Senin, 01 November 2010

Renungan 1

BEGITU MAHAL CINTANYA

Kala itu aku merasa kalau aku ini seorang mahasiswa yang cukup beruntung di kampus tempat aku masih berkuliah, IKIP Sanata Dharma Yogyakarta, karena aku mendapatkan dispensasi tiga semester masa cuti kuliah dari dua semester yang seharusnya. Aku harus menjalani terapi psikiatri karena penyakit syaraf setelah selesai menempuh semester enam, di jurusanku Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris. Dokter pribadiku telah mengevaluasi kasus penyakitku sehingga aku tak mungkin dapat pulang dan pergi ke Yogya secepatnya dan surat ijin dokter yang merawatku telah kuberikan pada baik Dekan, Ketua Jurusan Fakultas juga Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, agar yang berkepentingan dapat maklum.

Pada tahun itu aku masih berpacaran dengan seorang mahasiswi jurusan Sejarah. Kukatakan pada dia sebelum aku pulang kembali ke Bogor, “Nan,... aku harus menjalani perawatan dokter di Jakarta,... dan kamu baik-baik saja ya,” pintaku, “jangan pikirkan aku yang begini, aku pergi hanya sebentar dan sementara.”
Wajah kekasihku, Nani kemudian memerah. Kesedihannya karena akan kutinggal pergi pulang ke Bogor lalu disusul dengan hamburan titik-titik air mata yang mulai mengalir ke pipinya dan dia memelukku, “Ipung, aku... sayang kamu,” katanya sedih, “cepat sembuh dan cepat kembali,” katanya masih memelukku.
Selain sakit aku pun mengeluh pada Nani di taman depan hall kampus mengungkapkan banyak hal tentang hubunganku dengan dia yang sering menjadi masalah bagi teman-teman puteriku di jurusan lain, sehingga aku tak sepenuhnya dapat berkonsenterasi pada banyak mata kuliah yang harus kuhadapi.
Kini romansa dan nuansa masa lalu juga mempengaruhi hidupku dan kupikir walau itu hanya sementara, kepergian seseorang yang dicintai kerap juga mengganggu emosi. Yang ketika itu bahagia, kini berganti dengan kesedihan yang menghantuinya, dan yang ketika itu gembira, kini isak haru pun mulai terdengar. Sehingga dengan berat hati waktu itu aku harus meninggalkan kota Yogya, kampusku tercinta Sanata Dharma, meninggalkan Nani.
Sebelum Tuhan kembali ke tempat Bapa, Yesus telah berpesan banyak pada para rasulNya. Pesan-pesan kesedihan bagi murid-muridNya dicatat dalam InjilNya dan tersurat bagi kita agar kepergianNya yang sementara juga memiliki tujuan mulia, supaya kita dapat selalu bersamaNya selamanya. Sehingga kita tak perlu menjadi gusar dan lama bersedih hati se-peninggalNya.
Cinta dan kasih pada seseorang adalah ungkapan hati. Cinta atau kasih pada seseorang membuat kita bahagia, sekaligus dapat membuat kita sedih. Yesus, Tuhan telah banyak berbuat bagi kita karena Dia adalah Firman yang hidup, walau sering kita merasa tak layak untuk dicintaiNya. Ungkapan kasih Allah pada manusia tergambar jelas dan telah dimanifestasikanNya dalam hidupNya bersama para rasul dan kita umatNya. Dari kelahiranNya di kandang domba hingga kematianNya yang mengerikan di kayu salib Golgota menjadi tanda bagi kita yang telah diselamatkan dari belenggu dosa yang kejam.
Sekarang, apa mau kita yang sesungguhnya, untuk kita dapat membalas Kasih? Cuma doa pujian dan rasa syukurlah yang harus dapat kita haturkan di setiap waktu kita kepada Allah, bahwa kita tak dapat sendiri melakukan setiap kewajiban kita dalam karya kecil di bumi ini, bagi sesama. Kita membutuhkan Dia di setiap waktu kita dalam kasih Roh KudusNya.
Karena hanya melalui Yesus, Tuhan, Bapa akan dengan hangat membalas dan juga menjawab doa-doa kita, jika kita juga mengakui sebagai dombaNya. Jadi peliharalah cinta atau kasih bahagia kita karena Tuhan bagi sesama dan juga jangan lalaikan perintahNya, teguranNya, sapaanNya yang menyejukkan itu.
Bagi kita, cinta Yesus pada kita adalah yang termahal, karena untuk itu Ia rela mati bagi kita umat yang telah dipilihNya. Ada syair lagu, “Bukan dengan emas perak Engkau telah menebusku dari hutang dosa, tetapi hanya karena wafatMu.”
Begitu mahalNya dia sang Pencipta hidup itu dan pasti kita tak mampu membayarnya. Isyarat bagi kita agar kita harus lebih tekun untuk kembali memutar memori kita akan Dia dalam kita mendengar Firman-firman InjilNya, sehingga kepergianNya dan kematianNya tidak menjadi sia-sia.
Dan jika ada orang yang harus membenci kita dalam Dia dan karena Dia kita harus berpegang teguh akan ujaranNya agar kita pun tak lagi membenci, orang-orang seperti kita yang dibenci banyak pihak haruslah sadar, bahwa Dia sudah terlebih dulu banyak dibenci. Usaha kita hanyalah berdoa pada Tuhan. Sekali lagi, berdoa padaNya untuk dipersembahkan pada si pembenci supaya kemuliaan Tuhan karena doa kita dapat terus bersinar di setiap hati orang-orang yang mengasihi Tuhan, untuk memadamkan kegelapan hati orang yang tega membenci kita. Karena di situ ada cinta, di situ pula ada membenci. (IPUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^