Sabtu, 08 Januari 2011

Redaksi Menulis

Tahun 2010 telah berlalu. Banyak kenangan yang kita tinggalkan di tahun 2010. Ada yang manis, ada juga yang pahit. Ada keberhasilan, namun tidak sedikit juga kegagalan, itu semua merupakan tanda dinamika kehidupan kita.
Kini kita memulai tahun baru 2011. Saatnya untuk mengarahkan hati dan pikiran kita ke depan. Menyongsong fajar dan hari baru yang menawarkan begitu banyak harapan dan tantangan. Kita bangun tekat untuk membangun hari esok di tahun baru dengan penuh semangat.
Kita mesti memiliki sikap baru dalam menjalankan tugas dan perutusan kita dengan sebaik mungkin. Dewasa ini keberhasilan bukan lagi ditentukan oleh persaingan, melainkan daya saing. Pada masa sekarang, setiap orang atau lembaga harus memiliki daya saing yang tinggi (competitivesess). Kita tidak perlu mengalahkan orang lain, apalagi merendahkan pihak lain, tetapi kita mempunyai kekuatan untuk dapat berbuat yang lebih baik secara terus menerus.
Sebagai orang yang menjalankan tugas dan perutusan, kita mesti menjalankannya dengan lebih baik di tempat kerja/lingkungan kita masing-masing. Kita tingkatkan daya saing kita, bukan untuk mengalahkan pihak lain atau menonjolkan diri, melainkan untuk menghadirkan kerajaan Allah lewat karya-karya kita.
Marilah kita mohon, agar Roh Kudus menuntun kita untuk tampil prima dengan kinerja yang baik, bukan demi penghargaan, melainkan demi berbuat yang baik. Tuhan memberkati!

Sajian Utama

Mendorong Orang Menjadi Berhasil

Setiap orang dalam hidup di dunia ini menghadapi berbagai macam masalah, ini merupakan tantangan yang harus dihadapi, yaitu kebingungan atas diri dan masa depannya, rasa tanggung jawab yang besar, masalah ekonomi, kesehatan, keluarga dan seribu satu macam masalah lainnya, yang kadangkala muncul silih berganti. Akhirnya orang bertanya: “Apakah saya dapat bahagia dibalik semua masalah hidup ini?” Kebahagiaan ini merupakan harapan setiap orang selama hidup di dunia. Dan untuk berhasil memperoleh kebahagiaan itu orang berusaha dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk meraihnya.
Memang kebahagiaan merupakan hal yang hakiki dalam hidup manusia, hanya bagi kita, sesuai dengan tujuan harapan iman kita maka kebahagiaan itu mencakup tubuh jasmani dan rohani serta harus bersifat kekal. Itulah kebahagiaan paripurna yang merupakan keselamatan bagi kita. Ini harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati agar berhasil dan harapan iman kita tidak menjadi sia-sia.
Kita semua berharap untuk menjadi orang yang berhasil memperoleh keselamatan dan berusaha mendorong orang lain untuk menjadi berhasil pula. Berharap adalah perihal masa depan, dan penciptaan akan masa depan bergantung pada kebebasan manusia. Keselamatan adalah kebahagiaan total dan kekal yang berarti masuk ke dalam Kerajaan Sorga, ini hanya mungkin bagi mereka yang melaksanakan kehendak Allah. Perbuatanlah yang menentukan, bukan perkataan, pengetahuan, atau kedudukan.
Seorang pengikut Yesus hanya dapat dikenal dari kelakuan yang diperbuatnya. “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Mat 7:20). Yesus sendiri memberi “aturan emas” yaitu: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 7:12).
Hidup kita menjadi sebuah kisah karena kebebasan kita, yakni proses historis kita yang menciptakan masa depan. Inti dari kisah itu adalah cinta kasih – kasih Allah dan kasih manusia. Pada Injil Matius 22:37-40, Yesus mengatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Pada kedua hukum kasih ini tergantung seluruh isi Perjanjian Lama. Hukum kasih adalah jawaban bagi hidup manusia. Orang berhasil menyelesaikan berbagai masalah dengan melakukan Hukum cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Manusia benar-benar dapat hidup sepenuhnya dalam cinta kasih, bila mereka mengasihi dan dikasihi, tidak ada hal lain yang dapat menggantikannya.
Bagi mereka yang telah mengenal cinta, tidak ada yang perlu diterangkan mengenai kebahagiaan, kedamaian, semangat hidup, kepenuhan dalam orang yang dicintai. Barangkali tidak ada yang dapat menyatakan kekuatan cinta lebih baik daripada pengampunan. Ketika seseorang mengampuni kita, pengampunan membawa kita, sebagaimana adanya, kembali pada hidup. Terlebih lagi bila kita tahu bahwa kita dicintai, kita menjadi sadar bahwa kita pantas dicintai. Penerimaan oleh orang lain membuat kita percaya diri. Kepercayaan diri dan rasa aman karena dikasihi memberi kita kemampuan untuk mendorong orang menjadi berhasil dalam berhubungan dengan sesama dengan saling mengasihi.
Pada Perjanjian Baru kita dapat melihat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian berhubung dengan keselamatan dalam hidup yang menjadi harapan sebagai pengikut Kristus. Yesus yang merupakan pewahyuan Allah bagi kita ditanggapi dengan iman. Iman adalah wujud nyata dari penyerahan diri umat secara total kepada Allah.
Ketika misteri Allah pertama kali mewahyukan diri-Nya kepada bangsa Israel, kita mengenal Allah sebagai kasih yang berbela rasa. Dan ketika sejarah pewahyuan memuncak dalam hidup, wafat, dan kebangkitan Kristus, kita mengenal pewahyuan yang menentukan akan kasih Allah yang setia dan berbela rasa. Bela rasa dan kasih setia Allah yang secara meyakinkan diwahyukan dalam Kristus adalah yang mendasari dan menopang harapan umat Kristiani akan keselamatan.
Apa yang menjadi pengharapan Yesus?  Kerajaan Allah. VisiNya tentang Kerajaan Allah membentuk seluruh pelayananNya, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15). Yesus memberi tanda dibukanya Kerajaan Allah dengan mengadakan penyembuhan, pengampunan dosa, mukjizat, dan solidaritas dengan mereka kaum papa dan tertindas.
Di sini dapat kita lihat hal-hal yang harus menjadi perhatian kita, yang menggenapi Perjanjian Lama dalam rangka untuk mencapai keselamatan, yaitu iman, pertobatan, dan percaya kepada Injil.
Pada Injil Matius 9:22 Yesus mengatakan: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Yesus punya perhatian pada wanita, yang penuh iman menjamah jumbai jubahNya. Orang yang sakit ini dikenali, dipandang, diteguhkan dalam imannya. Kalau bagi orang lain jalan sudah disangka buntu, perempuan yang sakit pendarahan itu sudah menderita selama dua belas tahun lamanya dan tidak ada orang yang dapat menyembuhkannya (bdk Luk 8:43), karena kesulitan terlalu besar, tak teratasi, bagi Yesus selalu ada harapan pada Bapa, yang memberi lebih daripada yang diandaikan oleh peminta. Pemberian Yesus tidak akan mengecewakan, di kemudian hari tak akan disesalkan, sebab di situ bukan desakan atau kemauan manusia yang menentukan, melainkan karunia yang telah dimurnikan: apa dan seberapa yang diberikan, diangkat menjadi karunia Bapa, dan perahmatan, yang seutuhnya akan memberi keselamatan.
Kemudian tentang pertobatan, pada Injil Lukas 23:41-43 dikatakan: “Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”. Yesus mau dan mampu memberikan kerajaan abadi kepada penjahat yang bertobat, pada hari kematiannya itu juga. Yesus menuntut kepercayaan dan pertobatan hati. bagi orang yang percaya, betapapun besar dan banyak dosanya, bila ia bertobat dan berharap kepadaNya, pintu Firdaus, alam kerajaan Yesus sudah terbuka.
 (Stefan Surya)

Sajian Utama

Menyongsong Hari Esok yang lebih Baik


Tahun 2010 telah kita tinggalkan. Di tahun itu kita mengukir banyak kenangan. Ada baiknya kalau kita merefleksikan kembali apa saja yang telah kita kerjakan selama setahun. Ada yang positif,  menggembirakan dan mendatangkan kebahagiaan, ada juga yang negatif, membuat kita sedih dan menderita. Suka duka, bahagia dan menderita itulah dinamika kehidupan kita. Hidup kita yang selalu berjalan dan banyak perubahan.
Kini kita memasuki tahun 2011. Tiba saatnya bagi kita untuk mengarahkan hati dan pikiran kita ke depan. Menyongsong fajar dan hari baru yang menawarkan begitu banyak harapan , impian, sekaligus tantangan. Kita tumbuhkan tekad untuk membangun hari esok dengan penuh semangat.
Pada masa sekarang keberhasilan kita dalam satu bidang kehidupan, bukan ditentukan dengan cara “berani bersaing” melainkan dengan meningkatkan “daya saing”. Kita tingkatkan kinerja kita. Kita tampil dengan prima dan penuh semangat, bukan untuk mengalahkan orang/pihak lain, tetapi agar mendapatkan tujuan yang lebih baik.
Bagaimana dengan tugas/karya pelayanan kita. Tugas utama kita adalah menghadirkan kerajaan Allah di setiap tempat dimana kita berada. Untuk tampil prima dan penuh semangat, yang terutama adalah menyandarkan kepada kekuatan Allah.Biarlah Roh KudusNya menguatkan dan membimbing kita dalam melaksanakan tugas ini. Tentu saja sebagai pewarta, kita tetap harus bisa memiliki sikap rendah hati.
Sikap rendah hati ditunjukkan oleh Yohanes Pembabtis. Sebagai orang yang dipilih Tuhan agar umatnya bertobat. Saat itu Yohanes Pembabtis menyerukan pertobatan dengan cara dan gayanya. Sebenarnya Yohanes Pembabtis lebih dulu populer dari pada Yesus, karena dia harus “menyiapkan kehadiran Yesus”. Begitu banyak yang simpatik sehingga Yohanes menjadi populer pada masa itu. Namun, Yohanes tetap merendahkan hati ketika mengetahui kehadiran Yesus. Namun dia tidak mau mencari popularitas pribadi. Dia tidak mau mengakui bahwa dia mesias namun dia adalah “Suara yang berseru di padang, yang mempersiapkan diri menyambut Sang mesias”.
Bagaimana dengan kita ? Sudahkah kita buang jauh-jauh keinginan mencari popularitas diri? Banyak orang yang melakukan suatu kegiatan dengan suatu keinginan mencari popularitas diri. Akibatnya dia tidak pernah menyukai bila orang/lembaga lain berhasil dalam menjalankan tugasnya Demi popularitas diri tidak segan-segan orang memusuhi atau berusaha menjatuhkan orang lain dengan menjelek-jelekkan.
Segala daya, kekuatan dan kebaikan dalam diri kita bersumber dari Tuhan. Jadi selayaknyalah kalau pewartaan kita terarah kepada semakin dimuliakanlah namaNya. Biarlah namaNya semakin besar dan mulia melalui pewartaan dan pelayanan kita. Jadi kita tidak usah berharap bahwa nama kita menjadi populer dan menonjol. Semua itu termasuk godaan manusiawi. Popularitas bisa hilang dalam sekejap, seperti halnya kebanggaan duniawi yang lain, Maka, marilah kita mewartakan kasih dan karya keselamatan Allah dengan lebih tulus dan semangat, Tuhan memberkati!
(E.Sri Hartati)

Catatan Kecil

Biarkanlah Aku Mengasihi Orang Lain Melalui Engkau


Biarkanlah Aku memakai matamu untuk melihat kebutuhan orang lain.
Biarkanlah Aku memakai telingamu untuk mendengar jeritan jiwa yang tersesat.
Biarkanlah Aku memakai lidahmu untuk mengumandangkan FirmanKu yang penuh kasih dan penghiburan bagi mereka yang sedang putus asa.
Biarkanlah Aku melumatkan hatimu untuk orang banyak yang pernah mendengar tentang kasihKu.
Biarkanlah Aku memakai tanganmu untuk menghapus air mata mereka yang menangis, untuk menepuk bahu mereka yang sedang berkecil hati dan untuk menolong orang yang terpuruk di jalanan.
Biarkanlah FirmanKu mengisi dirimu dengan kelimpahan sehingga engkau menebarkan kehangatan, keriangan, kasih, dan sisi positifnya.
Selagi engkau membiarkan FirmanKu memenuhi hatimu, pikiranmu dan rohmu; Firman itu akan memancarkan cahaya kasih di sekelilingmu sehingga orang lain juga menginginkannya.

