Sabtu, 04 Juni 2011

Sajian Utama

Bangun Jembatanmu

Pada dua bukit berdekatan yang saling berseberangan, di daerah terpencil yang belum ada jembatan penghubung, dan jurangnya sangat dalam, maka bukit yang berseberangan itu walaupun tampaknya tidak terlalu jauh, tetapi untuk menuju ke bukit di seberangnya orang harus berjalan memutar arah yang jaraknya bisa beberapa kali jauhnya dibandingkan bila di antara bukit itu ada jembatan penghubungnya, belum lagi ada kemungkinan tersesat bila di antara bukit-bukit tersebut terdapat hutan lebat, sehingga arah yang dituju bukan semakin dekat, tapi malah semakin jauh dan akhirnya tidak sampai pada tujuannya.
Betapa penting ‘jembatan’ dalam kehidupan iman kita, itu telah dinyatakan oleh Kristus sendiri melalui salib-Nya. Ketika tangan-Nya terentang di kayu salib, itu menunjukkan tanda bahwa misteri Yesus Kristus, Ia yang tidak berdosa, dijadikan dosa untuk menyelamatkan kita, dan menderita karena kesalahan dan dosa-dosa kita. Dengan tangan-Nya yang terentang di kayu salib itu Yesus menjembatani kita yang berada di dunia fana dan penuh dengan godaan dosa ini di satu sisi untuk diantarkan ke seberang ke Kerajaan Surga di mana Allah bertakhta di tempat yang kudus (bdk Mat. 25:31-34). Hanya Yesus dengan Salib-Nya itu yang dapat menjembatani kita, melalui Dia, mengantar kita untuk menerima Kerajaan yang telah disediakan-Nya di Surga.
Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin (Luk 16:19-31), yang memberi ingatan pada kita untuk tidak terlambat melakukan kehendak Tuhan di dalam hidup ini agar tidak menimbulkan penyesalan yang tidak mungkin dapat diperbaiki lagi saat meninggalkan dunia ini, karena ada jurang pemisah antara alam maut dan tempat para kudus di surga, yang tidak dapat terseberangi (ay 26).
Yesus yang maha pengasih dan penyayang, membuat pemisahan dengan menggambarkan jurang pemisah antara surga dan neraka, akhirat yang dapat menjadi bagian orang saleh dan orang berdosa. Orang hidup di dunia sering terkecoh: memandang, bersahabat, menyanjung, menyayangi, dan menikmati dimanja oleh orang kaya. Orang sering tidak melihat, tidak memandang, tidak memperhatikan pada yang miskin papa, yang menderita, yang dilalaikannya, bahkan kadang-kadang dilecehkan, dihina.
Melihat perumpamaan orang kaya dan Lazarus yang miskin itu, memang nasibnya yang dibawa berbeda-beda. Orang tidak berpikir untuk menyadarkan, bahwa si kaya mampu dan dapat, bahkan ia wajib mengubah nasib Lazarus, sesama manusia ciptaan Tuhan. Antara tempat si kaya  pesta bersukaria dengan makanan yang mewah, dan pintu rumahnya di mana si pengemis Lazarus terbaring tidak ada jurang pemisah; tetapi hati yang angkuh, keras, kejam, tidak ada belas kasihan kepada sesama manusia, itu sudah menciptakan jurang pemisah yang semakin luas dan semakin dalam yang tidak terseberangi antara si kaya dengan si miskin. Tetapi Tuhan melihat setiap tindakan, perbuatan manusia di dunia ini. Maka ketika si miskin itu meninggal, ia dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham di tempat perhentian terhormat dan penuh berkat di surga. Dan ketika orang kaya itu pun meninggal, ia menderita sengsara di alam maut tanpa dapat menyeberangi jurang yang terbentang di hadapannya, yang dibuatnya sendiri, untuk sampai ke tempat si miskin berada di pangkuan Abraham dan mendapat hiburan yang membahagiakan selama-lamanya.
Kemudian si kaya itu minta tolong agar saudara-saudaranya yang masih hidup di dunia ini diperingatkan dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan sampai masuk kelak ke dalam tempat penderitaan seperti yang dialaminya itu. Dan permintaan si kaya bagi keselamatan saudara-saudaranya, itu pun berlaku sama dan ditujukan pada kita juga. Untuk menolong umat-Nya sampai sekarang Tuhan Yesus Kristus sendiri berbuat silih saban hari dalam Perayaan Ekaristi. Yesus mengajar saban hari dengan pengorbanan sengsara, salib dan wafatNya untuk menebus dosa-dosa kita. Kita dari situasi kita masing-masing, dapat mengangkat hidup kita menjadi korban silih, persembahan rohani. Beban hidup dalam memikul kewajiban, setiap penderitaan betapapun kecil, dapat kita ikut sertakan dalam korban salib Tuhan. Kita berbuat silih; melakukan tobat, mohon pengampunan Tuhan sebagai orang berdosa, melakukan perbuatan kasih untuk menolong sesama yang miskin papa, menderita sengsara. Dan yang penting beriman atau penyerahan diri secara total kepada Tuhan, agar seluruh rencana dan  kehendak Tuhan itu terlaksana di dalam hidup dan diri kita; itulah jembatan yang harus kita bangun untuk dapat terhubung dan terbangunnya relasi yang akrab dan intim dengan Yesus Kristus Tuhan kita. (Stefan Surya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^