Kitab Suci Warta Keselamatan
Oleh : J.D. Lehera
“Kitab Suci dimengerti umat apabila Pemandu paham metoda.”
Oleh : J.D. Lehera
“Kitab Suci dimengerti umat apabila Pemandu paham metoda.”
Dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional 2010, Paroki pasti mengadakan renungan kitab suci berdasar tema yang diberikan dari Paroki.
Sebelum melangkah lebih dalam mari kita menoleh dan mengkritisi hasil rekoleksi wilayah St. Michael pada 25 Juli 2010. Dalam rekoleksi ini secara terang benderang terungkap umat dalam Kombas tidak segan dan bosan membaca Kitab Suci karena selalu dibimbing pemandu setempat. tidak ada kecolongan karena program kerja disusun setahun oleh pemandu.
Ungkapan yang jujur tanpa takut dan malu hanya menggelitik terutama para pengurus kitab suci baik di wilayah terlebih di paroki serta umat yang digelari pemandu dianggap kurang peka atau kurang jeli terhadap pembinaan maupun penggembalaan terhadap para pemandu supaya tidak tidur enak. Para pemandu jika ada pembekalan selalu alasan inilah pokok masalahnya.
Dibalik umat segan dan bosan membaca kitab suci tergantung dari pemandu. Apakah memakai metoda mengajar atau metoda pendalaman. Kedua metoda ini dari sono-nya sudah berbeda sehingga ketika membentangkan kitab suci ke dalam konteksnya berbeda jauh. Disinilah sumber pemicu sehingga kejadian diatas muncul dan di bawa ke dalam rekoleksi supaya ada perbaikan.
Solusi kedepan perlu perbaikan yaitu cara pertama Seksi Kitab Suci wilayah terutama paroki perlu mendata ulang semua pemandu dalam wilayah. Cara kedua Seksi Kitab Suci harus jelas program pelatihan secara berkala dan berlanjut. Cara ketiga Seksi Kitab Suci wilayah terutama paroki mengadakan rekatekisasi agar pemandu yang berbeda metoda ada kesamaan supaya umat tidak lagi digurui terus menerus.
Pemandu dengan metoda mengajar disebut pewarta atau katekis atau pengajar agama di sekolah atau dalam paroki. Mereka ini sebagai pembicara dalam seminar atau persekutuan doa mengedepankan cara seperti mengajar. Contoh Injil Matius 17:1-13 selalu berfokus pada pengajaran dihadapan para peserta atau umat yang hadir di aula atau hotel dan sebagainya.
Pemandu dengan metoda pemahaman atau pendalaman sebelum melayani mempelajari situasi terkini di daerah tersebut dengan moto : “Belajar tiada henti. Mendengar tiada bosan. Bertanya tiada malu atau gengsi. Di kritik selalu membaca diri sendiri ada kelebihan dan ada kekurangan maka perlu di kritik supaya berkembang baik belajar maupun cara membentangkan kitab suci supaya pas dengan konteksnya”. Contoh Injil Matius 17:1-13. Metoda pendalaman. Mengapa Yesus melarang supaya mengadakan gerakan tutup mulut. Setelah umat menjawab sejauh yang dipahami maka pemandu memberikan rangkuman agar umat paham Injil Matius 17:1-13 tersebut.
Menuju pemandu terampil perlu mengetahui para penulis Injil. Latar belakang mereka. Injil itu dikirim kepada siapa dan dimana. Bahwa Injil Matius jika membentangkan ke dalam konteksnya sangat berbeda dengan Injil Markus dan Lukas. Matius orang Yahudi selalu mengutip kitab suci Perjanjian Lama.
Contoh berzinah-bercabul. Orang Yahudi setiap jam 6 pagi dan jam 12 siang dan jam 6 sore tidak boleh meninggalkan kemah. Mengapa? Kalau bayangan laki atau perempuan mengena kemah laki atau perempuan itulah yang disebut berzinah-bercabul. Contoh puasa. Bukan makan atau minum fokus utama bukan itu tetapi puasa tidak boleh menghujat Allah tidak, boleh menyembah illah atau dewa (bdk Yes 1:15-17, 58:3-9) Contoh sunat. Itu Perjanjian Allah dengan nabi Abraham dan semua keturunannya. Bukan fisik yang selalu ada debat kusir atau adu argumen. Sunat terdapat dalam Kitab Kejadian 17:1-27. Dalam kitab suci Perjanjian Baru Paulus mengajarkan bahwa sunat itu Materi Kebenaran Berdasar Iman (bdk Rom 4:14 dan Gal 3:11).
