Senin, 01 November 2010

Sajian Utama 2

Perpisahan Sementara


Dunia bukan tempat kediaman tetap melainkan persinggahan sementara di dalam penziarahan manusia sepanjang perjalanan menuju ke rumah Bapa. Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan. Orang baik dan buruk mengalami nasib yang sama di dunia ini. Kadang-kadang orang jahat nampaknya lebih beruntung ketimbang orang baik. Namun orang bijaksana dan saleh merenung, melihat lebih dalam dan lebih jauh, lebih benar penilaiannya, mereka memilih jalan keutamaan dan kehidupan.
Tuhan tidak menghendaki kematian, Ia ingin kelestarian hidup. Dari semula yang direncanakan oleh Tuhan mengenai manusia, yang dijadikan gambar hakekatnya sendiri (Kebijakan Salomo 2:23), itulah kesucian dan kebakaan. Dan semua yang menentang kebenaran ini, adalah pikiran sesat yang dimasukkan pada manusia oleh setan, musuh sejak semula. Mulai dari Firdaus manusia sudah dijegal dan dijatuhkan oleh kedengkian setan, masuklah maut ke dunia, dan yang menjadi milik setan, mencari maut itu (Keb Sal 2:24). Maka hendaklah kita membebaskan diri dari kuasa setan dan dosa, dan mengikuti arah Roh yang benar dalam diri kita, untuk mendapatkan hidup, kesucian dan kebakaan.
Memang orang benar acapkali ditimpa siksaan, menderita kemiskinan, ditindas, sengsara tak berdaya. Namun “kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia namun harapan mereka penuh kebakaan”. Maut itu menurut pandangan dunia adalah suatu malapetaka, kehancuran, tetapi jiwa orang bijaksana berada dalam ketentraman, ia ada di tangan Tuhan (Keb Sal 3:1-4).
Orang bijaksana menerima kebenaran, bahwa ia itu diuji “laksana emas dalam dapur api”, diuji sebentar, saat perpisahan sementara yang dialaminya, untuk kemudian menerima anugerah yang besar (Keb Sal 3:5-6).
Setelah meninggal, arwah secara langsung akan diadili oleh Tuhan dan putusan kekal yang tidak dapat diubah akan dikenakan padanya. Allah akan memberikan keringanan dalam pengadilan ini. Dalam Kitab Suci pengadilan perorangan tidak dikatakan dengan jelas, tetapi ternyata dari perumpamaan Lazarus dan orang kaya: “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya”(Luk 16:22-23). Ini mengandaikan bahwa jiwa secara langsung diadili, karena saudara-saudara orang kaya itu masih hidup (Luk 16:27-28).
Dari teks-teks lain kita melihat bahwa sesudah kematian jiwa secara langsung mendapat pahala atau hukuman. Maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebelumnya ada pengadilan. Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).
Pada Wahyu 14:13 dikatakan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini. ‘Sungguh,’ kata Roh, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”.
Kristus berkali-kali menubuatkan pengadilan: “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan BapaNya diiringi malaikat-malaikatNya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya”. (Mat 16:27).
Semua itu adalah demi untuk dapat tercapainya tujuan harapan iman kita, yaitu hidup bersama para Kudus di Sorga. Sorga adalah status kebahagiaan kekal sesudah kehidupan ini yang terdiri atas kesempatan memandang wajah Allah selamanya. (bdk Mat 5:8 , 18:10 ; 1Kor 13:12 ; 1Yoh 3:2).
Bila kita memandang Allah, kita tetap terbebas dari kejahatan. Bebas dari kejahatan fisik: “Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Why 7:16 , 21:4). Bebas dari kejahatan moral, yakni bebas dari dosa.
Dengan diadilinya arwah secara langsung oleh Tuhan, itu berarti jiwa orang benar yaitu yang semasa hidupnya di dunia ini hanya terarah pada Yesus, melakukan perbuatan-perbuatan benar sesuai dengan ajaranNya, yang suci hatinya, maka akan mengalami perpisahan sementara saja, karena dia akan mengalami seperti apa yang dikatakan Maria Magdalena: “Aku telah melihat Tuhan!” (Yoh 20:18). Saat terjadi suatu perjumpaan pribadi antara manusia dan Yesus yang telah bangkit, dan hidup dalam GerejaNya. (Stefan Surya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^