Minggu, 01 Agustus 2010

Ruang Kitab Suci

SIAP MENERIMA HAL YANG TAK TERBAYANGKAN
Oleh : Peter Suriadi

Dewasa ini arus globalisasi merupakan bagian dari hidup manusia modern. Manusia digenggam oleh budaya cepat, instan dan mencari kenikmatan langsung. Maka janganlah heran jika bersabar dan menanti-nantikan Tuhan menjadi suatu yang langka. Ditambah lagi hidup nampaknya makin sulit dikendalikan dan penuh ketidakpastian. Rupanya hidup yang demikian tidak hanya milik manusia modern. Dari teks berikut kita diajak untuk belajar bagaimana menghadapi tantangan “diamnya” Tuhan dalam situasi hidup manusia, khususnya situasi sulit. Apakah mungkin sikap iman dan penyerahan diri kepada Tuhan selalu aktual ?

Teks
Yes 7:1-9
1 Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya.
2 Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: “Aram telah berkemah di wilayah Efraim,” maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.
3 Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: “Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu,
4 dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.
5 Oleh karena Aram dan Efraim dengan anak Remalya telah merancang yang jahat atasmu, dengan berkata:
6 Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya,
7 maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan terjadi,
8 sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi bangsa lagi.
9 Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.”

Konteks
Teks mempunyai latar belakang perang antara Israel/Efraim (Kerajaan Utara) yang dibantu Aram menyerang Yehuda (Kerajaan Selatan) dengan sasaran utama ibukota Yehuda, Yerusalem. Perang tersebut dikenal dengan nama Syro-Efraim yang diperkirakan berlangsung pada tahun 735-732 SM (2 Raj 15:27-16:20; 2 Taw 28:1-27).
Ketika Tiglat-Pileser III, raja Asyur, menduduki takhta pada tahun 745 negara taklukan mendapat sekedar keringanan. Akibatnya ada beberapa raja boneka yang mencoba memanfaatkan keringanan itu untuk melepaskan diri tekanan Asyur. Rezin (740-732 SM), raja Aram (sekarang daerah Suriah) dan Pekah (752-732 SM), raja Israel/Kerajaan Utara, anak Remalya membujuk Yotam (750-735 SM), raja Yehuda/Kerajaan Selatan untuk ikut mengadakan persekongkolan mengadakan pemberontakan (lihat 2 Raj 15:37). Rupanya bujukan itu masih berlangsung sampai saat raja Ahas, anak Yotam, memerintah (735-727 SM) (lihat 2 Raj 16:5-9; Yes 7:1). Ahas tampaknya didesak juga oleh para pembantunya untuk ikut memberontak (lihat 2 Raj 16:7-8).
Tetapi Ahas tidak bersedia bersekongkol. Pekah dan Rezin berusaha menggantinya dengan seorang raja yang mau bekerjasama dengan mereka. Karena takut Ahas malah meminta pertolongan Asyur. Hal inilah yang coba dicegah oleh Nabi Yesaya sebagaimana dalam perikop yang kita renungkan kali ini.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
ü Latar belakang (7:1-2)
ü Perintah Tuhan pada Nabi Yesaya untuk menjumpai Ahas (7:3)
ü Kata-kata yang harus disampaikan Yesaya kepada Ahas (7:4-9)