Berilah, maka akan diberikan kepadamu.
Aku akan menuangkan kasihKu seraya engkau membagi InjilKu, FirmanKu dan KasihKu.
Dengan demikian engkau menyembuhkan hati mereka.
(diar sanjaya – Kevin – 07)

Kunci Kebahagiaan


Cara sederhana untuk menjadi bijak, bukan belajar selama bertahun-tahun dan untuk menjadi orang yang berpengetahuan tidak harus bergaul dengan orang-orang yang intelek tetapi ... permulaan pengetahuan adalah takut akan Tuhan.
Anak yang bisa membahagiakan orang tua bukanlah anak yang cerdas, bukan pula anak yang tampan atau jelita tetapi . . . anak yang hormat kepada orang tua dan yang mau mendengarkan didikan.
Suami yang baik bagi isteri dan anak-anak bukanlah yang bisa memenuhi semua kebutuhanm bahkan pula yang berpenampilan “wah”, rapi dan berdasi tetapi ... dia yang bijaksana dan selalu mempunyai waktu yang cukup bagi isteri dan anak-anaknya.
Isteri yang baik bagi suami dan anak-anak bukanlah isteri yang cakap dan cantik, bukan pula isteri yang pintar membantu suami mencari nafkah tetapi ... dia yang bisa memberikan dorongan moril bagi suami dan yang mengasihi serta mendidik anak-anaknya dalam jalan Tuhan. (diar sanjaya. MS-4-00)

Tenunan


Setiap peristiwa di dalam hidup seseorang, setiap pikiran, setiap keputusan, setiap kasih sayang dan setiap pergaulan dengan orang lain bagaikan tenunan. Dari hari kehari, benang-benang yang cerah dan gelap ditenun bersama-sama, seingkali nampaknya tidak beraturan; tetapi pada akhirnya tenunan itu membentuk sebuah lukisan.
Aku mengamati tenunan hidupmu, indah sekali! Segala sesuatu yang baik – kebahagiaan dan penggenapan, kasih sayang yang telah kau berikan. Dan yang kau terima, kehidupan yang menjadi lebih baik karena engkau – itu adalah benang-benang yang cerah.
Benang-benang yang gelap adalah masa-masa sulit dan kekecewaan, pencobaan dan air mata. Semua ini juga penting karena menjadikan benang yang lebih terang dan membuat tenunan menjadi lebih semarak.
Tidak ada seorangpun yang pernah bisa menenunnya seperti dirimu, dan tidak akan pernah ada. Hidupmu memang unik. (diar sanjaya – Mgr – SSV)





Catatan Kecil

PELIHARALAH CIPTAAN ALLAH 


Global warming adalah tanda-tanda dunia, khususnya iklim yang berubah-ubah. Cuaca yang buruk membuat kondisi suatu daerah menjadi perhatian. Hujan yang terus menerus, banjir yang tak terduga, semua ini membuat malapetaka bagi kehidupan manusia. Ujung-ujungnya semua disebabkan oleh keserakahan manusia yang tidak pernah puas. Masalah dunia menjadi masalah perut yang tidak pernah habis.
Lingkungan hidup yang harus dipelihara, tidak pernah mereka pikirkan dengan detail, pohon peneduh, selokan yang bersih, sampai sumur penadah air dan yang kecil seperti Biopori pun tidak ada yang memikirkan. Di negara yang kita cintai, perubahan baru terjadi bila sudah ada permasalahan. Sungguh membuat kita umat beriman harus lebih rajin lagi membuat buku suci agar dasar bahwa lingkungan hidup adalah bagian dari kehidupan sehari-hari sebagai makhluk ciptaan Allah.
Sebagai manusia ciptaan Allah yang sempurna dan kemudian jatuh ke dalam dosa, manusia kehilangan kesadaran akan kehidupan rohaninya. Akibatnya manusia lupa betapa dahsyatnya Allah telah menciptakan dirinya dan alam sekitarnya, flora dan fauna. Dan akhirnya manusia lupa tujuannya untuk memelihara ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia. Jika belajar tentang alam semesta yang begitu indah Allah ciptakan, kita akan begitu kagum dan terpesona, begitu rumitnya, teratur dan luar biasa. Namun kita adalah manusia biasa yang terbatas, dan kita tidak dapat menjangkau kebesaran dan keluarbiasaan Allah dengan akal pikiran kita yang terbatas. Manusia hanya dapat memahami sebagian saja dari ciptaan Allah itu sebatas kemampuan yang telah Allah karuniakan bagi kita. Karena itu sangat tak pantas jika kita hendak memaksakan diri untuk mengetahui kedahsyatan seluruh ciptaan Allah, mengapa? Karena kita diberi tugas oleh Allah hanya untuk menikmati, memelihara, menceritakan kemuliaan Allah itu kepada setiap orang yang mau bersama-sama menjaga kehidupan di dunia agar lestari. Jika langit mampu menceritakan kemuliaan Allah, cakrawala dapat memberitakan pekerjaan tangan Allah, hari dapat menyampaikan perbuatan Allah dari masa ke masa, dan malam dapat menyampaikan pengetahuan kepada orang-orang yang pikirannya gelap seperti malam, mengapa manusia menjadi lalai untuk melaksanakan tugasnya sebagai makhluk termulia sebagai ciptaan itu? Mengapa manusia yang begitu mulia dari semua ciptaan Allah dan bahkan diberikan mulut tidak bisa menceritakan keajaiban perbuatan tangan Allah lalu memuliakanNya?
Daud mengakui bahwa kejadian manusia itu dahsyat dan ajain karena itu pantas jika kita memeliharanya sesuai kehendak Tuhan. Begitu Daud mengakui bahwa apa yang Tuhan buat itu ajaib dan hal itu disadarinya (Mazmur 139:14). Jika kita sadar bahwa diri kita dan setiap ciptaan Allah sungguh ajaib marilah kita pelihara diri kita dan alami ciptaan Allah ini dengan penuh tanggung jawab. Kita jangan hanya bisa menikmatinya dan merusaknya. (diar sanjaya MS-7.01)

Orang Kudus

Beata Yohanes Nepomuk Neumann, Uskup


Yohanes Nepomuk Neumann lahir pada tanggal 28 Maret 1811 di desa Prachatitz, Bohemia. Ia belajar di Prachatitz dan Budweis. Cara hidup keluarganya yang saleh dan taat agama membuat dia tertarik pada cara hidup sebagai seorang imam.  Untuk mencapai cita-cita imamat itu, ia masuk Seminari Diosesan di Budweis pada tahun 1831.  Selama belajar di Seminary Budweis, ia rajin membaca laporan-laporan karya para misionaris Austria di Amerika Serikat.  Lama kelamaan dalam hatinya timbul keinginan untuk berkarya di Amerika seperti misionaris-misionaris itu.
Untuk maksud itu ia pindah dari Seminari Budweis ke Fakultas Teologi Universitas Praha pada tahun 1833.  Demi keberhasilan studinya dan karyanya nanti, ia dengan tekun mempelajari sendir bahasa Prancis dan Inggris. Pendidikan di Universitas Praha diselesaikannya dengan gemilang pada tahun 1835. Pada waktu itu dioses Budweis memiliki banyak imam. Oleh karena itu, ia tidak mau segera menjadi imam setelah menyelesaikan studi teologinya. Ia sendiri terus belajar di rumah sambil menanti ssat pentahbisannya. Ketika mendapat panggilan untuk berkarya di Amerika, ia segera berangkat tanpa menunggu hari tahbisannya di tanah airnya. Ia tiba di New York pada bulan Juni 1836 dan ditahbiskan menjjadi imam pada tanggal 25 Juni 1836 oleh Yohanes Dubois, Uskup New York. Ia ditempatkan di Buffalo and melayani umat di North Bush (sekarang Kenmore), Williamsville, Lancaster dan beberapa wilayah lain di sekitar Buffalo.
Pada tahun 1840, ia memutuskan untuk menjadi seorang imam dalam Serikat Redmptoris. Ia diterima dalam serikat itu pada January 1842 dan ditempatkan di Gereja Santo Yakobus Baltimore sampai Maret 1844. Usaha-usahanya untuk memajukan Gereja membuat namanya terkenal luas di kalangan para imam dan umat.
Pada bulan Maret 1852 ia diangkat menjadi Uskup Philadelphia oleh Sri Paus Pius IX.  Tugas kegembalaannya dijalankannya dengan penuh semangat.  Secara teratur ia mengunjungi semua paroki untuk mendorong para imam dan kaum awam dalam usaha penyebaran Injil dan perkembangan Gereja. Selama masa kepemimpinannya, lebih dari 80 gereja di bangun; jumlah sekolah ditingkatkan; sebuah seminari didirikan di Glen Riddle; lima tarekat religius baru untuk wanita dan tiga untuk pria dipekerjakan di dalam diosesnya; pembangunan katedral Santo Petrus dan Paulus di Logan Square, Philadelphia selesai; ia mendirikan sebuah cabang baru dari Ordo Ketiga Santo Fransiskus bagi para Suster. Selain itu, Uskup Neumann mengadakan tiga kali sinode untuk para imamnya, membantu penyusunan dan pemakluman dogma tentang perkandungan Maria tanpa noda dosa asal di Roma pada tahun 1854.
Uskup Neumann meninggal dunia di Philadelphia pada tanggal 5 Januar 1860.  Proces beatifikasi atas dirinya dimulai pada tahun 1880.  Pada tanggal 13 Oktober 1963, ia dinyatakan sebagai “Beato” oleh Sri Paulus VI (1963-1978).

