IMPOSSIBLE IS NOTHING
Pesawat dengan tujuan Denpasar segera akan berangkat, harap para penumpang yang akan berangkat menuju Denpasar untuk bersiap siap. Demikian suara yang terdengar dari pengeras suara memecah hiruk pikuk bandar udara. Labuan Bajo adalah kota ujung Barat Pulau frores yang saat ini terus bebenah dalam kualitas dan pelayanan dalam melayani Turis yang terus berdatangan untuk wisata ke komodo, wisata Rohani (Ruteng – Larantuka).
Dalam pesawat dengan tujuan Denpasar saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang sudah cukup berumur (kurang lebih 67 thn).Saya pun ingin sekali untuk mengajaknya ngobrol. Sepuluh menit setelah lepas landas beliau mengeluarkan Rosarionya dan melakukan tanda salib untuk berdoa.
Sayapun menlanjutkan lamunan dan menikmati perjalanan sambil menunggu selesainya berdoa. Saya akhirnya memberanikan diri untuk memperkenalkan diri. Dalam rautan wajah yang menua Ibu Maria tersenyum dan memberikan tangannya (khas keramahan orang Ruteng).
Ibu maria mau ke Denpasar juga ? Saya memberanikan diri untuk bertanya.
Ooh ia nak saya akan ke Denpasar, kemudian saya transit untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura (dengan SIA).
Dengan semangatnya ibu Maria berceritera “ bahwa tiga (3) hari kedepan Anaknya yang nomor 2 (dua) akan diwisuda disana, jadi saya diminta dengan sangat oleh anak untuk hadir melengkapi kebahagiaanya”.
Luar biasa ya Bu dan tentunya ibu sangat bahagia untuk hadir di sana. Kalau anak-anak yang lain tidak diajak untuk hadir ?
Ibu maria berceritera bahwa anaknya yang ke-3 sekarang jadi dokter dan bertugas dipedalaman Papua jadi agak sulit untuk hadir. Anak yang nomor 4 seorang Dosen yang sibuk mengajar dan tidak dapat meninggalkan siswanya “maklum seorang guru “ dan anak yang ke-5 sekarang bertugas di Bank Pemerintah, jadi belum boleh cuti.
Dalam ceritera yang panjang ibu Maria mengeluarkan dan membuka bekal kue kompiang (roti khas ruteng) dan saya dipersilahkan untuk sama sama menikmati bersama. (dalam hati saya) Luar biasa ibu ini “anak-anaknya semua berhasil dan akan menuju ke singapura tetap membawa bekal kue khas kampungnya”.
Saya pun semakin penasaran dengan Ibu Maria, karena dalam ceritanya, rasanya belum semua diceritakan .
Bu Maria maaf ‘tadi ibu udah ceritakan semuanya , namun ibu belum menceritakan tentang anak ibu yang pertama (1), anak yang pertama sekarang dimana ya bu ?.
Anak saya yang pertama (1) sekarang masih di kampung sedang mempersiapkan panenan sawahnya. “maaf ya nak” kebetulan anak ibu yang pertama (1) adalah seorang Petani.
“Tentunya ibu kecewa dengan anak pertama “ Karena hanya tinggal di Kampung dan hanya menjadi seorang Petani.Dibandingkan dengan adik-adiknya semuanya berhasil dan memiliki prestasi masing-masing. Dengan mata yang berkaca-kaca ibu Maria berujar “saya tidak kecewa dengan anak yang pertama, kami sangat bangga dengannya karena dengan sawah peninggalan mendiang Ayahnya dia bertekat dan bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan adik-adiknya, dan terbukalah jalan sampai seperti mereka sekarang ini.
Ibu Maria pun mengeluarkan saputanganya untuk menyeka air mata sambil berujar “maaf ya nak, ibu sampai menangis, ibu sangat berterima kasih padanya dan anak pertama ibu sangat membanggakan. Namun ada hal penting dari semua itu, yakni sepanjang hidup, Saya terus memanjatkan doa Novena kepada Bunda Maria “dengan Novena saya menjadi berserah kepada penyelenggaraan ILLAHI, biarkan rencana Tuhan yang terjadi. Dan yang terjadi sekarang adalah seperti yang saya ceriterakan tadi.
Saya terdiam “terima kasih Tuhan saya telah bertemu, berkenalan dengan beliau”. Saya berterima kasih padanya dan menutup pembicaraan. “DEUS PROVI DEBIT”….Tabe…..
Dengan semangatnya ibu Maria berceritera “ bahwa tiga (3) hari kedepan Anaknya yang nomor 2 (dua) akan diwisuda disana, jadi saya diminta dengan sangat oleh anak untuk hadir melengkapi kebahagiaanya”.
Luar biasa ya Bu dan tentunya ibu sangat bahagia untuk hadir di sana. Kalau anak-anak yang lain tidak diajak untuk hadir ?
Ibu maria berceritera bahwa anaknya yang ke-3 sekarang jadi dokter dan bertugas dipedalaman Papua jadi agak sulit untuk hadir. Anak yang nomor 4 seorang Dosen yang sibuk mengajar dan tidak dapat meninggalkan siswanya “maklum seorang guru “ dan anak yang ke-5 sekarang bertugas di Bank Pemerintah, jadi belum boleh cuti.
Dalam ceritera yang panjang ibu Maria mengeluarkan dan membuka bekal kue kompiang (roti khas ruteng) dan saya dipersilahkan untuk sama sama menikmati bersama. (dalam hati saya) Luar biasa ibu ini “anak-anaknya semua berhasil dan akan menuju ke singapura tetap membawa bekal kue khas kampungnya”.
Saya pun semakin penasaran dengan Ibu Maria, karena dalam ceritanya, rasanya belum semua diceritakan .
Bu Maria maaf ‘tadi ibu udah ceritakan semuanya , namun ibu belum menceritakan tentang anak ibu yang pertama (1), anak yang pertama sekarang dimana ya bu ?.
Anak saya yang pertama (1) sekarang masih di kampung sedang mempersiapkan panenan sawahnya. “maaf ya nak” kebetulan anak ibu yang pertama (1) adalah seorang Petani.
“Tentunya ibu kecewa dengan anak pertama “ Karena hanya tinggal di Kampung dan hanya menjadi seorang Petani.Dibandingkan dengan adik-adiknya semuanya berhasil dan memiliki prestasi masing-masing. Dengan mata yang berkaca-kaca ibu Maria berujar “saya tidak kecewa dengan anak yang pertama, kami sangat bangga dengannya karena dengan sawah peninggalan mendiang Ayahnya dia bertekat dan bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan adik-adiknya, dan terbukalah jalan sampai seperti mereka sekarang ini.
Ibu Maria pun mengeluarkan saputanganya untuk menyeka air mata sambil berujar “maaf ya nak, ibu sampai menangis, ibu sangat berterima kasih padanya dan anak pertama ibu sangat membanggakan. Namun ada hal penting dari semua itu, yakni sepanjang hidup, Saya terus memanjatkan doa Novena kepada Bunda Maria “dengan Novena saya menjadi berserah kepada penyelenggaraan ILLAHI, biarkan rencana Tuhan yang terjadi. Dan yang terjadi sekarang adalah seperti yang saya ceriterakan tadi.
Saya terdiam “terima kasih Tuhan saya telah bertemu, berkenalan dengan beliau”. Saya berterima kasih padanya dan menutup pembicaraan. “DEUS PROVI DEBIT”….Tabe…..
(Medi Mutis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^