Sabtu, 04 Juni 2011

Ruang Kitab Suci

Takut dan Kecewa Dalam Terang Kristus

Oleh : Peter Suriadi

Dalam Kitab Suci, rasa takut menghinggapi berbagai orang. Yesus tidak lepas dari rasa takut ketika menghadapi saat-saat akhir hidup-Nya dengan berkata, “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini” (Yoh 12:27). Para murid pun merasakan takut ketika ditinggalkan oleh Yesus seperti diceritakan dalam Yoh 20:19, “… berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi … “. Kisah mengenai kedua murid di Emaus juga mengatakan hal senada. Mereka kecewa, wajah mereka muram karena harapa mereka dikecewakan. Mereka tidak mau mengambil resiko untuk mulai lagi, lebih aman menarik diri kembali ke Emaus (Luk 24:13-35).

Teks[1]
1 Petrus 4:12-19[2]
12    Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
13    Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
14    Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
15    Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.
16    Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.
17    Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?
18    Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?
19    Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.
19
Konteks
Diperkirakan Surat 1 Petrus ditulis sekitar tahun 69. Menurut tradisi, Surat 1 Petrus ditulis oleh Petrus, murid Yesus (1:1;5:1). Akan tetapi, jika dicermati tata bahasa dan gaya penulisan surat ini pernah muncul keraguan bahwa hampir mustahil Petrus, seorang nelayan Galilea (Mrk 1:16-17;3:16) yang menjadi penulisnya. Alasannya : 1. Praktek seperti ini (disebut pseudonim) adalah sesuatu yang wajar pada zaman itu. Penulis surat ini memakai nama Petrus sebagai suatu bentuk penghormatan kepadanya. 2. Dalam 1 Ptr 5:12 dikatakan bahwa ia menulis “dengan perantaraan Silwanus” menunjukkan bahwa Silwanus bertindak sebagai sekretarisnya.  Memang bukan Petrus yang menulis surat itu secara langsung dan bisa jadi Silwanus pun tidak menuliskannya atas dikte dari Petrus. Kemungkinan Silwanus yang menulisnya dengan menguraikan pandangan dan pemikiran Petrus yang diketahuinya karena bahasa Yunani yang dipakai dalam surat ini sangat bagus.
Secara garis besar Surat 1 Petrus dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1:1-12 (dipilih, dilindungi dan diselamatkan), 1:13-3:22 (hidup sebagai umat Allah yang kudus), dan 4:1-5:14 (melayani dan menanggung penderitaan sampai akhir). Dalam surat tersebut kental sekali gagasan tentang penderitaan, kebahagiaan, kemuliaan, kebenaran dan ketaatan kepada Allah. Dalam 1 Ptr 4:12-19, gagasan-gagasan tersebut mencapai puncaknya dan dipersatukan dengan dasar eskatologis yang sama : penghakiman ilahi. Adanya penghakiman ilahi itu menjadi alasan kuat mengapa jemaat Kristen harus memelihara persatuan, solidaritas dan harapan yang ada dalam diri mereka.
Mengapa bisa timbul gagasan-gagasan seperti itu ? Petrus mengirim surat ini dari “Babilon”, nama samaran untuk “Roma” (bdk 1 Ptr 5:13), kepada “orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia”. Mereka adalah jemaat yang merupakan orang-orang asing di tempat tinggal mereka sehingga tidak memiliki hak sebagai warga masyarakat dan jaminan perlindungan. Rupanya mereka berasal dari kalangan non-Yahudi dan termasuk golongan rendah dalam masyarakat. Selain itu, jemaat Kristen memiliki gaya hidup yang berbeda, melawan arus. Akibatnya datang fitnah, celaan dan penderitaan yang bertubi-tubi yang harus ditanggung jemaat. Mereka mengalami berbagai perlakuan diskriminatif oleh masyarakat dan pejabat setempat. Penulis Surat 1 Petrus berharap jemaat Kristen menghadapi situasi tersebut sebagai sesuatu yang wajar karena mereka adalah pengikut Kristus karena Yesus sendiripun mengalami perlakuan seperti itu semasa hidup-Nya.

Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
·          ayat 12-13 : Pernyataan umum yang berisi ajakan untuk bersukacita.
·          ayat 14-16 : Jangan sampai perbuatan jahat manusia menjadi penyebab penderitaannya. Dan kalaupun menderita, hendaknya jemaat menderita sebagai orang Kristen.
·          ayat 17-19 : Kesimpulan yang berisi alasan mengapa dalam penderitaan, jemaat mesti tetap menjadi orang benar.