Orang Kudus

Kaspar, Melkior dan Balthasar, Tiga Raja

Peristiwa kelahiran Yesus dilukiskan dengan berbagai cerita menarik. Salah satu cerita itu ialah kunjungan orang-orang “Majus” dari Timur ke Betlehem dalam Injil Mateus 2:1-18.
Mulanya istilah “majus” (dari kata “magus”) dikenakan pada sekelompok imam yang dikenal sebagai ahli-ahli ilmu perbintangan dan pada orang-orang bijak di kalangan suku bangsa Medes dan Persia.  Pada zaman Yesus, istilah “majus” berarti ahli nujum dan ahli sihir yang terdapat di semua bangsa.  Terdapat banyak cerita mengenai orang-orang itu, seperti cerita tentang Tiga Sarjana atau Raja dari Timur: Kaspar, Melkior dan Balthasar.  Dalam tradisi Kristen, Kaspar Melkior dan Balthasar dikenal sebagai sarjana-sarjana dari Timur yang datang ke Betlehem untuk menyembah Kanak-kanak Yesus.
Nama ketiga orang ini tidak ada di dalam naskah-naskah Kitab Suci.  Injil Mateus 2:1-18 yang dipakai sebagai sumber cerita dalam tradisi Kristen tidak membeberkan nama ketiga orang itu.  Mateus hanya secara umum mengatakan: “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yesusalem dan bertanya-tanya: “Di manakan Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:1-2).  Adanya nama ketiga orang bijak dari Timur ini di dalam tradisi Kristen merupakan refleksi lebih lanjut dari orang-orang Kristen atas kisah Injil Mateus tersebut.  Dalam Kaitan ini patut dicatat maksud utama Mateus dengan kisah itu.  Mateus menulis Injilnya kepada orang-orang Yahudi yang telah berabad-abad mengharapkan datangnya “Mesias Terjanji”, figure raja yang akan memperbaharui Kerajaan Israel dan menyemarakkan kembali kebanggaan nasional Israel atas bangsa-bangsa lain.  Maksud Mateus dengan kisah Orang-orang Majus itu ialah bahwa (a).  seperti Orang-orang Majus, semua orang harus mencari dan menemukan Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari segala bangsa dan zaman; (b) Kristus datang tidak hanya untuk orang Yahudi/Israhel saja tetapi juga untuk semua orang dari segala bangsa yang merindukan keselamtan dari Allah.
Biasanya pada tanggal 6 Januari, huruf pertama dari nama ketiga Orang Majus itu bersama dengan tahun yang sedang berlangsung (“19+K=M=B+91”) dituliskan pada pintu-pintu rumah untuk mengenyahkan malapetaka dari rumah dan penghuninya.

Ruang Kitab Suci

PUJI SYUKUR KARENA KARYA AJAIB TUHAN 
Oleh : Peter Suriadi


Semangat orang Katolik Indonesia untuk menjalankan ibadat boleh dibilang sangat menggembirakan. Setiap hari Minggu, kita lihat umat memadati gereja-gereja guna mengikuti perayaan Ekaristi. Bahkan menjelang hari-hari besar, seperti Natal dan Paskah, gereja tak sanggup lagi menampung umat karena jumlahnya mendadak “meningkat” secara signifikan. Melihat antusiasme ini, kita mungkin lalu dengan bangga berkata, “Iman umat Katolik Indonesia sangat kuat!”.
Apakah antusiasme itu merupakan ungkapan iman bahwa mereka mengalami Allah yang berkarya dalam diri mereka? Jika ya, maka Ekaristi tentunya merupakan perayaan syukur sebagai hal utama. Dalam Ekaristi, orang mengungkapkan keagungan Allah. Dan setelah pulang beribadah, orang akan menjadikan hidupnya semakin ekaristis. Bagaimana dengan hidup Anda? Untuk itu marilah mendalami teks Kitab Suci berikut ini sehingga Anda dapat menemukan jawabannya.

Teks
Mazmur 98
1 Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
2 TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.
3 Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.
4 Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!
5 Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring,
6 dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!
7 Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya!
8 Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama
9 di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.

Konteks
Dalam Kitab Mazmur ada 2 mazmur yang disebut “nyanyian baru”, yaitu Mzm 96 dan Mzm 98. Mazmur nyanyian baru merupakan mazmur pujian yang diperluas dengan tema kedaulatan Yahwe Raja (Mzm 96:10; 98:6) dan dengan pemberitahuan tentang kedatangan Tuhan sebagai hakim dunia (Mzm 96:13, 98:9).
Mazmur 98 menggemakan puisi kenabian dan gagasan Deutero-Yesaya, Yesaya yang kedua, seorang nabi yang mengalami pembuangan Babel. Oleh karena itu banyak keterkaitan ayat-ayat dalam Mazmur 98 dengan ayat-ayat dalam Deutero-Yesaya (Yes 40-55). Kemungkinan mazmur ini dikarang setelah masa pembuangan Babel (538-322 SM). Pembuangan Babel yang dialami Yehuda dapat dipandang sebagai kehancuran bangsa Israel. Peristiwa tersebut merupakan pengalaman pahit dan berat, tragedi besar. Kenyataan ini memunculkan sejumlah pertanyaan mendasar akan makna bangsa, tanah, dan terutama iman. Di akhir pembuangan seorang nabi mewartakan bahwa hukuman sudah berakhir dan dosa bangsa telah diampuni. Tuhan membawa mereka kembali ke tanah air mereka. Pembebasan dari perbudakan merupakan karya penyelamatan Tuhan.

Susunan Teks
Mazmur 98 dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
§ ayat 1-3 : ajakan untuk menyanyikan “nyanyian baru” sebagai kesaksian tentang keselamatan dan kemuliaan Tuhan di tengah bangsa-bangsa.
§ ayat 4-6 : karena karya besar-Nya, maka pantaslah Tuhan menjadi raja atas seluruh bangsa.
§ ayat 7-9 : Tuhan sebagai hakim yang membereskan kehidupan bangsa-bangsa di dunia dengan keadilan dan kesetiaan-Nya.

Keterangan Teks
· Ayat 1-2 : Mazmur 98 diawali dengan ajakan untuk menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan. Perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan yang mendorong ungkapan nyanyian baru tersebut (bdk Yes 42:10; 52:10; 59:16; 63:5). Perbuatan-perbuatan ajaib yang dimaksud adalah mengingat kembali apa yang sudah dilakukan Tuhan ketika membebaskan Israel dari perbudakan Mesir. Kepulangan mereka dari pembuangan Babel juga dilihat sebagai suatu keajaiban dari kuasa Allah yang menyelamatkan (bdk Yes 43:14-20; 49:19-23).
· Ayat 3 : Karya keselamatan Tuhan hanya berdasarkan kasih dan kesetiaan-Nya kepada Israel. Keselamatan yang dialami Israel bukan usaha mereka. Mereka tidak dapat bermegah atas diri mereka sendiri. Yang dituntut dari Israel adalah mengakui karya besar Tuhan dengan mengakui keselamatan yang datang dari Tuhan tersebut (bdk Yes 40:5; 52:10).
· Ayat 4 : Semua karya Tuhan itu dilakukan-Nya di hadapan segala bangsa dan segala ujung bumi. Maka tepatlah ajakan bagi seluruh bumi untuk bergembira, bersorak-sorak dan bermazmur bagi Tuhan (bdk Yes 52:9).
· Ayat 5-6 : Pemazmur mendorong jemaat untuk memuji Tuhan (bdk Yes 51:3) dengan alat musik. Dalam Mzm 98 ini digunakan kecapi, nafiri dan sangkakala. Beberapa alat-alat musik lainnya yang biasa dipakai dapat dilihat dalam 2 Sam 6:5; Mzm 81:3-4; Mzm 150:3-5. Kecapi adalah alat musik kuno yang penting pada masa itu. Alat musik ini mungkin mirip dengan sitar modern. Ada yang mempunyai 3-4 senar, tetapi ada juga yang mempunyai sampai 12 senar. Nafiri adalah alat musik tiup yang lurus dengan panjang sekitar 60 cm dan biasanya terbuat dari perak. Nafiri dipakai juga untuk mengumumkan kedatangan para raja (1 Raj 1:34; Mzm 47:6). Sangkakala terbuat dari tanduk domba atau kambing jantan. Alat ini biasanya dipakai untuk membunyikan tanda-tanda dalam peperangan atau sebagai pengumuman dimulainya suatu perayaan keagamaan. Gelar Tuhan sebagai raja banyak dipakai dalam Kitab Mazmur dan Tuhan diidentikkan dengan yang memerintah seluruh alam semesta yang diciptakan-Nya (Mzm 74:12-17; 95:3-5). Tuhan memerintah bangsa-bangsa (Mzm 66:7; 96:10) dan sudah memilih Israel menjadi hamba-Nya (Mzm 97:10-12). Mereka harus menjalankan keadilan yang dituntut Tuhan dalam hidup mereka (Mzm 99:1-5) dan memancarkan kemuliaan-Nya (Yes 60:1-3). Contoh Mazmur lain yang memuji pemerintahan Tuhan adalah Mzm 5, 47, 93, 97, dan 145.
· Ayat 7-8 : Semua bagian alam semesta bergabung dengan jemaat untuk memuji Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan melebih segala sesuatu (bdk Yes 55:12).
· Ayat 9 : Tuhan sebagai raja akan datang juga sebagai hakim. Ia sebagai penguasa semesta alam datang untuk menghakimi bumi. Menghadapi penghakiman Tuhan, manusia tidak perlu takut karena Ia akan menghakimi dengan keadilan dan kebenaran.

Amanat
Pengalaman akan Allah yang membebaskan bangsa Israel dari pembuangan Babel dan membawa mereka ke tanah air mereka merupakan pengalaman yang sungguh bermakna dalam kehidupan mereka. Melalui Mazmur ini mereka mengungkapkan iman pengalaman mereka lewat pujian. Keterlibatan Tuhan dapat mewujudkan cita-cita mereka kembali menjadi bangsa yang merdeka. Mereka yakin Tuhan tidak tinggal diam dalam penderitaan mereka. Bangsa Israel sadar bahwa Tuhanlah yang melakukan karya besar itu.
Pengalaman akan Tuhan yang peduli dan ikut campur tangan dalam kehidupan manusia tidak hanya milik eksklusif bangsa Israel dan terjadi sekian ribu abad yang lalu. Tuhan tetap hadir dan berkarya dalam hidup seluruh manusia sepanjang masa. Bagaimana dengan kita ? Apakah Tuhan peduli dan campur tangan dalam hidup kita ? Kadang kala kita merasa Tuhan tidak peduli di saat kita mengalami penderitaan. Demikian pula di saat kita meraih sukses, kita pun bisa lupa akan Tuhan. Itulah dinamika hidup beriman. Kali ini kita diingatkan bahwa Tuhan selalu hadir, tidak tinggal diam akan segala persoalan hidup manusia. Oleh karena dari kita hanya dibutuhkan iman akan hal itu. Iman kadang mengatasi akal pikiran manusia, tetapi iman itu tetap masuk akal dan nyata apabila kita selalu memandang setiap peristiwa hidup sebagai peristiwa Tuhan. Apalagi kita sebagai orang Kristen, iman itu nyata ketika kita berfokus pada diri Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia. Pengalaman bersama Yesus, akan membawa kita pada pengalaman bersama Allah yang selalu melakukan karya besar. Ia akan membereskan dunia dengan kebenaran dan keadilan-Nya. Hidup manusia akan selalu merindukan hidup bersama Tuhan.

