Rabu, 01 September 2010

Sebaiknya Anda Tahu 2

YESUS KORBAN REKAYASA KASUS

Kalau disimak berita di mass media akhir-akhir ini penuh dengan liputan tentang korupsi, penyuapan, rekayasa kasus. Banyak komentar para pengamat, hiruk pikuk argumentasi para advokat, unjuk rasa yang menuntut penyelesaian kasus, dan banyak komentar lainnya baik dari kalangan penegak hukum maupun masyarakat awam.

Penyakit Masyarakat Sepanjang Masa
Skandal korupsi, penyuapan, pemerasan dan rekayasa kasus terjadi sepanyang masa peradaban umat manusia, sejak puluhan abad lalu sampai dengan masa kini. Dalam Kitab Suci dijumpai kisah kasus korupsi dan manipulasi yang dilakukan oleh seorang bendahara, kasus main hakim sendiri oleh masa terhadap seorang perempuan. Terdapat pula praktek-praktek pemerasan terhadap orang-orang yang mau mempersembahkan korban di Bait Allah, dimana mereka dipaksa untuk membeli korban dari para pedagang kaki lima di Bait Allah. Skandal penyuapan, pengkhianatan dan rekayasa kasus yang paling besar sepanyang masa ialah ketika Yudas Iskariot menerima sogokan dari para Imam Agung dan kemudian menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi. Yesus dihadapkan di pengadilan yang tidak jujur dan kemudian dijatuhi hukuman mati!

Koalisi untuk Membunuh Yesus
Pada waktu Yesus berkarya sebagai Anak Allah yang menjelma menjadi manusia banyak orang Yahudi tidak mau menerimaNya dan menentang ajaran-ajaranNya. Terdapat tiga kelompok besar yang menentang Yesus dan mereka selalu berupaya untuk menjebak Yesus dan menghukum Dia. Kelompok-kelompok itu adalah: (1) Kaum Saduki yang merupakan suatu golongan pemimpin agama Yahudi yang fundamentalis dan sangat fanatik dalam hukum Musa. Mereka tidak senang dengan ajaran-ajaran Yesus dan merasa terancam karena Yesus sudah mempunyai banyak pengikut. Golongan Saduki memdapat hak otonomi penuh dari penguasa Romawi untuk mengurus Bait Allah. Puncak kemarahan mereka terhadap Yesus ialah ketika Yesus mengusir para pedagang hewan korban dan penukar uang dari pelataran bait Allah. Kaum pedagang itu yang nota bene adalah sanak keluarga kaum Saduki selalu memberikan setoran keuntungan kepada para Imam Agung. Tokoh yang terkenal dari golongan ini ialah Anas dan menantunya Kayafas. (2) Golongan Farisi yang terdiri dari para rabi dan ahli Taurat. Mereka sangat fanatik dengan hari Sabbath dan mengharuskan orang Yahudi mengikuti Hukum Taurat secara legalistik dan kaku. Yesus menyebut para ahli Taurat dan kaum Farisi munafik karena mereka hanya mengajarkan namun tidak menjalankan. Mereka sendiri hidupnya jauh dari cinta kasih dan serba gila hormat (bdk Matius 23). Yesus menolak cara-cara mereka yang menerapkan seribu satu macam aturan sebagai jalan menuju Allah. Oleh karena itu golongan Farisi menuduh Yesus telah melanggar hukum Taurat dan menghujat Allah. (3) Kelompok Herodian yang merupakan keturunan Herodes Agung yang ingin memerintah orang Yahudi menggantikan Gubernur Romawi. Mereka menganggap Yesus sebagai saingan politik karena mengira Yesus adalah calon Raja orang Yahudi. Padahal Yesus tidak pernah mencita-citakan kekuasaan duniawi (bdk Yoh 6:15)

