunakan di tempat lain. “Hari ini” adalah ungkapan kepercayaan yang telah Tuhan ajarkan kepada kita dan bukan suatu perumpamaan yang congkak. Bukan pula berarti kekinian dari waktu yang fana, melainkan hari ini yang adalah waktu milik Allah.
b. Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni yang bersalah kepada kami
Untuk mempersiapkan hati agar benar-benar menerima Kerajaan Allah, hal utama yang harus dilakukan adalah menciptakan kedamaian dan keharmonisan tanpa ada permusuhan antara sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Bagaimanakah mungkin kita dapat merasakan kehadiran Kerajaan Allah jika hati kita dipenuhi permusuhan yang notabene merupakan awal dari kehancuran?
Ajaran Yesus yang paling besar adalah pengam-punan. Dalam Injil —utamanya Perjanjinjian Baru – umat beriman akan mendapatkan banyak perikop yang menunjukkan betapa Yesus menyadarkan kita betapa besar makna pengampunan, termasuk jika harus melawan tradisi dan budaya Yahudi. Satu dua contoh dari Lukas adalah Luk 6:6-11, 23:33-43. Yesus tidak hanya mengajarkan pengampunan dari Allah untuk diri sendiri, kepada kita, tetapi juga pengampunan atas kesalahan sesama agar orang lain juga merasakan kedamaian seperti yang ingin kita rasakan.
Warisan untuk menjadi manusia pengampun seperti dalam Luk 23:34 terasa muluk untuk kita lakukan, tetapi …(hening)… menjadi murid Yesus begitu susah dan harus menghindari “jalan lapang”. Mudah-mudahan yang menulis dan para pembaca budiman tetap menjadi laskar Kristus yang bukan hanya jago di konsep, tapi keok di implementasi.
c. Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan
Inilah permohonan dengan rumusan paling kasar dan negatif menurut John Fuellenbach, SVD (2006:401). Lanjutnya, “Allah tidak mencobai seorang pun, tetapi Ia tahu juga bahwa tak seorang pun dapat mencapai Kerajaan Allah tanpa melewati ujian.” Umat beriman tidak dapat menghindari ujian, tetapi kita berhak memohon agar tidak mengalah dan tetap berdiri tegak dan gagah terhadap ujian yang kita hadapi. Permohonan ini bukan berarti harapan agar kita terhindar dari pencobaan, melainkan agar Allah membantu umat-Nya meng-atasi pencobaan itu. (Percobaan berarti proses mencoba(i) atau dalam konteks tertentu hasil/hal mencoba(i); pencobaan berarti hal/keadaan yang dapat menjadi cobaan umat beriman). Jadi, ru-musan pencobaan lebih tepat daripada percobaan. Bagaimana Yesus juga mengalami dan mengatasi pencobaan di padang gurun (Luk 4:1-13), pen-cobaan dari si jahat, para ahli Taurat, para Kaum Farisi, atau dari murid-Nya? Mari kita cari Injilnya!
d. Bebaskanlah kami dari yang jahat
Dalam Yoh 17:15 Yesus mendoakan para murid dan automatis para pengikut-Nya: “Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka ini dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat.” Dalam permohonan ini kejahatan yang dimaksud bukan hanya satu pikiran, me-lainkan menunjukkan suatu pribadi, setan, si jahat yang memberontak pada kuasa Allah.
“Doa Bapa Kami” selalu membuka seluruh rencana keselamatan kita agar keterlibatan umat yang terelakkan dari dosa dan kematian diubah menjadi solidaritas dalam Tubuh Kristus dan Persekutuan Para Kudus (Katekismus Gereja Katolik, 1998:686). Kristus juga mengajak para pengikut-Nya turut terlibat secara mendalam dan mengambil bagian dalam penderitaan-Nya agar umat belajar untuk tidak jatuh dalam pencobaan, mampu membaca setiap suasana yang dapat menjerumuskannya ke dalam kejahatan, dan menghindari kejahatan. Kalau kita memohon agar dibebaskan dari yang jahat sebagai tindak lanjut pertobatan, kita juga memohon dibebaskan dari kemalangan yang lampau, sekarang, dan yang akan datang. Dengan berdoa saja? Tentu tidak. Dengan berdoa dan berusaha/bekerja keras.