Seputar Paroki

Kecil Tidak Apa-Apa Sedikit Tidak Masalah


Berkarya untuk orang-orang kecil, lemah, miskin dan terkucil bukanlah pelayanan yang mudah. Pelayanan modal ini memerlukan kesetiaan yang teruji bukan saja oleh kesabaran, keuletan dan ketegaran tetapi oleh waktu yang cukup panjang.
Tiga belas tahun Serikat Sosial Vinsensius berkarya dan bermitra kerja dengan Paroki St. Fransiskus Assisi hingga dapat hidup dan masih tetap eksis karya pelayanannya untuk orang-orang yang membutuhkan  bantuan karitatif. SSV St. Fransiskus Assisi dengan pelayan yang tetap berjumlah delapan orang, belajar dan berjalan bersama-sama St. Vinsensius. Belajar berusaha untuk tetap berada di sekitar orang-orang yang membutuhkan kasih. SSV berada di antara orang-orang yang memberikan dermanya dan orang yang membutuhkan bantuan uluran kasih. SSV belajar dari hal-hal yang sulit diterima oleh manusia tetapi terang roh kudus yang membuat jalan kami tetap segar.
Terima kasih atas kerja keras para pelayan yang tetap bertahan, semoga kesetiaan kalian akan selalu dikuatkan dengan bantuan doa dan ekaristi yang selalu dipersembahkan untuk pelayanan kita semua.
Tiga belas tahun masa yang indah, meskipun kecil tidak apa-apa, sedikitpun tidak masalah. (diar sanjaya)


Rekoleksi Kecil Buat Lansia

Perjalanan mengunjungi saudara-saudara lansia di Wisma Assisi Sukabumi perjalanan yang menarik. Mereka bisa melihat saudara-saudara lansia berjemur, bergurau dan rekreasi sungguh menarik bagi lansia yang masih bisa mandiri. Buah tangan sekarang kecil kacang hijau dan masih bisa mandiri. Buah tangan sekarung kecil kacang hijau dan nasi berbalut daun bumbu itulah yang kami bisa persembahkan untuk bersama-sama menikmati dan mencicipi kebersamaan dari kami.
Pukul dua belasan kami sudah berada di Paroki St. Fransiskus Assisi Cibadak. Kami mendapat kesempatan untuk rekoleksi bersama RD. Haruna dengan metode belajar kelompok dan permainan, kami diajak untuk mendalami liturgi adven yang membuat lansia gembira dan sukacita.
Sukacita yang mengalir ditutup dengan perayaan ekaristi yang dipersembahkan oleh RD. Haruna. Hari itu, hari yang penuh arti, dari Assisi, ke Assisi, untuk Assisi.
(diar sanjaya)



Cermin OMK

PERSAHABATAAN SEJATI (III)
(Cermin Kecil Untuk OMK)


Cicero berkata : “Verae amicitial sempiternae sunt.” Persahabatan sejati itu langgeng. Ia juga berkata : “Saya tidak senang dengan permusuhan sampai mati. Karena saya memiliki persahabatan abadi.” Persahabatan sejati bukan seperti kontrak politik yang berorientasi pada kepentingan sesaat. Bukan pula janji-janji manis yang memikat agar orang semakin mendekat, tetapi kesetiaan untuk berziarah bersama dalam jalan panjang kehidupan hingga ajal menjemput.
Sahabat sejati biasanya tegar menghadapi situasi yang tidak menentu seperti gosip, fitnah dan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji lainnya. Ia tidak mudah percaya akan gosip murahan yang merusak persahabatan tetapi selalu berkomitmen untuk berjalan bersama di tengah gelombang kehidupan. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan sikap saling percaya, peduli dan memahami, sahabat sejati biasanya melihat hal-hal yang baik dalam diri sahabatnya. Ia berusaha agar hal-hal baik tersebut tumbuh sehingga buah-buah persahabatan dinikmati bersama. Untuk itu diperlukan kerjasama, kesabaran dan kesetiaan. Buah-buah persahabatan dapat dipetik setelah melewati waktu yang panjang.
Sahabat sejati biasanya menjalin persahabatan dengan penuh ketulusan dan pengorbanan. Namun persahabatan sejati terkadang dirusak oleh adanya kepentingan yang terselubung. Jadi penghalang utama persahabatan sejati adalah kepentingan.
Saya yakin bahwa memiliki sahabat yang banyak bukan hanya namanya saja atau didorong oleh kepentingan terselubung tetapi oleh adanya ketulusan untuk sama-sama bertumbuh dalam keutamaan-keutamaan. Menurut orang bijak apabila kita menjalin persahabatan hanya kepentingan biasanya tidak langgeng, rawan pertengkaran, mudah konflik dan hati tidak tenang. Sebaliknya bila kita menjalin persahabatan karena keutamaan-keutamaan, maka ada kedamaian, sukacita dan kegembiraan yang tak terkira.
Ada lima hal yang merupakan kunci dari persahabatan sejati :
· Saling mendukung. Dukungan terhadap sahabat terwujud dalam tindakan memuji, menghibur, menguatkan diri, memberi masukan, inspirasi dan sebagainya.
· Dengan saling memberi dan menerima maka antara sahabat berusaha saling melengkapi dan mengisi kekurangan yang ada.
· Menegaskan bahwa antara sahabat tidak boleh memaksakan kehendak tetapi perlu menghargai privasi sahabatnya.
· Bahwa sahabat memiliki keikhlasan yang berbeda dengan diri kita. Terima dan hargailah kelainannya. “Kelainannya: itu akan memperkaya hidup kita.
· Hendaknya antar sahabat perlu mengembangkan sikap saling keterbukaan, dibarengi dengan saling menghormati, saling percaya dan mengampuni.
Ini semua menjadi pilar penting dalam menjadi persahabatan sejati. Persahabatan sejati perlu dirawat dengan adanya komunikasi timbal balik dan dilestarikan dengan semangat keterbukaan, kebebasan dan saling mendukung. (diar sanjaya – Ex Latina Claritas)

Cerita Mini

KEBERHASILAN BAPA ATAS HIDUPKU


Kebanggaanku saat itu ketika aku lulus SMP dengan nilai baik. Memang, Faku tidak masuk sepuluh besar, tetapi aku bersyukur karena nilai terendahku adalah 7,4. Di saat aku mendaftar ke SMA yang sama dengan SMP ku, tidak ada hambatan berarti yang kurasa. Hingga aku diterima di SMA swasta terbaik di Bogor. Banyak orang yang berfikir, melanjutkan ke sekolah yang sama sudah pasti diterima, namun nyatanya tidak. Banyak temanku yang memiliki nilai lebih baik dari aku, tetapi belum seberuntung aku.
“Puji Tuhan, aku dapat menikmati sisa liburan sekolah tanpa harus bingung memilih sekolah lagi.” ujarku empat tahun yang lalu.
*
Tak disangka, liburan sekolah sudah berakhir. Tak ingin rasanya kembali ke rutinitas yang menjemukan. Ya, harus kembali bergumul dengan pelajaran. Apalagi, saat itu masih ada MOS. Tapi untungnya, saat MOS berlangsung, aku jatuh sakit. Sebenarnya kalau aku bilang beruntung pun tidak juga, karena setelahnya, relasiku dengan kakak kelas tidak sebaik mereka yang mengikuti MOS. Tapi yang aku rasa saat itu adalah keberuntungan.
Seminggu berselang, putih abu- abu menjemput. Pelajaran berlangsung. Tapi, entah apa yang meracuni benakku, aku merasa bosan dengan pelajaran, sekolah, bahkan hidupku. Serasa tak tahu kemana langkah ini tertuju. Yang kutahu, setiap pagi sebelum sekolah, siang hari, malam hari sebelum tidur, aku hanya menangisi kejenuhan hidupku. Pertanyaan demi pertanyaan merasuk dalam benakku.
“Untuk apa aku belajar, sekolah, terikat dengan semua pelajaran itu? Untuk apa aku hidup? Untuk apa aku berusaha kalau akhirnya semua diakhiri oleh maut?” itulah kebencian yang membayangi langkahku.
Kupikir, itu hanyalah proses adaptasi, tetapi beberapa bulan berlalu, aku belum bisa beradaptasi dengan baik. Orang tua ku tahu semua yang kurasa. Sehingga, mereka tak pernah menuntutku dalam hal nilai. Hanya, aku masih merasa sayang dengan usaha kedua orang tua ku yang susah payah mencari dana untuk pendidikanku. Jadi, aku tetap menjalani rutinitasku. Untunglah, nilaiku tak menjadi buruk, sehingga aku tidak semakin merasa terpuruk.
Hidup dalam belenggu, kurasakan hingga awal kelas XI. Seperti ingin keluar dari pertanyaan itu, tapi aku merasa tak berdaya, seperti hanya seorang diri tanpa ada yang membantuku. Kuputuskan untuk berbicara dengan guru konseling di sekolahku. Hingga aku tahu, semakin aku terbelenggu, semakin aku menjauh dari Tuhan. Seharusnya, apapun keadaanku, aku tak boleh menjauh dari Tuhan. Tetapi, menjauh menjadi pilihanku saat itu.
Aku mulai menyadari, pilihanku itu salah, karena Bapa tentunya tak ingin aku menjauh darinya. Sebab ada tertulis,  “12Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor diantaranya sesat, tidaklah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 13Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 14Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak- anak ini hilang.” ( Mat 18: 12-14)
Sekarang, aku merasa hidupku lebih baik karena aku merasa berhasil keluar dari pertanyaan yang membayangiku. Bukan berarti aku menemukan jawaban atas pertanyaanku, karena sesungguhnya, sampai saat ini, pertanyaan itu masih menjadi tanda tanya besar di benakku. Namun, aku bersyukur karena aku dapat melalui masa SMA yang indah, awal yang membelenggu membawaku pada keberhasilan untuk mendekatkan diri pada Bapa. Memang, kekuranganku masih teramat banyak, apalagi di hadapan Bapa. Namun saat ini, yang bisa aku lakukan adalah menjalani hidup sebaik yang aku mampu. Untuk apa?? Untuk menjadi alat Bapa, karena Dia memiliki rencana atas hidupku.
Sebab ada tertulis, “13Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. 14Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu diletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. 16Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan yang baik dan memuliakan Bapa di sorga.”(Mat 5: 13-16). Dan hidupku ini adalah wujud syukur pada- Nya atas segala yang telah Ia berikan. Terutama karena keberhasilan Bapa atas hidupku, Ia memotivasi setiap langkahku serta atas kesempatanku mempunyai keluarga yang selalu ada di sisiku, yang tak pernah menuntutku menjadi apa yang mereka ingini, tetapi menuntunku menjalani hidup yang hanya satu kali dengan baik sehingga kelak aku dapat bersama dengan- Nya di rumah Bapa. (LKH)

Renungan

Om, Nilaiku Seratus

“Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
(Mat 6:33)