Keterangan Teks
· ayat 1-2
Perang itu terjadi ketika Raja Ahas (734-727 SM), raja Yehuda baru saja naik takhta (2 Raj 16:1-2a,5). Persiapan perang yang dilakukan oleh Aram dan Efraim/Israel terhadap Yehuda terjadi karena Raja Ahas menolak bersekongkol dengan mereka untuk melawan Asyur. Inisiatif perang berasal dari Aram dengan cara berkemah di wilayah Efraim/Israel. Ancaman Aram ini pertama-tama bukanlah mengancam Ahas secara pribadi tetapi “keluarga Daud” (= dinasti Daud). Persekongkolan Aram dan Efraim sangat menakutkan Yehuda sehingga Yehuda gemetar ketakutan bagaikan “pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin”.
· ayat 3
Pada saat Ahas dan Yehuda ketakutan, Tuhan memerintahkan Nabi Yesaya bersama anak laki-lakinya, Syear Yasyub (yang artinya “beberapa akan kembali” yang menunjuk pada sekelompok kecil orang yang tersisa di Israel sesudah dikalahkan oleh Asyur), untuk menemui Ahas yang saat itu berada di “ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu (bdk Yes 36:2). Saluran yang dimaksud menunjuk pada saluran air dari sumber air Gihon menuju kolam atas. Kolam atas itu terletak di luar tembok kota di Lembah Tiropeon di sebelah barat kota dekat bait suci dan kolam itu digunakan untuk menampung air hujan yang dibawa masuk melalui saluran air dari sumber air Gihon tersebut. Padang Tukang Penatu adalah tempat penjemuran pakaian. Rupanya ketika itu Ahas sedang memperhatikan saluran air itu untuk persediaan air apabila Yerusalem, ibukota Yehuda, dikepung Aram dan Efraim/Israel..
· ayat 4
Yesaya diperintahkan Tuhan untuk meneguhkan Ahas bahwa ancaman Aram dan Efraim/Israel terhadap Yehuda tidak usah ditakuti karena Aram dan Efraim hanyalah puntung kayu api yang berasap. Ahas diminta tenang dan jangan meminta bantuan Tiglat-Pileser III, raja Asyur (2 Raj 16:7-9). Karena jika Ahas meminta bantuan Asyur sebagaimana dianjurkan para pembantunya maka Ahas hanyalah menjadi boneka Asyur dan harus menyembah dewa Syamasy, bukan Tuhan..
· ayat 5-6
Ternyata tujuan Aram merangkul Efraim/Israel untuk memerangi Yehuda adalah untuk menurunkan Ahas dari takhtanya dan menggantikannya dengan seorang Aram yaitu anak Tabeel. Turunnya raja dari keturunan Daud identik dengan runtuhnya dinasti Daud dan itu tidak boleh terjadi.
· ayat 7-9a
Mengapa Yesaya begitu yakin bahwa runtuhnya dinasti Daud tidak akan terjadi ? Sebab Tuhan bersabda bahwa kekuasaan Rezin terbatas pada Aram dan ibukotanya Damsyik, dan kekuasaan anak Remalya (yaitu Pekah) terbatas pada Efraim/Israel dan ibukotanya Samaria (1 Raj 16:24). Jika nubuat Yesaya ini diucapkan pada sekitar tahun 735 SM maka 65 tahun kemudian kira-kira tahun 670 SM terjadi ketika Esarhadon memerintah Asyur (680-669 SM). Ia bersama raja penerusnya, Asyurbanipal, membawa orang asing berdiam di daerah sekitar Samaria (Ezr 4:2). Penunjukkan waktu yang begitu tepat dan sekaligus lama (65 tahun) tidak biasa dalam pewartaan para nabi dan mengganggu kesinambungan ayat 8a dan ayat 9a sehingga mungkin ditambahkan di kemudian hari. Mungkin ada kekhilafan dalam penulisan dan lebih masuk akal jika dikatakan “dalam enam atau lima tahun”, bukan “enam puluh lima tahun”.
· ayat 9b
Ahas diminta untuk menyerahkan dirinya pada janji keselamatan yang diberikan pada ayat 7-9a dan bertindak sesuai dengan janji itu. Jika Ahas tidak mengamini janji itu (misalnya meminta bantuan Asyur), maka “kamu tidak akan teguh jaya” (= dinasti Daud dan Yehuda akan mengalami malapetaka besar). Yesaya menghadapkan Ahas pada 2 pilihan untuk menyelamatkan Yehuda dari serbuan Aram dan Efraim/Israel : percaya pada bantuan Asyur atau percaya pada janji keselamatan Tuhan.

Amanat
Yesaya pergi menemui Ahas atas perintah Tuhan dan segala sesuatu yang disampaikannya kepada Ahas adalah firman Tuhan. Tuhanlah yang menjadi fokus permenungan dari teks. Kalau begitu, apa yang disampaikan Tuhan dalam teks ? Tuhan menjamin kelangsungan dinasti Daud dalam berbagai situasi, termasuk situasi genting sekalipun.
Tindakan Yesaya membawa anaknya menuju saluran air merupakan tanda bagi Ahas bahwa rencana Tuhan tidak boleh dibandingkan dengan rencana manusia. Tanda tersebut merupakan tawaran untuk membangkitkan iman sehingga Ahas mempunyai pengertian yang benar akan Tuhan. Pengertian yang benar akan Tuhan akan memotivasi tindakannya dalam mengatasi kegentingan di Yehuda. Dengan membawa anaknya menuju saluran air, Yesaya mau menegaskan jaminan aman jika Ahas mau beriman dengan tulus dan menyatakan kesediaannya terhadap Tuhan. Persekongkolan Aram dan Efraim/Israel tidak akan meruntuhkan dinasti Daud, melainkan rencana Tuhan berkat kesetiaan janji-Nya kepada dinasti Daud yang akan terlaksana.
Bagaimana dengan manusia pada umumnya? Betapa sulit dan takutnya manusia pada umumnya percaya pada Tuhan. Manusia cenderung mencari aman daripada bertindak berdasarkan iman, apalagi menderita karena iman. Jaminan bahwa Tuhan akan selalu menyertai manusia dengan rencana-Nya belum merasuki semua orang beriman.
Dari pihak manusia, pilihannya hanya dua : percaya atau tidak percaya. Itulah yang diminta dari kita sebagai pengikut Yesus. Kita wajib percaya. Kita sungguh salah jika tidak percaya sebab percaya atau tidak percaya menentukan keselamatan manusia. Percaya bukan sesuatu yang fakultatif. Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah, sehingga seharusnya percaya akan Allah dan seluruh karya-Nya. Kalau kita tidak percaya, maka kita berontak dan dengan sendirinya mencelakakan diri kita.
Memang percaya kepada Tuhan tidak mudah. Percaya berarti menerima Tuhan seadanya. Dengan segala hal yang tak terbayangkan oleh manusia. Tuhan dan kasih-Nya tidak mungkin dipahami manusia yang tidak pernah mengasihi secara murni 100 %. Maka percaya bukan soal tahu, bukan juga soal melihat ini-itu, melainkan menyerahkan diri kepada Tuhan seadanya. Dan ini searti dengan membuang gambaran-gambaran Tuhan yang dibuat tanpa memperhitungkan kasih Tuhan yang tidak berkesudahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^