Senin, 05 September 2011

Sajian Utama 1

Menyelami Hati Bapa

Ketika Allah menciptakan manusia, diciptakanNya manusia itu menurut citra Allah, menurut gambar dan rupa Allah, sebagai ciptaanNya yang paling luhur. Allah sangat memperhatikan kebutuhan manusia, maka ciptaan lainnya diserahkan kepada manusia untuk dikuasai dan dimanfaatkan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah membuat tempat untuk manusia di taman Eden. Ketika manusia hidup seorang diri saja, Allah merasa lebih baik memberikan seorang teman, maka Allah menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia, sebagai rekan sederajat, hidup tolong-menolong, bahu-membahu.
Demikian besar belas kasih dan kemurahan hati Allah, ini sesuai dengan sifat-sifat Allah yang transenden sebagai 'Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya'; dan yang immanen sebagai 'Yang juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati' (Yes 57:15).
Kemudian ciri-ciri khas dari kehendak hati Allah ialah, di balik kehendak-Nya terdapat kebijaksanaan dan kekudusan-Nya yang tidak terbatas, dan kehendak hati-Nya itu dilaksanakan-Nya dengan penuh anugerah dan kebaikan, dan tindakan-Nya dilakukan tanpa syarat atau secara mutlak sebab kehendak hati-Nya itu tidak bergantung kepada sesuatu apapun di luar Allah sendiri. Tujuan dari semuanya ini adalah untuk kemuliaan-Nya, atau dapat dikatakan, manifestasi dari kemuliaan-Nya di mana dalamnya terletak berkat sepenuhnya kepada makhluk-makhluk-Nya.
Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel 34:6). Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan sendiri sebagai pewahyuan sifat pribadiNya terhadap umatNya. Ia ingin dikenal sebagai Penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setia-Nya. Itulah gambaran Allah yang diberikan oleh Allah sendiri.
Manusia dan umat dibentuk oleh gambaran Allah yang mereka miliki. Orang Israel mempunyai gambaran Tuhan sebagai Pembebas yang kuasa dari Mesir, sebagai Penyelenggara hidup, yang menanggung makan minum umat selama perjalanan di padang gurun, Tuhan Allah yang dahsyat, yang menghukum para penyembah berhala. Tetapi akhirnya, kalau Tuhan mewahyukan diri, Ia memilih menunjukkan sifat-sifat kemurahan, kesabaran, dan kasih setia. Hal ini yang ditekankan, Ia ingin dikenal, disembah dan disebut sebagai Allah penyayang dan pengasih. Namun agar jangan ada anggapan keliru dan dugaan, bahwa Allah dengan demikian dapat dipermainkan, Ia juga menunjukkan sifat keadilan-Nya: Ia meneguhkan, Ia mengampuni, tetapi tidaklah membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. (Kel 34:7).
Tetapi walaupun demikian Allah lebih cenderung untuk bersikap murah hati, daripada menghukum. Memang benar Tuhan itu memiliki segala sifat yang baik dalam taraf kesempurnaan, terhimpun dalam kesatuan dan kesucian, dalam keimbangan penuh, juga bagi keadilan ada tempatnya. Karena sejarah manusia penuh pelanggaran dan dosa dan Tuhan juga bertindak adil, manusia banyak menaruh rasa takut. Namun Ia masih membuktikan kebaikan-Nya juga, dan kalau ada ancaman hukuman terhadap kejahatan, lebih besar janji ganjaran terhadap kebaikan. Bahwa Tuhan berbicara dengan Musa, sebagai sahabat, bahwa Ia mempunyai kemah di antara umat, bahwa Ia sendiri membimbing perjalanan mereka dari awal sampai akhir (Kel 33:7-11), itu semua bukti-bukti bahwa Tuhan ingin dekat pada manusia. Adanya dosa dan pelanggaran tidak pernah boleh mengurangi atau menutupi kenyataan, yang Ia wahyukan sendiri: bahwa Ia Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan penuh kasih setia, dan ini merupakan pegangan, jaminan, peneguhan dalam hidup kita.
(Stefan Surya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^