SEBAGAI Ungkapan kasih untuk karya Evangelisasi aku sudah sering memakai sarana menulis di majalah bulanan ini. Kesaksianku tentang banyak hal akan Tuhan kuambil dari pengalaman pribadiku dan Injil sebagai ispirasinya.
Selain kegiatan tulis menulis aku merasa berkompeten pada pengetahuan Bahasa Inggris karena aku memang memiliki latar belakang pendidikan akhir Bahasa Inggris. Dan aku masih ingat betul pada seorang dari murid-murid les privatku yang pernah bertanya kepadaku, “Oom Ipung, ... bagaimana cara belajar seperti Oom. Kok temanku yang juga belajar dari Oom terlebih dulu, nilai-nilai ulangan Bahasa Inggrisnya selalu bagus?”
Menurutku selain dia yang masih polos karena baru kelas 4 SD, aku orang paling berkepentingan dan merasa bertanggung jawab akan pelajarannya kala itu lantas menjawab, “banyak-banyak menghafal, kemudian jangan malas dan jangan cepat menjadi bosan, lalu banyak membaca.” “Dan hal lain lagi yang mesti kamu perhatikan betul,” kataku, “jangan pernah membenci pelajaran, apa pun itu.”
Hari demi hari berlalu dan kulihat serta kuperhatikan, dia dengan seksama mulai mengenal pembelajaran yang sesungguhnya untuk mata pelajarannya, Bahasa Inggris.
Nilai-nilai ulangan harian dan juga mid semesternya pun kini berubah semakin baik dan sudah tidak seperti waktu sebelumnya, sebelum kutangani.
Pada suatu sore sebelum kami belajar dia berkata padaku, “Oom Ipung...., coba tebak berapa nilai ulangan harianku untuk bab, time, mingu lalu?
“Kenapa harus seperti itu?” aku pun balik bertanya.
“Ya,” katanya lagi, “aku mau memberi kejutan.”
“La, la, la,” katanya bernada gembira, “ini Oom, nilaiku seratus.”
“Oh, kamu hebat,” pendapatku setengah tak percaya, “hebat betul.”
“Bagaimana caramu harus belajar mengenai Time sehingga bu guru di sekolahmu memberi kamu yang terbaik untuk nilai yang pernah kamu capai?” aku bertanya penuh curiga, kalau-kalau nilainya hasil menyontek.
“Ya, seperti biasa Oom,” katanya, “kalau ada yang aku nggak tahu, Oom..kan memberti tahu dan itu selalu demikian,” sambungnya, “pokoknya seperti biasa nggak lebih juga nggak kurang, dan aku menjadi paham sekali.”
“Yang terpenting lagi Oom,” dia pun masih berkomentar, “saran-saran Oom sudah kuikuti semua.”
“Untuk bab-bab yang lain harus seperti itu lagi ya,” kataku mengingatkan.
Dari pengalamanku yang benar-benar pernah terjadi aku memberi sedikit kesimpulan bahwa kasih Tuhan telah mengungkapkan banyak hal tentang siapa pribadi dari Kerajaan Allah sesungguhnya. Pengalamanku bersama seorang dari murid-murid les privatku memberikan sebuah contoh bagaimana Tuhan berujar.
Kita berhak menjadi pribadi-pribadi Kerajaan Allah yang penuh bahagia, sebahagia muridku dan aku guru privat lesnya. Apalagi dia kini lebih termotivasi pada nilai-nilai baik pendidikan yang telah kutanamkan padanya, yang sebelumnya dia belum kenal dan paham mengenai tujuan belajar bersamaku.
Aku yang sudah dapat mendorong dia untuk keberhasilannya, seharusnyalah juga seperti dia, artinya aku yang kini dalam kedewasaanku seharusnya sudah belajar banyak dari kejadian sehari-hari yang juga merupakan anugerah Allah yang patut kusyukuri.
Mendapatkan kebahagiaan karena kerajaan Allah pastilah disertai syarat tertentu, dan kini hidup kita dibatasi oleh syarat-syarat yang sudah kita buat dan komitmenkan bersama, layaknya dalam doa novena atau pun yang lain. Komitmen kita pada Allah sesungguhnya dilihat oleh Allah sendiri sehingga Allah pun kita ajak untuk berdamai dari ungkapan kita untuk tugas lain karena syarat-syarat yang sudah kita buat bersama Allah, jika hasilnya memuaskan kita, sudah tentu Allah juga dimuliakan melalui usaha kita.
Demikian kisah kecilku tadi karena aku pun menjadi lega sekaligus bangga pada muridku dan diriku sendiri.
Akhirnya, “Carilah kerajaan Allah itu dan kejarlah kebenaranNya.” (Ipung)

Percikan Pengalaman

IMAN MEMBUATKU SANGGUP

Tahun ini aku, suami dan anak-anak memanfaatkan liburan bersama ke Nederland. Negeri Belanda yang indah, pemandangan yang luar biasa, bunga-bunga tulip warna-warni di taman, perahu-perahu, kincir angin, museum, orang-orang,……..semua membangkitkan kenangan saat aku melalui masa mudaku untuk menuntut ilmu demi mencapai cita-citaku di negeri itu.
Tak terasa air mataku menetes membasahi pipi saat kami melalui jalan-jalan dan singgah di tempat-tempat yang kini menjadi kenangan saat aku tinggal di sana. Saat itu usiaku masih sangat belia, 17 tahun. Selepas SMU aku meneruskan study di sana, yang nota bene aku harus tinggal terpisah jauh dari keluargaku, dari papa, mama, dan juga adik-adikku. Satu pengalaman baru yang belum pernah aku alami sebelumnya.Aku terkenang banyak masa indah tapi juga banyak persoalan hidup yang dirasa sangat berat yang harus aku alami saat itu.
Orangtuaku bukanlah orangtua yang memanjakan anak-anaknya dengan cara mengunjungi aku setiap saat aku merasa sangat merindukan dan membutuhkan mereka. Tidak sama sekali. Aku pun tidak bisa sering pulang ke Indonesia untuk bertemu, memecahkan segala permasalahan yang ada atau sekedar melepas kerinduan, walau mereka mampu membeli tiket pesawat pp kapanpun mereka menginginkan. Komunikasi kami melalui telpon pun tidak setiap hari. Bahkan saat itu aku merasa orangtuaku mendidik kami anak-anaknya sangat keras dalam segala hal, baik itu soal disiplin ilmu, pekerjaan, etika, dan juga terutama dalam hal iman.
Sebagai contohnya mama dan papaku mendidik kami untuk dapat melakukan pekerjaan apa pun, terlebih-lebih pekerjaan sehari–hari seperti membersihkan rumah, memasak, membetulkan pipa air yang rusak atau mengganti bohlam lampu yang putus,……..,apa pun pekerjaan rumah tangga harus bisa kami lakukan sendiri, tanpa tergantung pada orang lain. Mamaku bilang: “Apa pun yang kelihatan mata, bisa kita kerjakan.” Papaku juga mengatakan : “Kita harus memiliki ilmu. Walau seandainya kita kaya harta, memiliki jabatan penting, memiliki banyak pekerja, tetap kita harus bisa melakukan semuanya, kita harus mengerti dan mahir mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja kita, kita juga bisa mengajarkan kepada mereka bila mereka belum bisa mengerjakan pekerjaan mereka.” Sampai soal masakan pun papaku mengatakan : “Walau yang masak pekerjamu, tapi kalau kamu bisa, kamu akan tahu apakah masakan itu sudah cukup bumbu, atau kurang pas rasanya. Bila sudah enak dan cocok, pujilah pekerjamu itu dan bila ada yang dirasa kurang, kamu bisa memberitahunya  dan mengajarkannya bagaimana dan apa saja yang harus disiapkan agar masakannya terasa enak.” Hal semacam itu bukan hanya perkataan-perkataan atau nasehat-nasehat belaka, karena walaupun mereka juga orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka, tapi mereka selalu punya waktu untuk mempraktekkan apa yang mereka ajarkan kepada kami anak-anaknya. Walau ada pembantu di rumah, kami tidak boleh menyerahkan semuanya kepada pembantu. Mereka mengajarkan kepada kami, bahwa pembantu itu tugasnya hanya membantu, selebihnya harus kami kerjakan sendiri. Sehingga akhirnya kami bisa mengerti dan bersyukur memiliki orangtua yang membuat kami bisa menghargai banyak hal, juga menghargai orang lain dengan penuh cinta.
Aku juga bersyukur, pada saat aku jauh dari orangtuaku, tidak bisa bertemu secara fisik, mereka selalu dan terus menerus memberi semangat yang menguatkan aku hingga akhirnya aku berhasil menyelesaikan study dan bisa menjadi berkat bagi orang lain dengan mengamalkan/membagikan ilmu yang aku miliki.
Seringkali aku jatuh saat berusaha untuk meraih kesuksesan. Ada rasa khawatir, bahkan pernah hampir putus asa, merasa stres…..tapi lagi-lagi aku bersyukur kepada Allah  atas kasih karunia-Nya yang meng-anugerahkan aku orangtua yang selalu membimbing anak-anaknya. Aku tahu, siapa pun bisa mengalami putus asa, tapi…benarkah kita harus berhenti setelah berulang kali mengalami kejatuhan atau kegagalan dalam mencapai keberhasilan/kesuksesan yang kita cita-citakan? Bagaimana kita harus memiliki semangat agar bisa bangkit? Memang tidak instant, tapi ada proses. Orangtuaku selalu memberi semangat agar aku berpikir dan melakukan yang positif, tidak gampang menyerah walau memang tidak mudah. Selalu andalkan Tuhan, serahkan diri pada Tuhan, karena dengan beriman kepada-Nya kita akan berpengharapan, tidak mudah menyerah pada keadaan dan tidak mudah putus asa. Orangtuaku membimbing imanku dengan bacaan Injil Lukas 17 : 6. Dalam ayat itu Yesus menegaskan : “Kalau sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini : Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” Aku mengalami sukacita dalam hidup doa dan iman saat aku menyerahkan diri pada Tuhan. Aku menjadi bisa bertahan untuk mencari dan menemukan jalan keluar bila ada permasalahan, tidak mudah menyerah dan tidak mudah putus asa.
Aku dikuatkan juga dengan bacaan dari Injil Lukas 21 : 5 – 19, yang kalau kita baca atau dengar secara harafiah seakan menimbulkan rasa ngeri. Tapi sesungguhnya bacaan Injil tersebut memberitakan kegembiraan bagi kita. Dalam bacaan itu Yesus mengajarkan pada kita untuk tidak takut menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, karena hidup itu memang sulit dan harus dihadapi dengan iman. Jika kita bertahan menghadapi kesulitan hidup, maka kita bisa menjadi lebih kuat dalam iman sehingga kesulitan tidak lagi menjadi kesulitan. Yesus meneguhkan kita untuk tetap bertahan dalam setiap tantangan, penderitaan, ketidak adilan, dan penganiayaan. Justru dalam penderitaan itu kita dapat bersaksi tentang kesetiaan Tuhan. ( ayat 13 ) Tuhan akan memberikan kata-kata hikmat agar kita mampu menghadapi para penguasa dunia. ( ayat 15 ) Tuhan sangat setia mendampingi perjuangan hidup kita.Yesus sudah membuktikan dengan salib, wafat dan kebangkitan-Nya, bahwa akhir dari semua kesulitan bukanlah kegelapan tapi cahaya. Ia juga menjanjikan penyertaan-Nya yang menguatkan kita. Keyakinan akan penyertaan Tuhan membuat kita bersukacita dalam menghadapi hidup ini. Tuhan menyertai kita dalam setiap pergumulan dan bila tetap setia dan berpegang pada firman-Nya, kita akan selamat dan memperoleh hidup dalam kelimpahan. ( ayat 19 )
Rasul Paulus juga mengalami banyak penderitaan. Ditentang, dicemooh, dipenjara, disiksa dan dianiaya. Tapi ia tidak menyerah, ia terus berjuang mewartakan firman Tuhan sampai akhir. Ia percaya kuasa Tuhan selalu menyertainya hingga akhirnya dalam 2 Tim 4 : 7 – 8 kita boleh mengucap syukur:” Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya ; tetapi 
Aku bersyukur dan berterimakasih atas semua yang terjadi dalam hidupku, atas setiap permasalahan yang boleh aku alami dan lalui hingga Tuhan memperkenankan aku mengalami berkat dan hasilnya.
Tiba-tiba kurasakan sentuhan hangat di pundakku. Suamiku tercinta memelukku dan memberi senyum pengertian. Anak-anakku menggodaku dengan tawa canda khas mereka dan mengatakan : “ mama masih mau melanjutkan bernostalgia? “ Rupanya tanpa kusadari, mereka telah memperhatikan aku. Kami tertawa bersama.
Dalam kesempatan liburan ini kami manfaatkan waktu kami untuk juga mengunjungi para kerabat dan sahabat yang tinggal di beberapa daerah di Belanda, kami juga menyempatkan makan di restaurant Indonesia milik orang Indonesia yang tinggal di sana dan sudah ada sejak aku menuntut ilmu. Kami juga mengunjungi orang-orang jompo di satu daerah tempat mereka tinggal, memberi mereka semangat dan juga menularkan semangat kepada anak-anakku, karena setelah pulang dari liburan, kami pun harus menerima kenyataan bahwa kami tidak tinggal dalam satu rumah yang sama karena anak-anak juga menuntut ilmu di kota lain.
Aku berharap anak-anakku dapat lebih kuat menghadapi dan menjalankan hidup mereka. Kuajarkan kepada mereka bahwa hidup kadang sulit dan tidak menyenangkan, tapi mereka tidak boleh cengeng, mereka juga harus memiliki semangat pantang menyerah dalam perjuangan hidup, menghadapi kesulitan dengan iman, karena kesulitan bisa menjadi sarana kita untuk memperdalam iman.
Seperti  tulisan dalam Karya Kecil Yohanes dari Salib – Tahap-tahap Kesempurnaan, art. 9 : “Janganlah mengabaikan doa dan carilah selalu kekeringan dan kesukaran, bertahanlah dengan setia di dalamnya. Allah ingin melihat kualitas cinta yang ada dalam jiwa Anda; Cinta tidak diuji dengan istirahat dan kepuasan.” Juga dalam art. 14 : “Jangan cemas bila tugas-tugas Anda sulit dan tidak menyenangkan. Allah sedang menguji jiwa Anda dengan perintah yang samar-samar seperti pencobaan. Suatu saat, Ia akan memperkenankan Anda mengalami berkat dan hasilnya.” Semoga kita selalu bertekun dalam doa dan bertumbuh dalam iman, selalu mau datang, menyembah dan mempercayakan hidup kepada Allah, karena Dia lah sang pemilik kehidupan ini, Dialah yang berkuasa atas kehidupan ini. (eestee)

