Selasa, 02 Agustus 2011

Cerita Mini

MEMOTIVASI LUKA HATI

34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. 35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid- muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13 : 34-35)

Anisa memang bukan berasal dari keluarga kaya raya. Pendapatan ayahnya hanya cukup untuk makan sehari- hari, keperluan rumah tangga dan membiayai sekolah dua orang adiknya.  Seharusnya, adik bungsu Anisa sudah duduk di kelas 3 SD, namun keterbatasan biaya membuat ia belum dapat merasakan pendidikan formal. Memang kehidupan Anisa tidak seperti kebanyakan remaja lainnya. Untuk melanjutkan SMA saja, ia harus giat mencari beasiswa. Bukan perkara mudah untuk mengajukan beasiswa, kesulitan yang didapat saat ia melengkapi surat- surat yang dibutuhkan. Namun satu tahun kemudian, perjuangan itu membuahkan hasil.
          “Akhirnya, selesai juga semuanya.” ucap Anisa menyudahi perjuangan panjangnya dalam mengajukan beasiswa.
Namun nyatanya itu bukanlah akhir dari perjuangannya namun awal dari perjalanan panjang Anisa di SMA. Berjiwa besar, mungkin itulah hal yang harus dilakukan Anisa. Karena ia satu- satunya penerima beasiswa khusus keterbatasan biaya, sehingga teman- teman sekelas menganggapnya “istimewa”.
“Hey, benalu, gak modal, upik abu, enak banget sekolah gratis ya.” ucap salah seorang teman meledek Anisa.
“Dikira ini sekolah punya nenek moyangnya apa.” timpal yang lainnya.
Itulah beberapa kalimat yang acap kali terlontar dari teman sekelas Anisa. Rupanya mereka tak rela bila Anisa bersekolah tanpa mengeluarkan biaya sebesar dana yang dikeluarkan orang tua mereka. Hingga lambat laun, Anisa mulai bersahabat dengan kata- kata itu. Tetapi, satu hal yang terasa unik, saat ada tugas kelompok, Anisa menjadi orang yang sangat dicari. Semua teman berebut untuk sekelompok dengannya, hingga mengundang belajar bersama di rumah mereka. Ya, itulah mereka dan hanya diam yang dapat dilakukan oleh Anisa kala itu. Tak pernah sekalipun Anisa melakukan perlawanan atas apa yang diucapkan teman sekelasnya.
Namun nyatanya, ucapan dan perbuatan teman- teman sekelasnya meninggalkan luka dalam diri Anisa. Ia tumbuh dalam rasa benci, teramat benci entah pada siapa dan apa, mungkin pada teman sekelasnya atau juga pada kemiskinan yang dirasakan sangat menyulitkan perjalanannya selama ini.
“ Kalau bisa milih, siapa juga yang mau jadi orang susah. Mereka semua gak ngerti seberapa susahnya gw buat sekolah. Seberapa besar usaha gw buat lanjut sekolah. Mereka cuma anak manja yang cuma bisa ngehina dan manfaatin orang. Gw janji, suatu saat gw akan buat mereka menyesal pernah mengucapkan kata- kata itu.” tutur Anisa diliputi kebencian.
Kebencian yang teramat dalam itu kian melekat dalam diri Anisa hingga ia lulus dari SMA, walaupun tak pernah diucapnya secara langsung. Selepas SMA, Anisa mencari pekerjaan hingga ia bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“ Kuliah jauh lebih nyenengin dari SMA. Yang pasti gak ada lagi orang yang menghina, walau semua terasa lebih individual namun lebih bersahabat.” ucap Anisa membandingkan masa SMA dan perguruan tinggi.
Namun, satu hal yang tak disadari Anisa, kebencian yang tertoreh saat SMA telah mengubahnya menjadi pribadi yang kuat. Anisa tumbuh menjadi seseorang yang tak kenal lelah. Niatnya yang kuat untuk membuktikan kepada orang yang pernah memandang remeh padanya telah memotivasi Anisa hingga ia menjadi orang istimewa yang sebenarnya. Buktinya, setelah menjadi sarjana, Anisa semakin giat bekerja untuk mengubah hidup keluarganya. Hingga sekarang, Anisa tak hanya bisa mencukupi kebutuhan seluruh keluarganya, namun ia kerap kali membantu anak- anak yang putus sekolah dan ia pun berdiri menjadi seorang motivator untuk membagikan pengalaman berharga yang dimilikinya.
Setelah ia menjadi seseorang yang berhasil, inilah kata yang terucap dari Anisa, “ Aku akan membiarkan kebencian yang tertaman hilang tertelan waktu. Mensyukuri hikmah yang kurasa dan meyakinkan mereka, mereka tetap teman- temanku dan bagian dalam hidupku, aku menyayangi mereka.”
Itulah sepenggal kisah yang kutahu dari sosok Anisa. Aku dapat mengambil banyak pelajaran darinya, terlepas dari kekurangan yang dimilikinya. Bagaimana cara ia bertahan dalam kehidupan ini, bagaimana kasihnya terhadap keluarga, dan hal yang terpenting, bagaimana Anisa dapat mengobati luka hati yang telah mengakar dalam dirinya hingga ia termotivasi menjadi seseorang yang berhasil serta usahanya yang besar dalam mengasihi orang lain terlebih teman- teman yang telah menyakiti hatinya.
                27“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 28mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. 29Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.30Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. 31Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 32Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang- orang berdosapun mengasihi juga orang- orang yang mengasihi mereka. 33Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang- orang berdosapun berbuat demikian. 34Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang- orang berdosapun meminjamkan kepada orang- orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. 35Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak- anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang- orang jahat. 36Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk 6 : 27-36). (LKH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^