Senin, 19 Desember 2011

Renungan 2

Miskin Yang Kaya


KATA Kaya atau pun sebaliknya, miskin tidak asing kita dengar. Namun, kita sulit untuk mendefinisikan kedua istilah tadi sehingga kaya atau pun miskin begitu relatif buat kita.
Ada kalimat-kalimat yang inspiratif untuk kita, mendengarkan definisi arti kata kaya yang digambarkan oleh sang inspirator acara unggulan di salah satu stasiun TV swasta, “Minta Tolong”, setelah ia mengalami sendiri hidup dari pengalaman bersama si miskin. Katanya, “Kaya sesungguhnya bukan berarti berapa banyak seseorang memiliki harta, melainkan berapa banyak seseorang menggunakan hartanya untuk kebahagiaan, bersama orang lain yang paling membutuhkan”.
Ada istilah yang muncul untuk memberikan julukan pada orang lain yang secara materi mendadak memiliki strata yang lebih baik di masyarakat, daripada sebelumnya dan biasa kita dengar dengan penggunaan akronim OKB singkatan untuk frasa Orang Kaya Baru.
Judul tulisan ini tak sama dengan OKB, dengan maksud agar kita dapat kembali menyimak Injil-Nya yang berpesankan rasa syukur pada Allah, entah itu bagi si kaya atau si miskin.
Dalam Injil orang-orang kaya sering diidentikan sebagai penyembah Mamon yang licik, dan orang-orang miskin di lain pihak kerap disingkirkan karena cuma dianggap sampah masyarakat.
Baiklah sekarang ktia perhatikan Firman Tuhan dalam Matius 5:3 bagaimana Tuhan Yesus berujar menanggapi kesesakan hati masyarakat miskin, firmanNya “berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merakalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Apakah demikian? Karena merasa bahagia dan dapat bersyukur akan Kerajaan Sorga bukanlah perkara sepele seperti kisah yang dapat diikuti pada salah satu episode acara TV “Minta Tolong”.
Di sebuah kota di Jawa Tengah seorang sopir tembak angkutan kota, sebutlah nama sopir tadi pak Jono (bukan sebenarnya, red) memiliki hati dari pribadi sang pemilik Kerajaan Sorga.
Pak Jono hidup sederhana dan telah berkeluarga. Apa mau dikata, ada satu dari anak-anaknya yang masih kecil menderita sakit berkepanjangan karena tumor ganas di kepala sang bocah malang. Pak Jono tak dapat melanjutkan pengobatan sang anak karena ketiadaan biaya dan hanya pasrah hidup meratapi keadaan anaknya yang sakit.
Suatu hari, tengah ia duduk di trotoar menunggu mobil angkot yang masih dibawa oleh sopir lain, haruslah ia pun measa lebih prihatin. Pasalnya ada seorang nenek tua membawa ikan asin memerlukan uluran kasih pak Jono. Apa daya bukannya menghibur pak Jono, nenek malah berkata, “Mas, kalau mas bisa tolong nenek dibelikan beras 10 kilo”, kata nenek memohon, “sudah beberapa hari ini saya dan cucu tak makan nasi”, katanya lagi, “dan beras nanti saya tukar dengan ikan-ikan ini”.
Dan entah malaikat mana yang mendorong pak Jono berbuat sesuatu yang dapat kita anggap luar biasa. Tanpa pikir panjang lagi pak Jono mencari toko sembako untuk membeli beras seperti yang diminta nenek tadi. Belum cukup di situ, nenek yang sudah menukar beras dengan ikan asin masih memohon pak Jono untuk dibelikan teh botol.
Tak berselang lama setelah si nenek tua pergi dari hadapannya datang seseorang yang langsung memberikan banyak dari uangnya pecahan Rp.50.000,- kepada pak Jono. Pak Jono sedikitpun tak mengerti arti semuanya tadi, karena si pemberi rejeki langsung begitu saja meninggalkannya.
Dari acara televisi tadi ternyata disaksikan oleh bupati setempat dan pak bupati sempat terharu mendatangi rumah pak Jono dan memberikan bantuan pengobatan anaknya sebanyak Rp.50 juta.
Dan begitulah orang kaya hati yang miskin di hadapan Allah karena benar dengan yang telah dikatakan oleh Sang Esa, bahwa si empunya Kerajaan Sorga bahagia ternyata bukan orang yang secara materi berkelimpahan tetapi si miskin yang dicatat sebagai si pemberi banyak dari kemiskinannya bagi sesama yang paling membutuhkan.
Buat kita pelajaran yang dapat kita petik dari fragmen nyata dalam kehidupan ini adalah pengorbanan Tuhan kita yang harus makin menguatkan iman kita padaNya, karena iman kita sering mudah layu jika ada godaan harta.
Kita meski tak memiliki harta dunia dapat hidup layaknya pak Jono dengan banyak berdoa pada Bapa melalui Tuhan Yesus, mudah-mudahan berkat Allah melimpah bukan hanya untuk si pemberi melainkan juga yang menerima usaha baik orang lain karena pribadi yang maha kaya tetapi pemurah itu hanyalah, Allah yang kita sembah. 


(JB Sunu Purwo Ratmodjo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^