Sebaiknya Kita Tahu

Sejarah Berdirinya Basilika St. Petrus Roma


BASILIKA Santo Petrus yang luas di Vatikan itu kini sedang menjadi tumpuan perhatian dari ratusan juta pemirsa berbagai televisi dunia, seperti CNN dan BBC. Tempat itu juga menjadi tujuan dari pelayat atas jenazah almarhum Paus Yohanes Paulus II, yang dikatakan sebagai sebuah acara pelayatan terbesar sepanjang sejarah.
BAGAIMANA kisah sejarah dari basilika itu? Basilika itu terletak di sebelah barat Sungai Tiber di kota Roma dan merupakan simbol atau jantung dari agama Katolik dan tergolong paling terkenal di dalam sejarah. Maklum, di sana juga terdapat pusat dari Gereja Katolik Roma sedunia.
Dengan bangunan kubahnya dan kunjungan tak putus-putusnya dari peziarah Katolik, basilika yang bisa menampung 60.000 pengunjung itu dianggap sebagai gereja terbesar di dunia.
Basilika, sebagaimana halnya bangunan lain di Vatikan, dibangun tidak jauh dari tempat Kaisar Nero pernah berdiri. Nero adalah Kaisar Romawi yang bersikap sengit terhadap pemeluk pertama agama Kristen.
Di lokasi dia berdiri itu sebuah stadium untuk lokasi perlombaan dibangun. Di sana pernah terjadi pertarungan atas pemeluk agama Kristen dengan binatang buas seperti harimau dan singa. Berdasarkan sejarah, Felicia dan Perpetua, dua wanita pemeluk Kristen yang kemudian menjadi santa, dihadapkan pada singa yang kelaparan. Mukjizat terjadi, binatang buas itu malah hanya terdiam membisu.
Di lokasi itu juga pernah dijadikan sebagai sebuah penjara bagi para pembangkang Kristen di mata para kaisar Romawi. Di lokasi itu banyak tokoh Kristen pada masa-masa awal dibunuh dan dimakamkan. Lokasi itu, yang dulu berbentuk semacam bukit, lalu diratakan dengan permukaan tanah, dan kemudian menjadi pemakaman umum kuno.
Simon Petrus kemudian menjadi Santo Petrus dihukum dengan disalibkan pada tahun 64. Dia juga dimakamkan di sana, yang di atasnya kini berdiri Basilika Santo Petrus. Ketika Santo Petrus dimakamkan di sana, sebuah bangunan dibuatkan untuk menunjukkan makam itu adalah milik Santo Petrus.
Lalu pada tahun 319 atas desakan Paus St Sylvester I Kaisar Constantine, kaisar Kerajaan Romawi pertama yang menjadi Kristen, memerintahkan pembangunan versi pertama basilika. Sebelum abad pertengahan, Kristen berarti Katolik. Namun, setelah itu, Kristen menjadi terpecah ke dalam berbagai aliran karena berbagai perbedaan, sifat utama dari manusia di Bumi.
Gereja dengan panjang 360 kaki dan lebar 195 kaki (panjang 110 meter dan lebar 59 meter) itu diresmikan (diberkati) tujuh tahun kemudian. Basilika itu berdiri dengan posisi yang tetap sama selama 1.100 tahun berikutnya.
Pada pertengahan abad ke-15, basilika itu terancam ambruk karena rapuh seiring dengan berjalannya waktu. Karena itu, Paus Nicholas V membangun kembali basilika. Rekonstruksi dimulai, tetapi kemudian terhenti selama setengah abad setelah Paus Nicholas V meninggal pada 1455.
Kemudian Paus Julius II mengambil alih tugas rekonstruksi ketika dia menjadi Paus pada 1503. Dia menyewa arsitek Donato Bramante untuk pekerjaan itu dan memulai rekonstruksi basilika tiga tahun kemudian.
Pertama, Bramante merobohkan sebagian besar bangunan asli basilika dan kemudian membangun sebuah rumah untuk lokasi ibadah. Karena Bramante meninggal pada 1520, rekonstruksi tertunda lagi. Pada era ini desakan reformasi atas gereja dan kepausan mencuat dan kemudian melahirkan abad Renaisans, kebangkitan kembali. Situasi politik agama dan gereja saat itu juga sedang pada puncaknya. Itu adalah puncak dari era abad gelap, di mana pimpinan gereja “pernah agak melenceng” dari jalurnya.
Akhirnya, pada tahun 1546, Paus Julius II memanggil pelukis Michelangelo yang berusia 71 tahun untuk merampungkan rekonstruksi basilika itu. Pelukis genius itu, yang juga melukis langit-langit Kapel Sistine atas permintaan Paus Julius II, mengambil alih maket yang pernah dibuatkan Bramante dan kemudian mengembangkannya, lalu menggambar rencana pembangunan kubah basilika supaya lebih artistik. Buah tangannya masih bisa dilihat sampai sekarang.
ekerjaan belum berakhir hingga 1590, sekitar 26 tahun setelah kematian Michelangelo. Pada tahun 1656 pekerjaan dimulai lagi dan lokasi rekonstruksi diperluas hingga ke lokasi yang kini menjadi gerbang Santo Petrus.
Sejak itu beberapa perbaikan dilakukan dan sejumlah seksi di basilika direnovasi dan diperluas. Kini basilika itu memiliki panjang 600 kaki dan lebar 400 kaki (183 meter panjangnya dengan lebar 122 meter). Dom (dome) basilika kini setinggi 450 kaki dengan diameter 130 kaki itu kini merupakan gereja terbesar di dunia.
Jadi, basilika juga dibentuk berdasarkan karya besar arsitek dan pemahat Gian Lorenzo Bernini. Bangunan itu menjadi simbol dari eksistensi gereja di dunia. Setidaknya ada 10 arsitek ternama di zamannya yang pernah terlibat dalam pembangunan basilika dari waktu ke waktu.
Sekarang, basilika itu dihiasi dengan sentuhan yang terbaik di dunia seni, termasuk lukisan, ukiran. Di sana ada pahatan terkenal bernama Pieta, buah tangan Michelangelo, yakni sebuah pahatan yang menggambarkan Perawan Maria yang sedang memangku tubuh putranya, Yesus Kristus, yang telah meninggal setelah disalib.
Vatikan yang di dalamnya termasuk basilika kini dijagai oleh petugas dari Swiss. Hanya warga Swiss yang bisa bertugas mengamankan Takhta Suci Vatikan sejak 1506, menurut Post Wire Services.
DI bawah basilika itu jenazah Paus Yohanes Paulus II akan dimakamkan. Itu artinya, makin bertambahlah deretan makam orang penting agama Katolik di sana. Setidaknya ada setengah dari makam pendahulunya berada di tempat yang sama.
Disebut-sebut, makam Paus Yohanes Paulus II akan menjadi salah satu bagian terpenting dari sejarah gereja yang panjang dan kompleks. Makam itu juga akan semakin menjadi tujuan penting dan terutama peziarah umat Katolik dari berbagai belahan dunia.
Pemakaman di dalam gereja besar (basilika) itu merupakan penghormatan tertinggi berdasarkan iman Katolik karena lokasi itu hanya diperuntukkan bagi pemimpin spiritual gereja. Maklum, Basilika Santo Petrus juga berdiri di atas makam murid Yesus Kristus, yakni rasul Santo Petrus, yang juga merupakan Paus pertama.
Pada 1940, pemakaman kuno tempat Santo Petrus dimakamkan kemudian diidentifikasikan kembali. Pada 1950, Paus Pius XII mengumumkan makam Santo Petrus telah turut teridentifikasi.
Basilika, yang terdiri dari dua grottos (semacam goa atau ruang bawah tanah) dan sebuah necropolis (kota mati), menampung 147 makam dari 263 Paus yang ada sebelumnya. Jenazah Paus Yohanes Paulus II ditempatkan di grott, yang ada di bawah sisi timur dari Basilika.

Beberapa Paus sebelumnya dimakamkan di beberapa lokasi di Italia pada umumnya di dalam gereja-gereja dan sejumlah katedral di Roma. Namun, Basilika Santo Petrus merupakan tempat terfavorit bagi lokasi pemakaman Paus.
Ada spekulasi bahwa Paus Yohanes Paulus II Paus non Italia pertama dalam 450 tahun terakhir ingin dimakamkan di negara asalnya, Polandia. Namun, pejabat Vatikan mengatakan, Paus Yohanes Paulus II tidak meninggalkan pesan seperti itu semasa hidupnya.
Sejumlah warga Polandia telah sempat berharap bahwa Paus yang kelahiran Polandia itu dimakamkan di Katedral Wavel di Krakow, bersama dengan jenazah para santo (orang kudus) dan raja-raja Polandia dari abad pertengahan. Namun kini hal itu tidak mungkin lagi terjadi. Krakow adalah kota di Polandia yang juga menjadi lokasi Keuskupan Agung Krakow. Di kota itu Karol Wojtyla diberi gelar kardinal, bisa juga dikatakan sebagai wakil umat Katolik Roma di Polandia.
BERDASARKAN laporan, yang masih harus dikonfirmasikan oleh Vatikan, jenazah Sri Paus akan dimakamkan di lokasi yang pernah menjadi makam Paus Yohanes XXIII selama 37 tahun sebelum dipindahkan pada 2000.
Paus Yohanes Paulus II akan dimakamkan di atas makam Paus Yohanes XXIII, yang dipindahkan ke sana setelah menerima beatifikasi (sebuah pemberian gelar Beato atau pernyataan pada seseorang yang sudah meninggal bahwa ia sudah berada di surga atau dia adalah orang yang berbahagia). Sebelumnya, makam Paus Yohanes XXIII ada di Kapel Santo Jerome. Beatifikasi merupakan langkah terakhir menuju gelar santo, orang kudus.
Paus akan dimakamkan di dekat makam Paus Benedetto XV, yang juga berada persis di samping makam Yohanes Paulus I, Paus sebelum Yohanes Paulus II. Paus Yohanes Paulus I meninggal hanya 33 hari setelah terpilih sebagai Paus pada 1978.
Makam yang ada di dekat Paus Yohanes Paulus II adalah makam-makam dari Paus Innocent IX, Julius III, dan Paus Paulus VI, dan juga Christina, Ratu Swedia dari abad ke-17.
Di dekat makam Paus Paulus VI, yang terletak persis di bawah altar Basilika Santo Petrus, juga diyakini sebagai makam Santo Petrus. Makam luas Santo Petrus mengambil lokasi yang luas di bawah basilika, yang juga memiliki artefak berharga, tidak saja berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi juga ada artefak yang berasal dari kebudayaan pertama Kristen.
Ruang bawah tanah basilika yang sebagian menjadi lokasi makam itu juga terdiri dari berbagai ruangan lain, termasuk sebuah “kota mati” dari abad Romawi kuno, yang masih lengkap dengan jalan-jalannya. Di sana juga adalah kapel dan berbagai bangunan kuno lainnya yang indah. (AP/AFP/REUTERS/MON)

Evangelisasi

MENGAPA DI GEREJA KATOLIK BANYAK PATUNG?


