Sabtu, 03 September 2011

Percikan Pengalaman

Percayalah Pada Hati Tuhan

       Hampir setiap orang pernah mengalami kesulitan, rintangan, masalah dan keadaan-keadaan yang tampaknya tidak memiliki jalan keluar. Hal yang membedakan seseorang dengan yang lainnya dalam keadaan tersebut adalah sikap mereka. Beberapa orang tidak mampu bertahan melewati kesulitan, sehingga menjadi tidak berdaya dan jatuh. Beberapa orang yang lain mampu bertahan melewati kesulitan, sehingga menjadi pribadi yang lebih tangguh, kuat dan hebat. Namun, pertanyaannya adalah berapa banyak orang yang bertahan dan berapa banyak orang yang jatuh dan tidak berdaya?
       Saya akan menceritakan satu pengalaman saya mengenai seorang nenek yang mampu bertahan dalam keadaan sulit. Sekitar 8 bulan yang lalu saya pergi ke satu panti jompo di Jakarta untuk melakukan observasi dan wawancara. Saya melihat banyak lansia di panti tersebut. Beberapa di antara mereka terlihat masih dalam keadaan baik, namun yang lainnya terlihat sakit secara fisik (tidak dapat berjalan, hanya berbaring di ranjang) dan psikis (contohnya ada yang selalu marah-marah/selalu termenung dengan pandangan kosong). Sebenarnya saya agak miris melihat keadaan di panti jompo, karena tidak semua panti jompo memberikan fasilitas dan perawatan yang baik untuk orang lanjut usia.
       Akhirnya, saya menemukan satu nenek yang dapat berkomunikasi dengan baik untuk melakukan wawancara. Sebut saja nenek tersebut sebagai nenek N. Nenek N menceritakan pengalaman hidupnya hingga beliau masuk dan tinggal di panti jompo. Awalnya nenek N adalah seorang wanita lanjut usia yang sehat, memiliki suami dan satu anak. Namun, semuanya berubah setelah suaminya sakit dan meninggal. Nenek N harus hidup sendiri, sedangkan anaknya masih merantau di Jawa untuk bekerja. Suatu hari nenek N terjatuh ketika mau berjualan kue. Sejak itu beliau tidak boleh berjualan dan harus dirawat. Tetapi, tidak ada orang yang dapat merawat beliau saat itu. Anak nenek N juga belum mapan dan masih merantau untuk bekerja. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya nenek N dimasukkan ke panti jompo, agar ada orang yang mampu menemani dan merawatnya.
       Lalu, nenek N menceritakan kehidupannya di panti jompo. Awalnya beliau menceritakan kegiatannya sehari-hari di panti seolah-olah beliau hidup dengan cukup baik. Kemudian pada pertengahan pembicaraan kami, nenek N mengungkapkan perasaan dan kesedihannya. Satu kalimat yang membuat saya merinding ketika mendengarnya “Saat muda, omah ga nyangka bakalan ada di panti jompo”. Setelah mengucapkan kalimat itu, mata beliau berkaca-kaca dan cerita sedih dalam kehidupannya mulai mengalir. Beliau menceritakan teman-temannya di panti yang suka marah-marah dan bertengkar sampai perilaku pengasuh-pengasuh di panti yang kurang baik, seperti perilaku dan perkataan kasar pengasuh panti terhadap nenek-nenek yang sudah tidak berdaya dan hanya bisa berbaring di ranjang. Saat nenek N bercerita sambil terus mencucurkan air mata, saya baru bisa melihat kenyataan hidup yang sebenarnya di panti jompo tempat nenek N tinggal. Nenek N merahasiakan keadaan di panti jompo pada keluarga dan anaknya agar mereka tidak khawatir. Sehingga beliau tetap bertahan tinggal di panti tersebut sambil menunggu anaknya menjemputnya pulang.
       Dalam cerita pengalaman hidup nenek N di panti jompo dan keputusannya untuk tetap bertahan di panti, saya menangkap ada dua hal sederhana yang membuat beliau bertahan dalam keadaan yang sulit tersebut, yakni keyakinan dan harapan. Nenek N memiliki keyakinan dan harapan agar Tuhan memberikan kesehatan dan suatu hari beliau dapat keluar dari panti serta berkumpul bersama anaknya.
       Dalam kehidupan kita, ketika mengalami kesulitan atau kemalangan (walaupun dalam bentuk yang berbeda dengan nenek N) apakah kita memiliki keyakinan dan harapan terhadap Tuhan dan diri sendiri? Bila ya, selamat! Karena keyakinan dan harapan tersebut akan menjadi kekuatan positif yang membantu kita “bertahan hidup” dalam menghadapi dan kemalangan. Ketika kita sudah melewati satu kesulitan maka kita akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh. Sedangkan bila kita menemukan kesulitan dan tidak memiliki keyakinan serta harapan bahwa kesulitan tersebut akan berlalu, Bagaimana mungkin kita bisa melewatinya? Mungkin yang ada kita hanya akan terus berkata “mengapa saya Tuhan? Bagaimana ini terjadi Tuhan?” Pada akhirnya kita tidak akan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, karena tidak dapat memetik pelajaran dari setiap kesulitan.
       Saya memang pernah mendengar ada orang mengatakan “segala hal boleh terjadi atas kehendak Tuhan”. Tetapi itu tidak bisa menjadi alasan seseorang menyalahkan Tuhan atas hal yang terjadi dalam hidupnya, karena manusia juga harus bertanggungjawab atas perbuatan dan hidupnya. Guru saya pernah mengatakan “Orang yang berani mati adalah orang yang hebat. Tetapi orang yang paling hebat adalah orang yang berani hidup dan menghadapi kehidupan.”
       Sehingga, saya pikir, dalam hidup kita harus terus percaya dan belajar dua hal. Pertama, dalam menghadapi kesulitan kita percaya dan yakin “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)”. Kedua, kita belajar menyelami hati Tuhan, agar kita mampu berpikir positif (sebagai modal untuk bertahan melewati kesulitan) bahwa Tuhan menyediakan sesuatu yang indah di balik setiap hal yang terjadi. Semoga Tuhan memberkati hidup kita agar mampu menyelami hatinya dan mengerti rencananya.
       “Tuhan terlalu bijaksana untuk membuat kesalahan. Tuhan terlalu baik untuk menjadi tidak baik. Jadi, pada saat kamu tidak bisa mengerti, pada saat kamu tidak melihat rencananya, pada saat kamu tidak menemukan tangannya.. maka percayalah pada hatiNya”. PSY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^