Kamis, 01 Juli 2010

Sebaiknya Kita Tahu

DOA BAPA KAMI: ANTARA WARISAN SPIRITUAL DAN PERTOBATAN
Oleh: Y. Mintarjo PHS

A. Pengantar
Suatu realitas bahwa dalam setiap kesempatan doa di kalangan umat Kristiani (Baca: Katolik) “Doa Bapa Kami” selalu dipakai sebagai pelengkap sempurnanya doa umat/pribadi. Kenyataan tersebut cukup beralasan dari satu sisi. “Doa Bapa Kami” dianggap sebagai doa yang sempurna karena diajarkan oleh “sang Guru” secara pribadi (Luk 11:1-13, Mat 6:9-13, 7:7-11). Umat beriman menganggapnya sebagai warisan spiritual dari “sang Guru”.
Namun, sebenarnya “Doa Bapa Kami” sudah me-rupakan doa terlengkap secara maknawi maupun secara vertikal-horizontal. Setiap kata mengandung makna mendalam tentang relasi Allah dan manusia juga antara manusia dengan sesamanya. Intinya, doa itu memuat rangkuman warta Kerajaan Allah. Dengan “Doa Bapa Kami” Yesus mewartakan Kerajaan Allah sudah datang bersama-Nya. Kerajaan Allah telah menjadi realita masa kini dan bukan lagi suatu harapan yang masih jauh. Semua umat yang mengimani Kristus dapat menjangkau Kerajaan Allah itu jika ingin masuk di dalamnya. Untuk itu, Yesus menuntut pertobatan dan partisipasi aktif dari umat-Nya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, dapat Anda bidik di Matius 18:1-5.
Penulis dengan keras menyindir umat Katolik yang selalu memiliki alasan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam penciptaan Kerajaan Allah: koor gereja, ibadat/doa lingkungan, misa wilayah, OMK, Putra Altar, TTK, aksi sosial gereja, donor darah, atau pelayanan lainnya dengan alasan anu, karena anu, jika sudah anu saja, dan sebagainya. Memang secara materi dalam pelayanan menggereja tak ada untungnya atau malahan nombok. Pertanyaan sinisme lagi, Apakah Anda puas selama hidup hanya mementingkan urusan pribadi/keluarga Anda tanpa menyisihkan waktu sebentar saja untuk melayani Kristus yang Anda imani dan yang selalu berpihak kepada orang sakit, orang kecil, orang berdosa, “anak-anak”? Wah! Nyinggung tenan iki. Penulis cukup bangga jika Anda tersinggung.

B. Antara Warisan Spiritual dan Manifestasi Iman Kristiani
Subjudul tersebut akan penulis uraikan melalui tafsiran lepas kalimat-kalimat doa yang ada.
1. Bapa kami yang ada di surga, Dimuliakanlah/Dikuduskanlah nama-Mu (salam)
Dalam “Doa Bapa Kami” umat beriman seakan melihat ada alamat yang dituju, yaitu Allah Bapa di surga. Bapa memiliki kedudukan yang utama dalam ajaran Yesus. Situasi ini berasal dari tradisi Yahudi yang menempatkan kaum Adam (Bapa) di kedudukan paling atas. Allah Bapa yang menjadi tujuan doa itu juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari karya penyelamatan Yesus bagi seluruh umat. Dengan demikian, sebagai ahli waris ajaran Kristus hendaknya kita dapat ikut menyebut dan memuliakan Allah Bapa di surga agar semua doa baik kita dijawab dan dikabulkan Allah. Bu-kankah memuliakan orangtua dengan cara jujur dan baik itu menyenangkan hati Yesus kita?
Suasana ungkapan “dimuliakanlah/dikuduskanlah” berarti mengenal nama Allah. Mengenal nama Allah berarti mengenal jati diri Allah sebagaimana Ia membuat diri-Nya kita kenal dan memberikan keselamatan kepada kita melalui Putra-Nya dan memberkati kita dengan Roh Kudus-Nya. Ke-kudusan adalah pusat misteri-Nya yang kekal dan sukar didekati, tetapi Allah tetap memahkotai ma-nusia dengan kemuliaan dan hormat (Mazm 8:6) karena Ia menciptakan manusia sebagai “gambar” menurut rupa-Nya (Kej 1:26). Kekudusan-Nya yang misterius tampak pula dengan mengutus putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menyelamatkan dunia melalui peristiwa: lahir, wafat, dan bangkit.