Di dalam gedung gereja katolik dan di rumah-rumah orang katolik sering terdapat berbagai macam patung. Ada patung Yesus, patung Bunda Maria dan patung para kudus. Apa ini tidak bertentangan dengan perintah Allah seperti yang tertulis dalam Kitab Keluaran: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Kel 20:3-7)?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu melihat konteks larangan membuat patung. Kitab Keluaran 20:3-7 berbicara tentang Tuhan, Allah kita. Perintah pertama melarang kita untuk beribadat kepada allah-allah lain. Kita hanya boleh beribadat kepada Allah yang benar, yang esa. Perintah ketiga melarang kita untuk menyebut nama Tuhan secara sia-sia atau menyalahgunakan nama Tuhan, Allah kita. Menyalahgunakan nama Tuhan itu misalnya nama Tuhan dipakai untuk mengutuk atau bersumpah palsu. Dalam perintah kedua kita dilarang membuat patung Allah. Artinya kita dilarang membuat barang apapun yang menyerupai manusia, burung, binatang, ular, ikan untuk mengungkapkan Allah. Dalam ayat ketiga dikatakan bahwa kita tidak boleh menyembah allah-allah lain, berarti tidak boleh menyembah dewa-dewa. Berarti pula tidak boleh menyembah patung dewa-dewa. Maka dari itu larangan dalam ayat 4 untuk tidak membuat patung, tidak mengenai patung untuk mahluk biasa, misalnya: patung jendral Sudirman, patung Pangeran Diponegoro yang sedang naik kuda, patung pahlawan revolusi dan sebagainya. Dan karena itu pula bukan mengenai patung para santo dan santa yang hanya manusia biasa saja. Mereka bukan dewa dan dewi, apalagi mereka itu bukan Allah.
Ayat 5 memerintahkan: “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya”, tidak mengacu kembali kepada patung dalam ayat 4, melainkan kepada allah-allah lain dalam ayat 3. Larangan beribadah kepada allah-allah lain atau dewa-dewa lain diulangi lagi untuk menggaris bawahi kebenaran yang mutlak ialah bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu. Allah yang cemburu ini adalah Allah yang ingin menjalin relasi pribadi antara DiriNya dan kita umat-Nya, sehingga hati kita 100% tertuju kepadaNya saja. Orang yang melanggar larangan tersebut yaitu ‘orang-orang yang membenci Aku’ akan mengalami akibat yang mengerikan. Tetapi kepada orang yang mengasihi Dia dengan berpegang kepada perintahNya, Allah memberikan janji kasih setiaNya.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa membuat patung para santo dan santa itu tidak ada sangkut pautnya dengan larangan Tuhan dalam perintah tersebut di atas. Bahkan memberikan penghormatan kepada para santo dan santa pun tidak dilarang asal kita jangan menyembah mereka seolah-olah mereka itu allah-allah lain. patung dan gambar para kudus dapat menjadi alat peraga bagi kita untuk mengingatkan kita akan orang-orang kudus yang hidupnya merupakan kesaksian yang indah tentang karya rahmat Allah di tengah-tengah umatNya. Melalui penjelasan yang sehat dan tepat, melalui pewartaan yang benar dapat dicegah praktek-praktek yang berbau tahyul dan menjurus kepada penyembahan berhala.
Dalam Kitab Ulangan bab 4 ayat 16 terdapat perintah Allah yang berbunyi: “jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun …dsb”. Jadi di puncak Gunung Sinai tanpa memperlihatkan diriNya dalam bentuk rupa yang nyata, hanya memperdengarkan suaraNya Allah memberikan larangan untuk membuat patung yang menyerupai berhala. Alasan untuk melarang Israel membuat patung yang menyerupai berhala sungguh-sungguh sangat penting karena Israel hidup di tengah-tengah bangsa-bangsa yang menyembah banyak berhala, sehingga ada godaan besar bahwa Israel akan terpengaruh untuk menyembah berhala-berhala seperti bangsa-bangsa yang mengelilinginya. Maka Israel dilarang membuat patung-patung yang menyerupai berhala-berhala bangsa kafir.
Bolehkah Yesus Putera Allah dipatungkan?
Penginjil Yohanes menulis: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:1-2, 14). Kita mengenal Tuhan Allah bukan hanya melalui pewahyuan di gunung Sinai saja. Kita mengenal Allah juga melalui pewahyuan lewat Injil Yohanes. Allah telah menjadi daging, menjadi manusia. Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan dalam diri Firman yang menjadi manusia ialah Yesus Kristus, Tuhan. Maka dari itu apabila kita membuat gambar Yesus atau patung Yesus, hal itu tidak bertentangan dengan perintah dalam Perjanjian Lama tersebut. Patung atau gambar Yesus dapat membantu kita untuk melihat bagaimana Allah telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Bahkan Corpus atau patung Yesus pada kayu salib memberikan gambaran yang konkrit sekali betapa Allah mencintai kita dan betapa ketaatan Kristus kepada BapaNya.
Jadi adanya patung-patung di dalam gedung gereja dimaksudkan dengan tujuan: mengingatkan kita akan tugas panggilan kita sebagai orang kristiani yaitu berjuang mengalahkan kejahatan dengan berbuat kebaikan dengan bantuan rahmat Tuhan sama seperti orang-orang kudus yang patung-patungnya kita lihat menghiasi gereja-gereja kita. Para kudus itu telah mendahului kita dan menang dalam perjuangan melawan kejahatan. Mereka menemukan kekuatan lewat penerimaan sakramen-sakramen, lewat doa, lewat pendalaman firman Tuhan, lewat disiplin yang keras dan sebagainya. Dan para kudus ini berseru kepada kita semua: “Ikutilah jejak Kristus!”.
Dan akhirnya patung-patung orang kudus menjadi sarana untuk membantu mengarahkan hati kita kepada yang ‘ada di atas’ supaya kita mempersatukan doa kita dengan doa mereka yang sudah bersatu secara sempurna dengan Allah, sehingga seluruh hidup kita turut memuji Allah yang bertahta di surga mulia. Orang katolik tidak menyembah patung. Penyembahan patung adalah dosa, walaupun patungnya orang kudus. Hanya Tuhanlah yang kita sembah. Kita menghormati  orang kudus yang pribadinya kita tampakkan dalam bentuk patung.

(Stefan Surya)

