Senin, 06 Desember 2010

Ruang Kitab Suci

MISTERI ILAHI
Oleh : Peter Suriadi

Teks
Mat 1:18-25
18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Konteks
Dalam Perjanjian Baru, Kisah Masa Kanak-kanak Yesus hanya terdapat dalam 4 bab (Matius bab 1-2 dan Lukas bab 1-2). Ke-4 bab tersebut menjadi sangat berharga karena memuat satu-satunya kisah tentang kelahiran Yesus. Bahkan Kisah Masa Kanak-kanak ini menjadi begitu terkenal karena Pesta Natal sudah begitu mendunia. Bahkan orang-orang bukan Kristen menjadi tahu walaupun mungkin mereka tidak pernah membaca Injil. Tidaklah mengherankan timbul kesan bagi kebanyakan orang bahwa Kisah Masa Kanak-kanak adalah kisah kronologis ke-lahiran Yesus dan sebagai Natal Pertama. Apakah memang fakta seperti itu?
Matius dan Lukas menulis Kisah Masa Kanak-kanak dengan tujuan sebagai pengantar Injil-injil mereka. Matius dan Lukas tidak bermaksud menulis Kisah Masa Kanak-kanak untuk sebuah pesta yang pada waktu mereka menulis Injil belum dikenal. Pesta Natal belum ada sampai abad ke-3 atau malah mungkin sampai abad ke-4 (kata Natal/Christmas, yang berasal dari kata Anglosakson, baru mulai dikenal pada abad ke-7), sedangkan Matius dan Lukas menulis Injil sekitar tahun 80-an. Oleh karena itu sudah semestinya kita memahami Kisah Masa Kanak-kanak sesuai tujuan Matius dan Lukas menulis Injil sehingga dapat memperteguh iman kita karena kita semakin memahami Kristologi yang hendak diwartakan oleh para penginjil. Kisah Masa Kanak-kanak adalah bab pembuka yang membantu kita untuk mengarahkan perhatian pada hidup dan pelayanan publik Yesus yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya. Marilah kita merenungkan teks Kitab Suci kali dengan terang seperti yang diharapkan oleh para penginjil.

Keterangan Teks
· Ayat 18-19 : Perkawinan orang-orang Yahudi kuno dapat digambarkan sebagai berikut : awalnya, pasangan sepakat untuk menikah atau bertunangan. Pihak laki-laki telah memiliki hak legal atas pihak perempuan sehingga wanita itu sudah dapat disebut sebagai istrinya (bdk Mat 1:20,24). Dengan demikian segala bentuk hubungan seksual antara perempuan tersebut dengan dengan laki-laki lain dapat dianggap sebagai perzinahan. Tetapi setelah pertunangan itu, pasangan masih hidup terpisah. Selama 1 tahun mereka tinggal di rumah orangtuanya masing-masing. Setelah itu barulah pihak laki-laki membawa pihak perempuan ke rumahnya, menyediakan baginya segala kebutuhan yang diperlukan, dan juga perlindungan dari berbagai ancaman.
Maria dan Yusuf sudah bertunangan walaupun belum hidup bersama. Tetapi ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus sehingga Yusuf merasa bahwa ia harus memutuskan pertunangan tersebut atas dasar perzinahan. Yusuf begitu taat pada ketetapan Hukum Taurat sehingga ia dikatakan sebagai orang yang tulus (= benar/dikaios dalam bahasa Yunani). Meskipun demikian Yusuf tetap menjaga nama baik Maria dan tidak ingin membuat malu Maria. Bahkan dapat membuat Maria tidak dapat menikah lagi dan terancam hukuman rajam sampai mati (bdk Yoh 8:1-11). Jadi langkah Yusuf untuk menceraikan Maria secara diam-diam adalah suatu langkah bijak yang diambil seorang laki-laki yang telah yakin bahwa tunangannya telah mengkhianatinya.
· Ayat 20-21 : Seorang malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi. Mimpi kepada Yusuf ini adalah mimpi pertama dari 5 mimpi dalam Kisah Kanak-kanak dalam Injil Matius (1:20; 2:12; 2:13; 2:19; 2:22). Mengapa malaikat Tuhan menampakkan diri lewat mimpi ? Dalam dunia kuno dewa-dewi rutin berkomunikasi dengan manusia di dalam mimpi. Demikian juga Allah sering kali berkomunikasi dengan umat-Nya melalui mimpi. Misahnya : melalui mimpi, Allah berbicara kepada Abraham (Kej 20:3), kepada Yakub (Kej 28:12), dan kepada Salomo (1 Raj 3:5). Allah juga membantu hamba-hamba-Nya untuk menafsirkan mimpi Nebukadnezar, Raja Babilonia (Dan 2). Yusuf, anak Yakub dan seorang bapa bangsa Israel, juga seorang penafsir mimpi Firaun ketika ia di penjara di Mesir (Kej 39-41).
Tema Allah yang berbicara melalui utusan-Nya begitu dominan dalam Perjanjian Lama. Sebagai contoh ketika Musa sedang menggiring kambing domba milik Yitro, mertuanya, ke seberang padang gurun sampai ke Gunung Horeb, malaikat (bahasa Yunani : anggelos = utusan) Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri (Kel 3:1-2). Seorang malaikat seringkali menjadi pernyataan diri Allah dalam peristiwa penting bangsa Israel.
Malaikat memberitahu Yusuf bahwa Maria telah mengandung dari Roh Kudus walaupun malaikat itu tidak memberitahu bagaimana hal itu terjadi. Secara tidak langsung, malaikat menyatakan bahwa Yusuf dapat menikahi Maria karena Maria tidak berzinah. Dari kehamilannya ini akan lahir seorang anak laki-laki yang oleh Yusuf harus dinamai Yesus (Yunani), dan nama lain dari nama Ibrani Yesyua (bentuk singkat dari Yehosyua), yang berarti penyelamat. Yesus akan menyelamatkan umat-Nya (= orang-orang Kristen Yahudi dan bukan Yahudi yang merupakan jemaat yang dituju Matius dalam menuliskan Injilnya) dari dosa-dosa mereka.
· Ayat 22-23 : Kisah Yesus yang dikandung dari Roh Kudus untuk menggenapi nubuat Nabi Yesaya. Matius mengutip Yes 7:14 yang dalam teks Ibrani berbunyi : “Sesungguhnya, seorang perempuan muda (almah) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. Yesaya menulis “ia” (= ibu sang anak yang menamai Imanuel), tetapi Matius menulis “mereka”. Siapakah “mereka” ? Di sini Matius memasukkan sebuah pemahaman teologis dengan mengganti kata “ia” menjadi kata “mereka”. Artinya, “mereka” itu bisa diidentikkan dengan orang-orang yang akan diselamatkan oleh Yesus, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi yang bertobat. Meskipun kutipan dari Kitab Yesaya ini mengundang kontroversi, Matius tetap mengutipnya karena ia menganggap penting kutipan tersebut karena Yesaya memiliki peran penting bagi orang-orang Kristen awal. Sebagai contoh, Paulus menulis 37 kutipan dari nabi-nabi Israel dalam surat-suratnya dan 27 di antaranya berasal dari Kitab Yesaya.  Dalam Kisah Masa Kanak-kanak, Matius mengutip Yesaya untuk kedua kalinya dalam 2:11 yang mengutip Yes 60:6. Kutipan Yesaya juga sering muncul di dalam Injil Matius di luar Kisah Masa Kanak-kanak.
· Ayat 24-25 : Akhirnya Yusuf bangun dari tidurnya dan mengikuti perintah malaikat untuk mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki, dan Yusuf menamai Dia, Yesus. Yang menjadi perdebatan hingga saat ini di antara orang-orang Kristen adalah frasa : “tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki”. Jika kita kembali ke teks asli dalam bahasa Yunani, frasa ini harus ditafsirkan bahwa Yusuf dan Maria tidak bersetubuh sebelum kelahiran Yesus. Frasa ini tidak mengatakan apa pun, baik mengenai keperawanan kekal maupun persetubuhan setelah kelahiran Yesus yang dalam perkembangan sejarah menjadi perdebatan doktrinal tentang Maria. Yang harus diingat, Gereja dapat mengembangkan doktrin dari teks Kitab Suci. Dan Gereja Katolik mengembangkan doktrin tersebut menjadi dogma Maria Tetap Perawan.

