Rabu, 02 November 2011

Renungan

Kasih Adalah Pemenang Kehidupan

Kasih...adalah sebuah kata yang indah, karena pertama kali kita mengenal kasih, itu berasal dari pengorbanan Yesus Kristus. Namun kasih tidak mudah dilakukan ketika ada bermacam-macam jenis sikap dan emosi (benci, marah, cemburu, dengki, putus asa dan sebagainya) di dunia ini. Apalagi di zaman sekarang, terkadang kasih menjadi barang langka. Bahkan seringkali, ketika kasih hadir, ia malah ditolak oleh penerimanya. Berikut adalah cerita mengenai kasih yang ditulis oleh seorang psikoterapist,
George. W. Burns.

Pada suatu waktu, ada sebuah pulau yang dihuni oleh beberapa sifat manusia. Hal ini terjadi sebelum sifat tersebut masuk menjadi bagian jiwa & roh manusia dan lama sekali sebelum kita mengkotak-kotakkannya kedalam istilah baik atau buruk. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penghuni yang hidup di pulau itu adalah Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, dan Kasih Sayang. Ada juga beberapa sifat lain penghuni pulau, yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Pada suatu hari diumumkan bahwa pulau tersebut akan tenggelam. Ketika sifat-sifat sebagai penghuni pulau tersebut mendengar berita ini, mereka mengalami kepanikan. Mereka mulai berpikir untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya, mereka memutuskan untuk meninggalkan pulau dengan memperbaiki perahu yang mereka miliki. Namun, kasih sayang tidak memiliki perahu sendiri. Dia telah memberikan perahu miliknya kepada yang lain untuk dipakai berlayar beberapa tahun yang lalu. Sehingga, ia menunda keberangkatannya ketika beberapa penghuni lain sudah meninggalkan pulau. Selain itu, kasih juga ingin membantu penghuni lain untuk bersiap-siap pergi. Ketika pulau mulai tenggelam perlahan-lahan, sudah tidak ada waktu bagi Kasih untuk membuat perahu. Hanya beberapa penghuni pulau yang tersisa. Oleh karena itu, kasih memutuskan untuk meminta bantuan.
Kemakmuran baru saja berangkat dari dermaga didepan rumahnya yang besar. Perahunya besar sekali, lengkap dengan semua teknologi paling mutakhir dan perangkat navigasi. Jika bepergian dengannya sudah pasti perjalanan mereka akan menyenangkan.
"Kemakmuran," panggil Kasih Sayang, "bolehlah aku ikut bersamamu?"
"Tidak bisa," jawab Kemakmuran. "Perahuku sudah penuh. Aku memenuhinya dengan seluruh emas dan perak milikku. Bahkan hanya tersisa sedikit ruang untuk perabotan antik dan koleksi seni. Tidak ada ruang untukmu disini."
Lalu, Kasih Sayang memutuskan untuk minta tolong kepada Kesombongan yang sedang lewat didepannya menaiki perahu yang unik dan indah. 
 "Kesombongan, sudikah engkau menolongku?"
"Maaf, " kata kesombongan. "Aku tidak bisa menolongmu. Tidakkah kau lihat dirimu? Kamu basah kuyup dan kotor. Aku tidak mau kamu naik dan mengotori perahuku yang mengkilap”
Setelah itu, Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang berusaha sekuat tenaga mendorong perahunya ke air. Kasih Sayang meletakkan tangannya ke buritan kapal dan membantu Pesimisme mendorong perahunya. Pesimisme mengeluh terus menerus. Perahunya terlalu berat, pasirnya terlalu lembut, dan airnya terlalu dingin. Sungguh hari yang tidak tepat untuk melaut. Serta mengeluh tentang peringatan yang diberikan mendadak sekali, dan pulau ini seharusnya tidak tenggelam. Situasi Kasih Sayang sudah sangat kepepet, sehingga ia bertanya: 
"Pesimisme, bolehkah aku menumpang perahumu?"
"Oh, Kasih Sayang, engkau terlalu baik untuk berlayar denganku. Sikapmu yang penuh perhatian bahkan menjadikanku merasa lebih bersalah dan tidak keruan. Seandainya ada ombak besar yang menghantam perahu kita dan engkau tenggelam. Bagaimana menurutmu perasaanku jika itu terjadi? Tidak, aku tidak bisa mengajakmu."
Salah satu perahu yang dilihat terakhir kali meninggalkan pulau adalah Optimisme, karena dia tidak percaya pulau akan tenggelam. Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme terlalu sibuk menatap kedepan dan memikirkan tujuan berikutnya sehingga dia tidak mendengar. Kasih Sayang berteriak memanggilnya sekali lagi, tetapi bagi Optimisme tidak ada istilah menoleh kebelakang. Dia sudah meninggalkan masa lalu dibelakang, dan berlayar menuju masa depan.
Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara, "Ayo, naiklah keperahuku." Kasih Sayang merasa begitu lelah dan letih sehingga dia meringkuk diatas perahu dan langsung tertidur. Dia tertidur sepanjang perjalanan sampai nakhkoda kapal mengumumkan bahwa mereka telah sampai ditanah kering dan dia bisa turun. Dia begitu berterimakasih dan gembira karena perjalanannya berjalan aman sehingga dia berterimakasih kepada sang nakhoda dengan hangat, kemudian meloncat kepantai. Dia melambaikan tangannya ketika pelaut itu meneruskan perjalanannya. Baru pada saat itulah dia sadar kalau lupa menanyakan nama nakhoda itu.Ketika dipantai dia bertemu dengan Pengetahuan dan bertanya, "Siapa tadi yang menolongku?".  Jawab pengetahuan: "Itu tadi Waktu". 
"Waktu?" tanya Kasih Sayang,
"Mengapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?" 
Pengetahuan tersenyum dan menjawab, "Sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang."

Kasih yang ada dalam cerita di atas sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap” (1 Korintus 13:4-8). Semoga cerita ini dapat menginspirasi dan menambah Kasih yang kita miliki!! (PSY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^