Minggu, 01 Agustus 2010

Telepon

Hampir tiap malam kami para staf seminari berkumpul di ruang TV. Pada waktu itu telepon hanya ada di situ dan hanya satu. Sehingga kalau bunyi harus ada yang mengangkat dan memberitahukan siapa yang berhak menerima telepon.

Pada suatu malam sekitar pukul 21 lewat, telepon berbunyi. Kita menebak pasti dari luar kota, karena telepon berbunyi malam (biaya telepon lebih murah malam hari daripada siang hari). Dan benar saja, sewaktu diangkat telepon ditujukan kepada anak seminari yang berasal dari luar Jawa. Seorang anak seminari yang kebetulan bertugas menjaga pastoran lari mencari temannya yang mendapat telepon.

Tidak berapa lama kemudian, anak yang dicari datang tergopoh-gopoh. Langsung berteriak-teriak, halo.. halo.. ini siapa? tidak kedengaran, yang keras, berkali-kali kata itu diulang.. Akhirnya ia berkata pada kami, teleponnya mati, putus.

Kami yang kebetulan berada di situ akhirnya ketawa keras-keras, karena ia memegang telepon terbalik. Yang untuk dengar diletakkan di mulut, sedangkan yang untuk bicara di telinga. Pantas saja dia teriak dan berkata telepon mati.

Lantas kami beritahukan bahwa dia memegang telepon terbalik. Setelah dibalikkan ia mulai berbicara dan mendengar yang menelpon. Setelah selesai telepon ia senyum-senyum malu. Maklum baru kali itu ia menerima telepon. Kasihan dia dan kami pun tertawa lagi..


Bogor, 11 Maret 2010


Diambil dari
DIBALIK TEMBOK SEMINARI
JM RIDWAN AMO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^