Senin, 01 November 2010

Evangelisasi

MENGAPA UMAT KATOLIK MENGGUNAKAN SAKRAMENTALI DAN BERDEVOSI?

Kita masing-masing mempunyai foto-foto di rumah, bahkan ada foto yang bagi kita menjadi foto favorit. Foto menghubungkan kita dengan seseorang atau tempat yang bagi kita sangat mengesan dan penting. Souvenir, album, barang kenang-kenangan menghubungkan kita dengan sesuatu yang sangat spesial dalam hidup kita. Semuanya tadi mempunyai arti dan berguna untuk dikenang senantiasa. 
Kita juga menggunakan kata-kata, gerakan tangan atau gerakan tubuh, lambang-lambang dan benda-benda untuk mengingatkan kita akan kehadiran Allah dan kasihNya. Disamping ketujuh sakramen, yang merupakan tanda istimewa karya Allah bagi umatNya, orang-orang Katolik juga menggunakan sakramentali-sakramentali untuk selalu berhubungan dengan hal-hal yang rohani.
Kita akan melihat hakekat dari sakramentali-sakramentali dan peranannya dalam kehidupan iman orang Katolik. Kita juga akan melihat beberapa sakramentali yang umum dan juga benda-benda yang lain serta orang yang dianggap suci. Para kudus dan Bunda Maria mempunyai tempat utama dalam kehidupan iman, sebagai pribadi-pribadi yang mengingatkan kita akan Allah.
Hakekat dari sakramentali
Sakramentali “menyucikan” benda-benda duniawi dan mendatangkan dimensi suci ke dalam tindakan-tindakan kita sehari-hari. Benda-benda ini disebut sakramentali karena, seperti ketujuh sakramen, sakramentali itu menghasilkan buah rohani.
Tetapi sakramentali itu berbeda dengan sakramen dalam beberapa hal. Sakramentali itu tidak suci dari dirinya sendiri. Sakramentali itu menandakan buah-buah rohani melalui iman orang-orang beriman dan melalui doa-doa Gereja. Sedangkan sakramen-sakramen merupakan tindakan-tindakan yang suci, lepas dari motif-motif pribadi. Misalnya, jika orang tidak layak menerima Tubuh dan Darah Kristus, ketidaklayakannya itu tidak berpengaruh terhadap kenyataan dari sakramen itu.
Ada tujuh sakramen, tetapi sakramentali jumlahnya tidak dapat dihitung. Banyak sakramentali telah lama digunakan sebagai tradisi, sedangkan ada sakramentali yang digunakan dalam masa yang singkat saja atau digunakan hanya dalam daerah tertentu saja. 
Sakramen-sakramen merupakan hal yang pokok dalam hidup orang-orang Katolik, sedangkan sakramentali merupakan tradisi-tradisi yang saleh. Walaupun direstui oleh Gereja, sakramentali-sakramentali bukanlah ajaran yang pokok. Apa yang dinyatakan oleh sakramentali didasarkan atas kepercayaan dan doa dari Gereja, tetapi mau menggunakan sakramentali atau tidak itu manasuka, tidak diharuskan. 
Sakramentali itu wujudnya bermacam-macam: berkat, doa, perbuatan, benda, tempat, waktu. Sakramentali-sakramentali yang umum mendunia sering menghasilkan indulgensia. Ini berarti bahwa Gereja membenarkan jika orang menggunakan sakramentali dengan iman maka orang itu akan memperoleh penghapusan hukuman sementara yang disebabkan oleh dosa.
Orang-orang Katolik mempergunakan sakramentali-sakramentali untuk hiburan rohani, bimbingan dan bantuan. Misalnya, pada waktu sakit orang yang memegang sebuah salib atau mendaraskan doa rosario lebih mudah menerima penderitaan dalam semangat iman. Meskipun sakramentali itu hanya merupakan asesori atau pelengkap bagi iman, tetapi sakramentali memberikan bantuan yang kuat bagi kehidupan rohani yang berarti.
Latihan-latihan devosional yang populer atau devosi-devosi pribadi
Orang-orang Katolik suka berkumpul bersama untuk berdoa dengan mengajukan intensi-intensi tertentu. Devosi ini mungkin menghormati orang kudus tertentu, aspek khusus dari kehidupan Yesus Kristus atau ke-hidupan Bunda Maria, atau misteri tertentu atau ajaran iman. Meskipun banyak devosi telah diganti dengan perayaan-perayaan liturgis sejak Konsili Vatikan II, devosi-devosi itu masih merupakan bentuk-bentuk doa yang sah. Meskipun jumlah devosi telah berkurang, masih banyak devosi-devosi yang bersifat pribadi.
