DOA DAN PENGHARAPAN DI BALIK SUATU PERPISAHAAN
Kehilangan seseorang yang dikasihi, apalagi untuk selamanya akan sangat menyedihkan. Tangis pilu dan sedu sedan akan mewarnai perpisahan itu. Hal ini setiap saat bisa kita saksikan atau kita rasakan setiap kali ada peristiwa kematian, dimana orang yang meninggal adalah orang yang disayangi dalam keluarga atu kelompok sosialnya. Tangisan adalah ungkapan betapa kita sangat kehilangan, sangat menyayanginya dan tidak berdaya menghadapi kesedihan akibat perpisahan selamanya yang terkadung terasa sangat mendadak.
Demikian juga yang dialami oleh keluarga Titi pada suatu hari di akhir bulan September beberapa tahun yang lalu. Ayah Titi, Pak Broto, sore itu menghadap Bapa. Sekalipun boleh dibilang putra-putri Pak Broto sudah dewasa, semuanya sudah berkarya dan berkeluarga, tetap saja isak tangis Bu Broto dan putra-putrinya tidak bisa dicegah. Bagaimana mungkin mereka bisa menahan tangis, ketika seseorang yang selama ini menjadi ayah, sahabat, penuntun, pelindung, tumpuan keluarga tiba-tiba kehidupannya di dunia berakhir dan harus meninggalkan semuanya. Keluarga, kegiatan, sahabat, relasi, statusnya di dunia ini. Ratusan orang mengantarkan kepergian pak Broto, sebagai penghormatan yang terakhir.
Tangisan adalah bentuk ungkapan emosi yang cukup manusiawi, seperti halnya tawa, senyum, marah, kesal, senang, dll. Orang menangis bukan berarti tidak punya iman dan pengharapan. Penghiburan bagi orang-orang yang sedang merasa sangat kehilangan seperti ini akan sangat berarti. Doa bagi orang-orang yang meninggal pun sangat penting. Dengan doa, kita memohon kepada Allah yang Maha Rahim dan penuh belas kasih untuk melimpahkan karunia kasihNya kepada orang yang meninggal agar dosa-dosaNya diampuni dan diperkenankan memasuki kerajaan surga. Doa merupakan bentuk kasih kita kepada mereka yang kita doakan.
Kematian, adalah sebuah kepastian. Cepat atau lambat kita semua akan mengalaminya. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa di pengujung kehidupan kita di dunia yang fana ini kita akan menyambut kedatangan mempelai laki-laki. Selain itu Yesus juga menyakinkan kita melalui wafat dan kebangkitanNya, bahwa kita semua akan mengalami kematian. Kematian bukanlah akhir dari segalanya, namun awal dari sebuah kehidupan baru. Kita yang telah mengalami kematian juga akan mengalami kebangkitan dan memasuki kehidupan kekal. Jadi, suatu saat kita akan bertemu kembali dengan saudara kita yang telah terlebih dahulu menghadap Bapa di surga.
Masalahnya, apakah hidup kita memang sudah benar-benar mengimani Yesus yang sengsara, wafat dan bangkit mulia? Kalau kita mengikuti Yesus, berarti harus menyelaraskan hidup kita dengan teladan hidup Yesus agat kita ikut mengalami kebangkitan mulia. Sebagai pengikut Kristus kita memiliki pedoman, yaitu keteladanan para kudus di surga dengan hidup dalam ketergantungan dengan Allah atau dalam kemiskinan, rendah hati, tidak gampang marah, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, menjaga kebersihan hati, dll.
Sepintas, keteladanan para kudus ini kita rasakan seperti muluk-muluk dan tidak mungkin bisa kita lakukan. Dengan doa yang tekun dan memohon rahmat Allah, Roh Kudus akan membimbing setiap manusia untuk membuka diri dan memiliki kekuatan untuk melakukan hal-hal yang baik. Maukah kita tetap berdoa dan memohon kepadaNya? Juga pada saat keinginan kita tidak terkabulkan? Mari kita berjuang, selagi masih ada kesempatan, Tuhan memberkati! (E. Sri Hartati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^