Pengadilan yang Tidak Jujur.
Imam Agung dan kaum Farisi serta ahli Taurat melakukan upaya untuk menangkap Yesus. Dalam Mat 26:3-4 dikatakan, “Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia” Konspirasi ini berhasil ketika Yudas Iskariot menerima uang sogokan sebanyak 30 keping uang perak untuk mengkhianati Yesus (bdk. Mat. 26:14-16) Meskipun Yudas Iskariot pada malam Perjamuan Terakhir di cuci kakinya oleh Yesus dan menerima pembagian roti dan anggur dari tangan Yesus namun ia tetap tega mengkhianati Yesus dengan ciuman maut dan menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi di Taman Getsemani. Yesus dibawa ke tempat imam agung untuk diadili dengan tuduhan menghujat Allah. Sulit dikatakan bahwa pengadilan ini jujur karena tidak lazim sebuah pengadilan digelar pada tengah malam dan tidak di gedung pengadilan melainkan di tempat Imam Agung, yaitu dihadapan Anas dan Kayafas dengan saksi-saksi palsu. Pengadilan dilakukan secara kilat dan Yesus di vonis bersalah. Namun mereka tidak berani menghukum mati Yesus karena orang-orang Yahudi tidak mempunyai wewenang untuk membunuh orang (bdk Yoh 18:31) Yesus kemudian di bawa ke Pontius Pilatus yang pada waktu itu menjadi Gubernur Romawi namun dengan tuduhan yang berbeda, yaitu Yesus ingin memberontak terhadap otoritas penguasa Romawi.
Pengadilan yang dipimpin Pontius Pilatus berlangsung di bawah tekanan dan intimidasi. Orang-orang Yahudi yang dihasut oleh imam-imam kepala melakukan demo menuntut agar Yesus di hukum mati dan disalibkan walaupun Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun pada diri Yesus. Pokoknya skenario mereka agar Yesus dibunuh harus terlaksana! Karena takut akan orang banyak dan takut kehilangan pangkat maka Pilatus tidak berani membebaskan Yesus. Demi ambisi pribadi dan kedudukan ia rela mengorbankan Yesus yang tak bersalah!
Karena desakan orang-orang Yahudi dan imam kepala, maka sambil mencuci tangan Pilatus menyerahkan Yesus untuk di salibkan.

Pertanggungan jawab
Timbul pertanyaan, siapa yang bertanggung atas pembunuhan Yesus? Kayafas Imam Agung dan para pemimpin Yahudi tidak bisa menghukum Yesus maka mereka membawaNya kepada Pilatus dengan memfitnah perbuatan-perbuatanNya dan mengatakan Ia ingin menjadi raja. Meskipun membenci Kekaisaran Romawi imam-imam kepala berteriak: “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar” (Yoh 19:15) Pada waktu Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan seluruh rakyat berkata “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat. 27:25)
Beberapa tahun yang lalu ada film “The Passion of the Christ” yang memvisualisasikan kisah sengsara Yesus secara detail seperti yang diceritakan di Kitab Suci. Konon film tersebut diprotes komunitas Yahudi. Orang-orang Yahudi tidak mau dipersalahkan atas kematian Yesus. Injil tidak ingin mengatakan bahwa seluruh bangsa Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus. Para penulis Injil hanya ingin memberi kesaksian bahwa kebanyakan dari mereka dan bukan hanya pemimpin telah menolak Yesus.
Para Imam-imam kepala terus berkampanye mendeskreditkan Yesus. Ketika Yesus bangkit mereka menyogok para prajurit penjaga makam untuk mengatakan bahwa makam itu kosong karena jenazah Yesus dicuri oleh murid-muridNya. Dan cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini (bdk Mat 28:11-15)
Bagaimana dengan Pilatus? Orang ini merupakan sosok yang oportunis, culas dan kejam terhadap orang Yahudi. Demi ambisi pribadi ia terpaksa mengabaikan kebenaran dan menghukum Yesus. Karena ia telah memeras dan melakukan korupsi, ia takut nanti orang Yahudi mengadukan dia kepada Kaisar mengenai seluruh perbuatannya. Yesus berkata kepada Pilatus “... orang yang menyerahkan Aku kepadamu lebih besar kesalahannya”(Yoh. 19:11) Kamus “Dictionary of the Bible” menyebut Pilatus sebagai”insignificant and unworthy man” (Orang yang tidak berarti dan tak berguna). Namun, namanya selalu disebut setiap kali kita ucapkan Syahadat Para Rasul atau Credo :”Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus ...”