C. Penutup
1. Bertobat melalui Doa Bapa Kami:
Jangan katakan: Bapa jika Anda dan saya tidak mau berlaku sebagai anak setiap hari.
Jangan katakan:Kami jika hidup Anda dan saya penuh egoisme.
Jangan katakan: yang di surga jika yang Anda dan saya pikirkan hanya melulu perkara duniawi.
Jangan katakan: Dimuliakanlah nama-Mu jika yang Anda dan saya maksudkan adalah keberhasilan duniawi belaka.
Jangan katakan: Jadilah kehendak-Mu jika yang Anda dan saya lakukan hanyalah yang Anda dan saya inginkan.
Jangan katakan: Berilah kami rezeki jika Anda dan saya tidak peduli kepada yang lapar.
Jangan katakan: Ampunilah kesalahan kami jika Anda dan saya selalu menyimpan dendam terhadap sesama.
Jangan katakan: Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan jika Anda dan saya tidak berniat berhenti berdosa.
Jangan katakan: Bebaskanlah kami dari yang jahat jika Anda dan saya tidak tegas menolak kejahatan.
Jangan katakan: Amin jika Anda dan saya tidak serius menanggapi Doa Bapa Kami itu.

2. Marilah kita berusaha untuk selalu mengucapkan, memahami, dan melaksanakan nilai-nilai “Doa Bapa Kami”, warisan spiritual dari Kristus kita, dalam pertobatan yang terus-menerus/berkualitas. Meskipun susah, pastilah akan ada kemudahan.

3. Marilah selalu wawas diri. Menulis, membaca, dan mencari tahu lebih mudah daripada melaksanakan apa yang kita tulis, baca, dan cari. Untuk diriku dan saudaraku, para pembaca, selamat mencoba hidup berkualitas dengan “Doa Bapa Kami”. Berkah Dalem.

Sebaiknya Kita Tahu

Surga Terlambang Dalam Misa Kudus
 
Oleh : J.D. Lehera
“Surga bukan terlihat saat kita meninggal tetapi di dunia sudah terlihat sangat jelas”