2. Dua Permintaan tentang Allah: Datanglah kerajaan-Mu dan Jadilah kehendak-Mu
Kalimat “Datanglah Kerajaan-Mu” menunjuk pada harapan manusia beriman untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang damai, kasih, aman, adil, dan sejahtera dengan Allah pribadi sebagai rajanya. Kerajaan Allah ini telah mencapai kesempurnaan di bumi dalam diri Yesus Kristus. Gereja Katolik memandang bahwa ahli waris Kerajaan Allah dituntut ikut menghadirkannya dalam kehidupan nyata dengan cara pertobatan dan menjadi garam-terang dunia di setiap bentuk kehidupan umum pada siapa saja seperti diteladankan para rasul (Katolik dan apostolik?). Di mana saja umat ber-iman harus mampu menciptakan rasa tenteram, da-mai, kasih, saling menghargai, demokratis; di situ-lah Kerajaan Allah itu kita hadirkan di kehidupan dan komunitas nyata atas kuasa Roh Kudus.
 Selanjutnya, kalimat “Jadilah Kehendak-Mu” meng-ingatkan kita pada sikap pasrah kepada kuasa Sang Mahazat. Sikap pasrah dan semeleh itu ditunjukkan dengan tetap berusaha dan berjuang keras, berhitung dari sisi kemanusiaan, berdasar akal budi dalam mengusahakan cita-cita, harapan, atau gegayuhan lalu menyerahkan hasil setiap usaha kepada kuasa tangan-Nya yang penuh belas kasih juga bijaksana. Nyumanggaaken sedaya upadi ing Ngarsa Dalem Gusti Allah kang sarwa linuwih. Bila boleh meminjam kalimat mutiara kaum sufi, “Aku berdoa sungguh-sungguh, berusaha sungguh-sungguh; selanjutnya biarlah Tuhan yang menjawabnya.” Atau, teladan sang Guru dalam Mrk 14:36 atau Bunda Maria dalam Luk 1:38 akan mengilhami manifestasi iman Kristiani kita.

3. Permintaan tentang Kita
a. Berilah kami rezeki hari ini
Kata “kami” berarti kita telah mewakili semua anggota gereja di dunia untuk berdoa kepada Bapa karena kita tidak berdoa: “Berilah saya rezeki hari ini”. Oleh beberapa ahli bagian ini dikatakan sebagai inti dari doa Tuhan. Jika Anda bertanya, “Mengapa bagian ini merupakan bagian utama/inti sedangkan hal utama yang kita rindukan adalah kepenuhan ‘Kerajaan Allah’?” Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah ….
Bagaimana kita melaksanakan kehendak Bapa tanpa memiliki kekuatan fisik? Segala sesuatu yang diutamakan manusia pasti hal-hal yang bersifat kedagingan; setelah itu baru mencari Kerajaan Allah. Rezeki yang kita mohon di sini tidak hanya bersifat jasmaniah, tetapi juga mengarah pada rezeki yang bersifat batiniah/rohaniah. Kita memohon agar diberi kekuatan fisik untuk mampu melaksanakan kehendak Allah dan juga kekuatan batin yang diperoleh berkat bisikan Roh Kudus agar apa yang kita lakukan dan wartakan sesuai dengan kehendak Allah. Jadi, kita bekerja keras, mendengar firman Tuhan, dan ikut mewujudkan firman tersebut dalam setiap sisi kehidupan. Hasil akhir yang diharapkan adalah semua umat beriman ikut merasakan kebaikan Bapa dan percaya. Kombinasi yang seimbang: Berdoa menurut cara Allah; bekerja dalam arti berusaha melaksanakan kehendak Allah dengan cara manusia.
Tekanan “hari ini” tidak memiliki makna yang tepat. Entah untuk hari ini, besok, atau masa yang akan datang karena frasa ini tidak digunakan di tempat lain. “Hari ini” adalah ungkapan kepercayaan yang telah Tuhan ajarkan kepada kita dan bukan suatu perumpamaan yang congkak. Bukan pula berarti kekinian dari waktu yang fana, melainkan hari ini yang adalah waktu milik Allah.
b. Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni yang bersalah kepada kami
Untuk mempersiapkan hati agar benar-benar menerima Kerajaan Allah, hal utama yang harus dilakukan adalah menciptakan kedamaian dan keharmonisan tanpa ada permusuhan antara sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Bagaimanakah mungkin kita dapat merasakan kehadiran Kerajaan Allah jika hati kita dipenuhi permusuhan yang notabene merupakan awal dari kehancuran?
Ajaran Yesus yang paling besar adalah pengam-punan. Dalam Injil —utamanya Perjanjinjian Baru – umat beriman akan mendapatkan banyak perikop yang menunjukkan betapa Yesus menyadarkan kita betapa besar makna pengampunan, termasuk jika harus melawan tradisi dan budaya Yahudi. Satu dua contoh dari Lukas adalah Luk 6:6-11, 23:33-43. Yesus tidak hanya mengajarkan pengampunan dari Allah untuk diri sendiri, kepada kita, tetapi juga pengampunan atas kesalahan sesama agar orang lain juga merasakan kedamaian seperti yang ingin kita rasakan.
Warisan untuk menjadi manusia pengampun seperti dalam Luk 23:34 terasa muluk untuk kita lakukan, tetapi …(hening)… menjadi murid Yesus begitu susah dan harus menghindari “jalan lapang”. Mudah-mudahan yang menulis dan para pembaca budiman tetap menjadi laskar Kristus yang bukan hanya jago di konsep, tapi keok di implementasi.
c. Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan
Inilah permohonan dengan rumusan paling kasar dan negatif menurut John Fuellenbach, SVD (2006:401). Lanjutnya, “Allah tidak mencobai seorang pun, tetapi Ia tahu juga bahwa tak seorang pun dapat mencapai Kerajaan Allah tanpa melewati ujian.” Umat beriman tidak dapat menghindari ujian, tetapi kita berhak memohon agar tidak mengalah dan tetap berdiri tegak dan gagah terhadap ujian yang kita hadapi. Permohonan ini bukan berarti harapan agar kita terhindar dari pencobaan, melainkan agar Allah membantu umat-Nya meng-atasi pencobaan itu. (Percobaan berarti proses mencoba(i) atau dalam konteks tertentu hasil/hal mencoba(i); pencobaan berarti hal/keadaan yang dapat menjadi cobaan umat beriman). Jadi, ru-musan pencobaan lebih tepat daripada percobaan. Bagaimana Yesus juga mengalami dan mengatasi pencobaan di padang gurun (Luk 4:1-13), pen-cobaan dari si jahat, para ahli Taurat, para Kaum Farisi, atau dari murid-Nya? Mari kita cari Injilnya!
d. Bebaskanlah kami dari yang jahat
Dalam Yoh 17:15 Yesus mendoakan para murid dan automatis para pengikut-Nya: “Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka ini dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat.” Dalam permohonan ini kejahatan yang dimaksud bukan hanya satu pikiran, me-lainkan menunjukkan suatu pribadi, setan, si jahat yang memberontak pada kuasa Allah.
“Doa Bapa Kami” selalu membuka seluruh rencana keselamatan kita agar keterlibatan umat yang terelakkan dari dosa dan kematian diubah menjadi solidaritas dalam Tubuh Kristus dan Persekutuan Para Kudus (Katekismus Gereja Katolik, 1998:686). Kristus juga mengajak para pengikut-Nya turut terlibat secara mendalam dan mengambil bagian dalam penderitaan-Nya agar umat belajar untuk tidak jatuh dalam pencobaan, mampu membaca setiap suasana yang dapat menjerumuskannya ke dalam kejahatan, dan menghindari kejahatan. Kalau kita memohon agar dibebaskan dari yang jahat sebagai tindak lanjut pertobatan, kita juga memohon dibebaskan dari kemalangan yang lampau, sekarang, dan yang akan datang. Dengan berdoa saja? Tentu tidak. Dengan berdoa dan berusaha/bekerja keras.

