Sabtu, 14 Mei 2011

Sajian Utama 2

Saat Dia Menghampirimu . . . . .

               Suatu malam yang hening. Lara, perempuan tua itu melamun, memikirkan Joko, orang yang  dikasihinya sepanjang hidup. Bagaimana tidak ?Musim demi musim telah dilewati Lara, bergulat dengan kebun kelapa sawit, berpeluh debu dan keringat, terbakar matahari, hidup dengan irama rutin, menjaga seorang ayah yang sudah tua renta, sakit-sakitan. Terpencil jauh dari daerah lain, sehingga sulit untuk berkomuniksi dengan orang luar daerah.Hingga suatu hari hadirlah Joko. Mereka berelasi, hubungannya akrab dan manis. Lara mencintai Joko dengan tulus, ingin membelai hatinya selalu, tapi tidak ingin memilikinya, karena keduanya sudah berumur senja. Cukup bagi lara, bahwa paling tidak ia merasakan bagaimana cinta itu, bagaimana getar-getar yang ditimbulkan oleh sinyalnya, bagaimana manis dan pahitnya…
Entah kenapa malam ini Lara gelisah memikirkan Joko, mungkin karena diamatinya ada perubahan perilaku Joko akhir-akhir ini. Hingga ia mengirimkan pesan “Aku mengkhawatirkanmu”. Namun pesan itu ditanggapi oleh Joko dengan sangat gusar, dan terjadilah pertengkaran hebat diantara mereka. Mereka saling menyakiti.
               Cara yang dilakukan Tuhan untuk berelasi dengan manusia sangat berbeda dengan cara manusia. Dia melihat kita apa adanya, melihat sampai ke dasar hati kita. Ketika Dia menghendaki memilih seseorang, ciri fisik, asal-usul, budaya atau kemampuan yang seperti apapun tidak mustahil, pasti bisa terlaksana.Hal ini sangat berbeda dengan pertimbangan manusia saat berelasi dengan sesamanya.
Mudahnya kita menghakimi
               Seringkali kita mudah terjebak untuk menilai seseorang menurut kacamata wawasan kita sendiri, sudut pandang budaya (kultur), atau juga dari segi budaya yang kita kagumi atau menurut kita ideal.Akibatnya, kita sulit sekali untuk bertindak secara bijaksana, terlebih kalau kita merasa menjadi orang yang “baik-baik saja” atau “dalam posisi yang terhormat/mapan”. Mudah sekali kita menuding seseorang, member label, menghakimi sekaligus memvonisnya sebagai seseorang yang buruk/jelek. Pertimbangan hati nuranipun akhirnya melemah, tergeserkan oleh sesuatu yang dinamakan kepantasan duniawi. Demi terjaganya sebuah status/posisi/jabatan, akhirnya suara jeritan hati kecil pun menjadi terabaikan. Yang penting status/posisi/jabatan kita aman dan tidak cemar.
Demi Nama Baik
               Demi mempertahankan nama baik atau kenyamanan sebuah jabatan/status/posisi,  sering mempengaruhi manusia dalam berelasi. Tidak segan-segan  manusia meninggalkan nilai-nilai persahabatan/persaudaraan/cinta kehidupan karena hal itu. Manusia lebh memilih pertimbangan-pertimbangan duniawi seperti pertimbangan adat/tradisi, jabatan/posisi/status yang harus dipertahankan dll.
Secara tragis, Yohanes Pembaptis dan Yesus yang saat itu berani mendobrak tatanan dan kebiasaan manusia yang tidak benar pada waktu itu, akhirnya dibunuh. Hal ini juga didukung pelaksanaannya oleh orang-orang yang memiliki jabatan/status tinggi di pemerintahan, tokoh-tokoh agama dll. Aneh dan tragis, seorang pembawa kebenaran yang selalu menyerukan nilai-nlai cinta sejati dianggap saingan yang membahayakan kalangan atas/pemerintahan/pemuka agama dll. Kondisi seperti inipun sampai sekarang masih sering terjadi. Demi nama baik, kita sering mengabaikan nilai-nilai yang jauh lebih luhur.
Hati Yang Tertutup.
                Hati yang tetutup akan menghambat relasi kita dengan sesame.Hati yang tertutup biasanya didasari sebuah apriori (sikap negatif, berprasangka sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya). Sikap apriori ini mudah sekali menghinggapi, baik pada seorang atasan terhadap bawahan atau sebaliknya, yang pasti kebanyakan timbul dalam suatu kelompok heterogen (dengan beragam perbedaan). Perbedaan yang seharusnya menjadi sarana untuk saling melengkapi dan belajar saling memahami, seringkali tanpa kita sadari bisa mengembangkan benih-benih apriori. Keharmonisan hubungan sering terkoyak gara-gara apriori.
Sapaan Tuhan Terhadap Manusia
               Tuhan menghampiri orang-orang yang dipilihnya tanpa pandang bulu. Tidak mustahil dari kalangan apapun dan dari manapun.Dihampirinya Petrus (dari kalangan nelayan yang bahkan tidak berpendidikan formal), Lukas (dari kalangan tabib/dokter/ahli kesehatan), rasul-rasul dan pewarta lain (dari kalangan yang sangat beragam), Maria Magdalena ( yang disebut-sebut sebagai perempuan pendosa/pelacur), Paulus (tokoh berpengaruh pada zamannya yang mengejar dan menganiaya pengikut-pengikut Yesus) dll. Saat Tuhan menyapa itulah terjadi proses. Manusia bisa menjawab untuk menaggapi sapaan itu atau tidak.
Tuhan menyapa setiap manusia.Dia menghampiri dan memilih kita. Dia menerima kita apa adanya. Menyelami kedasaran hati kita yang paling dalam. Dia tahu benar apa yang ada di hati kita : ketulusan atau kepura-puraan, kesabaran atau kemarahan, kerendahan hati atau kesombongan, kasih atau kebencian, bahagia atau merana, dll.Jika kita datang menjawab panggilanNya, serahkan seluruh hati dan hidup kita kepadaNya. Jika kita terbuka akan kehendakNya, Dialah yang akan membentuk dan merajut kita. Memberi daya dan kekuatan, untuk melaksanakan tugas-tugas kita sesuai dengan kehendakNya.Ingatlah bahwa akar dan pokok tugas pelayanan kita adalah Yesus jadi tetaplah rendah hati, seperti yang diserukan Paulus. “Jika aku memberitakan Injil aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiki. Celakalah aku,jika tidak memberitakan Injil” (I Korintus 9 :16). Mari kita melakukan tugas-tugas kita dengan gembira dan tetap rendah hati, Tuhan memberkati! (Elis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^