Sabtu, 04 Juni 2011

Percikan Pengalaman

Tak Akan Mati Selama-lamanya

SEBUAH Jembatan dibangun dengan maksud menghubungkann dua tempat mengatasi celah, seberang menyeberang. Dan begitulah kira-kira jawabannya jika aku bertanya, apa fungsi sebuah jembatan?
Ada banyak sebutan untuk mengistilahkan fungsi sebuah jembatan. Dan orang menyebutnya jembatan gantung, karena jembatan digantung lalu jembatan penyeberangan karena berfungsi menyeberangkan orang supaya aman dari kesibukan lalu lintas dan banyak lagi, dan semuanya berfungsi untuk mengantar orang berjalan selamat ke tepian seberang.
Sekarang dapatkah kira-kira banyak orang dan aku sendiri membangun sebuah jembatan menuju Bapa di Sorga?
            Pada waktu itu seringkali aku masuk rumah sakit. Dan yang terakhir adalah ketika aku terjatuh di lantai teras dengan kepala membentur tiang penyangga dak dan teras.
            Aku pingsan dan mengalami gegar otak ringan. Aku sadar kembali dan baru tahu aku telah pingsan dengan kepala yang begitu pening setelah aku berada di rumah sakit Salak. Karena perawatan rumah sakit yang kurang memadai aku kemudian dipindahkan ke rumah sakit PMI.
            Ya, pada waktu itu demikianlah keadaanku. Sakit dan sakit lagi lalu rumah sakit.
            Saat aku berada di PMI ada dua orang sukarelawan doa dari komunitas Kristen datang dan meminta ijin agar mereka diperbolehkan berdoa untuk kesembuhanku. Kuiyakan. Dalam doa, mereka mengharapakan Tuhan Yesus mau memberikan mujizatnya dengan menjamah aku. Syukurlah, doa-doa mereka dan banyak orang dikabulkan Tuhan dan aku hanya menjalani perawatan selama sebelas hari dari tiga minggu yang seharusnya.
            Kenangan akan sakit penyakit yang aku terima juga kesembuhan berkat doa sekarang menjadi inspirasi tersendiri bagaimana aku membangun hubungan antara aku dan Bapa melalui sebuah titian karena Tuhan dan Salib-Nya, dalam doa.
            Dalam benak serta pikiranku, banyak tuntutan yang baik dari Tuhan melalui Kitab Suci dan akhirnya aku menjadi tahu serta paham bahwa ternyata tak ada ampunan Bapa akan dosa, setelah Adam, manusia pertama dan juga Hawa, istrinya terusir dari taman Firdaus hingga segala sesuatunya terjadi sampai kedatangan, berkarya serta  wafat-Nya, Tuhan kita Kristus, Yesus.
            Jembatan untuk menghubungkan manusia dengan Bapa untuk mengatasi celah neraka baru ada karena wafat di salib, dimakamkan dan bangkit dari kematian. Karenanya aku dapat menikmati kesehatan jiwa serta raga dan juga rohani, untuk tetap berkarya dekat dengan Tuhan sehingga Bapa makin mengenal aku.
Hidup bersama Bapa bukannya hidup tanpa risiko. Aku yang sudah dipilih Tuhan bagi kemuliaan Bapa seringkali banyak mendapatkan tantangan. Sebutlah salah satunya dari banyak orang sombong yang seringkali memandang  remeh salib Tuhan. Meski banyak orang membaca Alkitab dan Injil mereka sering tak percaya bahwa Allahku adalah benar dalam misteri iman berpribadi, Bapak dan Anak dan Roh Kudus. Mereka menyangka bahwa pribadi-pribadi demikian adalah tiga dewa yang masing-masing tak memiliki peran tetapi dibungkus dalam satu nama yakni, Allah supaya tidak menjadi alasan jahat.
Tidak sama sekali, Allahku yang Bapa dan Anak dan Roh Kudus itu satu ada-Nya.
Karena Bapa aku mampu berkata dan mengaku bahwa aku adalah anak-Nya. Karena Anak (Tuhan) adalah Dia yang diutus Bapa dan karena Roh Kudus mengantar diriku berpengetahuan yang benar akan keesaan Allah.
Demikian pula terhadap banyak umat lain yang selalu berpandangan sesat sehingga dengan mudah mengatakan bahwa Trinitas itu Kafir karena bukan Allah yang Esa.
Semua itu tantangan yang senantiasa kuhadapi bagaimana aku yang hidup dari Bapa karena Tuhan harus bersaksi. Tetapi tetap akan kubangun jembatan kebenaran menuju Bapa. Hidup bagi Allahku adalah cita-cita kesempurnaanku, selama nafasku yang sudah diberikan Tuhan masih berhembus, untuk sesama.
Kesehatan itu begitu mahal, demikian pendapat banyak orang. Anugerah Kesehatan karena aku sembuh dari sakit merupakan belas Kasih-Nya. Dan anugerah itu ada karena Tuhan memandang berharga hidupku. Dengan demikian pikiran dan hidupku serta tindakanku tercurah hanya untuk-Nya.
Jadilah hidup itu dalam diriku karena Tuhanku adalah hidup yang sempurna layaknya Bapa yang Maha Sempurna, bukankah Tuhan sendiri berkata, “... dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” (Ipung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^