Ketika kita belajar agama baik guru agama maupun pastor mengajar mengenai surga. Surga yang sebenarnya sangat susah kita membayangkan karena kita masih hidup. Nanti ketika kita meninggal dan menunggu pengadilan terakhir barulah kita melihatnya (bdk Mat. 25:31-46).
Surga yang terlihat di dunia secara kasat mata adalah dalam misa kudus. Misa kudus adalah perayaan surgawi dimana Allah bertahta di atas singgasana dikelilingi para paduan surgawi yaitu para malaikat dan para kudus serta para martir dan semua orang yang meninggal tanpa dosa.
Kitab Suci Perjanjian Baru dalam Kitab Wahyu terungkap dan tersurat mengenai suara surga secara terang benderang ketika mendalami dan dihubungkan dengan misa kudus. Penulis berdasar pengalaman mengambil kesimpulan bahwa misa kudus itu lambang surga yang terlihat secara terang benderang di dunia ini.
Saat akan misa kudus, koor menyanyikan lagu pembuka dan saat itu imam dan petugas liturgi masuk surga yang nyata dibumi (misa kudus). Imam saat ini lambang Allah sendiri dan para petugas liturgi adalah lambang para martir kudus serta para kudus lainnya sedang koor adalah lambang para malaikat serta umat adalah lambang umat yang telah meninggal tanpa dosa dan saat itulah surga terlihat jelas dan suasana surgawi tampak jelas sekali diantaranya peran petugas liturgi saat itu termasuk koor dengan lagu pujiannya.
Imam adalah lambang Allah, tugasnya memimpin misa dan memberikan homili. Saat itulah Bunda Maria turun dari surga dan berlutut dengan tangan terkatup menghadap ke altar maka panti imam selama misa kudus sangat sakral dan hanya diinjak petugas liturgi atas izin Bapa Uskup melalui pastor paroki.
Suara imam saat homili itulah suara Allah sendiri kita tidak layak menyalahkan atau merumuskan, maka terkadang umat merasa marah dan tersinggung sepertinya masalah pribadi sudah diketahui imam (bdk Mat. 10:20, Mrk. 13:11, Luk. 12:12 dan Yoh. 3:13), maka Allah melalui imam akan menegur atau menasihati kita karena sifat dan perilaku kita kurang berkenan di mata Allah ketika mengikuti misa kudus.
Jilid pertama patut kita sayangkan bahwa saat homili imam, umat tidur bahkan tertawa geli dan berbicara dan ngetrend lagi kirim SMS. Para umat ini dikategorikan sudah masuk api pencuci karena belum layak masuk surga di dunia (bdk Mrk. 11:17).
Jilid kedua, umat setelah komuni langsung pulang meskipun datangnya saja sudah telat ditegur TTK memperlihatkan muka kecut. Cara berbusana pun kurang elok dipandang sehingga dosa kecil pun tertanam di batin yang melihatnya termasuk Prodiakon yaitu dosa berkepanjangan. Kebebasan berbusana akhirnya misa kudus dicemari pakaian yang kurang pas dipakai. Perhatikan sikon dimana saat itu kita berada.
Jilid ketiga misa kudus dan lagu pujian ini dimata umat dikatakan bosan dan tidak menggigit lagi, apalagi lagu pujiannya sudah dianggap kolot bahkan kurang greget sehingga umat tidur saat misa kudus. Ada beberapa masalah sehingga kita terkontaminasi :
1. Umat terbiasa dengan jrang-jreng dalam suatu persekutuan sehingga terhipnotis. Akibatnya sifat pembenaran ingin ditonjolkan dalam misa kudus.
2. Umat terbiasa hiruk-pikuk serta bergembira-ria dalam persekutuan sehingga ketika masuk misa suasana sakral dan hening umat merasa kurang afdol sehingga koor ketika menyanyikan lagu yang aduhai tepuk tangan pun terjadilah seperti misa malam paskah kedua 2010.
Romo Markus Santoso satu-satunya romo yang berani mengkritik umat lewat homilinya dan tercatat dua minggu berturut-turut Romo mengatakan : “Untuk apa kita belajar dari rumah lain, rumah kita sudah banyak ajarannya”. Artinya terlalu banyak umat mengikuti persekutuan oikumene sehingga cara berpikir dan pemahaman mengenai Gereja Katolik akhirnya sirna bahkan memaksakan diri berbuat sesuatu bukan ajaran Gereja Katolik. Saat ini cara berbicara dan berdoa tidak lagi doa dan ucapan dalam misa atau doa rosario, cara-cara katolik dihilangkan.
Bapak Jopie dari nyiur melambai. Dia puluhan tahun menekuni kitab suci kebetulan dari gereja Delta. Dia greget bahkan menuduh umat katolik yang setiap pagi mengikuti misa harian. Saking gregetnya dia datang ke gereja katolik mau tahu apa yang dikerjakan umat. Berbulan-bulan dia lakukan gaya intel. Kata akhir dia mengakui bahwa misa kudus adalah misa surgawi dan surga didunia yang tampak dilihat bukan terlihat saat kita meninggal. Dia akhirnya belajar agama mulai dari nol dan dibaptis. Dia mengakui selama ini surga hanya khayalan saja, ternyata misa kudus adalah surga yang tampak di bumi berdasar kitab wahyu yang dia tekuni puluhan tahun.
Maka hargailah misa kudus. Puasalah berbicara sembarangan saat misa. Datanglah lebih awal. Janganlah pulang sesudah komuni. Tunggu berkat dari imam. Berkat itu artinya kita dikuduskan dan apapun yang kita lakukan sudah diberkati Allah selama minggu itu.
Apapun yang kita lakukan dalam misa kudus akan terungkap saat kita menunggu pengadilan terakhir dan ada buku atau kitab kehidupan yang mengungkapkan semua perilaku kita di dunia ini. Semua ini tertulis dalam kitab wahyu.
Semoga berguna. Tuhan memberkati!!!

