Sabtu, 09 April 2011

Orang Kudus 2

Santo Yulius I, Paus

Hari kelahiran Yulius tidak diketahui dengan pasti. Ia memimpin Gereja sebagai paus dari tahun 337 sampai wafatnya tahun 352 di Roma. Dalam masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai seorang paus yang dengan keras menentang para pemimpin Gereja Timur yang memberhentikan uskup-uskup yang ditahbiskan secara sah. Kecuali itu, ia pun menentang bidaah Arianisme dan pengikut-pengikutnya, terutama uskup-uskup yang terpengaruh oleh ajaran itu.
Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir adalah salah seorang korban perlakuan para pemimpin Gereja Timur yang Arianis itu, karena ia me­nentang ajaran sesat Arianisme. Ketika Athanasius berada di Konstan­tinopel untuk membela kebenaran iman di hadapan kaisar, takhta ke­uskuparmya diambil alih oleh Gregorius dari Kapadokia, Turki, seorang penganut Arianisme.  Setelah dengan gigih mempertahankan- ajaran iman yang benar di hadapan kaisar, Athanasius berangkat ke Roma untuk melaporkan peristiwa itu kepada Sri Paus Yulius.
Yulius, yang bertanggungjawab atas masalah itu, segera mengadakan suatu konsili di Roma pada tahun 340. Ia mengundang semua Uskup Timur untuk menghadiri konsili itu. Tetapi undangan Yulius ditolak.   Semua Uskup Timur tetap bersikap keras terhadap Athanasius. Tanpa kehadiran Uskup-uskup Timur, Yulius bersama uskup lainnya mene­guhkan hati Athanasius dan menyuruhnya kembali ke keuskupannya bersama Marcellus dari Ancyra, seorang Uskup lain yang juga dipecat oleh penganut-penganut Arianisme. Untuk itu, Yulius mengirimkan sepucuk surat yang berisi penegasan konsili tentang sahnya kedudukan Athanasius sebagai Uskup Aleksandria, kepada uskup-uskup pengikut Eusebius, Patriarkh Konstantinopel yang Arianis.
Untuk mendamaikan Uskup-uskup Barat dengan Uskup-uskup Timur, Konstans (dari Barat) dan Konstansius (dari Timur) yang bersama-­sama memangku suait jabatan penting dalam Kekaisaran Romawi men­desak para uskup itu agar berkumpul di Sardica, Bulgaria, guna membicarakan masalah pemecatan uskup-uskup yang sah itu. Yulius me­nyamlbut baik ajakan itu dengan mengirimkan utusan-utusannya pada tahun 343. Tetapi Uskup-uskup Arianis menolak menghadiri konsili Sardica. Mereka sebaliknya berkumpul di Philippolis, Thrasia (Yunani Utara). Di sana merka mengeluarkan suatu keputusan yang menghu­kum baik Athanasius maupun Yulius dari Roma yang dianggap sebagai biang keladi semua kejahatan yang ada. Sementara itu para Uskup Barat tetap bersidang di Sardica untuk menegakkan kembali keabsahan jabat­an uskup-uskup yang dipecat oleh kaum Arian. Mereka pun meneguh­kan kembali isi Syahadat Nicea tanpa merubahnya, dan mengancam tipu muslihat dari Uskup-uskup Arian di pengadilan kekaisaran.
Sementara masalah ini belum tuntas, Gregorius dari Kapadokia meninggal dunia.  Peristiwa ini menjadi peluang emas bagi Athanasius untuk kembali menduduki takhta keuskupannya di Aleksandria pada tahun 346. Yulius mengirim surat kepada seluruh umat di Alek-sandria agar dengan sepenuh hati menerima kembali Athanasius sebagai Uskup Aleksandria yang sah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^