Mutiara Kehidupan
Manusia menciptakan stratifikasi sosial menurut kriteria ukuran manusia. Stratifikasi berasal dari bahasa Latin stratum, yang berarti lapisan. Lapisan yang tercipta dalam kehidupan masyarakat mengkotak-kotakkan manusia dalam tingkatan-tingkatan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Ukurannya dilihat dari segala sesuatu yang dianggap berharga oleh masyarakat. Stratifikasi sosial berarti lapisan masyarakat yang menggambarkan bahwa dalam tiap kelompok terdapat perbedaan kedudukan seseorang dari yang berkedudukan tinggi sampai yang berkedudukan rendah. Perwujudannya menimbulkan kelas tinggi dan kelas yang paling rendah. Semakin orang memiliki banyak sesuatu yang dianggap berharga, maka dia semakin berada di lapisan yang tinggi dalam kelompoknya. Hal ini membuat kecenderungan, orang akan sangat bangga bila berada di lapisan atas. Maka, banyak orang berburu kesempatan untuk meraih kebanggaan hidupnya, selama masih hidup. Yang menyedihkan, bahkan banyak orang akan menggunakan segala cara untuk meraih kebanggaan hidupnya, termasuk cara curang.
Apa yang menjadi kebanggaan dalam hidup ini? Kedudukan, nama baik, status, prestasi atau harta? Semua itu membuat manusia mabok kepayang. Orang rela bersusah payah mengejarnya, bahkan banyak yang dikorbankannya demi meraih semua itu. Tetapi, dengan mudah semua yang dibanggakan manusia itu dapat hilang. Harta yang dikumpulkan manusia sampai mengorbankan sepanjang hidupnya, atau kedudukan yang dirintis dengan sangat cermat, dapat hilang dengan mudahnya. Itulah yang diagung-agungkan oleh dunia ini. Setiap orang akan berusaha keras memenuhi tuntutan dunia dan merasa dirinya tidak berarti atau tidak berharga ketika apa yang biasa dimiliki oleh orang di dunia ini tidak dimilikinya.
Pola pikir seperti itu sering kali membuat orang terlena dan melupakan tujuan akhir ziarahnya di dunia yaitu kebahagiaan kekal di rumah Bapa. Banyak orang berdalih, yang sedang kita jalani sekarang adalah kehidupan dunia yang nyata, jadi kita sangat butuh untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hidup sekarang, bukan kelak. Perut butuh diisi, prestise diperlukan demi dihargai, jaminan hidup sampai, tua, kenyamanan dll. Jadi, nanti saja kita memikirkan masalah surga, kalau sudah tua aja…
Dalih yang dirasionalisasi seperti itu terkadang memudarkan perkembangan iman kita. Memang, kita membutuhkan harta, kedudukan, prestasi, nama baik dll sepanjang kita masih menjalani kehidupan kita di dunia ini.Namun semua itu janganlah dijadikan tujuan dan poros kehidupan kita. Semua itu hanyalah sarana. Segala sarana disediakan Allah, agar manusia menggunakannya sebagai perantara untuk selalu bersyukur, dan menggunakannya agar lebih mencintai Tuhan dan sesamanya dengan lebih baik. Bukan sebaliknya. Banyak orang menempatkan semua hal yang membuat kebanggaan hidupnya itu sebagai poros yang utama. Akibatnya, lunturlah nilai nilai luhur dalam hidupnya. Nilai kasih, pengorbanan, kerja keras, kajujuran akhirnya diabaikan. Padahal sebagai pengikut Yesus hal-hal seperti itu semestinya dipegang teguh.
Yesus mengajarkan kepada kita, tentang kerendahan hati laksana anak kecil yang jujur dan tulus. Penghayatan iman dengan sikap kerendahan hati dalam nama Yesus, yang akan mendatangkan kebesaran surgawi. Kebesaran surgawi jauh lebih utama dari pada kebesaran duniawi. Harta-harta surgawi harus kita perjuangkan sepanjang kita masih ada kesempatan. Jangan terlambat untuk memulainya. Memperjuangkan keadilan, beribadah yang benar, setia mengasihi, sabar dan lembut hati menjadi mutiara kehidupan yang harus selalu kita pertahankan sampai akhir hidup. Dengan cara mempertahankannya sampai akhir nanti, kita akan menjadi pemenang dalam pertandingan hidup ini. Kebanggaan duniawi hanya bersifat sementara. Allah dan karya keselamatanNya yang harus menjadi kebanggaan hidup kita. Melalui seluruh warna dalam kehidupan kita, hendaklah kita selalu memuliakan namaNya. Sudahkah kita menjaga mutiara kehidupan kita agar tetap kemilau dan bersinar menerangi kita? Mari kita menjaganya sebagai harta yang paling berharga dalam kehidupan kita.Tuhan memberkati!
( E.Sri Hartati )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^