Arti Kematian Yesus
Dari sudut sejarah, wafat Yesus harus disebut pembunuhan. Tetapi dilihat dari sudut karya Allah, artinya dengan pandangan iman, Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia (bdk 1Kor 15:5). Karena cintaNya yang sempurna Putera Allah telah menjadi manusia. Ia rela menderita dan wafat di salib untuk menyelamatkan manusia dari kuasa kegelapan. Ia dengan bebas menerima penderitaan yang menimpaNya. Kebebasan Yesus memilih menderita disampaikanNya pada saat Perjamuan Terakhir bersama para muridNya. Pada waktu memberikan pecahan roti Ia berkata :”Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu” (Luk 22:19). Dan setelah bersantap Ia memberikan piala sambil berkata:”Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu” (1Kor 11:25), sementara Injil menambahkan “darah perjanjian baru yang ditumpahkan bagi banyak orang demi pengampunan dosa”(Mat 26:28)
Yesus tidak membalas kekerasan dengan kekerasan. Ia mohon kepada BapaNya untuk mengampuni orang-orang yang telah menyalibkanNya dengan berkata: “Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34)

Setelah Duapuluh Abad
Hampir duapuluh abad telah berlalu sejak pengadilan dan penyaliban Yesus. Sosok-sosok seperti Yudas Iskariot, Anas, Kayafas dan Pontius Pilatus secara fisik sudah mati. Namun, setan-setan masih terus berkeliaran mencari mangsa. Kita mungkin seperti Yudas apabila iman kita lemah. Kita sudah dibersihkan dan menjadi murid Yesus melalui pembaptisan dan perjamuan Ekaristi. Namun, kita tetap diberi kebebasan untuk memilih tetap setia kepadaNya atau meninggalkan Dia. Tetap setia kepada Yesus berarti kita selalu menjalankan firmanNya. Inti firman Yesus ialah cinta kasih kepada sesama.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyakiti bahkan mengkhianati sahabat atau saudara kita. Apabila menjadi pemimpin atau pejabat melakukan korupsi, gila hormat dan egois mementingkan ambisi pribadi dengan mengorbankan rakyat kecil. Kita sering jatuh dalam dosa dan menyangkal Yesus yang telah memanggil dan mencintai kita. Yesus bersabda: “Sesunguhnya Aku berkata kepadamu, “setiap kali kamu melakukan ini kepada salah seorang yang paling kecil dari saudara-saudara-Ku, kamu melakukannya kepada-Ku” (Mat 25:40)

Gerakan Tobat
Dalam masa prapaskah kita mengenang kembali kisah sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus dan sekaligus melakukan refleksi perjalanan hidup kita dan membangun gerakan tobat. Masa prapaskah telah lewat dan penanggalan liturgi Geraja Katolik sekarang memasuki masa biasa. Hendaknya semangat refleksi dan gerakan tobat jangan hanya dilakukan dalam masa prapaskah saja, namun tetap dijalankan setiap saat dalam hidup kita.
Sebagai manusia kita menghadapi berbagai macam persoalan dari yang ringan sampai berat Hal ini merupakan tantangan terhadap ketabahan dan kekuatan iman kita. Marilah kita tetap setia dalam mencintai Yesus walaupun kita mengalami berbagai cobaan hidup. Kita berusaha untuk belajar memikul salib seperti Simon Kirene yang berjalan beriringan dengan Yesus dan ikut memikul salib. Kita memikul penderitaan dengan sabar dan tabah seperti Yesus. Kita juga ikut membantu sesama kita tanpa pandang suku, agama ataupun ras!

(FJP)

Daftar Pustaka:
- IMAN Katolik, Buku Informasi dan Referensi, Konferensi Waligereja Indonesia (1996)
- A CATHOLIC GUIDE TO THE BIBLE, Father Oscar Lukefhar, C.M. Obor (2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^