Renungan

MENGASIHI TUHAN

Seorang kawan berkata, kalau Tuhan itu sangat baik dan sangat mengasihi kita dan oleh sebab itu, kita harus lebih mengasihi Dia lagi. Ada lagi yang mengatakan bahwa kita bisa dekat dengan Tuhan dengan berdoa khusuk, bermeditasi atau membaca kitab suci di kamar yang tertutup. Sudah tentu ada banyak cara lainnya dalam mengasihi Tuhan sesuai dengan cara pemikiran masing-masing orang yang ber Tuhan.
Bagi saya, mencintai dan dekat dengan-Nya tidak harus terlalu “berliku-liku” karena untuk “jumpa dan temu” dengan-Nya mudah. Dia berada dalam jangkauan kita, setiap saat dan dimanapun.
Cara mengasihi Tuhan.
Saya percaya, bahwa apabila Tuhan mengasihi kita, maka Dia tidak ingin kita membalasnya dengan lebih mengasihi lagi. Kalau kita balas-membalas mengasihi antara kita dan Tuhan saja, kapan berakhirnya dan apa untungnya bagi Dia? Yang Tuhan inginkan adalah kita meneruskan cinta kasih-Nya ini kepada orang-orang lain dan orang-orang lain ini berkewajiban pula meneruskan lagi cinta kasih ini pada orang-orang lain berikutnya lagi dan seterusnya. Dengan demikian, maka cinta kasih ini terus melebar dan melebar kesemua arah dan dapat dirasakan setiap orang dimanapun sehingga dunia dikelilingi “jaring-jaring cinta kasih manusia”. Semacam sistem “Multilevel Marketing”. Inilah yang berkenan kepada Tuhan.

Kedekatan dengan Tuhan.
Apakah dengan berdoa atau membaca kitab suci dengan khusuk di kamar atau berpuasa, kita akan dekat dengan Tuhan?. Belum tentu. Bukankah Tuhan berfirman, bahwa Dia berada diantara orang miskin dan menderita, yang sengsara dan berduka?. Apabila ingin dekat dengan Tuhan, maka kita harus penuh tenggang-rasa dan berada diantara mereka yang memerlukan uluran cinta kasih, perhatian dan bantuan kita. Sangat mudah untuk menemui dan dekat dengan Dia bukan?

Cinta kasih Tuhan.
Anselmus, seorang pemikir besar Katolik abad pertengahan berkata: “Tuhan adalah cinta kasih. Siapa yang diam dalam cinta kasih, diam dalam Tuhan dan Tuhan dalam dia”. Kalau kita ingin Tuhan tinggal didalam kita, maka kita pun jangan ragu-ragu untuk mencintai sesama manusia tanpa pamrih.
Bagaimana dapat merasakan cinta kasih Tuhan kalau kita terus saja bertengkar dengan sesama atau keluarga atau perbuatan kita merugikan orang lain?. Orang-tua kita yang telah meninggal pasti merasa sedih apabila anak-anaknya bertengkar satu dengan yang lainnya dan akan tersenyum bahagia di “diatas sana” (begitu juga Tuhan) apabila melihat anak-anaknya hidup saling mengasihi. .

