Rabu, 01 September 2010

Sajian Utama 1

KETIKA YANG DIBANGGAKAN SIRNA

Alangkah baiknya bila kita diingatkan selalu bahwa segala sesuatu yang dapat kita nikmati, rasakan, alami, kuasai, ketika hidup di dunia ini sifatnya hanya untuk sementara, tidak kekal. Sehingga kita masih mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan dan memperbaiki tujuan hidup kita, yang pada saatnya nanti pasti akan menjadi kenyataan, dan pilihan kita tidak lain hanya hidup kekal agar dapat berkumpul bersama para kudus di surga. Dan kita diingatkan untuk tidak melekat pada segala sesuatu yang bersifat duniawi, yang dapat menghanyutkan dan membawa kita melawan arus ke arah yang berlawanan dari tujuan hidup ini dan semakin jauh dari Tuhan yang bertakhta dengan mulia di dalam Kerajaan Surga.
Segala hasil jerih payah: prestasi, kekuasaan, harta kekayaan oleh banyak orang dikejar untuk menjadi tujuan hidupnya, bila berhasil maka akan sangat membanggakannya karena dianggap tidak sia-sia perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukannya demi tercapainya cita-citanya itu. Memang untuk hidup di dunia ini hal tersebut dibutuhkan supaya melengkapi apa yang diperlukan dalam memelihara hidup jasmani dan rohani agar boleh mendapat kebahagiaan. Tetapi sebagai orang beriman pada Yesus, maka tujuan sebenarnya yang hendak dicapai adalah hidup kekal di dalam Kerajaan Surga, bukan hidup sementara di dunia ini. Sedangkan segala fasilitas yang Tuhan berikan kepada kita untuk hidup di dunia fana ini hanyalah sebagai sarana pendukung saja dan bukan tujuan. Memang walaupun berupa sarana, tetapi tetap dibutuhkan agar tujuan yang sesungguhnya dapat tercapai dengan dukungan dan bantuan sarana tersebut. Hanya yang perlu menjadi perhatian yaitu agar sarana tersebut tidak menjadi batu sandungan yang dapat membuat kita terlena, jatuh dan tidak dapat bangkit lagi, sehingga tujuan hidup yang sebenarnya tidak dapat tercapai.
Menurut Santo Yohanes, dunia bertentangan dengan ajaran iman: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (bdk 1 Yoh 2:12-17). Setan itu selalu menggodai di dunia, lewat nafsu daging, keinginan akan hal-hal yang nampak menarik di mata, dan keangkuhan yang timbul karena kekayaan duniawi. Unsur-unsur duniawi yang disebutkan Yohanes ini menjelaskan pemikirannya tentang dunia sebagai musuh Kristus, karena dikuasai oleh Si Jahat atau Setan dengan unsur-unsur semu, yang tampaknya menarik, untuk menggodai manusia. Ini bertentangan dengan harta sejati, harta surgawi, yang tidak nampak. Yang kelihatan di mata itu sementara sifatnya, sedang yang kekal itu tidak nampak di mata, namun hakiki dan kekal sifatnya, dan hanya dikenal melalui iman. Orang tua, muda, anak, semua dipesan berulang-ulang dalam tulisan, agar mempererat hubungannya dengan Tuhan lewat iman: mengenal Dia, yang ada dari semula, dan dengan berpaut pada iman mengalahkan Si Jahat, kuat karena Sabda, yang diam di dalam hati dan mengalahkan godaan dunia.
Orang yang membiarkan diri tertangkap dan dikuasai oleh dunia dengan nafsu dagingnya, oleh barang-barang semu, fana, yang akan lenyap bersama hidupnya di dunia, masih angkuh dan sombong lagi karena harta dan kesenangan fana itu, sudah menjadi gelap budinya. Terang iman tidak dapat memasukinya, hingga unsur-unsur keabadian yang kekal, yang ilahi dan surgawi, karena tidak kelihatan (bukan materiil), tidak berbicara apa-apa pada orang dunia itu. Hati dan jiwanya menjadi tumpul, karena hanya “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1). Hanya hidup lewat materi yang tertangkap mata, rasa, indera; itu tidak bisa menerima bukti iman dan mengharapkan sesuatu yang tak kelihatan. Orang itu bisa merasa paling jaya di dunia, namun kejayaan itu lenyap dengan hidupnya, dan lalu …? Sedang iman seperti iman kristiani dan iman Musa itu, bertahan sama seperti ia melihat yang tidak kelihatan (Ibr 11:27).
Kita juga diingatkan oleh Rasul Petrus: “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia” (2 Ptr 3:10-14).
Dunia yang akan datang itu benihnya sudah ditaburkan oleh perbuatan orang pada masa kini dan di dunia ini. Dan yang bersiap-siap dengan perbuatan baik, agar “kedapatan tak bercacat, tak bernoda di hadapanNya” (2 Ptr 3:14) sekarang juga sudah ikut membangun dunia baru itu, yang akan merupakan kelanjutan, seka-ligus juga pembaharuan, langit dan bumi: namun tidak sama, karena unsur-unsur kebangkitan akan nampak nyata. Dan orang, yang ikut serta dalam kebangkitan Kristus, akan menghuni bumi baru dan langit baru itu dalam kemuliaan tubuh kebangkitan.
Kita tidak perlu digentarkan oleh kedatangan hari Tuhan, dan juga sirnanya kebanggaan duniawi yang tidak kekal, kalau dengan perbuatan kita tak bercacat, tak bercela, sudah menuju kepada dunia baru, di mana Tuhan menjadi segala dalam segala, kepenuhan total, yang dicapai oleh sekalian makhluk di alam penebusan purna.

(St. S T)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^