Senin, 19 Desember 2011

Renungan 3

Rindu Akan Kedamaian
( Yes 8 : 23 - 9:6 )


Deru perang, konflik dan kekerasan disegala sektor kehidupan menyangkut ras, golongan, ekonomi, politik, hukum bahkan agama, kian menggelisahkan hati jutaan orang di seluruh dunia. Demikian pula kekerasan dan penindasan terhadap rakyat kecil yang dilakukan pihak penguasa di beberapa negara kian merajalela. Tidak ada lagi keadilan dan kedamaian. Manusia kian sulit menciptakan damai. Damai hanya bisa dinyatakan secara tertulis atau diucapkan melalui kata-kata, tetapi untuk menjadi kenyataan sangatlah langka. Bagaimana caranya dan kepada siapa akhirnya manusia bisa berharap terciptanya perdamaian ???
Dalam kitab Yesaya 8:23  9:6, nabi Yesaya menubuatkan Allah sebagai “Penyelamat” yang memiliki solidaritas universal terhadap kaum tertindas. Allah memuliakan tanah Zebulon dan tanah Naftali yang sebelumnya Ia rendahkan. Penindasan terhadap umat pilihanNya oleh bangsa Asyur yang mendiami tanah tersebut, dijadikan Allah sebagai “senjata”Nya untuk mempertobatkan mereka yang telah berpaling dariNya. Dengan cara tersebut, Allah bermaksud mengajarkan mereka untuk “takut akan Allah”, bukan takut pada penindasnya.
Solidaritas universal Allah dibuktikanNya dengan memuliakan jalan kelaut, daerah seberang Yordan, yaitu Galilea, sebagai tempat pertemuan segala bangsa (ay.23). Pembebasan dari penindasan memberi harapan akan jalan terang yang membawa mereka pada keselamatan dan mengalami kehidupan baru yang penuh sukacita. Mereka bersuka cita sebagai ungkapan syukur atas pembebasan dari kehidupan yang penuh kegelapan yang telah dialaminya.
Nabi Yesaya menggambarkan suka cita mereka seperti orang yang bersorak sorak pada waktu membagi jarahan (ay.1-2). Allah telah membuka jalan bagi mereka dengan mematahkan kuk, gandar dan tongkat si penindas yang menelan mereka dan akan melenyapkan si penindas seperti pada hari kekalahan orang-orang Midian (ay.3)
Sukacita lain yang juga akan diperoleh umat pilihanNya  adalah kelahiran seorang anak yang berasal dari keturunan Daud. Anak itu kelak akan menjadi Raja, karena kekuasaan ada diatas bahunya. Banyak orang akan menyebutnya sebagai Perencana Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Pemimpin damai (ay.5). Raja damai yang akan memerintah dengan keadilan dan kebenaran itulah yang akan membebaskan mereka dari ketakutan, kekerasan dan penindasan. Penderitaan mereka telah membuatNya cemburu. KecemburuanNya menandakan kekuatan cintaNya yang tidak akan membiarkan umat pilihanNya itu terus mengalami kegelapan dalam hidupnya (ay.6)
Menurut Immanuel Kant, pada akhirnya hidup damai merupakan sebuah proses yang terus bergulir dan mengalir. Kehendak untuk hidup damai akan selalu hadir dalam setiap individu. Namun untuk hidup dalam damai akan sulit dicapai jika manusia sendiri tidak sungguh-sungguh mencari dan mengusahakannya.
Allah Bapa maha pengasih telah mengutus PuteraNya; Yesus, sebagai tempat kita semua yang beriman kepadaNya, untuk berpaling dan memohon rahmat damai. Karena hanya Dia-lah sang Raja Damai. Kelahirannya ditempat yang paling hina, diiringi dengan kemuliaan yang tiada terhingga di langit dengan suara bala tentara surga. “Kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi antara manusia yang berkenan kepadaNya” (Luk. 2:14)
Dia telah datang untuk membebaskan kita dari segala hal yang membelenggu dan menindas kehidupan kita di dunia ini. Kita dapat memperoleh kedamaian melalui “Pertobatan”. Hidup yang dilandasi “takut akan Allah”, akan membuang jauh perilaku ego, termasuk penindasan terhadap sesama. Dengan meneladani Yesus, kita selalu berusaha mendahulukan orang lain, tidak bersikap otoriter ketika menjadi pemimpin, selalu mengalah dalam setiap sengketa meskipun benar, jujur dalam perkataan dan tindakan, selalu mencari solusi bersama dalam setiap persoalan dan terbuka untuk kerja sama dengan siapapun tanpa pilih-pilih.
Melalui pertobatan, harapan akan hari depan akan menjadi harapan terbaik untuk menciptakan dan memperolah hidup dalam damai. Hanya dalam perdamaian, kita dapat mengharapkan tumbuhnya keadilan, cinta dan persaudaraan.
Allah selalu memberi umatNya waktu, harapan, dan kesempatan untuk membuka pintu hati kita sehingga dari sanalah berhembus angin perdamaian. Dengan demikian damai bersama Allah menjadi landasan bagi kita untuk selalu dapat merasakan kedamaian, disaat berhadapan dengan situasi dan kondisi seperti apapun juga.

Bersama Yesus, kita pasti bisa !! 
…Selamat hari Natal… (PV Selviana Waty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^