Benedictio, pujian, astuti
Devosi ini, yang menghormati Sakramen Mahakudus secara meriah, dimulai ketika tekanan dalam kesalehan dipusatkan pada adorasi. Hosti besar diperlihatkan dalam wadah yang dihiasi dengan lapisan emas yang disebut dalam bahasa latin Monstrans. Orang-orang ber-iman mempersembahkan sembah sujud dan penghor-matan lewat doa-doa, nyanyian-nyanyian dan pengakuan secara khusus akan kebesaran Allah dalam pujian ilahi. Seorang imam biasanya bertugas dan mengenakan pakaian khusus vellum.
Devosi empat puluh jam
Devosi ini menyediakan kesempatan untuk lebih mendalam lagi dalam menghormati Sakramen Mahakudus. Selama tiga hari Sakramen Mahakudus diperlihatkan dalam Monstrans dan orang-orang beriman berdoa secara khusuk. Kemudian devosi ini ditutup dengan arak-arakan yang meriah. Banyak paroki melakukan devosi ini sekali setahun.
Novena-novena
Meniru rasul-rasul yang berdoa selama sembilan hari sebelum hari raya Pentakosta, banyak orang Katolik berdoa novena kepada orang-orang kudus tertentu memohon ujud-ujud tertentu.
Novena untuk umum diadakan dalam gereja. Banyak orang Katolik melakukan doa novena pribadi.
Prosesi atau arak-arakan 
Dalam banyak agama prosesi menambah meriahnya pesta keagamaan. Gereja Katolik menyelenggarakan prosesi-prosesi di dalam gedung gereja atau juga di luar gedung gereja, teristimewa selama Devosi Empatpuluh Jam dan prosesi bulan Mei untuk menghormati Bunda Maria atau prosesi-prosesi lainnya untuk menghormati santo pelindung.
Devosi-devosi lainnya .
Devosi-devosi yang dilakukan oleh banyak orang Katolik meliputi: doa rosario, doa Jalan Salib doa Offisi Ilahi. Devosi ini oleh banyak orang Katolik dijadikan bagian dari kehidupan rohani mereka. Karena Alkitab telah mulai memainkan peranan yang lebih besar dalam spiritualitas Katolik, kebaktian Alkitab digunakan. Kutipan-kutipan Alkitab, mazmur-mazmur, doa-doa dan renungan-renungan berpusat pada tema kitab suci. Pertobatan umum, upacara-upacara penyembuhan, pengurapan umum untuk orang-orang sakit dan doa karismatik semakin populer sesudah Konsili Vatikan II.
Konsili Vatikan II mengatakan “Devosi-devosi populer orang-orang Kristiani sangat dipuji”. Devosi-devosi macam demikian sangat dianjurkan, tetapi harus tetap dalam perspektif yang wajar. “Sambil mengindahkan masa-masa Liturgi, devosi-devosi ini perlu diatur sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan Liturgi suci; sedikit banyak harus bersumber pada Liturgi suci dan menghantar umat kepadanya, sebab menurut hake-katnya Liturgi memang jauh lebih unggul dari semua devosi itu (KV II, Konstitusi tentang Liturgi Suci art. 13).
Gerakan tubuh, sikap tubuh dan berkat
Berkat bukanlah hal yang unik untuk orang-orang Katolik. Agama-agama lainpun juga suka memohon berkat Ilahi. Orang-orang Katolik menerima berkat melalui hamba-hamba Tuhan yang ditahbiskan yaitu para imam dan para diakon. Mereka yang menerima tahbisan menerima kuasa rohani melalui tahbisan suci dan karena itu kalau mereka memberkati, mereka memberkati dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Bila seorang imam memberkati selama perayaan sakramen-sakramen atau dalam Misa, maka berkat tersebut disebut berkat liturgis. Kalau orang, tempat atau benda diberkati maka berkat itu disebut berkat pribadi. Benda-benda yang diberkati dan digunakan untuk maksud-maksud religius disebut sakramentali
Berkat menunjukkan ketergantungan manusia kepada Allah, tetapi juga menunjukkan perhatian Allah terhadap kegiatan-kegiatan manusia. Karena itu berkat dapat diberikan kepada kendaraan, hewan peliharaan kesayangan, rumah, para atlit, benda, kejadian yang penting bagi manusia.
