BUNDA MARIA TELADAN DAN TUMPUAN ORANG BERIMAN
Kelahiran itu meneruskan “keturunan”, juga dalam arti “menurunkan” sifat-sifat yang ada pada orang tua, khususnya ibu. Santa Maria, yang akan “menurunkan” Sang Penebus, Juruselamat, harus sudah dikandung tanpa noda, supaya dapat melahirkan Imanuel, Allah beserta kita. Menurut tradisi S. Maria dilahirkan oleh S. Yoakim dan S. Anna. Santa Perawan Maria sejak umur masih muda “mungkin” sudah dipersembahkan dan diam di kenisah.
Ibu Sang Penebus itu perawan suci, terkandung tak bernoda. Bagaimana mau mengisi dan menghias hidup Maria, yang sebetulnya tidak dikenal ini, selain membuat orang tua suci, berdiam di kota suci, dekat dengan Bait Suci. Tetapi sebetulnya ada sesuatu yang ditunjuk: hubungan Maria dengan Yang Mahasuci membuat dia suci.
Elisabet mengakui rahasia Maria dan kehadiran Tuhan dalam diri Maria ketika ia berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:42-45). Maria diidentifikasikan sebagai ibu “Tuhanku”, ini berkat karunia Roh Kudus.
Dan inilah saat Yesus disebut “Tuhan”, untuk pertama kalinya. Inilah karya Roh Kudus! Sejarah yang dituntun Allah, mulai tergenapi dalam diri Maria. Semuanya itu menjadi mungkin, karena Maria percaya pada sabda Allah.
Mengenai Maria yang terdapat pada Injil sedikit saja, dan semua merupakan refleksi dan renungan umat beriman sesudah Kristus, dan selalu dalam peranan Maria sebagai ibu Yesus, cerminan dari hidup Yesus, “hamba Allah”, di mana terjadi seluruh kehendak dan sabda Allah. Santa Maria kita kenal dari Puteranya.
Maria diperkenalkan sebagai model para pengikut Yesus. ini dapat dilihat dalam Lukas, antara lain:
a]. Luk 1:38 : “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Iman Maria nyata dalam sikapnya; ia menanggapi sabda Allah sebagai sesuatu yang ‘cukup’ baginya. Sebelum mengandung Yesus dalam rahimnya, ia sudah mengandungNya dalam hatinya, kata St. Agustinus. Ia benar-benar menyerahkan dirinya kepada rencana penyelamatan Allah.
b]. Luk 8:19-21 : “Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepadaNya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepadaNya: “IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka: “IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya”. Dalam Lukas, ibu dan saudara-saudara Yesus bukan “orang luar”, melainkan kelompok yang mendengarkan sabda Allah dan melakukannya.
c]. Luk 11:27-28 : Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”. Keibuan fisik Maria tidak berperan apa-apa di mata Yesus. Ibu Yesus berbahagia bukan karena mengandung dan menyusui Yesus, melainkan karena menanggapi sabda Allah secara positif.
d]. Kis 1:14 : Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa pe-rempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus “. Ada kesinambungan antara kelompok pengikut-pengikut Yesus sebelum dan sesudah Paskah. Dalam kelompok itu hadir Maria. Ia berperan dalam Gereja Kristen Awal pada hari Penta-kosta. Ia benar-benar murid Yesus yang sejati.
e]. Luk 4:24 : Dan kataNya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”. (bdk dengan Mrk 6:4). – Menurut Markus, Yesus tidak dihormati oleh “kaum keluarganya dan di rumahnya”. Dalam Lukas hanya dikatakan bahwa “nabi tidak dihargai di tempat asalnya”. Mengapa Lukas berbeda dengan Markus? Sebab menurut Lukas, inti keluarga Yesus di Nazaret ialah Maria, dan ia pasti murid sejati Yesus!
Kemudian pada Madah Maria. “Magnificat” terdiri atas 2 bagian :
Dalam Luk 1:46-50 : Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus. Dan rahmatNya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia”. Di sini diperkenalkan tindakan kuasa Allah demi seorang perempuan dina (Maria). Allah berinisiatif dengan penuh kasih. Maria bicara tentang statusnya yang rendah dan tentang karunia-karunia yang diterimanya tanpa jasa apa pun. Madah Elisabet menonjolkan Maria sebagai model iman. Madah Maria menonjolkan kasih karunia Allah yang ditanggapinya dengan iman.
Kidung magnificat itu contoh kurnia curahan Roh, yang melimpah di dalam hidup. “Persiapan” kalau boleh dikata dari jauh ada pada pewartaan Malaikat, dan dari dekat pertemuan dengan Elisabet, tetapi kemudian tercurahlah perasaan yang penuh menumpuk dalam Wanita ini menumpah menjadi kidung bahagia, yang selalu memberi inspirasi baru.
Maria dengan semua pengalaman peristiwa-peristiwa beruntun, merasa terangkat mengatasi dunia sesaat, di mana ia berpijak, tetapi ia “mengalami” pertemuan sejarah dalam dirinya: harapan masa lampau, puncak masa kini, dan limpahan tak ada habisnya ke masa depan. Perasaannya itu bukan lagi perasaan manusia melulu, tetapi manusia yang dalam hidup diangkat oleh Tuhan, untuk menjadi penyalur semua hidup yang dari Allah ke dunia. Ia dijadikan teladan, tumpuan masa kini dan masa mendatang; dengan hidupnya ia ikut menggariskan batas: kebesaran, kuasa, ketinggian dan kekayaan semua pada pihaknya, karena ia berpaut pada Allah sebagai hamba dalam kerendahan hati. Ini berarti kebenaran sikap makhluk terhadap Pencipta, jujur, jernih, transparan, bening, taat dalam segala, yang mengundang curahan rahmat, anugerah, kurnia, tak habisnya, tak hentinya.
Dalam Luk 1:51-55 : “Ia memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hambaNya, karena Ia mengingat rahmatNya, seperti yang dijanjikanNya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya”. Di sini diperkenalkan semacam “revolusi sosial” yang kelak akan dilakukan Allah lewat suatu penjungkirbalikan nilai-nilai yang berlaku di dunia. Perhatian Allah tertuju kepada yang “hina”. Perhatian Allah kepada seorang perawan Maria adalah tanda tentang akan terjadi suatu tindakan eskatologis Allah terhadap dunia. Revolusi itu akan serupa dengan terkandungnya Yesus dalam rahim Maria: Hasil masuknya Allah ke dalam sejarah dunia manusia!
Maka madah Maria adalah cermin harapan akan kemenangan akhir Allah, akan terjadinya “revolusi”. Bila Allah telah bertindak terhadap Maria di masa sekarang, maka inilah jaminan bahwa Ia akan bertindak pula kelak dengan cara serupa terhadap seluruh dunia.
Madah Maria adalah gambaran seorang individu (Maria) yang telah mengalami karunia Allah dan prototype tindakan Allah terhadap dunia kelak. Allah membuat segala sesuatu menjadi baru!
(St. S T)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^