C. Penutup
1. Bertobat melalui Doa Bapa Kami:
Jangan katakan: Bapa jika Anda dan saya tidak mau berlaku sebagai anak setiap hari.
Jangan katakan:Kami jika hidup Anda dan saya penuh egoisme.
Jangan katakan: yang di surga jika yang Anda dan saya pikirkan hanya melulu perkara duniawi.
Jangan katakan: Dimuliakanlah nama-Mu jika yang Anda dan saya maksudkan adalah keberhasilan duniawi belaka.
Jangan katakan: Jadilah kehendak-Mu jika yang Anda dan saya lakukan hanyalah yang Anda dan saya inginkan.
Jangan katakan: Berilah kami rezeki jika Anda dan saya tidak peduli kepada yang lapar.
Jangan katakan: Ampunilah kesalahan kami jika Anda dan saya selalu menyimpan dendam terhadap sesama.
Jangan katakan: Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan jika Anda dan saya tidak berniat berhenti berdosa.
Jangan katakan: Bebaskanlah kami dari yang jahat jika Anda dan saya tidak tegas menolak kejahatan.
Jangan katakan: Amin jika Anda dan saya tidak serius menanggapi Doa Bapa Kami itu.

2. Marilah kita berusaha untuk selalu mengucapkan, memahami, dan melaksanakan nilai-nilai “Doa Bapa Kami”, warisan spiritual dari Kristus kita, dalam pertobatan yang terus-menerus/berkualitas. Meskipun susah, pastilah akan ada kemudahan.

3. Marilah selalu wawas diri. Menulis, membaca, dan mencari tahu lebih mudah daripada melaksanakan apa yang kita tulis, baca, dan cari. Untuk diriku dan saudaraku, para pembaca, selamat mencoba hidup berkualitas dengan “Doa Bapa Kami”. Berkah Dalem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^