Kamis, 01 April 2010

CERITA TENTANG ALLAH BUAT ANAK-ANAK (1)

Yesus pernah menceritakan satu kisah tentang seorang petani yang menabur benih. Sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan dan burung memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, lalu benih itu segera tumbuh. Tetapi panas matahari membuat tanaman itu kering karena akarnya tidak dalam. Sebagian lagi jatuh di tengah semak belukar. Sementara tanaman itu bertumbuh, mereka dihimpit oleh semak duri. Tetapi benih-benih yang jatuh di tanah yang gembur dan subur bertumbuh dengan pesat dan menghasilkan panen yang berlimpah (Matius 13:1-23).
Sesungguhnya, kita adalah penabur-penabur benih. Pesan Allah adalah benih itu, hati anak-anak adalah tanahnya. Kadang-kadang pesan itu bahkan tidak masuk ke dalam tanah. Mungkin hal itu karena hatinya keras dan dikalahkan. Atau mungkin pesannya tidak disampaikan dengan cara yang dapat dimengerti. Apapun sebabnya, si jahat dapat merebut benih itu dengan mudah.
Kadang-kadang seperti pesan Allah diterima segera dan bertumbuh dengan cepat. Tetapi akarnya tidak bertumbuh dalam. Ketika kesulitan-kesulitan datang, kita seolah-olah tidak pernah mengenal Allah sama sekali. Yang lainnya menerima pesan Allah dan mulai bertumbuh, tetapi kekuatiran dan ketergantungan mereka pada hal jasmani telah mengalahkan dan mematahkan iman mereka. Mereka menjadi taman yang dipenuhi dengan duri, firman Allah tersebut keluar dari hidup mereka. Sukacita penabur adalah tanah yang subur, tanah yang gembur. Disinilah benih dapat masih kedalamnya, akarnya bertumbuh masuk ke dalam tanah, dan hanya sedikit sekali duri yang menghambat pertumbuhan tanaman itu.
Kebanyakan anak-anak kita adalah tanah yang gembur. Kelompok-kelompok Bina Iman Anak adalah tempat atau wadah yang pas untuk menanam benih-benih kebaikan, adalah kesempatan emas mereka datang kepada Yesus ketika mereka berusia antara 4 sampai 12 tahun.
Jelaslah bahwa kebanyakan mau mendengar. Tanah mereka belum menjadi keras. Akarnya mendapat kesempatan untuk tumbuh jauh ke dalam. Dan kekuatiran akan hidup jasmani belum bertumbuh di dalam hati mereka.
Paulus berkata, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:6). Jadi kita menanam, menyiram dan kita bahkan mencoba untuk mencabut beberapa rumput liar. Tetapi Allahlah yang menumbuhkan benih-benih itu. Sesungguhnya Yesus berkata, tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku (Yohanes 6:44). Jadi bahkan sebelum kita mencoba untuk mengajarkan pesan Allah, kita perlu berdoa agar Allah menarik anak-anak kita kepada Yesus. Biarlah katekis/pendamping anak menanamnya, para orang tua menyiraminya dan so pasti Allah yang memberi pertumbuhannya.

(diar sanjaya-KH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^