Oleh : Peter Suriadi
Manusia adalah makhluk yang senantiasa mencari sesuatu, terutama kasih dan segala bentuknya. Kasih yang benar maupun kasih yang palsu. Semakin ia memiliki kedewasaan, ia semakin mencari yang bernilai abadi. Demi mncari yang paling bernilai, ada saja orang yang siap berkorban habis-habisan, misalnya : tidak menikah, menolak kekayaan, hidup sesederhana mungkin. Dan sesuatu yang abadi itu adalah kerinduan keberadaan manusia terhadap sesuatu yang berada di luar dirinya, yang jauh melebihi dirinya, yang boleh disebut sebagai Allah sebagaimana dirumuskan oleh Santo Agustinus : Nos fecisti ad te et inquietem est cor nostrum donec requiscat in te. Dengan segala macam usaha, sepanjang sejarah manusia berusaha keras mencari Allah.
Teks
Luk 19:1-10
1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”
8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”
9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.
10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Konteks
Lukas bab 18 mengisahkan tahap akhir perjalanan Yesus memasuki Yerusalem. Yesus siap memasuki Yerusalem untuk mati di sana, meskipun para murid-Nya tetap tidak memahaminya. Di akhir bab 18 ini, Lukas mengisahkan peristiwa penyembuhan seorang buta dekat Kota Yerikho (18:35-43). Dalam kisah si buta menyapa Yesus sebagai Anak Daud. Yesus menyembuhkannya dan si buta akhirnya bergabung dengan kelompok pengikut Yesus. Orang banyak yang melihat peristiwa itu memuliakan Allah yang melakukan mukjizat itu di antara mereka. Dan berita itu menyebar di seluruh Kota Yerikho.
Kisah penyembuhan seorang buta dekat Kota Yerikho ini diikuti kisah pertobatan Zakheus yang kita renungkan dalam perikop hari ini (19:1-10). Kisah pertobatan Zakheus terjadi di Kota Yerikho. Kisah Zakheus merupakan ajaran luar biasa tentang kerahiman Allah dan tanggapan manusia atas kerahiman Allah itu.
Susunan Teks
Teks dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
· ayat 1-2 : Pelaku kisah : Yesus dan Zakheus.
· ayat 3-8 : Usaha dan hambatan Zakheus dalam bertemu Yesus.
· ayat 9-10 : Status Zakheus sebagai anak Abraham dan peran Yesus sebagai Anak Manusia.
Keterangan Teks
· ayat 1 : Yerikho berarti “kota pohon kurma” (2 Taw 28:15), dan disebut dalam Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati dalam Luk 10:30-37. Yerikho adalah kota dagang yang sangat penting pada waktu itu. Biasanya para kafilah yang berjalan dari Damaskus (Siria) menuju Arab akan melewati Kota Yerikho. Karena iklimnya yang sejuk, pemandangannya yang indah, sumber airnya banyak, pohon kurmanya yang banyak dan tanahnya yang subur menyebabkan Kota Yerikho dijuluki juga “kota firdaus”. Yerikho merupakan kota terindah di Propinsi Yudea. Maka tidak mengherankan banyak orang kaya tinggal di Kota Yerikho. Para imam pun banyak tinggal di sana (bdk Luk 10:30-31). Yesus melintasi Kota Yerikho dalam rangka perjalanan-Nya menuju Kota Yerusalem.
· ayat 2 : Nama Zakheus berasal dari bahasa Ibrani Zakkay, yang berarti “bersih, murni, tak bersalah”. Apa pekerjaan Zakheus ? Zakheus adalah kepala pemungut cukai. Pada zaman itu, para pemungut cukai dibenci oleh masyarakat, bahkan dianggap berdosa berat. Ada 3 dosa mereka yang, menurut anggapan orang Yahudi, sangat berat dan tidak terampuni. Pertama, pemungut cukai memeras rakyat. Mereka menarik cukai lebih besar dari yang ditetapkan pemerintah Romawi. Kelebihan uang itu mereka pandang sebagai “gaji” sebab mereka tidak digaji resmi oleh pemerintah Romawi. Kedua, tugas pemungut cukai menuntut mereka bergaul dengan orang asing sebab pajak tidak hanya dipungut dari orang Yahudi, tetapi juga dari orang asing. Padahal menurut Hukum Taurat, orang asing itu najis. Jadi pemungut cukai terkena kenajisan orang asing tersebut. Ketiga, pemungut cukai dianggap bekerjasama dengan penjajah Romawi. Pemungut cukai dianggap pengkhianat bangsa karena bekerja untuk kepentingan penjajah. Ketiga dosa besar itulah yang membuat Zakheus bertambah kaya dan sekaligus dibenci dan dikucilkan masyarakat Yahudi.
· ayat 3-4 : Nampaknya Zakheus sudah pernah mendengar tentang Yesus sehingga ia begitu antusias untuk melihat Yesus. Mungkin Zakheus sudah mendapat info tentang Yesus dari temannya, Lewi (Matius), yang telah menjadi murid Yesus dan tentang Yesus yang makan bersama dengan para pemungut cukai (Luk 5:17-32), dan terutama berita tentang penyembuhan seorang buta dekat Kota Yerikho (Luk 18:35-43). Saking antusiasnya, Zakheus tidak mempedulikan orang banyak yang akan melihat Yesus melintas. Meskipun badannya pendek, Zakheus tidak kehilangan akal. Ia memanjat pohon ara (Yunani : sykororea). Pohon ara itu biasanya sangat tinggi tetapi cabang-cabang bawahnya mudah dipanjat.