Amanat
Perempuan mengandung adalah hal biasa. Perempuan melahirkan anak juga hal biasa. Tetapi, kalau perawan mengandung dan melahirkan, maka hal itu mustahil atau suatu misteri yang tak terpahami. Membuka diri pada berbagai kemungkinan dalam hidup ini, khususnya dalam hal-hal yang menyangkut Tuhan, merupakan suatu sikap penuh kerendahan hati.
Dari teks yang kita renungkan kali ini diketahui bahwa Maria adalah perawan yang mengandung tanpa adanya andil laki-laki. Maria tentu tahu bahwa sebagai perawan ia tidak bisa mengandung dan ia tentunya mengalami pergumulan ketika ia harus mengandung dari Roh Kudus. Yusuf pun mengalami pergumulan, menghadapi masalah berat : ada apa sehingga Maria hamil? Siapa yang menghamili Maria? Bisa dibayangkan bahwa Yusuf merenungkan peristiwa itu siang dan malam, berhari-hari. Ia menjadi tegang. Ia sedih sekali sebab ia sangat mencintai Maria, tunangannya yang resmi. Namun, karena masalah “diciptakan oleh Tuhan”, maka Tuhan turun tangan melalui malaikat-Nya. “Yusuf, anak Daud, jangan engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu. Sebab anak dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” Nah, ini berita resmi, walaupun sangat tidak jelas. Sebab bagaimana dalam rahim gadis tiba-tiba bisa ada anak dari Roh Kudus? Semua orang yang beriman, pasti akan mengatakan : Bisa, dong! Namun biarpun percaya sedalam-dalamnya, tidak seorang pun dapat menjelaskannya secara tuntas. Lalu, bagaimana?
Misteri iman menyangkut hal-hal ilahi. Seandainya semua yang berurusan dengan Allah bisa dipahami, tidak akan ada iman dan harapan pula. Padahal, adakah sesuatu yang lebih indah dari iman dan pengharapan? Hidup beriman dan berharap adalah hidup dalam naungan Tuhan. Hidup yang demikian bisa disebut “digendong Tuhan”. Hidup tanpa iman adalah kegelapan neraka. Sebab ke mana lajunya “perahu” hidup manusia kalau tidak pernah menuju pelabuhan yang bernama Allah? Dari Allah bisa diharapkan segala sesuatu. Maka berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan dan menyerahkan hidupnya kepada-Nya sama seperti itu dilakukan Maria dan Yusuf. Mereka itu beriman, namun mereka tak pernah bebas dari masalah. Sebab Tuhan senang kalau manusia memecahkan masalah bersama dengan Dia dalam iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^