Senin, 01 November 2010

Ruang Kitab Suci

Berjaga-jagalah

Mat 24:37-44
37 “Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.

38   Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,
39     dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
40     Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan;
41     kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
42   Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
43   Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
44     Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”

Susunan 
Ada tiga sabda Yesus yang menunjukkan tentang perumpamaan kedatangan Anak Manusia (ay. 37, 39, 42) ini memberikan dua tanda peringatan untuk berjaga-jaga dan siap sedia (ay. 42, 44).
Perumpamaan pertama membandingkan saat kedatangan Anak Manusia dengan zaman Nuh (ay. 37), yang berciri dengan hidup santai, konsumtif, nyaman (ay. 38). Dampaknya mereka mengalami musibah oleh air bah; hal yang sama akan terjadi saat Anak Manusia datang (ay. 39). Perumpamaan kedua mengibaratkan akibat kedatangan Anak Manusia dengan suatu tindakan seleksi dan pemisahan antara dua laki-laki/dua perempuan yang sedang melakukan pekerjaan yang sama di ladang/rumah (ay. 40, 41). Perumpamaan ketiga mengibaratkan kedatangan Anak Manusia dengan masuknya pencuri pada waktu malam, yang – seandainya diketahui saatnya – pasti membuat tuan rumah berjaga-jaga.
Perumpamaan ketiga ini diawali dan disusul dengan peringatan dan ajakan untuk berjaga-jaga (ay. 42) dan siap sedia (ay. 44), tetapi bukan berjaga-jaga dan siap sesaat saja melainkan terus menerus. Sebab berbeda dengan perumpamaan yang mengandaikan bahwa tuan rumah tahu saatnya pencuri datang, saat kedatangan Tuhan atau Anak Manusia sama sekali tidak dapat diduga sebelumnya.

Konteks   
Wejangan Yesus tentang akhir zaman dalam Matius 24-25 merupakan saduran dari Markus 13. Bacaan kita merupakan bahan tambahan yang pertama. Sebelumnya kita diberitahu tentang kedatangan Anak Manusia (24: 29 dab), atau parousia yang sebenarnya profan, tetapi dalam arti sakral mengacu kepada kedatangan Tuhan. Dan tentang tanda-tanda bahwa kedatangan itu dekat (ay. 32-35) tanpa harinya dapat diketahui siapa pun, kecuali hanya Bapa sendiri (ay. 36). Kemudian bacaan kita menegaskan bahwa hari kedatangan itu memang tidak diketahui, dan karena itu memperingatkan kita untuk terus berjaga-jaga dan siap sedia. Arti dari hal berjaga-jaga dan siap sedia untuk menyambut kedatangan Tuhan dijelaskan dalam dua perumpamaan yang menyusul (tentang hamba yang setia,  24:45-51, dan gadis-gadis yang bijaksana, 25:1-13); dan implikasinya untuk cara hidup dan kerja di dunia sekarang dijelaskan dalam dua perumpamaan lagi (menjalankan uang talenta, 25:14-30, dan melayani kebutuhan saudara-saudara terkecil, miskin dan hina, 25:31-46).

