Jumat, 03 Juni 2011

Sebaiknya Kita Tahu 1

Pentakosta

Pentakosta adalah mahkota perayaan Paskah. Lima puluh hari lamanya Gereja bersukacita menyanyikan misteri Paskah karena Tuhan kita yang disalibkan telah mengalahkan maut dan bangkit. Dia telah mengalahkan dunia. Berulang kali selama masa Paskah ini kita mendengar Dia menyatakan diri-Nya di tengah kita sebagai Sang Kehidupan dan Pembawa damai sejahtera.                                                                                  
Dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa setelah bangkit dari mati, Yesus pertama kali menampakan diri kepada Maria Magdalena (Yoh. 20:11-18). Dari perempuan inilah, para murid mendengar penampakan Yesus (dalam Injil-injil sinoptik, para murid tampak tidak terlalu memercayai kabar tersebut, bdk. Mrk. 16:11 ; Luk 24:11). Tibalah saatnya sekarang para murid bertemu dengan Gurunya sendiri.
Pada Injil Yohanes 20:19-23 dikatakan: di suatu tempat yang semua pintunya terkunci rapat, para murid yang ketakutan akibat tekanan para penguasa Yahudi sedang berkumpul. Pada saat itulah, Yesus hadir di tengah-tengah mereka. Melihat kehadiran Yesus, bagaimana reaksi para murid? Gambaran Yohanes berbeda dengan Lukas. Para murid dalam Lukas malah ketakutan melihat Yesus (mereka kira Yesus itu hantu, Luk. 24:37), sehingga kebodohan itu perlu dicela. Sebaliknya, reaksi para murid dalam Yohanes terasa cukup simpatik: tidak ada rasa takut ketika melihat Yesus, tidak ada pula celaan yang keluar dari mulut Yesus. Yang ada hanyalah penganugerahan damai sejahtera sebagai pemenuhan atas janji yang pernah dikatakan-Nya. (Yoh.14:27)
Kehadiran Yesus berupa penampakan seperti yang dialami murid-murid perdana pada hari Paskah, memang unik dan tak terulang. Tetapi dengan banyak cara lain, seperti misalnya dalam perkumpulan jemaat atau perayaan Ekaristi pada setiap hari Ahad, para pengikut Yesus tetap mengalami kehadiran Dia yang disalibkan dan dibangkitkan, menerima damai-Nya, dan bersuka cita.
Sambil menyatakan kehadiran-Nya di tengah-tengah para pengikut-Nya, Yesus membaharui mereka dengan Roh-Nya. Dipenuhi dengan Roh, mereka juga diperlengkapi dan mampu menjalankan tugas perutusan, yang diterima Yesus dari Bapa, dan oleh Dia diteruskan kepada mereka. Misi Yesus itu ialah menyelamatkan orang (Yoh 3:17); bukan menghukum mereka karena dosanya, tetapi mendekati mereka sehingga mereka menyadari dosanya, percaya kepada kasih Allah, dan diampuni. Begitu juga para pengikut Kristus diutus kepada orang berdosa, agar dalam perjumpaan itu orang tersebut menjadi sadar akan dosanya dan percaya kepada belas kasih Allah, lalu memperoleh pengampunan.
Seperti Bapa telah mengutus Yesus, Putra-Nya,  sekarang Yesus secara resmi melimpahkan tugas perutusan kepada murid-muridNya. Untuk itulah, diembusi-Nya mereka dengan Roh Kudus. Kisah penganugerahan Roh Kudus ini kalah terkenal dibandingkan dengan kisah turunnya Roh Kudus saat Hari Raya Pentakosta (Kis 2:1-13). Meskipun demikian, peristiwa yang dilaporkan penginjil Yohanes ini tak kalah penting karena menegaskan perihal misi yang diemban oleh Gereja di dunia. Anugerah Roh Kudus memungkinkan Gereja ambil bagian dalam kuasa Yesus untuk mengampuni dosa. Gereja mewartakan bahwa dalam Yesus, pengampunan yang terus-menerus akan selalu ada. Hal itu sekaligus menyatakan bahwa Bapa dan Putra akan selalu tinggal di tengah-tengah jemaat Kristen sehingga terciptalah situasi yang damai sejahtera di situ. (Stefan Surya T.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^