Markus dan Lukas bukan orang Yahudi. Itulah sebabnya injil mereka disebut injil segala bangsa karena injil itu dikirim kepada semua umat kristen dimanapun mereka berada. Maka mengenai berzinah-bercabul dan puasa serta sunat tidak dipahami para pembaca injil mereka. Pemahaman terhadap kutipan injil mereka dibentangkan dalam konteks zaman ini tentang berzinah-bercabul adalah : Datang ke gereja telat dan pulang sesudah komuni. Mengobrol sembarangan saat misa dan tertidur serta sms. Tidak doa angelus jam 6 pagi dan jam 12 siang serta jam 6 sore. Minum alkohol seperti merokok dan mengunyah permen sebelum misa terutama tidak menerima berkat imam sesudah misa. Mengenai puasa selalu berdasar surat gembala bapak uskup jadi bukan asumsi pribadi Senin dan Kamis puasanya. Mengenai sunat sulit dipahami para pembaca injil Markus dan Lukas maka para pemandu sering adu argumen dengan umat padahal keduanya belum paham hanya berdasar asumsi pribadi.
Gereja katolik tempo dulu melarang umat membaca kitab suci. Adalah benar karena khawatir membentangkan ke dalam konteksnya keliru akibatnya iman umat goyah dan saat itu ajaran aliran sesat merajalela seperti dialami rasul Paulus. Di zaman ini pun masih terjadi akibat para pemandu bentangkan kutipan injil ke dalam konteks belum pas. Maka itulah mengapa gereja katolik tempo dulu melarang umat katolik membaca kitab suci.
Metode pendalaman pernah diajarkan seksi kitab suci paroki 2003-2006 yaitu Lectio Devina berdasar ajaran St. Benediktus dan St. Agustinus dan St. Ignatius Loyola yaitu metoda M-4 bagi para awam. Yaitu Membaca, Merenungkan, Mengolah dan Melaksanakan sedang M-5 bagi para imam ditambah “Menghayati”, karena imam hidup dalam biara/pastoran.
Injil Yohanes terkenal Injil teologi tinggi. Dikirimkan kepada umat kristen di Asia Kecil dan tradisi Yahudi diterangkan dan ungkapan bahasa Aram diterjemahkan. Injil Yohanes ditulis dari bahasa Yunani itulah sebabnya teologinya tinggi contoh Yoh. 2:1-11 dan Yoh. 8:2-11 maka para pemandu belajarlah dahulu sebelum membentangkan kepada umat. Hindarilah asumsi pribadi dalam melayani umat sebab kitab suci itu adalah Suara Allah dalam tulisan agar disampaikan secara benar, jujur dan adil serta pas dicerna umat. (bdk 2 Ptr 1:20-21, 2 Ptr 2:1-3).
Sebelum melangkah lebih dalam mari kita menoleh dan mengkritisi hasil rekoleksi wilayah St. Michael pada 25 Juli 2010. Dalam rekoleksi ini secara terang benderang terungkap umat dalam Kombas tidak segan dan bosan membaca Kitab Suci karena selalu dibimbing pemandu setempat. tidak ada kecolongan karena program kerja disusun setahun oleh pemandu.
Ungkapan yang jujur tanpa takut dan malu hanya menggelitik terutama para pengurus kitab suci baik di wilayah terlebih di paroki serta umat yang digelari pemandu dianggap kurang peka atau kurang jeli terhadap pembinaan maupun penggembalaan terhadap para pemandu supaya tidak tidur enak. Para pemandu jika ada pembekalan selalu alasan inilah pokok masalahnya.
Dibalik umat segan dan bosan membaca kitab suci tergantung dari pemandu. Apakah memakai metoda mengajar atau metoda pendalaman. Kedua metoda ini dari sono-nya sudah berbeda sehingga ketika membentangkan kitab suci ke dalam konteksnya berbeda jauh. Disinilah sumber pemicu sehingga kejadian diatas muncul dan di bawa ke dalam rekoleksi supaya ada perbaikan.
Solusi kedepan perlu perbaikan yaitu cara pertama Seksi Kitab Suci wilayah terutama paroki perlu mendata ulang semua pemandu dalam wilayah. Cara kedua Seksi Kitab Suci harus jelas program pelatihan secara berkala dan berlanjut. Cara ketiga Seksi Kitab Suci wilayah terutama paroki mengadakan rekatekisasi agar pemandu yang berbeda metoda ada kesamaan supaya umat tidak lagi digurui terus menerus.
Pemandu dengan metoda mengajar disebut pewarta atau katekis atau pengajar agama di sekolah atau dalam paroki. Mereka ini sebagai pembicara dalam seminar atau persekutuan doa mengedepankan cara seperti mengajar. Contoh Injil Matius 17:1-13 selalu berfokus pada pengajaran dihadapan para peserta atau umat yang hadir di aula atau hotel dan sebagainya.