Keterangan 
Sebagaimana halnya pada zaman Nuh (ay. 37):  Perbandingan antara air bah pada zaman Nuh dan saat Anak Manusia adalah kedatangannya yang tak terduga, namun merupakan suatu yang pasti, bagi orang yang hidup dengan santai dan senang-senang saja. Mereka baru sadar ketika saat kritis sudah sampai, namun sudah terlambat.
Kedatangan Anak Manusia (ay. 37, 39, 44): Bagi Matius, kedatangan Yesus tidak berbicara tentang kedatangan salah seorang tokoh akhir zaman, tetapi adalah kedatangan–Nya sendiri, parousia, dalam kemuliaan bersama malaikat-malaikat untuk menjalankan pengadilan/penghakiman terakhir (13:41,  16:27 dab,  19:28,  24:27, 30,  25:31, 26:64). Bab 24 ini lebih menekankan sifatnya yang mendadak, saatnya tidak diketahui. Dalam ay. 37-39 pembaca berhadapan dengan dua aspek pemberitaan Yesus; di satu pihak Yesus memberitakan keselamatan, tetapi di lain pihak Ia memberitakan bencana. Kedua hal ini senantiasa harus diingat oleh manusia. Seruan agar manusia bertobat yang sekaligus diiringi dengan pemberitaan tentang kedatangan Anak Manusia merupakan dua peringatan yang Allah berikan kepada umatNya. Manusia masa kini akhirnya perlu sadar bahwa inilah saat terakhir untuk mengambil keputusan.
Makan dan minum (ay. 38):  Sesudah memberitahukan terjadinya suatu malapetaka dahsyat, Yesus menyibukkan diri dengan sikap manusia. Orang-orang di zaman Nuh tetap menjalankan kehidupannya dengan santai, happy, senang selalu, mereka makan-minum, kawin. Namun ketidak pahaman mereka sangat berbahaya: mereka mati sebab tidak menangkap tanda-tanda yang diberikan kepada mereka. Begitulah akan terjadi pada akhir zaman. Waktunya sudah terlambat untuk berbuat apa yang seharusnya dilakukan sebelumnya. Maka, sekarang juga setiap saat manusia harus berjaga-jaga dan siap sedia mempersiapkan diri dengan membuka mata dan hati dalam menanggapi peringatan Tuhan.
Seorang akan dibawa (ay. 40-41):  Maksudnya, dibawa oleh Anak Manusia atau malaikat-malaikat yang akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya (ay. 31). Pada saat kedatangan Anak Manusia akan tersingkap perbedaan antara orang-orang yang sepintas kelihatan sama. Mereka melakukan kegiatan yang sama, namun yang satu dengan sikap dan cara yang siap untuk mendapat bagian di dalam Kerajaan Allah, sedangkan yang lain tidak siap lalu ditinggalkan di luar. Gambaran dua laki-laki yang bekerja di ladang di samping dua perempuan yang bekerja di rumah bermaksud memberi kesan lengkap: pengadilan serta pe-misahan oleh Anak Manusia mencakup semua manusia tanpa diskriminasi lahiriah.
Berjaga-jagalah; siap sedia (ay. 42, 44):  Ketidak-tahuan akan hari kedatangan Anak Manusia memintga orang untuk terus berjaga-jaga, siaga, siap sedia. Ajakan untuk berjaga-jaga terus tentu bahasa kiasan dan tidak bertentangan dengan tidur fisik. Dalam perumpamaan tentang sepuluh gadis, kelima yang bijaksana pun boleh saja tidur selama mempelai belum ada (25:5, 13). Juga ajakan “berjaga-jagalah dengan Aku” di taman Getsemani (26:38, 41) dimaksudkan suatu kewaspadaan yang lebih positif daripada hanya tidak tidur pada saat itu.
Tidak tahu pada hari mana … pencuri akan datang (ay. 42-43):  Kedatangan Tuhan sering dibandingkan dengan pembobolan rumah oleh pencuri yang tentu saja tidak membuat janji waktu terlebih dahulu, peristiwa terjadi secara tidak terduga. Yang diibaratkan di sini ialah kedatangan Tuhan yang saatnya justru tidak diketahui. Karena itu kesimpulannya murid harus berjaga-jaga dan siap sedia terus menerus.

Amanat    
Bencana yang dahsyat seperti datangnya banjir, meletusnya gunung berapi,  datangnya tak terduga-duga. Orang tahu ada sesuatu yang mengancam, tetapi selalu dikatakan: “Dalam waktu dekat belum akan terjadi”. Orang takut memikirkan kejadian yang dahsyat, maka datangnya selalu dirasa sebagai tiba-tiba dan ngeri! Orang terus mau rutin, hidup biasa-biasa saja. Tetapi hari perhitungan, penghakiman Tuhan, akhirnya datang juga.
Pada saat kedatangan Tuhan itu kebahagiaan atau kecelakaan manusia ditentukan untuk selamanya, maka orang didesak untuk selalu waspada, siap sedia. Kedatangan Tuhan yang begitu penting itu tak mungkin diketahui saatnya. Maka tidak cukuplah siap siaga sewaktu-waktu saja, tetapi diperlukan sikap waspada dan siap sedia yang terus menerus dan tidak lengah. Sikap berjaga-jaga dan siap sedia yang diperintahkan Tuhan dapat ditemukan dalam beberapa perumpamaan yang menyusul: melayani kebutuhan sesama, khususnya mereka yang terkecil, hina dan miskin (25:40), bekerja dengan karunia-karunia yang diberikan Tuhan sehingga membawa hasil bagiNya (25:16-20), memperlengkapi diri untuk dapat menyambut Tuhan kapan pun (25:4). Dan bacaan II (Rm 13:11-14) pun mengajak kita untuk bangun  dari tidur, yang diartikan sebagai hal menanggalkan perbuatan kegelapan (pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan dan iri hati) dan mengenakan perlengkapan senjata terang, atau mengenakan Tuhan Yesus Kristus. (Stefan Surya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^