Rabu, 02 November 2011

Percikan Pengalaman

KasihNya Menyelimutiku
9Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu. 10Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya.” (Yoh 15: 9-10)

Aku Amanda Elizabeth, saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di jurusan Teknologi Informasi dan sekarang aku memasuki semester lima. Bagiku, bekerja paruh waktu adalah hal yang sangat menyenangkan dan tentunya aku tunggu-tunggu. Namun, hal itu tidak berlaku di pekerjaan paruh waktuku saat itu.
Rabu, 7 September.
Kala itu, ditengah-tengah pelajaran ada secarik kertas yang berkeliaran di antara teman-temanku, aku tak tahu kertas apa itu, hingga kertas itu pun menghampiriku. Teringat jelas di benakku, secarik kertas file bertuliskan “Siapa yang bisa Ms. Word & Excel, mau kerja 12-23 September di luar kota. Tulis nama, ya.” Tulisan yang tidak rapih, jauh dari kesan formal bahkan mungkin terkesan main-main. Namun, keinginanku untuk kembali bekerja paruh waktu membuatku berani menuliskan namaku di kertas itu, Amanda Elizabeth.
Saat perjalanan menuju kos, terbayang di benakku tentang pekerjaan itu. Awal yang bersemangat, namun sekarang diliput kebimbangan, entah karena apa.
“Manda, ayo kirim CV.” ajak Rani yang berpas-pasan denganku di perjalanan.
“Bingung, nih maju atau mundur, kirim CV atau nggak. Hmm…” belum selesai aku berpikir, Rani menarik tanganku dan membuat langkahku terputar balik kembali menuju kampus. Hingga akhirnya CV itu terkirim, tanpa aku tahu kami akan bekerja di luar kota mana dan apakah itu dua minggu penuh atau bergantian. Menginput data, hanya itu yang aku tahu.
Kamis, 8 Septem-ber. Hari masih pagi, namun HPku  tak kunjung henti berdering.
“Pagi-pagi kok udah telepon sih, kak?”
“Jumat, minggu depan pulang ya, de.” ucap Kak Silvi, kakak pertamaku.
“Ada apa sih kak? Aku ada kerja minggu depan, sekitar dua minggu, kemarin udah kirim CV.” paparku.
“Ya ampun, de. Tanggal 16 kan ultah perkawinan papa mama. Rencananya hari sabtunya mau makan-makan sekeluarga besar. Batalin aja kerjanya, bilang nggak bisa.” ucap Kak Silvi yang mulai kesal.
Oh, mungkin karena ini kemarin aku bingung memutuskan jadi bekerja atau tidak. Sekarang, hanya tidak lolos seleksi yang aku harapkan.
Sore harinya, Rani memberi tahu bahwa aku lolos seleksi dan diterima kerja. Raut wajahku pun berubah seketika kala itu. Bingung, bingung dan semakin bingung, karena kabar yang beredar, kalau tidak professional, maka akan terkena black list dari dosen bersangkutan, itu artinya mungkin aku tidak akan pernah ditawari pekerjaan paruh waktu lagi.
Saat itu juga, aku menelephone Pak Yohanes, dosen yang memberikan perkerjaan, untuk mundur dari pekerjaan itu. Nada ketus, marah, itulah yang terlontar darinya, “ Wah, tidak bisa seperti itu. Kalau kamu tidak mau kerja, dari awal jangan tulis nama. Masih banyak orang lain yang mau kerja. Nama kamu sudah masuk ke lembaga terkait, besok siang datang ke kantor lembaga sosial untuk pengarahan.”
Seperti salah langkah, tercebur dan sulit kembali lagi, itulah yang aku rasa. Aku hanya berharap ada keajaiban. Entah apa yang terjadi esok, hal terburuk dalam benakku adalah tidak menghadiri acara ulang tahun perkawinan orang tuaku.
Jumat, 9 Septem-ber.
Kembali kebi-ngungan yang melanda benakku. Apa aku harus datang ke lembaga itu atau tidak. Namun rasanya dorongan itu kian kuat mengharuskanku datang untuk pengarahan. Memang, tidak pantas untuk mundur begitu saja. Aku harus bertanggung jawab setelah berkomitmen mengambil pekerjaan itu.
Sesampainya di lembaga sosial, aku baru tahu apa yang menjadi pekerjaanku. Nyatanya, bukan paruh waktu, namun sekitar dua minggu kurang aku akan ditugaskan di sebuah kota dan di sanalah aku bekerja menginput data dari sejumlah panti asuhan yang akan diberikan sumbangan. Lagi-lagi aku merasa bimbang. Ingin bekerja, namun ingin pula menghadiri ulang tahun perkawinan orang tuaku. Hah, entahlah. Ingin mundur pun semakin bingung rasanya karena di hadapanku, nama mahasiswa telah tercetak rapih beserta kota di Indonesia yang akan dikun-jungi. Lampung, itulah tempat aku ditugaskan.
Keadaan memak-saku memilih dan berani memutuskan. Sepuluh menit sebelum pengarahan berakhir, pihak lembaga menanyakan apakah semua bisa dan siap. Aku menghidupkan microphone di hadapanku dan mulai berbicara.
  “Ya, kalau memang seperti itu, ya tidak apa-apa. Nanti akan kami cari gantinya dan semoga lain kali kita bisa bekerja sama.” ucap pihak lembaga setelah mendengar penjelasanku.
Namun, perkaraku belum selesai disitu.
“Sore, Pak Yohanes. Ini Amanda, saya tadi telah mengikuti pengarahan dan saya sangat meminta maaf karena saya telah mengun-durkan diri.” ucapku di telpon.
“Ya, sudah. Lain kali pastikan segala sesuatunya sebelum berkomitmen terhadap suatu pekerjaan.” tegasnya mengakhiri.
Kala itu, hanya satu yang kurasa, Tuhan tak pernah meninggalkanku, Ia selalu disampingku meman-carkan kasihNya dalam setiap langkahku dan memberikan yang terbaik di waktu yang tepat bagiNya.
“34Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. 35Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” ( Yoh 13: 34-35 ). 
(LKH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^