Rabu, 09 Maret 2011

Renungan

Jika Aku Gayus Tambunan
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku ... (Mzm 27:1)


SAAT Itu aku tidak melakukan usaha bisnis dan masih asyik menyimak acara televisi mengenai jalannya persidangan vonis untuk Gayus H. Tambunan. Dan hakim pun untuk terakhir kalinya mengetukan palu sidang. Terdakwa Gayus telah divonis bersalah dalam dakwaan melakukan tindak pidana korupsi dan telah dijatuhi hukuman kurungan penjara selama tujuh tahun. Waktu yang bukanlah sedikit untuk kembali melakukan permenungan dan merefleksikan dirinya kembali, untuk hidup di jalan terang Tuhan.
Banyak orang mulai kembali berkomentar seputar masalah Gayus, lalu berkata ini dan itu dari peristiwa tadi. Kupikir, ada yang sudah memberikan banyak tanggapan positif, tetapi ada pula yang mengomentari banyak hal masalah presiden yang seolah-olah tak punya nyali untuk memberantas korupsi, mafia hukum dan juga pajak, keterkaitannya dengan Gayus Tambunan.
Sajian utama majalah ini adalah, “Api Kecil Yang Lembut.” Api merupakan zat sebagai asal-muasal terang atau cahaya. Kita tak dapat membayangkan apa jadinya bumi ini tanpa cahaya matahari, sumber api di bumi.
Tetapi kini tinggal api kecil yang lembut. “Dapatkah api tadi menerangi seisi dunia?” Dapat, dan tidak mustahil. Karena dunia yang dimaksud adalah aku yang juga seperti Gayus yang telah banyak berbuat dosa pada Allah. Bedanya dosaku tak nampak dipermukaan hakim dan  hakim pun meluputkan aku dalam perkara  sehingga aku tak divonisnya, tetapi Gayus Tambunan. Walaupun demikian kita meninggalkan sebuah pertanyaan, “masih maukah aku datang bertatap sebentar dikedinginan dosa yang menusuk hingga ke tulang sumsumku, pekat dan kelam, pada api kecil yang lembut itu?”
Tuhan Yesus adalah terang dunia yang sumber serta asal muasalNya adalah Allah sendiri, Roh Kudus.
Aku yang sudah banyak berbuat dosa dan pelanggaran terhadap Allahku seharusnyalah dapat datang dan berserah diri pada Tuhanku, Yesus, tapi tak lagi juga mampu. Karena dari awalnya, duniaku ini diciptakan hanya untuk aku, tetapi bukan untuk saling berseteru menyalahkan banyak pihak untuk “cari amannya sendiri” seperti yang pernah dilakukan oleh Gayus dalam komentar curhatnya. Dan ini terjadi setelah sidang usai tetapi masih menyisakan sebuah pikiranku, “dia itu mau ikut pemerintah untuk memberantas korupsi ataukah hanya untuk cari sensasi yang cuma menambah keruhnya suasana?”
Aku yang sudah juga bersalah dan sama-sama dihukum Allah atas pelanggaranku dan juga dosa-dosaku harus belajar dari sikap dan kata-kata Dismas. Dia berkata kepadaku, “Ia yang bersamaku disini, di Golgota, tak layak mendapatkan hukuman seperti kita.” Dan Dismas yang kala itu bersama Tuhan, aku dan Gayus di tiang salib masih berkata padaku, “Ipung ..., tidakkah engkau ini menjadi takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita. Tetapi orang ini, Tuhan Yesusmu dan kita, tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Dan seharusnya aku mau mengamini sikap dan kedewasaan dan teguran Dismas serta tak boleh aku menang sendiri.
Sekarang, pertanyaan kita lagi, “sudah beranikah aku mengambil resiko setelah berbuat dosa dan juga bersikap sama seperti Dismas dalam menerima hukuman Allah?” Sebab presiden kita pun akhirnya tak luput jadi bahan hujatan banyak orang atas perkara Gayus  bahkan secara moral dan etika juga turut dihakimi dan “dihukum” rakyatnya sendiri.
Tuhan Yesus, Dismas, bapak Presiden, aku serta Gayus kini telah menjadi terhukum. Dan kini, “siapa yang sudah datang dan berseru pada bapa, Allah kita, pada FirmanNya yang hidup, api kecil yang lembut agar dapat menerangi keangkuhan hati karena dosa, serta melembutkannya dari belenggu akibat dosa dan penderitaanya untuk memohonkan ampunan Bapa?”
Kita harus banyak belajar dari Tuhan dan juga bersikap layaknya Dismas dalam menerima hukuman Allah.
Dismas mau menerima resiko bersalah, tetapi ia datang kepada Bapa melalui api kecil yang lembut sebab kataNya , “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.”
Baiklah aku mau datang bersama Dismas kepada Tuhan Yesus dengan takut dan rasa hormat dan dengan setia mau mendengarkan banyak dari firmanNya disisa hidupku ini, lalu menyimpannya serta merenungkannya lalu berbuat seperti yang telah diperintahkanNya karena Tuhanlah terang dan keselamatanku, sehingga aku pun mampu berdoa kepadaNya, “Tuhan Yesus, ampunilah kami, rakyat Indonesia, Dismas, Bapak Presiden, aku dan juga Gayus Tambunan atas kesalahan kami masing-masing karena kebobrokan etika serta moral bangsa ini di bumi Indonesia tercinta dalam usaha kecil kami sehari-hari, dan hapuskan segala kesalahan serta dosa-dosa kami umatMu juga derita karenanya dan biarkanlah kami kembali bersama rahmatMu, api kecil yang lembut sehingga kami menjadi pijar terangNYa di bumi Firdaus Indonesia yang indah, yang telah Kau ciptakan dan jadikan hanya untuk kami, umatMu bangsa Indonesia. Amin.” (Ipung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^