Sabtu, 07 Mei 2011

Renungan 1

Awalnya Biasa-Biasa Saja

SEBELUM kita mengenal arti persahabatan dengan seseorang yang kita kenal semua bermula dari sebuah proses pertemanan yang biasa-biasa saja. Semakin kita sering berjumpa dengannya untuk suatu alasan, kita lalu mengerti bahwa kita dengan sahabat kita saling membutuhkan dan merasa bergantung. Dan ini memungkinkan karena kita telah sama-sama percaya juga karena telah mengenal masing-masing pribadi secara personal.
Aku telah dibaptis secara Katolik sejak masih bayi, meskipun demikian baru tahu akan gereja dan Tuhan setelah menginjak usia anak SMU. Dan semakin sering aku mendapatkan pencobaan karena Tuhan, baru mengerti dan mengenal Dia secara personal juga mendalam setelah menginjak usia dewasa.
Hari Minggu, 27 Maret 2011 aku mendapatkan bacaan Injil Yohanes tentang percakapan Tuhan dengan seorang perempuan Samaria, (Yoh. 4:5-42). Diceritakan bagaimana Tuhan dan perempuan Samaria saling bertemu, lalu bercakap-cakap dalam proses perkenalan dan akhirnya bersahabat baik sati dengan lainnya. Dan Tuhan yang semula dikira seorang musafir, kemudian peramal nasib, akhirnya diakui sebagai Mesias hidup di hatinya, para tetangganya dan kenalannya. Air itu telah memancar dari hatinya.
Mungkin kita dalam pergaulan dengan Tuhan sering hidup bak perempuan Samaria untuk pertobatan kita. Begitu pula aku. Kenakalan demi kenakalanku sejak usia remaja telah memprihatinkan Tuhan sehingga Tuhan memutuskan diriNya menangkap aku di usia sekitar 30 tahunan. Aku baru bisa menangis dan meminta Bapa agar Tuhanku, Yesus hidup bersamaku dan memimpin serta menuntun aku pada masa-masa pencobaan yang aku terima. Dan aku masih ingat betul kalau ini terjadi setelah aku ditinggalkan oleh kekasihku yang memutuskan dirinya menikah dengan orang lain. Pada saat itu aku tak tahu harus berbuat apa. Pada saat itu pula batinku hancur karena aku mengalami kebingungan yang hebat, sedih, takut, marah, malu dan cemburu akan keputusan kekasihku.
Tetapi pada waktu lain di rumah kakekku di Samigaluh, Kulon Progo Yogyakarta aku menemukan buku doa saku. Karena aku tak tahu harus berbuat apa, untuk kedamaian hati ini aku mencoba membaca isi buku itu dan kutemukan cara-cara berdoa rosari yang benar.
Aku harus berterima kasih pada seorang dari sahabat-sahabatku sewaktu aku masih kuliah, Didiek Kulit. Kala itu aku teringat dia karena dia selalu setia berdoa rosario saat senang, bahagia dan gembira juga sedih dan susah yang ketika dia berdoa sering kuanggap buang-buang waktu saja.
Aku belajar dari kesalahan-kesalahanku pada Tuhan seperti hal-hal keterlaluan karena memandang remeh doa rosario. Kini di usiaku yang hampir separuh abad kebiasaan untuk berdoa rosario dari buku saku yang kutemukan di rumah kakek tetap kujalankan dan berharap doa-doaku didengarNya sehingga aku memperoleh rahmat dan kedamaian batin karena berdoa.
Rosario sebenarnya telah aku kenal sejak aku masih anak-anak, karena pada saat itu aku merasa masih susah berdoa, doa yang sempurna untuk pemulihan dosa dan ampunan tak kuperhatikan. Kutemukan devosi dengan mengulangi doa Salam Maria lewat rosari sungguhlah memberikan kesejukkan batin karena kita atau aku menghormati BundaNya yang secara rohani adalah tempat kita berteduh pada Ibu kita sendiri, karena kalau saja kita sudah dapat menghormati ibu kita sendiri apalagi BundaNya.
Semakin sering aku, karena pengalamanku, berdoa rosari semakin pula rahmat itu mengalir sehingga aku kuat dan bisa bersaksi hingga saat ini dan semakin aku mengenal dengan baik sahabat sejati, guru ilahi dan Tuhanku juga Allahku, Yesus. Dari berdoa menghormati Maria, Bunda rohaniku aku pun dapat berdoa yang lain baik itu permohonan atau pun ucapan syukurku tidak saja untukku sendiri tetapi juga sesama yang membutuhkan doa bahkan musuh-musuhku karena aku dalam pengharapan ingin hidup dan menerima yang baik dari Yesus, Tuhan.
Dari contoh pertemanan antara perempuan Samaria dan Tuhan kini kita dapat banyak belajar dan melihat dengan mata iman kita bahwa Yesus akan banyak memberikan air hidup entah untuk kita sendiri atau pun untuk sesama. Air hidup yang diberikan Tuhan akan memancar seperti mata air yang besar asalkan kita mau menerimaNya dan hidup di jalan tobat kita. Sungguh agunglah Tuhan kita, Yesus Kristus karena Ia mau dna dapat mengerti juga memahami kita sebagai sahabat asalkan pula kita mau memberi tempat bagi firman dan sabdaNya dan juga menerima Dia sebagai penebus kita.
Jika saja harus kutulis satu per satu akan kebaikan dan kesetiaanNya yang telah hidup di hatiku ini kiranya lembar demi lembar isi majalah ini tak akan cukup untuk kuuraikan betapa baikNya Allah kita, akan tetapi baiklah sedikit aku memberikan renungan yang dapat kita sharingkan bersama dari pengalamanku yang kutulis biasa-biasa saja, kiranya menjadi jalan untuk membuka rahasia Tuhan untuk kita manusia, citra dan gambaranNya serta ciptaanNya supaya menjadi hal yang tak biasa-biasa saja. (Ipung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^