Berkat dapat diberikan dengan memercikkan air suci, mengucapkan doa dan dengan menumpangkan tangan atas apa yang mau diberkati dan membuat tanda salib.
Sikap tubuh dan gerak tubuh yang lain menimbulkan perasaan-perasaan rohani. Orang Katolik berlutut waktu berdoa dan menekukkan satu lutut sampai menyentuh lantai dihadapan tabernakel untuk memberikan hormat yang mendalam kepada Sakramen Mahakudus. Menundukkan kepala sewaktu mengucapkan Nama Yesus juga merupakan kebiasaan bagi orang-orang Katolik.
Melipat tangan dengan jari-jari saling diselibkan sewaktu berdoa berasal dari zaman ketika para budak dibelenggu sebagai tanda tunduk menyerah. Tangan dilipat dengan jari-jari menunjuk ke atas melambangkan bahwa dalam doa pikiran orang ditujukan kepada Allah. Lambang ini mirip dengan bentuk menara-menara gereja. Orang dapat berdoa dalam sikap badan yang cocok untuk dapat mengangkat hati kepada Tuhan.
Tanda Salib 
Tanda salib merupakan tanda yang paling dikenal dalam lingkungan orang-orang katolik dan termasuk cukup kuno. Tanda salib mengungkapkan kebenaran pokok iman: Tritunggal, dan penebusan oleh Yesus di kayu salib, dengan kata-kata, “Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin”.
Dengan mencelupkan jari-jari ke dalam air suci di pintu masuk gereja kita diingatkan akan komitmen kita kepada Kristus dalam sakramen permandian. Bila hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran dan penuh perhatian, gerakan tangan ini berguna sebagai kegiatan yang mengingatkan akan iman Kristiani seseorang. Kalau kita membuat tanda salib dengan penuh perhatian dan hormat kita diingatkan bahwa kita ini orang yang sudah dipermandikan karena itu harus hidup sebagai orang Kristiani yang sejati. Tanda salib digunakan dalam perayaan liturgis, sakramen-sakramen, memberikan berkat, doa pribadi dan devosi-devosi.
Cara yang paling umum membuat tanda salib ialah dengan menyentuh dahi, dada dan bahu kiri, bahu kanan dengan ujung-ujung jari kanan yang terbuka. Imam memberikan berkat dengan membuat tanda salib di udara dengan telapak tangan terbuka atau dengan memegang salib. Imam juga dapat membuat tanda salib dengan ibu jarinya pada benda yang diberkatinya. 
Unsur-unsur suci: air, minyak, cahaya, api
Air suci merupakan simbol yang universal dari pembersihan rohani. Kebiasaan menggunakan air suci dalam Gereja sudah berlangsung sejak awal keberadaan Gereja. Air suci digunakan dalam upacara liturgi maupun dalam devosi-devosi. Orang-orang Katolik memberkati diri mereka sendiri pada waktu masuk gereja dan sering menyimpan air suci dalam rumah me-reka. Air suci itu ditaruh dalam sebuah wadah di pintu masuk, direcikkan sebelum orang pergi tidur dan digunakan pada waktu sakit atau waktu ada badai mohon perlindungan Allah. Air yang paling istimewa adalah air yang diberkati dalam upacara Vigili Paskah.
Minyak selalu melambangkan kekuatan. Minyak suci yang digunakan dalam upacara-upacara bertujuan untuk menggambarkan kekuatan rohani. Minyak katekumen digunakan dalam sakramen pembaptisan. Minyak orang sakit digunakan dalam pengurapan orang sakit. Krisma, campuran minyak zaitun dengan balzam, digunakan dalam sakramen-sakramen yang lain yang membutuhkan pengurapan : pembaptisan, krisma dan imamat suci. Minyak-minyak suci secara meriah diberkati oleh Bapak Uskup dalam liturgi Kamis Putih di Katedral.
Cahaya juga memainkan peranan penting dalam agama-agama. Lilin-lilin digunakan tidak dengan maksud memberikan terang, meskipun lilin-lilin itu mungkin pada awal mulanya untuk penerangan. Lilin-lilin yang menyala melambangkan sukacita dan pujian bagi Allah. Lilin-lilin digunakan dalam Gereja Katolik dalam semua perayaan liturgis, maupun oleh orang-orang untuk devosi pribadi. Lilin-lilin diberkati secara meriah pada tanggal 2 Februari yaitu dalam pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah, yang dahulu dikenal dengan nama Hari Misa Lilin. Ada juga Lilin Paskah yang diberkati pada malam Vigili Paskah. 
(Stefan Surya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^