Sabtu, 09 April 2011

Sajian Utama 3

Keselamatan berasal dari Kasih Karunia Allah
( Efesus 2 : 1 – 10 )

Dunia modern dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bergerak kian canggih dan cepat, membuat banyak orang tidak lagi mampu memahami, mengendalikan dan menyesuaikan diri. Tawaran-tawaran biologis, psikologis, dan material yang disodorkan dunia modern terus menumpuk dan membujuk. Akibatnya, diseluruh muka bumi ini kian berkembang gaya hidup konsumtif dan hedonistik. Mereka menjadi sosok yang individualistis yang sibuk memenuhi kepentingan pribadi. Kekayaan, ketenaran dan kekuasaan menjadi satu-satunya tujuan hidup dan menjadi sarana memperoleh keselamatan. 
Di sisi lain, pada saat mereka berada dalam keadaan terpuruk, didera berbagai macam penyakit, terbelit hutang, keluarga diambang kehancuran, dll, mereka terpelosok kedalam kehidupan yang penuh kebinasaan, seperti mengkonsumsi obat penenang, narkoba, atau bahkan bunuh diri. Mereka berpikir tidak ada keselamatan lagi yang bisa diraih dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan makna keselamatan seringkali dipahami banyak orang dalam ujud yang nyata. Kini kita hidup di abad pencerahan, namun sekaligus hidup di abad kegelapan.  Bagaimana kita sebagai anak-anak Allah menyikapinya ??
Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menjelaskan bahwa keselamatan berasal dari Allah sebagai ujud kasih karuniaNya. Allah ingin menyelamatkan semua orang, siapapun, bagaimanapun besar dosa-dosa dan kejahatan yang telah diperbuatnya. Allah ingin manusia menerima dan percaya kepadaNya. KematianNya di kayu salib adalah kematian dalam rangka menebus hukuman dosa bagi manusia yang mau percaya kepada rencana penyelamatan Allah. Keselamatan sebagai kasih karunia Allah diberikan secara cuma-cuma kepada manusia, menunjukkan tindakan Allah yang mau mengampuni orang berdosa tanpa ada jasa sedikitpun juga. Keselamatan hanya mungkin kita dapatkan, jika kita memberi jawaban atas tawaran penyelamatan Allah dengan cara menerima dan percaya kepada Yesus secara pribadi dan beriman kepada pengorbananNya di kayu salib.
(Ayat 1 – 3)  Rasul Paulus melukiskan situasi dan cara hidup jemaat yang berasal dari bangsa kafir pada masa lampau. Ia mengawali dengan :”kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”. Dosa-dosa telah menguasai hidup mereka yang telah menyerahkan diri mereka pada dunia. Karena itu mereka ‘mati’ “Upah dosa adalah maut” (Rm 6:23a). Paulus menjelaskan tentang mengapa mereka hidup dalam dosa, yaitu karena mereka hidup mengikuti jalan dunia.  Hidupnya terarah kepada kesenangan duniawi, mengikuti roh manusia yang cenderung berbuat kejahatan seperti yang dikutip dari Kej.6:5 ; 8:21.
Selanjutnya Rasul Paulus mengatakan bukan hanya orang-orang Kristen kafir saja yang hidup dalam dosa, orang-orang Kristen Yahudi pun demikian. Paulus mengakui bangsanya tidak lebih baik daripada yang lainnya. Dalam dosa, mereka solider. Paulus mengambil pengalamannya sendiri dan pengalaman bangsanya dimana mereka hidup dalam hawa nafsu daging. Dalam Galatia 5 : 19-21, Paulus menyebutkan dosa-dosa yang diakibatkan oleh hawa nafsu daging tersebut. Ia menyadari bahwa jemaatnya juga berdosa sudah melanggar hukum-hukum Allah  dan mereka layak menerima murka Allah.
(Ayat 4-7) Berkat rahmat kasih karunia Allah, Dia menyelamatkan manusia dari kematian. Allah menghidupkan manusia bersama-sama dengan  Kristus. Kebesaran kasih Allah yang dilimpahkan kepada manusia ditunjukkan melalui penyerahan anakNya sendiri, Yesus Kristus. Allah telah menyerahkanNya ke dalam maut untuk keselamatan manusia (Yoh 3:16). Manusia telah menerima pengampunan yang cuma-cuma dari Allah untuk dapat memperoleh keselamatan. Karena kasih karuniaNya yang besar, Allah telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh karena kesalahan-kesalahan kita.
 Dalam dunia manusia, orang yang melakukan kesalahan, apalagi kesalahan besar, dianggap pantas mendapatkan hukuman. Berbeda dengan Yesus. Seperti yang dilakukanNya pada seorang perempuan yang diketahui berzina. Yesus diminta untuk melakukan praktek hukum taurat dengan melempar batu sampai mati. Tetapi apa yang dilakukanNya ? Yesus menulis ditanah, kataNya: “ barang siapa yang tidak pernah berbuat dosa, dipersilakan untuk melempat batu yang pertama kali”. Namun ternyata tidak ada seorangpun yang berani melakukannya. Tanggapan Yesus itu menyadarkan mereka akan dosa-dosa mereka sendiri. Dan akhirnya perempuan itu diangkat dan dipersilakan pulang. Perempuan itu telah dibebaskan dari dosanya dan memperoleh kelahiran kembali sebagai manusia baru.
