Allah Peduli Pada Umat-Nya
Oleh : J.D. Lehera
Tahun 2010 sebentar lagi meninggalkan kita. Sepanjang tahun 2010 kita sukses dalam pekerjaan maupun dalam rumah tangga. Tahun syukur. Tahun pertobatan karena ada anggota keluarga berhenti main judi kemudian bertobat kemudian aktif sebagai Pengurus Wilayah. Tahun dukacita karena ada kematian dalam keluarga.
Jika kita merenungkan dengan iman Katolik bahwa itulah rencana rahasia Allah. Dibalik aneka peristiwa sepanjang tahun 2010 Allah punya rencana. Namun kita sulit mengerti rencana rahasia Allah tersebut. Dalam setiap peristiwa Allah berperan di dalamnya. Allah tahu kemampuan kita maka Allah turunkan berkat kepada kita.
Allah peduli pada umatNya karena manusia adalah citraNya sendiri. Allah peduli dan tidak ingin satu umatNya tersesat dan jauh dari kawanan lainnya. Meskipun kita telah jatuh ke dalam dosa berat suara Allah selalu terdengar entah dalam nyanyian Puji Syukur atau Doa Rosario lalu pikiran dan hati mulai bergetar mengajak kita segera bertobat.
Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya Allah sangat peduli pada umatNya. Allah menurunkan berkat melalui Pemandu Kitab Suci agar kita berbalik kepada Allah. Allah menurunkan berkat melalui Ketua Wilayah agar tugas-tugas wilayah dijalankan dengan sungguh-sungguh para pengurus agar Allah dimuliakan melalui karya-karya dalam Wilayah.
Mereka tersebut adalah gembala dalam bidangnya. Setiap hari mereka berkarya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Mereka tentu banyak kelemahan dan itu wajar tetapi perhatikanlah peran mereka dalam bidang masing-masing karena mereka peduli pada kehendak Allah sebagaimana Allah peduli pada mereka setiap hari dan waktu sepanjang tahun 2010.
Allah sejak penciptaan dunia sudah sangat peduli terhadap ciptaan-Nya. Tetapi dunia bergulir begitu pesatnya. Teknologi Informasi berperan luar biasa dan kebebasan muncul tapi kebablasan, umat Paroki pun banyak yang terperosok didalamnya. Sikap dan perilaku mulia menjadi instan. Dalam kesakralan misa kudus timbul sisi gelap karena ulah umat sendiri. Santun dalam beribadah diiringi tepuk tangan gemuruh akibat dirigen melantunkan lagu adopsi dari luar yang jrang-jreng. Kita tidak lagi menghormati kepedulian Allah pada umatNya. Berbicara begitu gemuruh ketika selesai misa padahal ada lampu merah (ada tabernakel) umat Paroki menganggap biasa akibat pertukaran Ekumene. Gereja dianggap sama saja. Umat lupa bahwa Gereja Katolik selalu ada kekhasannya.
Apa jawaban kita terhadap kepedulian Allah tersebut? Mari kita santun dalam misa kudus mulai sekarang. Mari kita puasa tutup mulut ngerumpi dan ngegosip dan SMS selama misa. Mulut hanya berdoa dan bernyanyi bukan yang lain. Kalau kita tidak santun, apa kata dunia?
Semoga berguna. Selamat Natal dan Tahun Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^