Mencintai Tuhan dengan perbuatan kita.
Mencintai Tuhan bukanlah dengan berdoa terus menerus sambil menyebut Namanya ribuan kali sehingga melupakan atau mentelantarkan keluarga atau orang tua kita atau menjadi tidak peka terhadap sesama. Tidak juga dengan bakaran atau persembahan melimpah untuk memuliakan-Nya.
Sosok ibu Theresia yang membhaktikan diri kepada orang-orang yang paling miskin di India dengan cara membantu tanpa pamrih, menghibur dan menolong orang-orang yang paling hina ini, saat itu juga ibu Theresia adalah bagaikan “batu berlian” Tuhan dan layak disebut sebagai “anak emas”Tuhan.
Orang-tua belum bisa disebut orang-tua sebenarnya dan berkenan di Tuhan apabila perbuatan sehari-hari-nya tanpa kasih dan tidak bertanggung-jawab terhadap anak-anak atau keluarganya.
Seorang kawan belum dapat disebut kawan sejati dan berarti di mata Tuhan apabila ia tidak tenggang-rasa terhadap kawan lainnya yang dalam kesusahan dan butuh pertolongannya.
Seorang dokter belum dapat disebut dokter sebenarnya dan disebut anak Tuhan apabila dalam me-nolong orang dia pilih-kasih, memasang tarif jasa yang “mencekik” pasien dlsb. Bukankah dokter ini melang-gar sumpah profesinyanya?
Seorang Romo belum bisa disebut Romo sebenar-nya apabila dia lebih mementingkan diri sendiri daripada umatnya yang memerlukan bantuannya setiap saat.
Firman Tuhan juga sangat menekankan ini. Bukankah iman tanpa perbuatan baik dan benar adalah sia-sia?. Bukankah dengan perbuatan kita-lah maka nama Dia akan dimuliakan?
Khalil Gibran, pujangga terkenal Libanon mengatakan bahwa: “Perbuatan keseharian kita adalah ibadah yang sebenarnya”.
Hati yang bahagia.
Bagi saya, hati merasa bahagia dan surga ada dalam hati saya apabila melihat orang lain bahagia oleh sebab perbuatan saya. Bukankah firman Tuhan mengatakan: “Berbuatlah kepada orang lain apa yang kita ingin orang lain berbuat kepada kita. Kalau kita ingin bahagia, maka kewajiban Lita membuat orang lain bahagia.
Sebagai orang Katolik, saya percaya akan Firman-Nya yang utama yang mengatakan bahwa: “Cintailah Tuhan-mu dengan sepenuh hati, jiwa dan segenap akal budi dan mencintai sesame manusia seperti diri kita sendiri.”
Mencintai Tuhan dan mencintai sesama manusia adalah bagaikan mata uang dengan dua sisi. Kedua perintah ini ibarat kedua sisi dari mata uang. Tidak dapat dipisahkan atau masing-masing berdiri sendiri atau yang satu lebih penting dari yang lainnya tetapi merupakan satu kesatuan dan dasar dari semua perbuatan kita. Perbuatan tanpa iman atau kasih dapat membuat kita memikirkan hanya diri kita sendiri dan tidak peka terhadap sesama. Mencintai Tuhan adalah mencintai sesama manusia. Mencintai sesama ma-nusia adalah mencintai Tuhan. Jadi, apabila kita tidak mencintai sesama manusia maka kita tidak mencintai Tuhan.
Tuhan inginkan kita sebagai pelaku Firman bukan hanya pendengar saja. Tuhan memuliakan manusia yang berkenan kepada-Nya tetapi perbuatan ma-nusialah yang memuliakan Tuhan.

Arsian Wirawan

Percikan Pengalaman

SILAKAN PILIH TINGGAL DI DARAT ATAU DI DASAR LAUT

Seorang anak sekolah minggu pucat pasi manakala ia mendapat giliran doa “Bapa Kami”. Keringat dingin deras mengalir bagaikan bulir jagung yang berjatuhan. Anak itu diam seribu bahasa, berdiri bagaikan patung tidak bergeming. Setelah ditunggu lama dan tidak berdoa juga, Ibu Ani, guru sekolah minggu yang bijaksana menaikkan doa, ganti Teddy yang diam seribu bahasa.
Ibu guru berpikir keras apa gerangan yang menjadi penghalang untuk sebuah doa. Bagaimana mungkin Teddy yang cerdas tidak mampu melafal doa yang singkat. Bagaimana Teddy yang sehat tiba-tiba menjadi pucat pasi, tertunduk lesu dan tidak berdaya. Doa yang seharusnya menjadi keteduhan hati kini nampak menjadi beban yang menekan sedemikian berat.
Bagi Ibu Ani ini masalah yang serius, oleh karena itu setiap hari minggu ia menyediakan diri menjadi teman. Ia bermain dan bercakap-cakap dengan Teddy secara khusus. Hingga pada suatu saat Ibu Ani baru mengerti mengapa sebuah doa menjadi beban yang begitu berat bagi Teddy. Ketika mereka bermain menggambar rumah idaman Teddy menggambar rumah yang besar sekali. Tapi rumah itu sedikit aneh oleh karena pintu dan jendela dikenai palang pintu yang besar-besar.
“Ted, kenapa rumahmu ditutup rapat dengan palang pintu yang kuat? Nanti kamu akan sulit keluar rumah atau sebaliknya. “Teddy tidak menjawab malah palang pintunya ditambahkan lagi. Dan sambil menggambar ia berkata lirih… Teddy takut bu…
“Apa yang kamu takutkan Teddy, bukankah di rumah ada papa dan mama yang senantiasa menjagamu?”
“Justru itu Teddy takut sama papa, setiap kali pulang papa selalu marah-marah. Gelas dibanting, piring dilempar adalah hal biasa, ketika tidak ada lagi hal-hal yang bisa dilemparkannya lagi giliran mama yang menjadi sasaran”. Air mata Teddy mulai berjatuhan membasahi pipi dan juga gambar rumah idamannya.
“Teddy kasihan sama mama. Teddy tidak suka kalau papa terus menerus menyakiti mama..”
Teddy terus menambahkan palang pintu idamannya sampai gambar itu rusak bercampur air mata. Ibu Ani pun tak kuasa menahan air matanya. Ia memeluk Teddy dan membisikkan sesuatu “Ibu juga sayang sama Teddy”.
Teddy tidak dapat mengucapkan doa Bapa Kami bukan karena ia bodoh dan juga bukan karena ia malas, tapi karena citra Bapa yang baik telah dirusak, dihancurleburkan oleh sang Ayah.
Bagi Teddy Bapa itu jahat dan sewenang-wenang. Bagi Teddy Bapa itu penuh dengan kebencian dan kemarahan. Bagi Teddy Bapa itu menakutkan dan mengerikan. Oleh karena itu ia sulit menyapa Allah sebagai Bapa.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ada banyak Teddy-Teddy lain dalam kehidupan kita yang mengalami kesulitan untuk memahami Firman Tuhan oleh karena kita terlanjur memberi citra yang bertentangan bahkan menyesatkan.
Bagaimana anak memahami damai sejahtera apabila kita selaku orang tua senantiasa berseteru. Bagaimana anak memahami janji setia Allah apabila kita senantiasa tidak pernah menepati janji. Bagaimana anak memahami arti kesabaran apabila kita senantiasa menghadirkan kemarahan. (diar sanjaya – HEA)