Pemandu dengan metoda pemahaman atau pendalaman sebelum melayani mempelajari situasi terkini di daerah tersebut dengan moto : “Belajar tiada henti. Mendengar tiada bosan. Bertanya tiada malu atau gengsi. Di kritik selalu membaca diri sendiri ada kelebihan dan ada kekurangan maka perlu di kritik supaya berkembang baik belajar maupun cara membentangkan kitab suci supaya pas dengan konteksnya”. Contoh Injil Matius 17:1-13. Metoda pendalaman. Mengapa Yesus melarang supaya mengadakan gerakan tutup mulut. Setelah umat menjawab sejauh yang dipahami maka pemandu memberikan rangkuman agar umat paham Injil Matius 17:1-13 tersebut.
Menuju pemandu terampil perlu mengetahui para penulis Injil. Latar belakang mereka. Injil itu dikirim kepada siapa dan dimana. Bahwa Injil Matius jika membentangkan ke dalam konteksnya sangat berbeda dengan Injil Markus dan Lukas. Matius orang Yahudi selalu mengutip kitab suci Perjanjian Lama.
Contoh berzinah-bercabul. Orang Yahudi setiap jam 6 pagi dan jam 12 siang dan jam 6 sore tidak boleh meninggalkan kemah. Mengapa? Kalau bayangan laki atau perempuan mengena kemah laki atau perempuan itulah yang disebut berzinah-bercabul. Contoh puasa. Bukan makan atau minum fokus utama bukan itu tetapi puasa tidak boleh menghujat Allah tidak, boleh menyembah illah atau dewa (bdk Yes 1:15-17, 58:3-9) Contoh sunat. Itu Perjanjian Allah dengan nabi Abraham dan semua keturunannya. Bukan fisik yang selalu ada debat kusir atau adu argumen. Sunat terdapat dalam Kitab Kejadian 17:1-27. Dalam kitab suci Perjanjian Baru Paulus mengajarkan bahwa sunat itu Materi Kebenaran Berdasar Iman (bdk Rom 4:14 dan Gal 3:11).
Markus dan Lukas bukan orang Yahudi. Itulah sebabnya injil mereka disebut injil segala bangsa karena injil itu dikirim kepada semua umat kristen dimanapun mereka berada. Maka mengenai berzinah-bercabul dan puasa serta sunat tidak dipahami para pembaca injil mereka. Pemahaman terhadap kutipan injil mereka dibentangkan dalam konteks zaman ini tentang berzinah-bercabul adalah : Datang ke gereja telat dan pulang sesudah komuni. Mengobrol sembarangan saat misa dan tertidur serta sms. Tidak doa angelus jam 6 pagi dan jam 12 siang serta jam 6 sore. Minum alkohol seperti merokok dan mengunyah permen sebelum misa terutama tidak menerima berkat imam sesudah misa. Mengenai puasa selalu berdasar surat gembala bapak uskup jadi bukan asumsi pribadi Senin dan Kamis puasanya. Mengenai sunat sulit dipahami para pembaca injil Markus dan Lukas maka para pemandu sering adu argumen dengan umat padahal keduanya belum paham hanya berdasar asumsi pribadi.
Gereja katolik tempo dulu melarang umat membaca kitab suci. Adalah benar karena khawatir membentangkan ke dalam konteksnya keliru akibatnya iman umat goyah dan saat itu ajaran aliran sesat merajalela seperti dialami rasul Paulus. Di zaman ini pun masih terjadi akibat para pemandu bentangkan kutipan injil ke dalam konteks belum pas. Maka itulah mengapa gereja katolik tempo dulu melarang umat katolik membaca kitab suci.
Metode pendalaman pernah diajarkan seksi kitab suci paroki 2003-2006 yaitu Lectio Devina berdasar ajaran St. Benediktus dan St. Agustinus dan St. Ignatius Loyola yaitu metoda M-4 bagi para awam. Yaitu Membaca, Merenungkan, Mengolah dan Melaksanakan sedang M-5 bagi para imam ditambah “Menghayati”, karena imam hidup dalam biara/pastoran.
Injil Yohanes terkenal Injil teologi tinggi. Dikirimkan kepada umat kristen di Asia Kecil dan tradisi Yahudi diterangkan dan ungkapan bahasa Aram diterjemahkan. Injil Yohanes ditulis dari bahasa Yunani itulah sebabnya teologinya tinggi contoh Yoh. 2:1-11 dan Yoh. 8:2-11 maka para pemandu belajarlah dahulu sebelum membentangkan kepada umat. Hindarilah asumsi pribadi dalam melayani umat sebab kitab suci itu adalah Suara Allah dalam tulisan agar disampaikan secara benar, jujur dan adil serta pas dicerna umat. (bdk 2 Ptr 1:20-21, 2 Ptr 2:1-3).
Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^