Allah telah membangkitkan Kristus dari kematian dan mendudukkannNya di sisi kananNya di surga. Mereka yang telah dibangkitkan dari kematian akibat dosa, juga akan ditempatkan di surga bersama-sama dengan Kristus.  Dengan demikian, kebangkitan Kristus mendatangkan kebangkitan dan keselamatan bagi semua orang berdosa. Mengapa Allah mau melakukannya ??  Paulus menjawabnya (ayat 7) : ‘…supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus”
(Ayat 8-10) Selanjutnya Paulus menyatakan bahwa anugerah keselamatan diberikan karena kasih karunia Allah dan diberikan kepada orang beriman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr.11:1). Dalam iman segala sesuatu yang diharapkan menjadi kenyataan. Segala sesuatu yang diharapkan menunjuk pada pengharapan akan keselamatan (2 Kor 1:10 ; 1 Tes 5:8).
 Seruan untuk percaya ini sering diwartakan Paulus dalam tugas perutusannya. Menurutnya, Keselamatan baru yang diwartakan itu, akan menjadi nyata jika diterima dalam iman.. Peranan iman untuk memperoleh keselamatan begitu penting bagi Paulus. Contohnya: penjahat yang disalibkan disebelah Yesus, dia belum sempat mengakui dosa-dosanya, namun ia diterima Yesus. ‘Hari ini engkau ada bersamaKu didalam Firdaus”, demikian janji Yesus kepadanya.Yesus menganugrahkan keselamatan untuknya karena ia mempercayai Yesus sebagai Raja yang akan datang nanti. Sesuai pemikiran Paulus, dasar keselamatan kita adalah iman (dari pihak manusia) dan anugerah (dari pihak Allah). Yohanes 3:16 menyatakan bahwa bukan semua manusia akan diselamatkan melainkan hanya mereka yang mau menerima dan percaya kepada Yesus yang akan diselamatkan.
Paulus juga mengingatkan bahwa kasih karunia Allah tidak kita peroleh melalui usaha kita dan bukan imbalan atas jasa kita. Manusia tidak dapat membebaskan diri dari kuasa dosa dan kebinasaan. Inisiatif Allah sendirilah yang melalui Yesus turun kedalam dunia ini untuk menyelamatkan manusia. Maka Paulus mengingatkan agar manusia jangan ada yang memegahkan diri.
Namun demikian, sekalipun kita sudah yakin akan keselamatan  kita, tidak berarti bahwa kita dapat berbuat dosa sekehendak hati kita. Kita harus ingat bahwa Yesus bukan ‘pelayan dosa’(Gal. 2:17). Tidaklah pantas kita menanggapi kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan kita dengan terus menerus berbuat dosa dan menyakiti hatiNya. Kita sudah dibangkitkan dari kematian bersama Kristus, dan sudah menjadi ciptaan baru dalam Kristus Yesus. Oleh  karena itu Paulus menasehatkan kita untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Allah telah mempersiapkannya bagi kita, supaya kita beroleh hidup didalamnya. Memang  keselamatan bukan usaha manusia sendiri, dan bukan hasil pekerjaan baiknya, tetapi pekerjaan baik merupakan tanda orang percaya dan menerima karya penyelamatan Kristus.
Percaya bahwa keselamatan sebagai kasih karunia Allah, akan menguatkan iman dan pengharapan kita dalam menghadapi era globalisasi tidak manusiawi ini. Akan memampukan kita untuk tetap setia dan tetap hidup di jalan kebenaranNya. Tidak mudah terpengaruh oleh tawaran-tawaran duniawi yang dapat membinasakan. Yesus telah datang kedunia untuk menyelamatkan manusia yang telah dikuasai oleh dosa. 
Manusia sebagai citra Allah, yang dilimpahi dengan kemampuan dan kesempatan untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Kedosaan manusia dan kegagalannya disebabkan oleh keterbatasan dan kelemahan manusia. Tetapi hal ini tidak menjadi hambatan bagi Allah . DIA  yang penuh kasih pengampunan, akan tetap meneruskan karya keselamatanNya dalam kehidupan manusia.
Pengorbanan Yesus di kayu salib hendaknya menyadarkan kita untuk memakai waktu dan kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik di dunia ini. Jika kita sungguh-sungguh menerima dan percaya Yesus sebagai Juruselamat kita, ujudkan kepercayaan dan penerimaan itu dalam sikap dan tindakan nyata. Dengan demikian perbuatan baik yang dilandasi kasih Allah itu juga sebagai ujud iman yang telah berbuah. Sehingga kita semua tetap hidup dalam kekudusan dan akan membawa kita pada keselamatan kekal.  SELAMAT PASKAH…… (P.V. Selviana Waty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^