Yang Ringan-Ringan

NARIK

Pada suatu malam ketika sedang nonton TV, tiba-tiba terdengar suara dari luar. Saya langsung loncat dari tempat duduk, bangun menuju pintu dan membuka pintu. Di muka pintu berdiri dua anak seminari yang kepalanya menunduk, malu. Rupanya mereka baru membeli makanan di luar. Ini pelanggaran, karena kalau malam anak-anak tidak boleh keluar seminari.

Lalu mereka saya giring ke dalam ruang TV. Saya duduk di kursi mereka di bawah. Lalu saya tanya apa yang mereka bawa. Mereka memberikan bungkusan, ternyata nasi campur: nasi, telur dan sayur.

Dengan tenang saya makan di depan mereka. Mereka melihat sambil keluar air liur, mau minta tapi tak berani. Ya, diam dan merenung. Sesudah saya ma-kan, saya minta mereka kembali ke dalam seminari.

Keesokan harinya, setelah makan malam, saya me-ngumumkan kepada siswa seminari, “siapa yang mau kasih makanan lagi kepada saya malam hari, silahkan menyiapkan lagi seperti tadi malam ada anak mem-bawa makanan untuk saya”. Mereka tunduk, mungkin pikirnya, rugi dong kita yang beli pastor yang makan haa...

Narik = mereka mengumpulkan uang untuk beli makanan dan makanannya mereka makan bersama, pada saat bukan jam makan.

Bogor, 10 Maret 2010

Diambil dari
DIBALIK TEMBOK SEMINARI
JM RIDWAN AMO

Terminal Puisi

TUHAN

Tuhan,
Bantu aku tuk setia selalu
Bantu aku tuk mengingatMu setiap saat
Bantu aku tuk selalu memujaMu

Tuhan,
Sirami aku dengan RohMu
Sirami aku dengan JiwaMu
Sirami aku dengan CahayaMu

Tuhan,
MukjizatMu buatku tenang
MukjizatMu buatku nyaman
MukjizatMu buatku tentram

Tuhan,
Tempatku berteduh
Tempatku mengadu
Tempatku berlabuh

Tuhan,
Tempat perlindunganku s’lalu...