Keterangan Teks
·          ayat 12 : emas dipanaskan untuk menghilangkan hal-hal yang membuatnya tidak murni. Setelah proses itu didapatlah emas murni. Demikian juga dengan iman. Iman seseorang perlu diuji dan “dibakar” melalui pencobaan dan penderitaan agar menjadi murni dan kuat (bdk 1:7). Oleh karena itu jemaat tidak usah heran mengapa mereka mengalami penderitaan. Penderitaan adalah hal yang biasa karena semua orang tanpa terkecuali pasti pernah mengalaminya.
·          ayat 13 : Kalau begitu, sikap apa yang dianjurkan manakala jemaat Kristen mengalami penderitaan ? Jemaat diajak untuk bersukacita karena jemaat Kristen sedang mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Jemaat harus bersolidaritas dengan penderitaan Kristus. Melalui penderitaan tersebut Allah sebenarnya menguji dan membuktikan iman mereka. Jika mereka menjalaninya dengan sukacita, sukacita pulalah yang akan mereka terima ketika Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Kerelaan untuk menanggung penderitaan merupakan keutamaan orang Kristen yang membuatnya bernilai di mata Allah.
·          ayat 14-16 : Ada dua sebab mendasar terjadinya penderitaan yang saling berlawanan. Penyebab pertama, penderitaan demi nama Kristus (ayat 14)/menderita sebagai orang Kristen (ayat 16), dan penyebab kedua, menderita karena rupa-rupa “profesi” yang melawan kehendak Allah : pembunuh, pencuri, penjahat, pengacau (ayat 15). Rupanya pada saat itu jemaat Kristen dicurigai melakukan hal-hal buruk karena masyarakat cenderung kurang terbuka jika ada gerakan/aliran agama baru. Jemaat harus membedakan diri dengan orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus dengan menderita sebagai orang Kristen sehingga memuliakan Allah dalam nama Kristus.
·          ayat 17-19 : Ayat-ayat ini berisi kesimpulan yang berisi alasan mengapa dalam penderitaan, jemaat mesti tetap menjadi orang benar. Penghakiman di hadapan Allah  dimulai dengan orang-orang yang layak untuk “rumah Allah”. Jika Allah berbuat demikian bagi mereka yang layak, maka Allah pun akan berbuat demikian bagi mereka yang menolak pesan keselamatan. Jika keselamatan begitu sukar bagi orang benar, bagaimana bagi orang berdosa ? Oleh karena itu jemaat didorong agar menahan penderitaan sebagai kehendak Allah, bukan dengan sikap putus asa, lalu tidak berbuat apa-apa, melainkan dengan sikap tabah untuk menunjukkan imannya dengan berbuat baik.

Amanat Teks
Rasa takut dapat dialami setiap orang. Dalam kadar tertentu rasa takut bisa berdampak positif. Rasa takut akan ujian, bisa membuat seorang siswa belajar giat. Orang yang takut usahanya gagal akan berusaha membuat perencanaan yang matang. Namun, tidak bisa dipungkiri rasa takut juga bisa membuat orang tidak berdaya. Rasa takut membuatnya lumpuh. Harus disadari bahwa bahaya untuk menjadi lumpuh karena rasa takut, kecewa dan alasan-alasan lain sangat menguras energi, menghilangkan motivasi dan melenyapkan inspirasi.
Perikop yang kita renungkan kali ini hanya dapat ditangkap, dimengerti dengan baik dan dapat diperjuangkan dalam hidup orang Kristen jika dilihat dalam terang Kristus. Dalam terang Kristus, rasa takut dan berbagai kecemasan akan membuat orang Kristen semakin menemukan rencana Allah dalam hidup mereka. Orang-orang yang hidupnya lumpuh karena berbagai rasa takut dan kecewa tidak akan menemukan rencana Allah itu. Hanya orang yang sudah mengalami rahmat Allah yang membebaskan dalam hidupnya yang dapat menangkap dan memperjuangkan rahmat Allah itu. Rasa takut yang mencekam sekalipun akan tertanggung oleh umat Tuhan sebab mereka diperkuat oleh Roh Kudus. Karena keyakinan iman itu, orang Kristen diajak untuk “bersukacita, sesuai dengan bagian” yang mereka terima dalam penderitaan Kristus. Yang diajak bersukacita adalah umat yang “menderita sebagai orang Kristen”, bukan karena penderitaan sebagai akibat orang melakukan tindakan kriminal.
Rasa takut dan cemas yang dialami tidak boleh mengaburkan panggilan dan perutusan orang Kristen, yaitu menemukan makna hidup di dalamnya sehingga ketakutan tidak terlihat lagi amat mencekam. Alasannya, Yesus selalu berdoa bagi murid-murid-Nya (Yoh 17:9) agar Bapa terus memelihara murid-murid Yesus, karena mereka “masih ada di dunia ini” (Yoh 17:11).
Maukah Anda dibebaskan dari rasa takut ? Oleh karena itu, mohonlah rahmat Allah agar hidup Anda dibebaskan dari rasa takut yang dapat melumpuhkan hidup Anda. Dan bersyukurlah kepada Tuhan jika Anda masih mempunyai orang yang tetap mendukung Anda dalam peziarahan hidup. Temukan juga arah dan makna hidup Anda dalam doa sehingga pengalaman-pengalaman pahit dalam hidup Anda tidak menjadikan Anda lumpuh.

1Diambil dari Bacaan Ekaristi Hari Minggu Paskah VII Tahun A (Kis 1:1-14; 1 Ptr 4:13-16; Yoh 17:1-11a)
2Untuk lebih mendalami permenungan, perikop disajikan lengkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^