Evangelisasi

BENDA-BENDA SUCI, SALIB ATAU CRUCIFIX


Simbol Kristiani yang paling berarti dan paling suci ialah salib. Pada jaman Romawi salib merupakan alat untuk menyiksa. Sesudah Yesus Kristus disalibkan, salib adalah simbol yang dilarang bagi orang-orang Kristen perdana. Mereka menggunakan simbol-simbol yang lain: ikan, burung merpati, anak domba dan CHIRHO (nama Kristus).
Sesudah kehancuran kekaisaran Romawi, salib-salib menggambarkan Tuhan yang bangkit dalam kemuliaan. Lama kelamaan bentuk-bentuk lain muncul. Total ada hampir 400 aneka ragam salib menurut Encyclopedia Heraldic.
Devosi terhadap Sengsara Kristus bertambah dalam abad pertengahan terutama melalui devosi sengsara Kristus yang dipopulerkan oleh Fransiskus dari Assisi. Salib-salib menggambarkan Passio atau sengsara dengan menempelkan patung tubuh Yesus pada salib. Bentuk ini disebut CRUCIFIX.
Sesudah Reformasi, orang-orang Protestan menggunakan salib tanpa tubuh Yesus. Jadi salib yang kosong. Sedangkan orang-orang Katolik tetap menggunakan crucifix. Banyak salib sekarang ini, sesuai dengan pandangan teologis yang berbeda-beda menggambarkan Kristus yang bangkit. Orang-orang Katolik menggunakan crucifix dalam Misa Kudus dalam prosesi atau arak-arakan dan dalam pemberkatan-pemberkatan. Kebanyakan orang Katolik memperlihatkan crucifix di rumah-rumah mereka dan ada juga yang memakai salib sebagai kalung. Salib tetap menjadi simbol yang paling suci dan salib itu kalau diperlakukan sewenang-wenang merupakan penghinaan yang paling keji.
Patung, medali dan gambar
Selama bertahun-tahun orang-orang Katolik juga menggunakan patung-patung, medali dan gambar-gambar sebagai benda-benda untuk devosi pribadi. Pada suatu kurun waktu dalam Gereja perdana ada pandangan bahwa semua gambaran-gambaran (representasi) dianggap sebagai pemujaan berhala. Suatu bidaah, yang disebut iconoclasm, mengutuk setiap penggunaan patung-patung atau gambaran-gambaran lain dari para orang kudus dan para malaekat dan juga gambaran Kristus. Konsili Nicea, dalam tahun 787, menolak iconoclasm sebagai ajaran yang sesat. Namun demikian orang-orang Kristen Timur tidak mau menggunakan patung-patung yang berdimensi tiga atau penampilan tiga dimensi. Sampai jaman sekarang ini gambar-gambar orang suci (icon) wujud dua dimensi digunakan oleh Orthodox Timur dan Katolik Barat.
Skapulir,yang berasal dari pakaian khusus para rahib, digunakan pada jaman dulu supaya kaum awam mendapatkan keuntungan (manfaat) dari doa-doa para rahib. Sepotong kain kecil, dihubungkan dengan tali-tali dan dipakai lewat bahu adalah suci karena berkat-berkat rohani yang didapat lewat skapulir itu. Ada terdapat banyak macam skapulir, ada skapulir coklat ada skapulir hijau dan lain-lain. Yang paling terkenal ialah skapulir warna coklat dan hijau. Ada juga skapulir berbentuk medali.
Arta religiosa atau barang-barang religius
Meskipun Gereja Katolik tidak mempunyai gaya seni khusus milik sendiri, banyak bentuk diambil alih dari setiap jaman dan kebudayaan. Untuk dianggap “religius”, seni harus mengungkapkan iman, mengatasi yang manusiawi dan menyampaikan pujian Allah sebagai penggunaan yang kreatif dari tangan manusia. Seni, sebagai keseluruhan, tidak terbatas pada dunia spiritual, tetapi seni religius menggunakan semua kreasi dan banyak gaya untuk menggambar roh batiniah manusia.
Gereja menerima penafsiran modern tentang kebenaran-kebenarannya dan menjaga kebudayaan waktu ini, tetap hidup melalui seninya.
Seni klasik bertahan dalam karya Michaelangelo, Leonardo da Vinci, Fra Angelico, Bernini dan Raphael. Naskah-naskah kuno dengan kaligrafi yang penuh hiasan yang dibuat dengan sangat teliti merupakan kekayaan yang paling berharga, misalnya seperti Buku Kells di Dublin. Katedral-katedral yang bagus sekali di Jerman, Perancis dan Inggris dengan arsitektur yang dikerjakan dengan sangat teliti dan jendela-jendela kaca yang berwarna mengatakan kepada kita kenyataan-kenyataan penting mengenai dunia abad pertengahan. Museum-museum Vatikan menyimpan sejarah dan kebudayaan semua jaman.
Kesadaran akan Allah dalam alam, dalam ciptaan secara rohani telah mempengaruhi bentuk-bentuk seni religius dewasa ini. Spanduk-spanduk, logam pipih atau piring porselein yang digantung di dinding sebagai hiasan, gambar-gambar, pemandangan alam, kalender dan kartu-kartu ucapan selamat menggunakan orang, gedung-gedung, pemandangan alam, bunga-bunga, binatang-binatang dan peristiwa-peristiwa untuk memberikan inspirasi. Meskipun topik-topik ini bukan secara khusus bersifat religius, tetapi topik-topik ini memberikan inspirasi dan karena itu dapat dikatakan sebagai bersifat religius. Berada dalam semangat Teilhard de Chardin yang berkata: “Semua adalah suci. Tak ada yang profan bagi dia yang dapat melihat”. 
Tempat-tempat suci
Tempat yang paling dihormati oleh orang-orang Katolik adalah gereja di mana Yesus hadir dalam Ekaristi dan di mana umat beriman berkumpul untuk menyelenggarakan kebaktian. Kuburan juga suci karena ke-percayaan akan kebangkitan orang mati dan rasa hormat yang diberikan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia. Tanah suci dan Roma merupakan tempat-tempat ziarah yang suci bagi orang-orang Katolik karena artinya yang historis dan spiritual.
Tempat-tempat lain, yang disebut tempat keramat, adalah suci, baik karena seorang suci yang ada hubungannya dengan tempat itu maupun karena peristiwa yang bersifat adikodrati terjadi di tempat itu. Tempat suci adalah tempat yang diakui oleh Gereja sebagai tempat di mana terjadi mukjizat seperti Lourdes dan Fatima. Tempat suci umum adalah tempat suci yang disyahkan oleh Gereja dan di tempat itu diijinkan kebaktian umum. 
Orang-orang Katolik boleh menggunakan satu sudut rumahnya sebagai tempat suci untuk digunakan sebagai pusat doa dan pusat devosi.
Waktu-waktu yang suci
Dari jaman para rasul, hari Minggu telah sungguh-sungguh menjadi hari Tuhan, karena Yesus bangkit dari kematian pada hari Minggu. Orang-orang Katolik merayakan hari Minggu dengan menghadiri liturgi Ekaristi dan menghormati hari Minggu dengan beristirahat.
Hari-hari suci lainnya dirayakan secara meriah. Pada hari-hari suci yang diwajibkan ini, orang-orang Katolik dituntut untuk menghadiri Misa Kudus. Di Filipina ada tiga hari:
1 January       -   Pesta Maria Bunda Allah
8 Desember    -   Maria dikandung tanpa noda
25 Desember   -   Natal
Kalender Gereja dibagi menjadi misteri-misteri Kristus dan dirayakan dalam masa-masa tahun Gereja.
Adven:  mulai tahun liturgi pada minggu pertama Adven dan berlangsung sampai 24 Desember. Natal  :  mulai dari vigili Natal pada 24 Desember dan berlangsung terus sampai hari Minggu sesudah 6 Januari.
Puasa   : mulai pada hari Rabu Abu dan berlangsung sampai pada hari Kamis Putih.   
Triduum Paskah : mulai dengan Misa Perjamuan Malam terakhir pada hari Kamis Putih dan berlangsung sampai Minggu Paskah.
Masa Paskah  :  mulai hari Paskah dan berlangsung selama 50 hari sampai Pentakosta.    
Masa Biasa  :  mulai sesudah Minggu yang mengikuti 6 Januari yang merupakan akhir dari masa   Natal dan berlangsung
selama hari-hari sebelum Rabu Abu. Masa biasa juga mulai pada hari sesudah Pentakosta dan berakhir pada hari sebelum Adven.        
Orang-orang suci
Devosi kepada Bunda Maria
Sesudah Yesus, tak seorangpun dicintai oleh orang-orang Katolik seperti Maria. Devosi kepada Bunda Maria didasarkan atas peranan yang menonjol yang dia mainkan dalam hidup Yesus Kristus, karena paling dekat berhubungan dengan karya penebusan. Dari awal mula Gereja mengakui keistimewaan dari Bunda Maria. Tidak lama sesudah keallahan Yesus Kristus dimaklumkan, Bunda Maria diumumkan sebagai Bunda Allah pada Konsili Efesus tahun 431.
Bunda Maria itu pribadi yang agung bukan karena keibuan ilahinya, tetapi Bunda Maria juga memberikan teladan dalam memberikan tanggapan yang sempurna kepada Allah. Kita dapat memahami hal ini jika kita merenungkan kenyataan bahwa Allah mempunyai dua gambaran tentang diri kita: apakah kita ini dan kita dapat menjadi apa. Dalam diri kita umumnya, kedua realitas ini jauh terpisah. Tetapi dalam diri Bunda Maria, kedua realitas itu menyatu secara sempurna. Bunda Maria adalah pribadi yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Allah. Dia benar disebut “yang terberkati di antara wanita”.
Tanggapannya yang sempurna dan tantangan-tantangan imannya merupakan kunci utama dari kebesarannya. Bunda Maria sungguh-sungguh manusiawi dan harus menggeluti kenyataan yang menjadi tugasnya. Dia ragu-ragu, menderita dan berjuang ketika dia “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk 2:19). Privilegi-privilegi rohani (hak-hak istimewa) yang dia miliki berasal dari penghayatan yang sempurna dan total dari semangat “Jadilah padaku    menurut perkataanmu itu…” (Luk 1:38).
Karena Bunda Maria sedemikian sempurna menghayati kehendak Allah dan karena dia menjadi Bunda Yesus, maka diumumkan sebagai suatu dogma bahwa “dia dikandung tanpa dosa”. Inilah apa yang kita sebut “Maria dikandung tanpa noda”. Kita juga percaya dia melahirkan tanpa kehilangan keperawanannya (melahirkan tetap perawan). Maria tidak diperbudak oleh dosa dan karena itu diumumkan bahwa dia tidak mengalami pembusukan tubuh dalam kubur. Dia diangkat ke surga.
Orang-orang Katolik menghormati Bunda Maria bukan terutama karena privilegi rohani ini, tetapi lebih-lebih karena dia adalah wanita beriman yang ideal, yang dapat kita mintai bimbingannya. Kita menghormati dia karena dia sedemikian manusiawi sungguh-sungguh, sehingga dapat kita jangkau. Bunda Maria juga menerima kehormatan karena dia menjadi pengantara yang sempurna di hadapan Tuhan atas nama kita. 
Selama bertahun-tahun devosi kepada Bunda Maria bentuknya ada banyak dan macam-macam. Doa Salam Maria, doa yang paling umum dan paling dikenal secara mendasar merupakan ringkasan dari Teologi Maria. Bagian pertama dari doa Salam Maria berasal dari kisah Maria menerima kabar Gembira dari malaekat Gabriel dalam Injil Lukas. Bagian kedua dari doa Salam Maria, dalam mana kita memohon kepada Bunda Maria untuk “mendoakan kita orang-orang berdosa sekarang dan waktu kita mati” ditambahkan dalam Abad Pertengahan tatkala devosi kepada Bunda Maria menjadi populer.
Doa Rosario, doa yang menggunakan rosario (manik-manik) dipopulerkan oleh Santo Dominikus. Pada abad keduabelas kesalehan berpaling kepada Bunda Maria. Sementara para rahib mendaraskan Mazmur-mazmur dalam doa koor, kaum awam mengucapkan doa Salam Maria dengan menggunakan Rosario sambil merenungkan misteri-misteri iman. ada terdapat 150 Mazmur dan 150 Salam Maria dalam kelimabelas puluhan rosario. Devosi-devosi yang lain kepada Bunda Maria juga mulai muncul dalam Abad Pertengahan. Bell Angelus, yang berbunyi pada jam 6 pagi, jam 12 siang dan jam 6 sore merupakan panggilan untuk berdoa bagi para rahib. Kemudian hari, bunyi bell itu menjadi panggilan tiga kali dan doa-doa kepada Bunda Maria diucapkan.
Devosi kepada Bunda Maria menjelang akhir abad kesembilanbelas dan abad keduapuluh menjadi lebih nyata dan pasti berkat kepercayaan yang merakyat akan penampakan-penampakan Bunda Maria, terutama penampakan di Lourdes dan Fatima. Devosi-devosi ini masuk kategori pewahyuan privat dan tidak harus dipercayai sebagai doktrin. Namun demikian orang tidak dapat mengabaikan atau membuang kejadian-kejadian seperti itu, terutama dalam peranannya menjaga iman tetap hidup. Konsili Vatikan II telah memulih-kan devosi yang benar dengan menyebut Bunda Maria sebagai “Bunda Gereja”. Teologi tentang Maria seka-rang ini perlu menekankan hubungannya dengan peristiwa-peristiwa keselamatan dan wanita beriman yang ideal, yang menghayati Injil secara paling sempurna. 
Bunda Maria sedemikian istimewa karena dengan menjadi Bunda Allah, dia membangun relasi yang unik dengan semua orang yang bersatu dengan Yesus melalui Gereja. Maria, seperti semua ibu, menaruh perhatian kepada mereka yang kecil, miskin dan hina dina.  (Stefan Surya)

Info Paroki

Baptis Bayi:
05/12/2010
: Alexander Nathanel Davidson (anak kel. Nicholas Davidson – Jln. Layungsari I No.59)
: Anastasia Jasmine Alexandra Stalker (anak kel. Allan Charles Stalker – Gg. Balai Desa Tajur No. 18)
: Blasius Lionel Erwin Sutikna (anak kel. Yohanes Erwin Sutikna – Kedaton Grande Blok A No. 12)
: Bonifasius Vito Minarta (anak kel. Lukas Minarto Yoga Pratomo – Jln. Layungsari I RT 04 RW 07)
: Dionisius Darren Fernando (anak kel. Adrianus Sutando – Jln. Roda No. 84)
: Fransisca Xaveria Keiko Nathania Resza (anak kel. Antonius Rindu Fitria Resza Warung Bandrek No. 8)
: Ignasius Marvel Benyamin Setiawan (anak kel. Benny – Jerokuta RT 02 RW 15)
: Michaela Putri Lianto (anak kel. Agustinus Sudarmanto – Bogor Park Residence Blok P, No. 30)
: Sesilia Calvina Sislie (anak kel. Antonius Fransiskus Hendri – Warung Bandrek No. 29)
: Thomas Paschal Hary Santosa (anak kel. Thomas Novi Hary Santosa – Jln. Layungsari I Kemboja No. 17)

Pemberkatan Perkawinan:
27/11/2010 : Antonius Saputra Tirtahardja (St. Agustinus) dengan Lorensia Vina (St. Stefanus)
04/12/2010 : Yohanes Paulus Ade Chico Irawan (St. Agustinus) dengan Eva Maria Liana Rilyanti (Bogor Tengah)
11/12/2010 : Yan Pratama Adisaputra (St. Antonius) dengan Julia Fitria Wijaya (Megamendung)
12/12/2010 : Antonius Danny Winujaya (St. Agustinus) dengan Maria Margaretha Anita Dewi Kurniati (Semarang)
18/12/2010 : Fransisca Cecilia Santhia Lianawati (St. Agustinus) dengan Petrus Henardy Dermawan (Jln. Bima)
Berita Duka:
08/12/2010 : Joseph Agustinus Irawan Hamiharja (68 thn) dari Jln. Dahlia No. 6 Pakuan – St. Antonius.
Dikremasi pada tgl. 12/12/2010 di OASIS.
17/12/2010 : Agustina Titi Christina (72 thn) dari Jln. Villa Intan II/2 Komplek Pakuan –  St. Antonius.