· ayat 5-6 : Yesus yang pertama kali melihat dan menyapa Zakheus yang sudah berada di atas pohon ara. Yesus melihat ke atas, memanggil namanya dan menyuruhnya turun. Alasan ajakan Yesus tersebut adalah “hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”. “Menumpang” berarti “tinggal”. Tinggal memiliki makna yang lebih mendalam daripada sekedar menginap. Kata “hari ini” memberi kesan menyamakan kedatangan Yesus dengan tibanya saat keselamatan. Karena ingin bertemu Yesus yang menghadirkan keselamatan, Zakheus “segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita”. Sukacita inilah yang mendorong Zakheus untuk bertobat.
· ayat 7 : Tetapi orang banyak di situ berpikir dengan pola pikir mereka sehingga mereka bersungut-sungut. Mereka berpikir bahwa dengan menumpang (dalam ayat ini “menumpang” berarti “menginap”) di rumah Zakheus yang dianggap pendosa, maka Yesus ambil bagian dalam kedosaan Zakheus. Orang banyak salah menafsirkan maksud Yesus. Tetapi bagi Zakheus, Yesus yang mau menumpang di rumahnya, tidak hanya bermakna sekedar menginap. Yesus mau berarti berbagi keselamatan bagi orang yang dikucilkan seperti Zakheus.
· ayat 8 : Pertobatan Zakheus tampak dari perbuatannya. Ia berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat”. Zakheus sangat kaya sehingga ia mampu mengganti rugi sampai empat kali lipat. Padahal menurut Hukum Yahudi, hanya dalam satu hal saja seorang harus mengganti rugi empat kali lipat, yaitu jika ia mencuri domba (Kel 22:1); selain itu, hanya mengganti satu kali saja. Memang menurut Hukum Romawi, setiap pencurian harus diganti rugi empat kali lipat. Tetapi Zakheus bukanlah warga Romawi sehingga ia tidak memiliki kewajiban mengganti empat kali lipat. Dengan kesediaannya mengganti empat kali lipat, kesungguhan pertobatan Zakheus begitu menakjubkan. Itulah buah pertobatannya.
· ayat 9-10 : Lewat ucapan-Nya ini, Yesus mendamaikan Zakheus dengan komunitas Israel sebagai keturunan Abraham. Israel bukan hanya anak Abraham secara jasmani tetapi terutama anak Abraham dalam iman. Ia rela melepaskan harta yang dapat binasa dan mengambil bagian dalam harta yang tak dapat binasa, yaitu pulihnya hubungan dengan Allah. Dan itulah misi Yesus, yaitu menyelamatkan manusia dari kedosaan dan memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Yesus harus tinggal di rumah Zakheus berarti rencana keselamatan Allah terlaksana. Karena, pertobatan manusia pertama-tama adalah rencana Allah. Allah yang mengambil inisiatif, manusia tinggal menanggapinya.
Amanat Teks
Sepanjang masa banyak orang mencari Yesus. Pada saat masih hidup di dunia, Yesus pun dicari. Tetapi kebanyakan orang mencari Yesus demi kepentingan sendiri. Mereka mau mendengar Yesus, menikmati perdebatan yang Ia hadapi, menyaksikan penyembuhan dan pengusiran setan. Ada di antara mereka yang begitu “ketagihan” Yesus sehingga bergabung dengan-Nya, mengelilingi-Nya, merasa berperan sebagai pengawal-Nya.
Benarkah Zakheus begitu jelek seperti yang sering dikhotbahkan ? Zakheus mencari Yesus. Satu hal ini saja sudah menunjukkan bahwa Zakheus berhati mulia. Ia sungguh mencari pribadi yang dapat ia cintai tanpa syarat, dan yang mau mencintainya seadanya. Lain halnya dengan “para pengawal” yang mengelilingi Yesus dalam perjalanan melintasi Yerikho. Mereka sama sekali tidak mencari Yesus. Mereka sama sekali tidak peduli ajaran Yesus. Mereka sedikit pun tidak terpengaruh oleh Yesus yang – mirip Zakheus – juga mencari. Kalau Zakheus mencari orang yang benar, yang sedang populer di Palestina, maka Yesus justru mencari orang yang paling diremehkan oleh bangsa Israel, yang tidak peduli akan belas kasihan. Jadi, ada dua orang yang mencari : Yesus dan Zakheus. Semua yang lain sama sekali tidak mencari siapa-siapa sebab berpikir sudah menemukan.
Pencarian Zakheus yang pendek diwujudkan dengan usahanya untuk berlari mndahului orang banyak dan memanjat pohon. Usaha Zakheus ini melambangkan usaha manusia (yang memang pendek) untuk menggapai Allah yang tinggi. Dan karena inisiatif Yesuslah, Zakheus tidak diam dan nongkrong di atas pohon ara. Zakheus mau turun dan menghampiri Yesus. Inisiatif Allah yang tinggi itulah yang membuat manusia mampu mengenali-Nya dan mencari-Nya. Manusia akan mendapat tempat pelabuhan pencariannya itu.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda masih mencari Yesus atau sudah lama berpendapat Anda memiliki-Nya ? Adakah Anda berusaha serius mengenal Yesus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^