Toleransi Beragama
Saat rekreasi bersama kawan-kawan lama dalam bulan puasa ke tempat-tempat menarik di Jawa Tengah dan Jawa Timur, perjalanan cukup santai karena jalan tidak terlalu ramai. Kami berjumlah 4 orang, satu diantaranya Muslim dan lainnya Katolik.
Dalam perjalanan, saat tiba waktunya sholat, tidak mudah mencarikan tempat ibadah bagi kawan yang beragama Islam ini apalagi di daerah yang tidak begitu kami kenal. Jalan satu-satunya adalah bertanya kepada penduduk setempat. Setelah menemukan tempat ibadah ini lalu dia melakukan kewajibannya sedangkan kami yang Katolik, menunggu diluar didalam mobil. Saat makan pagi dan siang, kawan saya yang sedang puasa ini seringkali duduk bersama dalam satu meja tanpa rikuh sambil menunggu kami selesai makan. Kadangkala ia sibukkan diri dengan Blackberry-nya. Juga saat kami singgah di tempat ziarah umat Katolik di Posarang, dekat Kediri . Kawan yang Muslim ini ikut masuk bersama kedalam komplek yang rindang dan sejuk sambil berjalan-jalan dan menikmati suasana sejuk didalamnya. Ia dengan sabar menunggu kami sampai selesai berdoa. Juga pada malam harinya, setelah dia buka puasa, kami makan bersama-sama sambil canda dan gembira.
Inilah yang saya sebut sebagai toleransi beragama yang sejuk, indah dan penuh pengertian diantara kita.
Toleransi beragama bagi saya dapat diartikan sebagai contoh sebuah rumah besar dengan banyak kamar tidur. Masing-masing kamar dihuni oleh orang-orang yang beragama Islam, Katolik, Keristen, Budha, Konfusius dan lain sebagainya. Didalam kamar yang dilengkapi tempat tidur, lemari pakaian dan lainnya juga tersedia ruang dipojok yang dapat digunakan untuk berdoa. Penghuni yang Muslim dapat menggelar selembar karpet sebagai alas untuk sholat, yang Katolik menempatkan foto Yesus atau salib-Nya, yang Kristen Protestan menempatkan salib saja, yang beragama Budha menyediakan meja kecil dengan patung atau gambar Budha Suci sedang tersenyum, dan lain sebagainya. Setiap ruang dipojok kamar dapat diatur bebas menurut keyakinan agamanya masing-masing. Penghuni kamar yang satu tidak menganggu yang lainnya. Tidak ada yang bisa melarang ruang pribadi untuk dipaksakan didekor atau ditiadakan menurut keinginan orang luar.
Saat waktu makan tiba, masing-masing penghuni kamar duduk bersama diatas meja kayu yang sama, makan nasi dan air yang sama dan santap lauk-pauk yang telah dibeli sebelumnya menurut seleranyanya. Setelah selesai makan, diaturlah secara bergiliran diantara mereka untuk tugas pembersihan meja makan, cuci peralatan makan dan lain sebagainya dengan rela.
Saat waktunya untuk rekreasi bermain bola atau volli atau lainnya, semua penghuni ikut bermain dengan membentuk kelompok-kelompok bersama. Tidak ada kelompok dimana pemainnya harus satu agama.
Bila semua telah usai, kita kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat, mandi atau kegiatan lainnya. Bila tiba waktunya untuk berdoa, kita sujud dipojok kamar kita masing-masing dengan hati lega dan bebas tanpa rasa takut dihalau keluar kamar atau diganggu oleh penghuni rumah lainnya atau orang luar.
Selain kehidupan diatas, kita juga bisa maju bersama untuk kepentingan bangsa, baik mereka yang Muslim, Kristen, Budha, Konfusius dan lain sebagainya. Setiap agama pasti mempunyai tujuan suci universal. Agama Islam membenci kezaliman dan ketidak-adilan dan begitu juga dengan agama Katolik, Kristen Protestan, Budha, Konfusius dan lainnya. Dengan demikian, marilah kita atas tujuan yang sama ini bersama-sama maju sambil bergandengan tangan dengan erat untuk menghadapi penguasa yang zalim dan para koruptor.
Buanglah jauh pikiran bahwa jalan Tuhan saya paling benar sehingga inilah jalan satu-satunya dan tiada jalan lainnya menuju kemenangan dan kesejahteraan. Jangan sekali-kali kita jalan sendiri-sendiri. Bersatu kita megah dan kuat, berurai kita lemah dan runtuh. Kita bisa maju bersama-sama untuk tujuan mulia dan universal ini untuk kepentingan rakyat dan bangsa.
Rumah besar dengan penghuninya seperti inilah akan terlihat serasi, kokoh, indah dan harmonis sepanjang masa. Inikah Rumah Besar Indonesia idaman Gus Dur tercinta? (Arsian Wirawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^