Ika - Pontianak

Info Paroki

Kalender Liturgi Agustus 2010

Ujud Umum : Semoga mereka yang kehilangan mata pencaharian maupun tempat tinggal merasa dipahami dan secara nyata memperoleh bantuan yang diperlukan untuk mengatasi situasi mereka.
Ujud Misi : Semoga Gereja menjadi rumah yang rukun dan damai, yang siap sedia menyambut siapa pun yang teraniaya karena diskriminasi ras ataupun agama, karena kelaparan maupun perang, karena dipaksa keadaan untuk meninggalkan tanah air mereka.
Ujud Gereja Indonesia : Semoga di mana pun Gereja berperan aktif dalam hidup bermasyarakat, khususnya dalam mewujudkan cita-cita Kemerdekaan RI di segala bidang dengan kesaksian nyata dalam sikap-sikap toleransi dan kerja sama.

1 Agustus 2010 : Pkh. 1:2; 2:21-23; Kol. 3:1-5,9-11; Luk.12:13-21
2 Agustus 2010 : Yer. 28:1-17; Mat. 14:13-21
3 Agustus 2010 : Yer 30:1-2,12-15,18-22; Mat. 14:22-36
4 Agustus 2010 : Pw S. Yohanes Maria Vianney Yer. 31:1-7; MT Yer. 31:10,11-12ab,13; Mat. 15:21-28
5 Agustus 2010 : Yer. 31:31-34; Mat. 16:13-23
6 Agustus 2010 : Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya Dan. 7:9-10,13-14; atau 2Ptr. 1:16-19; Luk. 9:28b-36
7 Agustus 2010 : Hab. 1:12 - 2:4; Mat. 17:14-20
8 Agustus 2010 : Keb. 18:6-9; Ibr. 11:1-2,8-19 (Ibr. 11:1-2,8-12); Luk. 12:32-48 (Luk. 12:35-40)
9 Agustus 2010 : Yeh. 1:2-5,24 - 2:1a; Mat. 17:22-27
10 Agustus 2010 : Pesta S. Laurensius 2Kor. 9:6-10; Yoh. 12:24-26
11 Agustus 2010 : Pw S. Klara Yeh. 9:1-7; 10:18-22; Mat. 18:15-20
12 Agustus 2010 : Yeh. 12:1-12; Mat. 18:21 - 19a
13 Agustus 2010 : Yeh. 16:1-15,60,63 atau Yeh. 16:59-63; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Mat. 19:3-12
14 Agustus 2010 : Pw S. Maksimilianus Maria Kolbe Yeh. 18:1-10,13b,30-32; Mat. 19:13-15
15 Agustus 2010 : HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA Why. 11:19a; 12:1,3-6a,l0ab; 1Kor 15:20-26; Luk. 1:39-56
16 Agustus 2010 : Yeh. 24:15-24; MT Ul. 32:18-19,20,21; Mat. 19:16-22
17 Agustus 2010 : HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Sir. 10:1-8; 1Ptr. 2:13-17; Mat. 22:15-21
18 Agustus 2010 : Yeh. 34:1-11; Mat. 20:1-16a
19 Agustus 2010 : Yeh. 36:23-28; Mat. 22:1-14
20 Agustus 2010 : Pw S. Bernardus Yeh. 37:1-14; Mat. 22:34-40
21 Agustus 2010 : Pw S. Pius X Yeh. 43:1-7a; Mat. 23:1-12
22 Agustus 2010 : Yes. 66:18-21; Luk. 13:22-30
23 Agustus 2010 : 2Tes. 1:1-5,11b-12; Mat. 23:13-22
24 Agustus 2010 : Pesta S. Bartolomeus Why. 21:9b-14;
Yoh. 1:45-51
25 Agustus 2010 : 2Tes. 3:6-10,16-18; Mat. 23:27-32
26 Agustus 2010 : 1Kor. 1:1-9; Mat. 24:42-51
27 Agustus 2010 : Pw S. Monika 1Kor. 1:17-25; Mat. 25:1-13
28 Agustus 2010 : Pw S. Agustinus 1Kor. 1:26-31; Mat. 25:14-30
29 Agustus 2010 : Sir. 3:17-18,20,28-29; Ibr. 12:18-19,22-24a; Luk. 14:1,7-14
30 Agustus 2010 : 1Kor. 2:1-5; Luk. 4:16-30
31 Agustus 2010 : 1Kor 2:10b-16; Luk. 4:31-37

Daftar Petugas

Refleksi Bung Francis

Cover Belakang Juli 2010

Klik "Gambar di atas" untuk memperbesar gambar.